Anda di halaman 1dari 17

BLACK MARKET PADA KASUS PENJUALAN SMARTPHONE DI

INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama NPM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Fitra Endi Fernanda, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS SOSIAL DAN BISNIS
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Pringsewu, 01 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................3
D. Manfat Penulisan........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Black Market (Pasar Gelap)................................4
1. Sub Judul..............................................................................4
2. Sub Judul..............................................................................6
B. Judul Point Pembahasan Kedua.................................................9
1. Sub Judul..............................................................................9
2. Sub Judul..............................................................................12
C. Dst

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dewasa ini, telah menempatkan handphone/telepon
ini, telah seluler sebagai perangkat komunikasi yang sangat penting dan sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyaraRSITAS ISLAM modern saat ini.
Oleh karena itu, penjualan dan peredaran handphone dari Tahun ke Tahun
mengalami peningkatan dan perkembangan yang cukup besar. Salah satunya,
dapat dibuktikan dengan beberapa handphone yang dimiliki oleh sebagian
besar masyarakat (GSM dan CDMA), bahkan tidak jarang seseorang memiliki
dan menggunakan lebih dari satu handphone'. Besarnya daya serap pasar
terhadap handphone di Indonesia, telah memberikan banyak kesempatan bagi
para distributor handphone untuk saling bersaing menyalurkan dan
memasarkan handphone yang telah diproduksi oleh produsen ke dalam pangsa
pasar dalam negeri (masyarakat). Tentu saja, hal ini telah menciptakan suatu
persaingan yang tinggi bagi para distributor handphone, sehingga beberapa
pengusaha distributor banyak yang tidak mampu bersaing secara "sehat",
melakukan pendistribusian handphon esecara "ilegal", seperti
mendistribusikan handphone-handphone dalam jumlah partai besar dengan
cara menghindari pajak. Salah satu cara ini, dapat memberikan manfaat bagi
distributor dalam melakukan penekanan pangsa pasar Handphone ke dalam
masyarakat dengan cepat, mudah dan murah, tanpa mengurangi keuntungan
yang diperoleh oleh para distributor itu sendiri.
Alat komunikasi mengalami perkembangan inovasi yang berguna untuk
membantu penggunanya dalam kehidupan sehari-hari. Smartphone merupakan
salah satu bentuk inovasi alat komunikasi yang mengambil alih peran
komputer yang dapat melakukan banyak hal namun dalam bentuk yang lebih
kecil. Fitur-fitur pendukung pada smartphone menjadi pendamping hidup bagi
penggunanya guna melakukan berbagai aktivitas setiap harinya. Sehingga para
produsen perusahaan smartphone saling berlomba guna memenuhi tingkat
mobilitas dan konsumsi masyarakat dengan memproduksi berbagai macam
smartphoneApple inc. merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi
smartphone dengan produk unggulannya yakni iPhone. iPhone merupakan
smartphone yang dirancang menggunakan sistem operasi iOS Apple yang
biasa dikenal dengan sebutan “iPhone OS”. Peluncuran iPhone pertama oleh
Apple Inc dilakukan pada tanggal 29 Juni 2007 dengan penjualan sebanyak
1,4 juta unit karena menjadi satu-satunya smartphone yang memiliki fitur
touch screen, mendukung jaringan seluler 2G serta koneksi internet dan
sejumlah fungsi lainnya (Pierce & Goode, 2018). Berlanjut dari tahun ke
tahun, Apple mengeluarkan series iPhone terbaru dengan keunggulan fitur dan
layanannya yang juga semakin berkembang. Pembaruan fitur dan layanan
yang diunggulkan dari iPhone menjadikan iPhone sebagai pioneer teknologi
untuk smartphone karena memiliki pengaruh cukup tinggi kepada smartphone
merk lain sehingga sebagian besar smartphone mengadopsi fitur bahkan
design dari iPhone (Pierce & Goode, 2018). Pembuatan iPhone menggunakan
komponen dan software yang unggul termasuk camcorder, kamera, computer,
hard drive serta fitur-fiturnya menjadikan iPhone memiliki harga yang mahal
di pasaran.
Marak beredarnya iPhone black market menjadi alternative bagi beberapa
orang untuk memiliki iPhone dengan harga yang lebih murah dibandingkan
iPhone garansi resmi dan ketersediannya yang lebih cepat serta memadai
(Kompas.com, 2021). Pasar sekunder di Indonesia menjadi berkembang
secara pesat berkat kualitas produk dan brand image iPhone yang tinggi
namun dengan harga yang wajar (Hawari & Rustiadi, 2022). Indonesia
sebagai Negara dengan kebijakan perdagangan bebas memungkinkan arus
komoditas dapat keluar masuk tanpa adanya hambatan. Indonesia sebagai
Negara berkembang sering mengalami keterlambatan perkembangan
teknologi, tidak siapnya sumber daya yang dimiliki untuk mendapat
perkembangan teknologi terutama teknologi baru menyebabkan mahalnya
harga gadget di Indonesia, celah dan kesempatan ini dijadikan sebagai sebuah
peluang untuk pasar iPhone bekas internasional dari luar negeri untuk dijual
kembali di Negara berkembang seperti Indonesia karena harga yang lebih
murah dan menarik banyak pengguna.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan black market?
2. Apa penyebab muncul nya black market?
3. Bagaimana penerapan dasar hukum black market?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diharapkan oleh penulis adalah untuk
1. Mengetahui modus penjualan smartphone blackmarket
2. Mengetahui penanggulangan tindak pidana penjualan smartphone
blackmarket

