Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR AKUNTANSI SYARIAH

Disusun Oleh :
Nama NPM
Alfa Rizal Rahmansyah 220301013
Amalia Vransiska 220301015

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu : Fauzan Fuadi, S.Ak., M.Scc

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL & BISNIS
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Akuntansi
Syariah”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW
yang telah menuntun ummatnya dari masa kegelapan hingga menuju masa yang terang
benderang dengan banyak keilmuan seperti sekarang.

Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Fauzan Fuadi, S.Ak., M.Scc. selaku dosen
pengampuh mata kuliah Akuntansi Syariah serta teman-teman kami yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 05 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................3
C. Manfat Penulisan........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar Akuntansi Syariah................................................6
B. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Konvesional.........................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi syariah adalah cabang akuntansi yang didasarkan pada prinsip-prinsip
Islam. Latar belakangnya dapat ditemukan dalam ajaran Islam yang mengatur
bagaimana keuangan dan bisnis harus diatur sesuai dengan hukum Islam atau
syariah. Prinsip-prinsip utama akuntansi syariah meliputi keadilan, transparansi,
pertanggungjawaban, dan kepatuhan terhadap hukum Islam. Pengembangan
akuntansi syariah dimulai dari kebutuhan untuk menyelaraskan praktik bisnis
dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan pertumbuhan ekonomi global, terutama di
negara-negara dengan mayoritas populasi Muslim, permintaan akan akuntansi
syariah meningkat secara signifikan. Akuntansi syariah menekankan pentingnya
keadilan dan kepatuhan terhadap hukum Islam dalam pelaporan keuangan, investasi,
dan pengelolaan aset. Hal ini memungkinkan praktik bisnis yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam dan memastikan bahwa transaksi keuangan tidak melanggar
prinsip-prinsip agama.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul
karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggung jawaban kepada Sang
Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai
kodratnya sebagai khalifah. Dengan perkembangan lembaga keuangan Islam,
Pernyataan wacana Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) juga dikembangkan.
benda Hal ini relevan karena keberadaan institusi atau perusahaan tidak akan
terpisah Proses pencatatan akuntansi. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki

4
kewajiban Mencatat aktivitas akuntansi yang terjadi Perusahaan selanjutnya
mengusulkan persiapan dan Perkenalkan laporan keuangan kepada pengguna.
Pada penerapan sistem syariah, tentu memiliki sistem perlakuan akuntansi yang
berbeda dengan perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya. Kebutuhan
dalam menetapkan metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan murabahah
harus sesuai dengan peraturan perbankan dan ketentuan- ketentuan syariah yang
telah diatur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar akuntansi syariah
2. Apa perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvesional

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang konsep dasar akuntansi syariah
2. Untuk mengetahui apa perbedaan antara akuntansi syariah dan akuntansi
konvesional

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKUNTANSI SYARI’AH


Keberadaan dan peran akuntansi syari’ah sering dipertanyakan. Apakah memang
diperlukan akuntansi syari’ah? Bukankah yang namanya akuntansi (sistem pencatatan)
pada dasarnya sama saja? Kalau berbeda, di manakah letak perbedaanya dan mengapa
berbeda?
Ungkapan pernyataan tereut adalah wajar, walaupun tidak seluruhnya benar.
Secara sederhana, pengertian akuntansi syari’ah dapat dijelaskan melalui akar kata yang
dimilikinya yaitu akuntansi dan syariah. Definisi bebas pada akuntansi adalah
identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan,
serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Definisi akuntansi (konvensional) menurut american accounting associaton
(AAA) adalah the identification, recording, classification, interpreting and
comunication economic events to permit users to make informed decisions. Sedangkan
definisi akuntansi islam (syariah) adalah the “accounting process” wich provides
appropriate information to stakeholders of an entity wich will enable them to ensure that
the entity is continuously operating within the bounds of the islamic shari’ah and
delivering on its socioeconomic objectives.

