Anda di halaman 1dari 15

BULK INDUSTRY

TUGAS MATA KULIAH KIMIA TERAPAN

Disusun Oleh:
1. Annisa Sandya Ligina (4311417022)
2. Risya Aprilia (4311417036)
3. Shofia Indarti (4311417045)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya
berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Berikut ini merupakan
pengertian industri menurut para ahli:
 UU No. 5 Tahun 1984
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya.
 Badan Pusat Statistik
Industri adalah unit usaha yang berjalan kesatuan kegiatan ekonomi dengan
tujuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang berdomisili di tempat
tertentu atau lokasi dan memiliki catatan administrasi tersendiri.
 George T. Renner
Industri adalah semua kegiatan manusia dalam ekonomi produktif /
memproduksi barang dan uang.
Bulk industry adalah suatu industry yang memproduksi suatu produk
dalam jumlah besar. Umumnya industry manufaktur produk tidak
disesuaikan dengan konsumsi. Contoh dari bulk industry yaitu obat0obatan,
kertas, makanan, bahkan produksi sepeda motor dan mobil dan lain lain.
Masuk kedalam kategori bulk industry.
Berikut ini merupakan klasifikasi industri:
1. Berdasarkan terdapatnya bahan-baku
 Industri ekstraktif yakni industri yang bahan bakunya diambil langsung dari
alam seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan.
 Industri nonekstraktif yakni sebuah industri yang bahan bakunya diambil
dari tempat lain atau dari industri lain. Industri nonekstraktif ini dibedakan
menjadi tiga jenis, yakni:
Industri reproduksi
Industri manufaktur
Industri fasilitatif
2. Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya
 Industri besar, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerja nya  lebih dari
100 orang.
 Industri sedang, yaitu  industri yang mempunyai tenaga kerjanya antara 20
sampai dengan 99 orang.
 Industri kecil, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerjanya antara 5
sampai dengan 19 orang.
 Industri rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai tenaga kerjanya
antara 1 sampai 4 orang.
3. Berdasarkan departemen perindustrian
 Kelompok industri kimia dasar. Contoh: pada industri kertas, pupuk, semen,
ban dan lain sebagainya.
 Kelompok industri mesin dan logam. Contoh: pada industri besi baja, mesin,
dan komunikasi.
 Kelompok aneka industri. Contoh: pada mak garmen, dan minuman.
 Kelompok industri kecil. Contoh: pada pengaawetan daging, roti, dan
minyak.
4. Berdasarkan produktivitas perorangan
 Industri primer yakni jenis industri yang menghasilkan barang tanpa adanya
pengolahan lebih lanjut. Contoh: pada anyaman, pengeringan ikan dan
penggilingan padi.
 Industri sekunder yakni jenis industri yang menghasilkan suatu barang-
barang yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Contoh: pada industri
pemintalan benang dan elektronika.
 Industri tersier yakni jenis industri yang bergerak dalam bidang jasa.
Contoh: pariwisata, bank, travel, dan perdagangan.
5. Berdasarkan bahan mentahnya
 Industri agraris, yakni jenis industri yang mengolah bahan suatu bahan
mentah dari pertanian. Contoh: industri minyak goreng, kopi, teh, dan gula.
 Industri nonagraris, yakni jenis industri yang mengolah suatu bahan mentah
dari hasil tambang. Contoh: industri semen, besi, dan baja.
6. Berdasarkan tahapan proses produksinya
 Industri hulu, yakni jenis industri dalam tahap produksinya mengolah bahan
mentah atau bahan baku menjadi sebuah barang setengah jadi. Contoh: pada
industri kayu olahan, baja batangan, plat seng, lembaran karet, dan lain
sebagainya.
 Industri hilir, yaitu industri yang tahapan produksinya mengolah barang
setengah jadi menjadi bahan jadi (siap pakai). Contoh: industri garmen,
sepatu, dan kendaraan.
7. Berdasarkan hasil produksinya
 Industri berat yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah mesin-mesin
dan alat-alat produksi. Contoh: industri alat berat, mesin, dan alat
transportasi.
 Industri ringan yaitu jenis industri yang menghasilkan sebuah barang jadi
yang langsung dipakai masyarakat. Contoh: pada industri makanan,
minuman, obat-obatan, dan lain sebagainya.
8. Berdasarkan kemajemukan industri
 Industri besar (big industries) yaitu jenis industri yang aktivitasnya dalam