D. Manfaat Penulisan
Setelah mengidentifikasi dan merumuskan masalah tersebut di atas, maka
penulis berharap penelitian ini dapat berguna:
1. Manfaat Untuk penulis
bermanfaat dalam pengembangan ilmu penulis dalam Ilmu Hukum Perdata
khususnya terkait pidana penjualan smartphone blackmarket.
2. Untuk umum
sebagai refrensi dalam menyusun makalah mengenai penjualan
smartphone blackmarket
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Black Market (Pasar Gelap)


Pasar gelap ialah sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan transaksi
ekonomi ilegal, khususnya pembelian dan penjualan barang dagangan secara
tak sah. Barang-barangnya sendiri bisa ilegal, seperti penjualan senjata atau
obat-obatan terlarang; barang dagangan bisa curian; atau barang dagangan
barangkali sebaliknya merupakan barang resmi yang dijual secara gelap untuk
menghindari pembayaran pajak atau syarat lisensi, seperti rokok atau senjata
api tak terdaftar. Disebut demikian karena urusan "ekonomi gelap" atau "pasar
gelap" dilakukan di luar hukum, dan perlu diadakan "dalam kegelapan", di
luar penglihatan hukum. Pasar gelap dikatakan berkembang saat pembatasan
tempat negara pada produksi atau syarat barang dan layanan yang berasal dari
konflik dengan permintaan pasar. Pasar-pasar itu berhasil baik, kemudian, saat
pembatasan negara makin berat, seperti selama pelarangan atau
pendistribusian. Bagaimanapun, pasar gelap secara normal hadir dalam
ekonomi kapitalisme maupun sosialisme. Istilah pasar gelap dalam bahasa
inggris dikenal dengan illicit trade (dulu illegal trade, sekarang berusaha untuk
dihapus karena tidak sesuai).
Pasar gelap maksudnya tentu bukan pasar yang tidak ada penerangan atau
lampunya mati. Pasar gelap (black market) adalah sektor kegiatan ekonomi
yang melibatkan transaksi ekonomi ilegal, khususnya pembelian dan
penjualan barang dagangan yang barang-barangnya ilegal Misal penjualan
senjata atau obat-obatan terlarang, barang dagangan curian; atau
barangdagangan resmi yang sengaja dijual secara gelap, untuk menghindari
pembayaran pajak. Dari definisi tersebut, transaksi di pasar gelap dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok. Pertama, barang-barang yang dijual
tidak memenuhi persyaratan sahnya jual-beli menurut syariat Dan kedua,
barang-barang itu memenuhi persyaratan sahnya jual-beli menurut syariat.
tetapi tidak mendapat legalitas dari pemerintahan agar dapat
menghindar dari pajak.