B. ASAS TRANSAKSI SYARI’AH


Paradigma yang dibangun dalam transaksi syariah adalah bahwa alam semesta
ini diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan bagi umat manusia
untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material maupun spiritual. Oleh karena
itu, asas yang digunakan dalam melaksakan transaksi syariah dilandaskan pada
prinsip:
No Prinsip Keterangan

6
1 Persaudaraan Transaki syari’ah menjunjung tinggi nilai
krbrtsamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga
seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan
diatas kerugian orang lain.
2 Keadilan Menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai dengan posisinya.
3 Kemaslahatan Segala bentuk keaikan dan manfaat yang berdimansi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
4 Keseimbangan Keseimbangan antara aspek material dan sepritual,
antara aspek privat dan oublik, antara sektor
keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan sosial serta
antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.
5 Universalisme Esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta.

Penerapan prinsip keadilan dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang asanya
unsur:

1. Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah atau riba fadl.
Esensi riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan
dalam:
a) transaksi pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai
lainnya, dan
b) setiap tambahan yang disyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-
barang ribawi yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan tidak sejenis
secara tidak tunai.

7
2. Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,
memberikan sesuatu yang tidak sesuai (baik dalam ukuran,kualitas, maupun
temponya), mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan memperlakukan sesuatu
tidak sesuai dengan posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat secara keseluruhan maupun sebagian, atau bagi salah satu pihak yang
bertransaksi.

3. Maysir
Esensi maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan
dengan produktivitas serta bersifat gambling.

4. Gharar
Esensi gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak
karena terdapat unsur ketidakejelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta
tidak adanya kepastian pelaksanaan akad. Bentuk gharar (DSAS, 2019) :
a) Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu
terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada
b) menjual sesuatu yang belum dikuasai penjual
c) tidak ada kepastian kualitas dan kuantitas barang/jasa
d) tidak ada kepastian dalam jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayarannya
e) tidak ada ketegasan jenis dan obyek akad
f) kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang telah
disepakati dalam transaksi
g) Adanya unsur eksploitasi oleh salah satu pihak karena kurangnya informasi
atau adanya manipulasi dan ketidaktahuan/ketidakpahaman atas barang yang
ditransaksikan

8
5. Haram
Esensi haram adalah setiap unsur yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur'an
dan As-Sunnah, baik dalam barangljasa ataupun aktivitas operasional terkait.

C. KARAKTERISTIK TRANSAKI SYARI’AH


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah
haruslah memenuhi karakteristik dan persyaratan berikut:
1. hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
(thayib):
3. uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
4. tidak mengandung unsur riba, kezhaliman, maysir, gharar, dan haram;
5. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil
ghurmi (no gain without accompyning risk):
6. dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain schingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta 'aalluą) dalam suatu
akad:
7. tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar);dan
8. tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

9
D. PERBEDAAN AKUNTANSI SYARI’AH DAN KONVENSIONAL

Definisi akuntansi (konvensional) menurut american accounting associaton


(AAA) adalah the identification, recording, classification, interpreting and
comunication economic events to permit users to make informed decisions.
Sedangkan definisi akuntansi islam (syariah) adalah the “accounting process”
wich provides appropriate information to stakeholders of an entity wich will enable
them to ensure that the entity is continuously operating within the bounds of the islamic
shari’ah and delivering on its socioeconomic objectives. Dari perbedaan definisi
diatas, informasi yang disajikan oleh akuntansi syari’ah untuk pengguna laporan lebih
luas tidak hanya data finansial juga mencakup aktivitas perusahaan yang berjalan sesuai
dengan syariah serta memiliki tujuan sosial yang tidak terhindarkan dalam islam
misalnya dengan adanya kewajiban membayar zakat. Akuntansi syariah juga
dibutuhkan dan berbeda dengan akuntansi konvensional mengingat dilahirkan dari
sistem nilai dan aturan yang berbeda, sebagaimana dijelaskan oleh harahap (2004)
dalam international scientific conference : view of islamic culture approach for
accounting research di osaka, pada seminar tersebut beliau menjelaskan bahwa terdapat
beberapa perbedaan antara akuntansi syariah dan akuntansi konvensional yang dapat
disimpulkan sebagai berikut.
kriteria Akuntansi syariah Akuntansi konvensional
Dasar hukum Hukum etika yang bersumber Hukum bisnis modern
AlQuran&Sunnah
Dasar tindakan Keberadaan hukum allah- Rasionalisme ekonomis-
keagamaan sekuler
Tujuan Keuntungan yang wajar Maksimalisasi keuntungan
Orientasi Kemasyarakatan Individual atau kepada
pemilik
Tahap operasional Dibatasi dan tunduk ketentuan Tidak dibatasi kecuali
syariah pertimbangan ekonomis

