Anda di halaman 1dari 7

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR

SOSIOLOGI INDUSTRI

Dosen pengampu: FRINI KARINA ANDINI,S.AB,M.AB

Di susun oleh:

NAMA: HAYATUL MURDIAH

NIM: 2201125453

JURUSAN: ILMU ADMINISTRASI BISNIS

PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2023
KLASIFIKASI INDUSTRI BERDASARKAN PRODUK YANG DIHASILKAN

Sosilogi industri adalah sosiologi terapan yang di klasifikasikan dalm ilmu


pengetahuan sosial yang bertujuan menyelidiki aspek sosiokultural kehidupan
manusia.Sedangkan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan di
manfaatkan sebagai sumber daya industri sehingga industry tersebut dapat menghasilkan
barang yang mempunyai manfaat lebih tinggi dan nilai tambah.
Sekitar tahun 1920an di Indonesia industri modern hamper semuannya di pimpin
oleh orang asing meskipun jumlahnya relative sedikit. Pada masa itu industry kecil
hanyalah idustri rumah tangga yaitu penggilingan padi, tekstil dan sebagainya, yang tidak
terkoordinasi. Hanya ada dua perusahaan besar pada saat itu dan itupun milik orang
asing, berupa pabrik rokok milik British American Tabacco dan perakitan kendraan
bermotor General motor Car Assembly.

Klasifikasi industri
Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan Berdasarkan produksi yang
dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri primer, adalah industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Barang yang dihasilkan dapat dinikmati atau
dapat di gunakan atau di nikmati secara langsung. Misalnya: industri anyaman,
industri konveksi, industri makanan dan minuman.
2. Industri sekunder,adalah industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum digunakan atau dinikmati. Misalnya:
industri pemintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil.
3. Industri tersier, yaitu industri hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan
berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan

ii
masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan
dan industri pariwisata.

Standar produk.

Perusahaan harus memiliki standar yang baik, yaitu standar kualiitas produk, standar
produksi, standar teknis dan sebagainya.
1. Nama produk dan merek
Standar produk yang harus ada tentu harus danya nama produk dan merek, walaupun ada juga
kemasannya yang transparan, nama merek dan produk harus tetap ada atau dibutuhkan agar
mudah di identifikasi oleh pelanggan.
2. Deskripsi produk
Deskripsi produk akan sangat membantu proses pemeliharaan, ada beberapa jenis konsumen
menemukan produk karna melihat barangnya langsung di took. Selain membantu consume,
hal ini juga akan membantu tim gudang dalam mengelompokkan , menyimpan hingga
mengirim produk.
3. Stock keeping Unit (SKU)
Produk harus memiliki kode yang terdiri dari huruf,angka, tanda baca lainnya.
Biasanya nomor ini sangat deibutuhkan oleh penjual, baik oleh perusahaan pembuat
produk maupun distributor di semua tingkatan. SKU biasanya di kaitkan dengan kode
barcode yang sangat di butuhkan oleh suatu produk.
4. Dimensi produk
Tinggi, panjang dan berat produk harus ada di kemasan. Beberapa produk perlu di
terakan dimensinya tanpa kemasan,hal ini akan membantu distributor untuk
menjaganya.
5. Negara pembuat dan standar internasional
Untuk produk yang ditujukan untuk pasar luar negeri, informasi mengenai negara asal
produsen harus terdapat pada kemasan produk. Spesifikasi produk ini sering kali dikaitkan
dengan peraturan hukum dan pajak di negara pengecer. Selain itu, standar internasional juga
memiliki peraturan khusus mengenai klasifikasi produk yang dikelola oleh World Customs
Organization (WCO).

iii
Contoh industri primer,industri sekunder dan industri tersier
1. Contoh industri primer
 Industri tekstil, Industri ini sering diminati banyak orang, terutama di kota atau
destinasi wisata dengan kekayaan tekstil terbaik, sehingga diburu oleh
wisatawan. Barang rajutan ini bisa dijadikan oleh-oleh atau souvenir setelah hari
raya. Selain itu, bahan tenun juga merupakan produk yang dapat langsung
digunakan setelah pembelian produk, karena pengolahan barang tersebut terus
berlanjut
 Industri percetakan
Industri percetakan merupakan suatu usaha yang mengolah bahan mentah
menjadi produk jadi yang dapat diwujudkan dalam bentuk buku, cetakan
undangan, dan lain-lain. Umumnya industri ini membutuhkan waktu untuk
mengolah bahan-bahannya dan setelah barang produksinya siap, maka barang
tersebut dapat digunakan atau digunakan pada saat itu juga.