B. Hukum black Market (Pasar Gelap)


Cakupan istilah pasar gelap ini cukup luas, selama perdagangan tersebut
melanggar hukum dan dilakukan di luar jalur resmi, maka dapat disebut
sebagai suatu pasar gelap. Misalnya, barang (smartphone) yang
diperdagangkan tersebut merupakan hasil pencurian, penyelundupan, atau
tidak dilengkapi perizinan untuk dapat diperdagangkan, sehingga melanggar
suatu ketentuan peraturan perundang-undangan. Dasar dari terjadinya jual beli
adalah perjanjian jual beli. Salah satu syarat sahnya perjanjian sebagaimana
diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
adalah adanya sebab yang halal yakni sebab yang tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum (lihat Pasal
1337 KUHPer). Sehingga, jika telepon selular yang diperdagangkan itu
diperoleh dari hasil pencurian, penyelundupan, penadahan atau diperoleh
dengan cara-cara lain yang melanggar undang-undang, dapat dikatakan jual
beli tersebut tidak resmi/tidak sah dan terhadap pelakunya dapat dijerat
dengan pasal-pasal pemidanaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
Selain itu, telepon selular termasuk produk telematika sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Perdagangan No : 19/M-DAG/PER/5/2009
(Permendag 19/MDAG/PER/5/2009). 7 Definisi produk telematika menurut
Pasal 1 angka 1 Permendag 19/MDAG/PER/5/2009 adalah sebagai berikut :
“Produk telematika adalah produk dari kelompok industri perangkat keras
telekomunikasi dan pendukungnya, industri perangkat penyiaran dan
pendukungnya, industri komputer dan peralatannya, industri perangkat lunak
dan konten multimedia, industri kreatif teknologi informasi, dan komunikasi.”
Smartphone, menurut ketentuan Lampiran I Permendag
19/MDAG/PER/5/2009, merupakan salah satu produk yang wajib dijual
dengan disertai kartu jaminan/garansi purna jual dalam Bahasa Indonesia.
Hal tersebut terkait juga pengaturan Pasal 2 ayat (1) Permendag 19/M-
DAG/PER/5/2009 yang menyatakan bahwa: “Setiap produk telematika dan
elektronika yang diproduksi dan/atau diimpor untuk diperdagangkan di pasar
dalam negeri wajib dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan kartu
jaminan (garansi purna jual) dalam Bahasa Indonesia.” Karena itu, terhadap
penjual smarthphone yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) Permen
19/M-DAG/PER/5/2009 berlaku ketentuan Pasal 22 Permen
19/M-DAG/PER/5/2009 yang menyatakan bahwa: “Pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat [1],
dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 9 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).” Jika kita melihat pada
ketentuan UUPK, Pasal 8 ayat (1) huruf j UUPK menyatakan bahwa seorang
pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang yang
tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk 8 penggunaan barang dalam
Bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
Terhadap pelanggaran Pasal 8 UUK ini pelaku usaha dapat dikenakan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak 2
miliar (lihat Pasal 62 ayat [1] UUPK). Maka, berdasarkan pengaturan Pasal 62
ayat [1] jo. Pasal 8 ayat (1) UUPK seorang penjual smartphone yang tidak
memberikan kartu garansi dan layanan purna jual dapat dikenai sanksi pidana.
Lebih lanjut, mengenai penuntutan berdasarkan Pasal 62 ayat (1) jo. Pasal 8
ayat (1). Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi dasar hukum dari
pasar gelap tersebut, yaitu:
1. Faktor penegak hukum
Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum. Jika dilihat dari faktor hukum adalah
lemahnya penegakan hukum membuat penjualan smartphone blackmarket
masih ada hingga saat ini khususnya di Batam, kemudian lemahnya
lembaga dalam penegakan hukum membuat barang-barang illegal dengan
mudah diselundupkan. Kedua, administrasi yang diterapkan terlalu rumit
sehingga membuat oknum illegal tersebut melakukan tindak pidana
penyelundupan. Tindak pidana penyelundupan barang bukan sebuah
kejahatan yang ringan, kejahatan tersebut akan membuat kerugian kepada
masyarakat luas apabila barang yang sengaja diselundupkan itu adalah
barang yang berbahaya bagi kesehatan maupun merugikan komersial.
2. Faktor sarana atau fasilitas atau mendukung penegak hukum
Kemudian faktor sarana prasarana diketahui bahwa tersedianya
fasilitas yang berwujud sarana dan prasarana bagi aparat pelaksana di
dalam melakukan tugasnya. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah
prasarana atau fasilitas yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
efektifitas hukum. Sehubungan dengan sarana dan prasarana yang
dikatakan dengan istilah fasilitas ini. Tanpa adanya sarana atau fasilitas
tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan
lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia
yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Sarana atau fasilitas
mempunyai peran yang sangat penting dalam penegakan hukum. Tanpa
adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum
menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual jika
dilihat dari kasus Blackmarket, pihak kepolisian sangat kesulitan dalam
medeteksi adanya barang ilegal seperti smartphone blackmarket yang
masuk karena kurangnya akses atau fasilitas pendukung untuk mengetahui
lebih cepat.
3. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau di terapkan
Sampai saat ini smartphone blackmarket masih terus beredar
karena adanya faktor dari masyarakat, masyarakat sengaja memilih barang
blackmarket dengan alasan lebih murah, tanpa memikirkan akibat dan
dampaknya dalam penggunaan blackmarket tersebut. Masyarakat dalam
hal ini baik sebagai konsumen maupun tidak dianggap kurang ikut
berpartisipasi didalam penegakan hukum terhadap penjualan smartphone
illegal tersebut, masyarakat dinilai kurang peduli. Berikut dokumentasi
yang di dapatkan:
Gambar I Handphone Blackmarket