10
Oleh sebab itu, akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan yang
harus dilakukan sesuai syariah, karena tidak mungkin dapat menerapkan akuntansi yang
sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi tersebut
tidak sesuai dengan syariah. Untuk Iebih mudah memahami akuntansi syariah,
dibutuhkan pemahaman yang benar mengenai Islam berikut substansi kehidupan
manusia di dunia menurut Islam serta ruang lingkup atau dasar dasar Islam, yaitu:
akidah, syariah, dan akhlak. Bab 2 dan Bab 3 buku ini akan membahas mengenai Islam
dan tujuan syariah serta sumber dasar hukum Islam yang akan mengantarkan pembaca
memahami nilai-nilai Islam yang mendasari pelaksanaan akuntansi syariah.

E. LAPORAN KEUANGAN SYARI’AH

1. Siklus Dan Persamaan Akuntansi Syari’ah

Secara umum, proses akuntansi syariah tidak memiliki perbedaan dengan alur
atau proses akuntansi konvensional yaitu dimulai dari adanya transaksi yang
dilakukan, dibuat jurnal kemudian dibukukan ke dalam buku besar, diterbitkan
neraca saldo, jurnal penyesuaian hingga disusun laporan keuangan. Dalam akuntansi
konvensional, jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan jurnal koreksi dilandasi oleh
pemikiran-pemikiran ekonomi kapitalis, sedangkan dalam akuntansi syariah
dilandasi sistem ekonomi Islam sehingga perlu kesamaan persepsi tentang akun-
akun dan akuntansi syariah dan laporan keuangan syariah.

Berdasarkan hal tersebut, dalam Entitas Syariah memiliki persamaan dasar yang
sedikit berbeda dari akuntansi konvensional. Dalam Laporan Keuangan Syariah,
persamaan dasar untuk menyusun neraca adalah sebagai berikut (Zaky & Khoir,
2017) :
ASET = LIABILITAS + DANA SYIRKAH TEMPORER + EKUITAS

11
Dimana:
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh entitas syariah.
b) Liabilitas merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arns keluar dari sumber
daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana terscbut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
liabilitas dan dana syirkah temporer.
Sebagai contoh implementasi akun-akun pada akuntansi syariah yang terkait
prinsipsyariah yang dilaksanakan oleh Entitas Syariah adalah sebagai berikut
(Nurhayati& Wasilah, 2015; Zaky & Khoir, 2017):
a) Kelompok Aset
Akun untuk prinsip jual beli dan jasa yang meliputi murabahah, salam, dan
istishna' dan ijarah, maka akun yang dipergunakan adalah akun "Piutang". Aset yang
digunakan untuk prinsip ujroh yang meliputi ljarah, ljarah Muntabia Bittamalik
(IMBT), dan sejenisnya dipergunakan akun "Aset Tjarah". Sedangkan untuk prinsip
bagi hasil yang meliputi Mudharabah dan Musyarakah dipergunakan akun
"Investasi".

b) Kelompok Liabilitas
Transaksi dengan prinsip Wadiah, akun yang dipergunakan adalah Titipan" pada
unsur Liabilitas". Penerima titipan atas perizinan penitip diperkenankan mengambil
manfaat barang yang dititipkan, kan tetapi harus menjamin barang tersebut dapat
dikembalikan sewaktu-waktu penitip memintanya kembali. Untuk prinsip

12
Mudharabah Mutlagah dan Musyarakah dipergunakan akun "Dana Syirkah
Temporer".

2. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan syariah scbagaimana tujuan laporan keuangan
konvensional, yaitu menyediakan informasi terkait posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan, namun dalam hal ini spesifilk untuk entitas syariah.
Oleh karena itu, memberikan manfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi, diantaranya:
a) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha dan
keseluruhan transaksi;
b) Memberikan informasi kepatuhan syariah;
c) Informasi tentang aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang tidak memenuhi
prinsip syariah (bila ada) serta bagaimana perolehan dan penggunaannya;
d) Informasi untuk membantu pengguna dalam mengevaluasi pemenuhan tanggung
jawab entitas syariah terkait amanah yang diterima dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
e) Informasi terkait tingkat keuntungan investasi, pemenuhan kewajiban fungsi sosial
entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak,sedekah, dan
wakaf.