skala besar dengan kegiatan dan pengaturan yang majemuk. Ciri-cirinya
yakni :
modalnya yang sangat besar
memakai mesin-mesin yang moder
jumlah tenaga kerja nya banyak
lokasi industri nya menempati lahan yang luas
 Industri kecil (small industries) yaitu suatu kegiatan industri yang berskala
kecil. Ciri-cirinya yaitu :
modalnya yang kecil
peralatannya yang sederhana
jumlah tenaga kerjanya sedikit
9. Berdasarkan daya tampung tenaga kerja
 Industri padat karya(labour intersive) yaitu jenis industri yang dalam suatu
kegiatannya membutuhkan tenaga kerja nya dalam jumlah
banyak. Contohnya : pada industri garmen dan elektronika.
 Industri padat modal (Capital intersive) yaitu jenis industri yang dalam
aktivitasnya lebih banyak menggunakan modal baik yang berupa uang
ataupun mesin-mesin modern.Industri asing yaitu jenis industri yang
modalnya berasal dari pengusaha asing, yang berdasarkan suatu kebijakan
pemerintah.
10. Berdasarkan asal modal
 Industri nasioanal atau PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yaitu
jenis industri yang semua modalnya berasal dari dalam negeri.
 Industri swasta nasional yaitu jenis industri yang modalnya erasal dari
sebuah pengusaha nasional.
 Industri asing yaitu jenis industri yang modalnya berasal dari pengusaha
asing, yang berdasarkan suatu kebijakan suatu pemerintah.
 Industri bersama, yaitu biasa dikenal dengan istilah join venture industry
yakni jenis industri yang modalnya hasil kerja sama antara pengusaha
swasta nasional atau modal pemerintah dengan modal dari negara lain.
Dalam industri pastilah terjadi proses produksi. Produksi dipahami
sebagai transformasi bahan mentah menjadi produk oleh serangkaian
aplikasi energi yang mempengaruhi sifat fisik dan kimia bahan. Di negara
berkembang, pembangunan industri merupakan kebutuhkan yang mutlak.
Peningkatan di sektor industri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan barang impor serta
meningkatkan ekspor hasil industri.
Revolusi industri juga bisa kita rasakan hingga saat ini sehingga
banyak muncul produk dan metode baru. Kunci berkembangnya revolusi
industri berasal dari bidang ilmu pengetahuan sehingga melahirkan banyak
ilmuwan dengan melakukan riset dan penelitian. Perkembangan revolusi
industri 1.0 berasal dari kehidupan masyarakat yang terkonsentrasi di
pedesaan dengan mengandalkan sektor pertanian yang pendapatannya
sangat minim berubah menjadi sektor manufaktur yang meningkat dan
penghasilan membaik. Contoh sektor yang mengawali revolusi industri 1.0
yaitu industri tekstil. Produksi tekstil yang semula menggunakan tenaga
manusia berubah menggunakan tenaga mesin yang lebih efisien dan efektif.
Revolusi ini berkelanjutan sehingga menjadi revolusi industri 2.0 dimana
dalam periode ini terjadi lompatan besar dalam perkembangan teknologi dan
budaya masyarakat. Ditemukannya mekanisasi jalur perakitan yang lebih
efektif dan efisien serta adanya standarisasi mutu dan kualitas. Contohnya
produksi massal mobil dan pesawat sebagai alat transportasi. Berikutnya
revolusi industri 3.0 dengan munculnya teknologi informasi dan elektronik
yaitu sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot. Sehingga peralatan
industri dikendalikan komputer yang dikenal dengan komputerisasi.
Contohnya peralatan elektronik smartphone dan inovasi sistem perangkat
lunak. Hingga pada revolusi industri 4.0 munculnya konektivitas manusia,
data dan mesin dalam bentuk virtual. Semua bidang menggunakan
otomatisasi sistem pencatatan dengan komputer. Ditandai dengan
munculnya robot pintar, kendaraan tanpa kemudi, ataupun komputer
canggih.
Bulk industry adalah sistem produksi dengan jumlah besar,
umumnya di industri manufaktur. Konsep produksi massal ini bisa
diterapkan pada berbagai jenis produk baik berupa makanan, bahan kimia,
ataupun bahan bakar. Contohnya aseton, etilen oksida dan fenol.  Sedangkan
produk-produknya dapat berupa soap, feed, food, biopestisida. Perusahaan
tidak membutuhkan karyawan yang banyak, karena semua sumber daya
manusia di alihkan ke mesin kerja yang biasa disebut otomatisasi sistem.
Dalam persediaan bahan dari gudang juga tidak banyak karena
perhitungannya dalam sekali produksi.

