Disusun Oleh :
Nama NPM
Alfa Rizal Rahmansyah 220301013
Amalia Vransiska 220301015
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu : Fauzan Fuadi, S.Ak., M.Scc
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW
yang telah menuntun ummatnya dari masa kegelapan hingga menuju masa yang terang
benderang dengan banyak keilmuan seperti sekarang.
Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Fauzan Fuadi, S.Ak., M.Scc. selaku dosen
pengampuh mata kuliah Akuntansi Syariah serta teman-teman kami yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................3
C. Manfat Penulisan........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar Akuntansi Syariah................................................6
B. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvesional.........................10
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi syariah adalah cabang akuntansi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
Islam. Latar belakangnya dapat ditemukan dalam ajaran Islam yang mengatur
bagaimana keuangan dan bisnis harus diatur sesuai dengan hukum Islam atau
syariah. Prinsip-prinsip utama akuntansi syariah meliputi keadilan, transparansi,
pertanggungjawaban, dan kepatuhan terhadap hukum Islam. Pengembangan
akuntansi syariah dimulai dari kebutuhan untuk menyelaraskan praktik bisnis
dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan pertumbuhan ekonomi global, terutama di
negara-negara dengan mayoritas populasi Muslim, permintaan akan akuntansi
syariah meningkat secara signifikan. Akuntansi syariah menekankan pentingnya
keadilan dan kepatuhan terhadap hukum Islam dalam pelaporan keuangan, investasi,
dan pengelolaan aset. Hal ini memungkinkan praktik bisnis yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam dan memastikan bahwa transaksi keuangan tidak melanggar
prinsip-prinsip agama.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul
karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggung jawaban kepada Sang
Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai
kodratnya sebagai khalifah. Dengan perkembangan lembaga keuangan Islam,
Pernyataan wacana Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) juga dikembangkan.
benda Hal ini relevan karena keberadaan institusi atau perusahaan tidak akan
terpisah Proses pencatatan akuntansi. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki
4
kewajiban Mencatat aktivitas akuntansi yang terjadi Perusahaan selanjutnya
mengusulkan persiapan dan Perkenalkan laporan keuangan kepada pengguna.
Pada penerapan sistem syariah, tentu memiliki sistem perlakuan akuntansi yang
berbeda dengan perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya. Kebutuhan
dalam menetapkan metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan murabahah
harus sesuai dengan peraturan perbankan dan ketentuan- ketentuan syariah yang
telah diatur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar akuntansi syariah
2. Apa perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvesional
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang konsep dasar akuntansi syariah
2. Untuk mengetahui apa perbedaan antara akuntansi syariah dan akuntansi
konvesional
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1 Persaudaraan Transaki syari’ah menjunjung tinggi nilai
krbrtsamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga
seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan
diatas kerugian orang lain.
2 Keadilan Menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai dengan posisinya.
3 Kemaslahatan Segala bentuk keaikan dan manfaat yang berdimansi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
4 Keseimbangan Keseimbangan antara aspek material dan sepritual,
antara aspek privat dan oublik, antara sektor
keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan sosial serta
antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.
5 Universalisme Esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta.
Penerapan prinsip keadilan dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang asanya
unsur:
1. Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah atau riba fadl.
Esensi riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan
dalam:
a) transaksi pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai
lainnya, dan
b) setiap tambahan yang disyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-
barang ribawi yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan tidak sejenis
secara tidak tunai.
7
2. Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,
memberikan sesuatu yang tidak sesuai (baik dalam ukuran,kualitas, maupun
temponya), mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan memperlakukan sesuatu
tidak sesuai dengan posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat secara keseluruhan maupun sebagian, atau bagi salah satu pihak yang
bertransaksi.
3. Maysir
Esensi maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan
dengan produktivitas serta bersifat gambling.
4. Gharar
Esensi gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak
karena terdapat unsur ketidakejelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta
tidak adanya kepastian pelaksanaan akad. Bentuk gharar (DSAS, 2019) :
a) Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu
terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada
b) menjual sesuatu yang belum dikuasai penjual
c) tidak ada kepastian kualitas dan kuantitas barang/jasa
d) tidak ada kepastian dalam jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayarannya
e) tidak ada ketegasan jenis dan obyek akad
f) kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang telah
disepakati dalam transaksi
g) Adanya unsur eksploitasi oleh salah satu pihak karena kurangnya informasi
atau adanya manipulasi dan ketidaktahuan/ketidakpahaman atas barang yang
ditransaksikan
8
5. Haram
Esensi haram adalah setiap unsur yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur'an
dan As-Sunnah, baik dalam barangljasa ataupun aktivitas operasional terkait.
9
D. PERBEDAAN AKUNTANSI SYARI’AH DAN KONVENSIONAL
10
Oleh sebab itu, akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan yang
harus dilakukan sesuai syariah, karena tidak mungkin dapat menerapkan akuntansi yang
sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi tersebut
tidak sesuai dengan syariah. Untuk Iebih mudah memahami akuntansi syariah,
dibutuhkan pemahaman yang benar mengenai Islam berikut substansi kehidupan
manusia di dunia menurut Islam serta ruang lingkup atau dasar dasar Islam, yaitu:
akidah, syariah, dan akhlak. Bab 2 dan Bab 3 buku ini akan membahas mengenai Islam
dan tujuan syariah serta sumber dasar hukum Islam yang akan mengantarkan pembaca
memahami nilai-nilai Islam yang mendasari pelaksanaan akuntansi syariah.