Gambar II Handphone Blackmarket

Peredaran ponsel ilegal yang masuk ke pasaran dalam negeri


melalui jalur Black Market (BM) dan tidak memiliki surat-surat
keterangan resmi agar segera diberantas, peredarannya jelas telah
melanggar aturan perundang-undangan, memang smartphone blackmarket
yang dijual masuk secara illegal, melalui pelabuhan-pelabuhan kecil (jalur
tikus), pelabuhan besar, baik dalam bentuk komponen maupun ponsel
utuh, para pelaku usaha kini melakukan modus khusus agar ponsel
blackmarket dagangannya tetap bisa dijual dan digunakan oleh konsumen
(pembeli). Konsumen merupakan salah satu yang menjadi sasaran
penjualan backmarket, banyak pembeli yang sengaja membeli smartphone
blackmarket namun tidak mengetahui dampaknya.

C. Sanksi Terhadap Penjualan Smartphone Di Pasar Gelap (Black Market)


Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor: 527 k/Pdt/2006 telah
menggunakan istilah black market untuk menyebut suatu perdagangan yang
tidak resmi. Telepon seluler termasuk produk telematika sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 19/M-DAG/PER/5/2009.
Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Permendag 19/M-DAG/PER/5/2009 yang
menyatakan bahwa: “Setiap produk telematika dan elektronik yang diproduksi
dan/atau diimpor untuk diperdagangkan di pasar dalam negeri wajib dilengkapi
dengan petunjuk pengguna dan kartu jaminan (garansi purna jual) dalam
Bahasa Indonesia”. Terhadap penjual telepon seluler yang melanggar ketentuan
Pasal 2 ayat (1) Permendag 19/M-DAG/PER/5/2009 berlaku ketentuan Pasal
22 Permen 19/MDAG/PER/5/2009 yang menyatakan bahwa “pelaku usaha
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1),
dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen”. Berdasarkan peraturan dalam Pasal 62
ayat (1) jo. Pasal 8 ayat (1) UUPK seorang penjual telepon seluler yang tidak
memberikan kartu garansi dan layanan purna jual dapat dikenai sanksi pidana.