Tabel 1. Karakteristik produksi bulk industry


Ciri produk dari bulk  industry:
1. Produk Yang Dihasilkan Berjumlah Besar
Produk yang dihasilkan dari sistem produksi massal pasti jumlahnya besar.
Karena pembuatan barang dilakukan secara terus menerus dan berurutan.
Pola ini tidak berubah untuk waktu tertentu bahkan seterusnya. Sifat ini
yang menjadi alasan mengapa produksi massal disebut juga produksi terus
menerus. Karena perusahaan tidak berhenti melahirkan produk dengan
jumlah banyak.
2. Sistem Produksi Disesuaikan Pada Urutan
Produk yang dihasilkan untuk produksi massal salah satu sifatnya ialah
dibuat secara berurutan atau disesuaikan dengan pola urutan. Artinya, proses
pengerjaan produk di awali dari bahan baku, hingga bahan jadi. Menurut
sifat ini, produk produksi massal, dibuat dengan beralur maju. Tidak ada
percampuran sistem pembuatan, seperti memasukkan barang jadi, lalu
barang setengah jadi, lalu kembali ke bahan baku lagi, tidak demikian.
3. Tidak Membutuhkan Tenaga Kerja yang Banyak
Sifat selanjutnya adalah tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
Karena produk yang diproduksi secara massal, fungsi mesin lebih
diutamakan. Karena alat inilah yang membuat proses pembuatan produk
lebih cepat. Karena sudah dipahami kalau produksi massal adalah sistem
pembuatan produk dengan jumlah banyak. Maka dari itu, kalau hanya
menggantungkan pada tenaga manusia hasilnya tidak akan maksimal.
4. Persediaan Bahan Produk Lebih Sedikit
Jika membuat produk untuk dipasarkan sesuai sistem produksi massal,
biasanya persediaan bahan produk lebih sedikit. Karena tidak ada stok
bahan tak terpakai hanya karena kesalahan penghitungan. Ini akibat dari
pola pembuatan produk yang lebih teratur dan berurutan. Sehingga,
kalkulasi kebutuhan bahan lebih jelas dan terukur.
5. Bahan-Bahan Dipindah Menggunakan Mesin
Sistem produksi massal membutuhkan pembuatan barang yang lebih cepat.
Karena jika terlalu lambat, pasokan kepada target pasar tidak akan
maksimal. Maka dari itu, sifat yang kelima adalah pemindahan bahan ke
mesin pengolah pun harus menggunakan alat atau mesin khusus. Sehingga
proses meracik bahan baku menjadi bahan jadi bisa lebih efisien.
6. Mesin Pembuat Produk Bersifat Khusus
Semua proses pembuatan produk didominasi oleh tenaga mesin, tentu kerja
mesin tersebut harus bersifat khusus. Karena harus ada yang bekerja sebagai
peracik bahan baku, pengolah menjadi barang setengah jadi, mesin
pengemas produk dan masih banyak fungsi yang lainnya. Hal itulah
mengapa sistem produksi massal lebih sering diterapkan oleh perusahaan
besar dibandingkan perusahaan kecil. Karena untuk modal pengadaan
alatnya saja memerlukan finansial yang tidak sedikit.