Secara umum, proses akuntansi syariah tidak memiliki perbedaan dengan alur
atau proses akuntansi konvensional yaitu dimulai dari adanya transaksi yang
dilakukan, dibuat jurnal kemudian dibukukan ke dalam buku besar, diterbitkan
neraca saldo, jurnal penyesuaian hingga disusun laporan keuangan. Dalam akuntansi
konvensional, jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan jurnal koreksi dilandasi oleh
pemikiran-pemikiran ekonomi kapitalis, sedangkan dalam akuntansi syariah
dilandasi sistem ekonomi Islam sehingga perlu kesamaan persepsi tentang akun-
akun dan akuntansi syariah dan laporan keuangan syariah.
Berdasarkan hal tersebut, dalam Entitas Syariah memiliki persamaan dasar yang
sedikit berbeda dari akuntansi konvensional. Dalam Laporan Keuangan Syariah,
persamaan dasar untuk menyusun neraca adalah sebagai berikut (Zaky & Khoir,
2017) :
ASET = LIABILITAS + DANA SYIRKAH TEMPORER + EKUITAS
11
Dimana:
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh entitas syariah.
b) Liabilitas merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arns keluar dari sumber
daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana terscbut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
liabilitas dan dana syirkah temporer.
Sebagai contoh implementasi akun-akun pada akuntansi syariah yang terkait
prinsipsyariah yang dilaksanakan oleh Entitas Syariah adalah sebagai berikut
(Nurhayati& Wasilah, 2015; Zaky & Khoir, 2017):
a) Kelompok Aset
Akun untuk prinsip jual beli dan jasa yang meliputi murabahah, salam, dan
istishna' dan ijarah, maka akun yang dipergunakan adalah akun "Piutang". Aset yang
digunakan untuk prinsip ujroh yang meliputi ljarah, ljarah Muntabia Bittamalik
(IMBT), dan sejenisnya dipergunakan akun "Aset Tjarah". Sedangkan untuk prinsip
bagi hasil yang meliputi Mudharabah dan Musyarakah dipergunakan akun
"Investasi".
b) Kelompok Liabilitas
Transaksi dengan prinsip Wadiah, akun yang dipergunakan adalah Titipan" pada
unsur Liabilitas". Penerima titipan atas perizinan penitip diperkenankan mengambil
manfaat barang yang dititipkan, kan tetapi harus menjamin barang tersebut dapat
dikembalikan sewaktu-waktu penitip memintanya kembali. Untuk prinsip
12
Mudharabah Mutlagah dan Musyarakah dipergunakan akun "Dana Syirkah
Temporer".
3. Asumsi Dasar
Menurut asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun laporan kenangan
entitas syariah antara lain:
a) Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, sehingga pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar). Pengungkapan berada dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan.
Dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa
13
lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, akan tetapi juga
kewajiban dan hak yang akan diterima di masa depan. Namun dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas.
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan
dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil,
pendapatan atau atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross
profit).
b) Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya umumnya atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah. Dengan demikian diasumsikan entitas syariah tidak
bermaksud melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus memiliki nilai peramalan (predictive))
dan penegasan (confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama lain,
sehingga dapat membantu pengguna dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa sekarang, dan masa depan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi
relevansi adalah materialitas, yang dapat diartikan sebagai suatu kelalaian untuk
mencantumkan informasi atau kesalahan penyajian suatu informasi dapat
14
mempengaruhi keputusan pengguna informasi yang dalam mendasarkan
keputusannya menggunakan informasi laporan keuangan. Materialitas
bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstatement).
c) Keandalan
Andal (reliable) diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat dipercaya oleh penggunanya sebagai penyajian
yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara
wajar diharapkan dapat disajikan. Termasuk bagian dari faktor yang berkaitan
dengan keandalan antara lain:
1. Penyajian jujur
2. Substansi menggungguli bentuk Netralitas
3. Pertimbangan sehat
4. Kelengkapan
d) Dapat dibandingkan
Laporan keuangan juga harus dapat dibandingkan agar pemakai dapat
mengidentifikasi trend posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, informasi
dalam laporan keuangan harus diukur dan disajikan dengan kebijakan akuntansi
tertentu secara konsisten.
e) Penyajian wajar
Menurut KDPPLKS dengan penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar
akuntansi, umumnya akan menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan kondisi apa adanya, yang mana hal ini sering kali sudah
dianggap sebagai suatu pandangan penyajian wajar.
15
Sesuai karakteristik, maka laporan keuangan entitas syariah antara lain:
A. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial :
a) Laporan posisi keuangan
b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
c) Laporan arus kas
d) Laporan perubahan ckuitas
16
c) Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Cakupan pengertian beban mencakup
segala beban operasional yang timbul maupun kerugian pelaksanaan
aktivitas entitas syariah.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep dasar akuntansi syariah mengutamakan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip Islam dalam semua aspek keuangan dan bisnis. Prinsip-prinsip ini
menekankan keadilan, kesetaraan, transparansi, dan pertanggungjawaban dalam
transaksi keuangan serta pelaporan keuangan. Akuntansi syariah juga
memperhatikan manajemen risiko yang sesuai dengan syariah untuk melindungi
kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Melalui penerapan prinsip-prinsip ini,
tujuannya adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19