D. Penyebab Munculnya Black Market


Penyebab munculnya praktik black market antara lain adalah:
1. Luasnya Wilayah Republik Indonesia
Luasnya NKRI mengakibatkan kurangnya pengawasan di setiap
daerah dan membuat para pelaku pasar gelap lebih bebas dalam
menjalankan aksinya. Wilayah Indonesia berbatasan dengan banyak titik
pertemuan adagang dengan beberapa negara maju seperti Malaysia dan
Singapura. Tak dipungkiri bahwa titik-titik tersebut menjadi ladang ikan
bagi pelaku pasar gelap.
2. SDA Indonesia yang Dibutuhkan oleh Negara Lain
Indonesia sebagai negara yang kaya raya namun luput dari
kekayaannya membuat negara lain yang melihat peluang ini berlomba-
lomba memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Alhasil
banyak oknum yang „sadar peluang‟ memanfaatkan kondisi tersebut.
Akibatnya, praktik pasar gelap seperti illegal logging pun marak terjadi.
Sekitar 88% dari kegiatan penebangan hutan di Indonesia dilakukan
secara ilegal atau merupakan pembalakan liar4 . Karena itu, baik dari segi
pelaku maupun aspek kerugian negara, pembalakan liar sudah sangat
memprihatinkan.
3. Kondisi Industri yang Belum Mampu Bersaing
Kondisi industri Indonesia yang belum mampu bersaing membuat
si pelaku industri ini melakukan penyelundupan atas dasar tidak memiliki
dana yang banyak untuk melakukan distribusi dengan jalur yang resmi.
Dengan alibi agar barang yang didistribusikan akan memiliki harga yang
lebih murah dan berharap akan dapat meningkatkan daya saing dengan
industri yang sudah mapan.
4. Kegagalan Sistem Bea Cukai
Lemahnya sistem bea cukai di Indonesia menjadi salah satu faktor
utama dalam munculnya praktik pasar gelap. Terapan harga bea cukai
yang tinggi di Indonesia menjadi tanggungan besar bagi sebagian pebisnis
nakal. Oleh karena itu, banyak yang kemudian memilih jalan pintas
menyelundupkan barang dan kemudian menjualnya di pasar gelap untuk
menghindari bea cukai. Itulah sebabnya banyak penggagalan
penyelundupan terjadi saat pengecekan barang oleh petugas Bea Cukai.
5. Aparat yang Korupsi
Ini pasti sudah menjadi rahasia umum. Aparat yang ditugaskan di
“lahan subur penyelundupan” seperti polisi hutan, penjagaan perbatasan,
bea cukai, maupun petinggi-petinggi daerah, bisa saja melakukan
perbuatan ini. Terbukti, dari 3,7 juta sampai 4 juta jumlah Pegawai Negeri
Sipil (PNS), 60 persen diantaranya melakukan tindak pidana korupsi5 .
Para pelaku pasar gelap menyuap mereka dengan sejumlah uang agar
mereka tutup mulut. Tidak hanya tutup mulut, tapi juga memalsukan
dokumen-dokumen administrasi pengiriman. Ini menguntungkan kedua
belah pihak, yaitu aparat dan tentu saja si pelaku pasar gelap.
6. Kebijakan Pemerintah yang Menuntun Terciptanya Perbedaan Harga
Barang Domestik dengan Harga di Luar Negeri
Barang-barang yang diimpor dari luar negri biasanya dikenai pajak
yang lumayan besar. Untuk menjual kembali pun harus menutup biaya
yang dikeluarkan, sehingga barang-barang impor lebih mahal daripada
barangbarang sejenis yang berasal dari luar negri. Baru-baru ini, importir
alat komunikasi telah dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 yang
tarifnya baru saja dinaikkan dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen6 .
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif pajak ponsel, tablet dan alat
komunikasi sejenis sebagai pajak barang mewah disinyalir bakal menjadi
pemicu bertambahnya praktik pasar gelap. Hal ini dikarenakan para
pelaku bisnis menghindari pembayaran pajak yang besar untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih dari penjualan produknya.
Dari penyebab munculnya praktik black market diatas, yang paling
mendukung terjadinya praktik black adalah kegagalan sistem bea cukai,
aparat yang korup dan kebijakan pemerintah yang menuntun terciptanya
perbedaan harga domestik dengan harga di luar negeri. Ketiga hal tersebut
sangat berkaitan satu sama lain. Niat para pelaku bisnis untuk bermain
lewat jalan belakang didukung oleh kegagalan sistem bea cukai dipandang
sebagai kesempatan bagi „orang-orang dalam‟ yang justru mengetahui
kelemahan sistem bea cukai itu sendiri sehingga dimanfaatkan sebagai
lahan suap.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penjualan barang blackmarket khususnya pada penjualan smartphone ilegal
yang masih ada hingga saat ini dikarena faktor hukum adalah lemahnya
penegakan hukum membuat penjualan handphone balckmarket masih ada
hingga saat ini, kemudian lemahnya lembaga dalam penegakan hukum
membuat barang-barang illegal dengan mudah diselundupkan, kemudian
administrasi yang diterapkan terlalu rumit sehingga membuat oknum illegal
tersebut melakukan tindak pidana penyelundupan. Tindak pidana
penyelundupan barang bukan sebuah kejahatan yang ringan, kejahatan
tersebut akan membuat kerugian kepada masyarakat luas apabila barang yang
sengaja diselundupkan itu adalah barang yang berbahaya bagi kesehatan
maupun merugikan komersial tidak hanya itu smartphone Illegal masih terus
beredar karena adanya faktor dari masyarakat, masyarakat sengaja memilih
barang handphone blackmarket dengan alasan lebih murah, tanpa memikirkan
akibat dan dampaknya dalam penggunaan handphone blackmarket tersebut.
Masyarakat dalam hal ini baik sebagai konsumen maupun tidak dianggap
kurang ikut berpartisipasi didalam penegakan hukum terhadap penjualan
smartphone illegal tersebut, masyarakat dinilai kurang peduli.
Departemen Perdagangan dan Perindustrian Kementerian Perdagangan
memberlakukan pajak pendapatan Negara (PPN) dan pajak penjualan barang
mewah untuk smartphone impor, faktor pendukung dari perbedaan harga
produk Apple di Indonesia dan Negara lain adalah nilai tukar mata uang
rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat yang fluktuatif sehingga
perubahan harga jual produk Apple terus berubah akibat dari perubahan nilai
tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS. Perbedaan harga antara negara
dengan pajak tinggi dan pajak rendah dipandang sebagai akar penyebab marak
beredar iPhone black market. Semakin banyaknya smartphone berharga murah
yang dijual akan meningkatkan penetrasi smartphone khususnya kalangan
masyarakat dengan tingkat penghasilan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Salsabila, A. A., & Aryani, M. I. (2022). PRAKTIK BLACK MARKET PADA


KASUS PENJUALAN IPHONE SECOND DI INDONESIA TAHUN
2016–2020. Journal Publicuho, 5(4), 1202-1223.
Tibahary, A. R. (2019). Kepastian Hukum Dalam Transaksi Jual-Beli Telepon
Genggam (Handphone) di Pasar Gelap (Black Market).
Herawati, N., Shahrullah, R. S., & Girsang, J. (2023). PENJUALAN
SMARTPHONE ILLEGAL DI KOTA BATAM DALAM PERSPEKTIF
SOSIO-YURIDIS (STUDI KASUS PENEGAKAN HUKUM OLEH
POLDA KEPULAUAN RIAU). Jurnal Komunikasi Hukum
(JKH), 9(1), 420-439.
Nuraeni, S. (2020). Fenomena Black Market (Pasar Gelap) dalam Perspektif Etika
Bisnis. Prosiding FRIMA (Festival Riset Ilmiah Manajemen dan
Akuntansi), (3), 374-383.
Edisi 10/2012 - Majalah Pengusaha Muslim: Pasar Muslim Potensi &
Karakter. (2012). (n.p.): Yayasan Bina Pengusaha Muslim.
Soal dan Pembahasan OSN IPS SMP/MTs. (2021). (n.p.): Bumi Aksara.
YOGA, R. E. KAJIAN MASALAH EKSISTENSI PASAR GELAP DALAM
TINJAUAN ETIKA BISNIS DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL.

Anda mungkin juga menyukai