Keuntungan Sistem Produksi Massal


 Efisien secara ekonomi
Produksi massal sebagai proses ekonomi menimbulkan lebih sedikit biaya
tenaga kerja, biaya material, dan meningkatkan efisiensi dalam 
menggunakan sumber daya, sementara pada saat yang sama mengurangi
total pengeluaran per unit yang diproduksi. Ini penting bagi produsen
makanan kecil dan besar untuk menghemat pengeluaran yang tidak perlu.
 Tingkat Produksi cepat
Karena proses ini mencakup teknologi canggih dan sistem konveyor untuk
mempercepat produksi, produksi massal menawarkan tingkat produksi
tercepat dari setiap prosedur pembuatan. Misalnya, ketika sistem
pengangkutan menjadi lebih maju dalam industri ini, mereka dapat
mengidentifikasi produk tertentu dan mengarahkannya ke tujuan yang benar
tanpa diawasi oleh manusia.
 Akurasi produksi
Karena pola produksi ini didasarkan pada operasi utama dan tambahan yang
berulang yang bekerja bersama secara mekanis untuk menciptakan produk
akhir, kurangnya tenaga kerja terampil atau spesialisasi yang diperlukan
untuk membuat produk tidak akan terlalu berdampak negatif. Dengan begitu
pola produksi ini memungkinkan akurasi yang luar biasa dan margin
kesalahan yang rendah.

Kekurangan Sistem Produksi Massal


 Tidak fleksibel terhadap permintaan konsumen
Karena sistem produksi ini menurut definisi berfokus pada penciptaan satu
produk dalam jumlah banyak, sulit untuk menyesuaikan dengan permintaan
pelanggan yang selalu berubah jika permintaan produk itu tiba-tiba
menurun. Permintaan akan sulit diprediksi dan bisa sia-sia jika Anda
memproduksi produk yang mudah rusak.
 Pengurangan tenaga kerja
Peralatan canggih adalah indikator utama yang ada dalam pola produksi ini,
dan ini dapat menyebabkan staf yang tidak kompeten akan di PHK, dan
tentu ini tidak akan baik. Jika staf tidak sering dirotasi dan bekerja pada
produk yang sama setiap hari, ini pasti dapat menyebabkan inefisiensi dalam
aspek-aspek tertentu dari proses manufaktur, seperti kontrol kualitas.
 Sulit merestrukturisasi produksi
Karena produksi massal adalah sistem mesin yang bekerja bersama secara
serempak, mengubah aspek jalur produksi dapat memiliki konsekuensi
finansial dan logistik yang besar; terutama di puncak tren modern untuk
menciptakan proses yang lebih ramah lingkungan.
Contoh Bulk Industry
1. Perusahaan Indomie (Indofood Tbk)
Indomie merupakan produk mie instan yang diproduksi oleh PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indomie merupakan produk mie
instan yang dimiliki oleh Indonesia dan diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1969, beberapa masyarakat masih meragukan tentang mie instan
untuk dijadikan salah satu bahan pangan, namun karena biaya yang
murah dan terjangkau serta tahan lama. Pada tahun 1982 tingkat
penjualan indomie sangat signifikan.
Dengan perkembangan yang sangat pesat, Indofood berusaha untuk
mengembangkan pasarnya ke mancanegara, sehingga pada tahun 1992
pertama kali Indomie diekspor. Awalnya Indofood membentuk
Direktorat Ekspor dengan tugas focus mengembangkan ekspor indomie
ke berbagai negara yaitu Hongkong, Taiwan, Arab Saudi dan negara
lainnya. Selain menargetkan pada negara dengan tenaga kerja Indonesia,
Indofood juga menargetkan negara yang menjadi tujuan pelajar
Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya di Luar Negeri.
Sampai saat ini Indomie sudah dipasarkan dan berkembang di lebih
dari 80 negara. Perkembangan indomie sendiri di setiap negara tersebut
ditunjang dengan dibentuknya regional office, bahkan Indomie
membangun pabrik tersendiri di negara-negara yang termasuk dalam
target utama Indomie. Pabrik tersebut dibuat dengan tujuan agar
Indofood tetap bisa mengekspor produk lainnya, tidak harus diekspor
dari negara Indonesia, sehingga memudahkan pendistribusian.
Melihat perkembangan Indomie sejak tahun 1969 tentu tidak mudah
untuk mencapai keberhasilannya sampai sekarang ini. Perkembangan
dari pasar local hingga ke pasar global dan berhasil mencuri perhatian
konsumen dalam negeri dan luar negeri adalah bukti jerih payah PT.
Indofood untuk mencapai kesuksesan. Dengan kepopuleran sekarang ini
di pasar global dapat diyakini bahwa indomie akan terus berkembang ke
negara-negara lainnya. Indomie merupakan salah satu milik Indonesia
yang bisa dijadikan cerminan serta panutan bagi perusahaan local
Indonesia lainnya untuk berani menembus pasar global dan menjadi
salah satu produk kebanggaan Indonesia.