2. Contoh industri sekunder


 Industri pemintalan benang
Pada umumnya industri pemintalan benang menjual produk setengah jadi karena
produk tersebut dapat diolah lebih lanjut atau diolah menjadi produk utuh dengan
nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan misalnya pada pakaian, kasur
berbahan katun dan lain-lain.
 Industri baja
Baja merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah lebih lanjut menjadi
suatu barang yang lebih berharga. Sebab jika baja tersebut tidak diolah lebih
lanjut maka nilai guna atau jualnya hanya akan semakin rendah.

3. Contoh industri tersier


 Sektor perbankan
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang menangani berbagai
permasalahan keuangan masyarakat. Mulai dari menabung, meminjam dan
sebagainya. Kebutuhan tersier misalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Negara Indonesia (BNI) dan juga BSI (Bank Syariah Indonesia).

iv
 Industri bisnis
Industri yang memberikan pelayanan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan sekunder.Pelayanan
tersebut diwujudkan dalam ketersediaan penuh barang-barang yang dibutuhkan
masyarakat serta pelayanan ramah karyawan dan kasir.

Refolusi industri 1.0, 2.0, 3.0, 4.0, 5.0

1. Refolusi 1.0
Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke-18, dimulai sekitar tahun 1750-1850. Hal ini
ditandai dengan penemuan mesin uap, yang digunakan dalam produksi barang. Hal ini telah
menyebabkan perubahan besar di berbagai bidang seperti pertanian, industri, transportasi,
pertambangan dan teknologi di seluruh dunia. Awalnya muncul di Inggris dan menyebar ke
banyak negara, meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga
kerja manusia dan hewan. Mesin uap juga digunakan dalam industri transportasi.

2. Refolusi 2.0
Revolusi Industri 2.0 merupakan perubahan besar dalam proses produksi pada awal abad ke-
20 yang dipicu oleh penemuan listrik dan penggunaan jalur perakitan. Ini menggantikan
penggunaan mesin uap dan perakitan mobil dengan tangan. Pengaruhnya meliputi
perkembangan teknologi baru seperti mobil dan pesawat terbang dan berdampak besar pada
Perang Dunia II. Hal ini juga mengubah manajemen bisnis, menciptakan pembagian kerja
tertentu untuk membuat produksi lebih efisien.

3. Refolusi 3.0
Revolusi Industri 3.0 terjadi pada akhir abad ke-20 yang ditandai dengan teknologi digital dan
internet. Ini menyangkut pengembangan komputer, koneksi internet, telepon pintar, perangkat
lunak, dan sumber energi baru. Revolusi ini mengubah komunikasi dan perdagangan, dan
mesin menggantikan pekerja manusia di banyak industri. Hal ini pula yang melahirkan
konsep perusahaan berbasis teknologi “Technopreneur”.

v
4. Refolusi 4.0
Revolusi Industri 4.0 terjadi pada awal tahun 2000an dan melibatkan integrasi teknologi
digital dan Internet ke dalam industri. Hal ini mengubah cara perusahaan beroperasi dan
menekankan kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas sebagai kunci kesuksesan. Teknologi
seperti analisis data besar, AI, komputasi awan, dan internet berkecepatan tinggi
mendominasi. Indonesia juga mencanangkan konsep “Makin Indonesia 4.0” dengan fokus
pada industri tertentu. Revolusi ini menyebabkan munculnya layanan seperti Uber dan
Airbnb, yang mengancam industri tradisional dan menekankan pentingnya inovasi, layanan,
dan kecepatan dibandingkan persaingan. Sumber daya manusia menjadi faktor kunci di era
ini, karena itu diperlukan pemahaman dan penerimaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Refolusi 5.0
Revolusi Industri 5.0 merupakan sebuah konsep yang dihadirkan Jepang untuk era revitalisasi
sosial. Ini lebih berfokus pada integrasi antara manusia, data, dan teknologi. Meskipun
terdapat beberapa kesamaan dengan revolusi industri sebelumnya, namun perbedaan
fokusnya menjadikannya era perkembangan industri yang unik.

vi
DAFTAR PUSTAKA

vii

Anda mungkin juga menyukai