3. Asumsi Dasar
Menurut asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun laporan kenangan
entitas syariah antara lain:
a) Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, sehingga pengaruh
transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar). Pengungkapan berada dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan.
Dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa

13
lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, akan tetapi juga
kewajiban dan hak yang akan diterima di masa depan. Namun dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas.
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan
dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil,
pendapatan atau atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross
profit).

b) Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya umumnya atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah. Dengan demikian diasumsikan entitas syariah tidak
bermaksud melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu:
a) Dapat dipahami
Dapat dimaknai dengan kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh
pengguna. Namun, informasi kompleks mengenai informasi keuangan tidak
boleh dikeluarkan hanya karena pertimbangan bahwa informasi tersebut akan
sulit dipahami pengguna.

b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus memiliki nilai peramalan (predictive))
dan penegasan (confirmatory) atas transaksi yang berkaitan satu sama lain,
sehingga dapat membantu pengguna dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa sekarang, dan masa depan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi
relevansi adalah materialitas, yang dapat diartikan sebagai suatu kelalaian untuk
mencantumkan informasi atau kesalahan penyajian suatu informasi dapat

14
mempengaruhi keputusan pengguna informasi yang dalam mendasarkan
keputusannya menggunakan informasi laporan keuangan. Materialitas
bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstatement).

c) Keandalan
Andal (reliable) diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat dipercaya oleh penggunanya sebagai penyajian
yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara
wajar diharapkan dapat disajikan. Termasuk bagian dari faktor yang berkaitan
dengan keandalan antara lain:
1. Penyajian jujur
2. Substansi menggungguli bentuk Netralitas
3. Pertimbangan sehat
4. Kelengkapan

d) Dapat dibandingkan
Laporan keuangan juga harus dapat dibandingkan agar pemakai dapat
mengidentifikasi trend posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, informasi
dalam laporan keuangan harus diukur dan disajikan dengan kebijakan akuntansi
tertentu secara konsisten.

e) Penyajian wajar
Menurut KDPPLKS dengan penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar
akuntansi, umumnya akan menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan kondisi apa adanya, yang mana hal ini sering kali sudah
dianggap sebagai suatu pandangan penyajian wajar.

5. Unsur Laporan Keuangan

15
Sesuai karakteristik, maka laporan keuangan entitas syariah antara lain:
A. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial :
a) Laporan posisi keuangan
b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
c) Laporan arus kas
d) Laporan perubahan ckuitas

B. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial :


a) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
b) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

C. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan


tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.
Adapun unsur-unsur yang juga perlu dipahami dalam laporan keuangan entitas
syariah antara lain:
a) Kinerja
Umumnya ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran lainnya terkait
investasi adalah penghasilan bersih. Adapun unsur yang terkait langsung
dari penghasilan bersih adalah penghasilan dan beban.
b) Penghasilan
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Secara definisi penghasilan merupakan seluruh
pendapatan (revenue) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa dan dikenal dengan sebutan
yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bagi hasil, dividen,
royalty dan sewa. Sedangkan keuntungan mencerminkan pos lainnya yang
memenuhi definisi penghasilan dan mungkin tidak timbul atan mungkin
tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas syariah yang biasa.

16
c) Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Cakupan pengertian beban mencakup
segala beban operasional yang timbul maupun kerugian pelaksanaan
aktivitas entitas syariah.

D. Hak pihak ketiga atas bagi hasil


Merupakan hak pihak ketiga atas bagi hasil dari dana syirkah temporer,
dan bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan maupun kerugian hasil
investasi dalam satu periode laporan keuangan

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep dasar akuntansi syariah mengutamakan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip Islam dalam semua aspek keuangan dan bisnis. Prinsip-prinsip ini
menekankan keadilan, kesetaraan, transparansi, dan pertanggungjawaban dalam
transaksi keuangan serta pelaporan keuangan. Akuntansi syariah juga
memperhatikan manajemen risiko yang sesuai dengan syariah untuk melindungi
kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Melalui penerapan prinsip-prinsip ini,
tujuannya adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia, Akuntansi Keuangan Syariah, Jakarta

Nurhayati, S (2019). Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 5. Penerbit Salemba

19

Anda mungkin juga menyukai