2. Proses Pembuatan Indomie


a. Pencampuran (Mixing)
Dalam proses mixing dilakukan pencampuran semua bahan yang
digunakan seperti tepung, telur, dan lain-lain. Tahap
pencampuran ini bertujaun agar tepung dan air tercampur merata.
Untuk mendapatkan adonan yang baik, kadar airnya bersikar 32-
34%.

b. Pembentukan Mie (roll press)


Roll press adalah mesin produksi yang terdiri dari 3 buah unit,
yaitu unit pressing, slitter dan unit wave conveyor. Unit pressing
berfungsi membentuk lembaran adonan mie sampai ketebalan
tertentu. Unit slitter berfungsi seperti pisau yang akan memotong
lembaran mie secara membujur menjadi untaian mie. Sedangkan
wave conveyor yang akan membentuk untaian mie menjadi
bergelombang atau keriting.
Tebal lembaran yang dihasilkan bergantung dengan jenis mesin
yang digunakan. Rataan tebal lembaran yang dihasilkan adalah
1,12-1,18 mm. Sedangkan proses slitting adalah proses
pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mie dan
kemudian siap dibentuk gelombang mie. Selanjutnya untaian mie
tersebut dilewatkan ke dalam waving net , sehingga terbentuk
gelombang mie yang merata dan terbagi dalam beberapa jalur.

c. Pematangan Mie (steaming)


Steaming adalah proses pematangan mie dengan teknik steam
basag atau disebut pengukusan. Pada proses ini, mie mengalami
perubahan fisik, menjadi lebih keras dan kuat.

d. Penggorengan (frying)
Pada tahap ini, untaian panjang mie dipotong dan didistribusikan
ke dalam cetakan. Kemudian mie di goring pada suhu 140-150
derajat celsius selama 60-120 detik. Tahap ini bertujuan agar
dehidrasi atau proses pengurangan kadar air mie menjadi
sempurna (sekitar 3-5%). Suhu minyak yang tinggi membuat air
menguap dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus di
permukaan mie.

e. Pendinginan
Mie hasil penggorengan kemudian didinginkan didalam lorong
pendinginan yang dilengkapi kipas. Mie lalu ditiriskan dengan
suhu 40 derjata Celsius dengan menggunakan fan yang berputar
cepat di atas ban berjalan. Proses tersebut bertujuan agar minyak
memadat dan menempel pada mie, serta membuat mie menjadi
keras. Pendinginan harus dilakukan dengan sempurna, karena
jika uap berkondensasi akan menyebabkan tumbuhnya jamur.
Pengeringan juga dapat dilakukan dengan menggunakan oven
bersuhu 60 derajat Celsius.
f. Pengemasan
Proses terakhir dalam pembuatan mie adalah pengemasan.
Berdasarkan peraturan SNI 01-3551-2000, mie instan harus
dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama masa penyimpanan dan
distribusi.

Diagram alur produksi mie instan


Sumber daya yang terlibat dalam proses produksi pembuatan mie instan ini
tidak terlalu membutuhkan sumber daya manusia yang terlalu bayak karena
pengerjaan produksi dilakukan oleh teknologi mesin sehingga SDM yang
diperlukan pada proses produksi sebatas jalannya produksi.
Daftar pustaka
Fattah, M. dan Purwanti, Pudji. 2017. Manajemen Industri
Perikanan.UB Press: Malang.
Nur, Rusdi dan Suyuti, Muhammad Arsyad. 2017. Pengantar Sistem
Manufaktur. Deepublish: Yogyakarta.
https://www.bulkchem.co.id/apa-itu-produksi-massal-dalam-bisnis-
produksi

https://www.bulkchemicals.us/

https://www.gurupendidikan.co.id/macam-industri/

https://www.kompasiana.com/cindysundari/54f70194a33311d6218b458
3/mengenal-fast-moving-consumer-goods

https://indomie.co.id

https://bbs.binus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai