Anda di halaman 1dari 89

KUMPULAN TUGAS RUTIN GEOGRAFI INDUSTRI

RESUME

NAMA MAHASISWA : NURHIDAYATI

NIM : 3182131017

DOSEN PENGAMPU : Drs. Walbiden Lumbantoruan, M,Si

MATA KULIAH : Geografi Industri

KELAS : A pendidikan Geografi 2018

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS IIMU SOSIAL- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

Bulan April 2020


TUGAS RUTIN 1
Keadaan Industri Dan Klasifikasi Industri

1. Keadaan Industri di Indonesia

Globalisasi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi
perekonomian, baik di tingkat nasional maupun internasional. Perkembangan globalisasi dan
liberalisasi ekonomi ini sudah mulai diorganisasikan secara formal dalam berbagai bentuk
perjanjian dagang dan industri, baik secara bilateral, multilateral, ataupun antarregional.
Indonesia bersama komunitas regional di Asia Tenggara atau Asia Pasifik serta komunitas
internasional lainnya, telah mengambil sikap terhadap kebijakan tersebut. Kebijakan yang
dirumuskan sebagian besar berisi strategi dalam mengembangkan industri dalam negeri
beserta antisipasi dampak yang mungkin terjadi. Dampak globalisasi yang paling dirasakan
adalah persaingan yang semakin ketat di berbagai kegiatan ekonomi, terutama di sektor
industri.

Indonesia dalam proporsi ekonominya dapat dikategorikan sebagai sebuah negara industri.
Pasalnya, sektor industri merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian nasional dengan
sumbangannya mencapai lebih dari 20 persen. Menteri Perindustrian Pemerintah terus
berupaya meningkatkan daya saing industri nasional agar mampu kompetitif di tingkat
global. Untuk itu, berbagai kebijakan telah dikeluarkan guna memberikan kemudahan bagi
para investor berusaha di Indonesia.

Daya saing Indonesia membutuhkan fondasi yang kokoh pada sisi sumber daya manusia
(SDM). Langkah ini menjadi salah satu focus pemerintah, termasuk dalam upaya mendorong
pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional. Peran perguruan tinggi sangat penting
untuk mendukung fondasi dalam penguatan daya saing Indonesia dengan memanfaatkan
teknologi yang mengalami perkembangan pesat.

Adapun berbagai permasalahan industri Indonesia seperti bahan baku industri masih impor,
masih kurangnya kebutuhan lahan industri, pembiayaan industri belum kompetitif, minimnya
penggunaan produk dalam negeri, dan banyaknya produk impor yang masuk ke pasar
domestik.

2. Klasifikasi Industri di Indonesia

Adapun berbagai klasifikasi industry di Indonesia adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan bahan baku, industri terdiri dari

 Industri ekstraktif

Industri ekstraktif merupakan industri yang bahan bakunya langsung mengambil dari alam.
Contohnya adalah perikanan, pertambangan, dll.

 Industri non ekstraktif

Industri non ekstraktif merupakan jenis industri yang kegiatannya tidak melibatkan
pengambilan langsung dari alam. Industri ini mengambil bahan baku yang sudah disediakan
industri lain. Contoh dari industri ini adalah industry kayu lapis, pemintalan kapas dan lain
sebagainya.

 Industri fasilitatif atau industri tersier

Industri fasilitatif merupakan industri yang menyediakan jasa untuk masyarakat. Contoh dari
industri ini adalah perdagangan antar negara, asuransi dan lain sebagainya.

2. Berdasarkan tenaga kerja

Sektor industri merupakan bidang yang membutuhkan banyak tenaga kerja, karena
merupakan pengolahan. Hal ini membuat sektor industri membutuhkan banyak tenaga kerja.
Berdasarkan tanaga kerja, industri diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yakni:

 Industri rumah tangga

Yang pertama adalah industri rumah tangga. Sektor industri rumah tangga ini merupakan
industri yang kecil skala atau jangkauannya. Ciri- ciri industi rumah tagga antara lain adalah:

 Mempunyai tenaga kerja maksimal 4 orang

 Memiliki modal yang terbatas

 Tenaga kerja berasal dari keluarga

 Pemilik atau pengelola industri adalah kepala keluarga

Contoh industri rumah tangga ini diantaranya adalah industri tahu atau tempe, serta berbagai
makanan ringah yang berskala kecil.

 Industri kecil
Industri kecil merupakan industri yang lebih besar daripada industri rumah tangga. Industri
ini mempunyai beberapa ciri antara lain sebagai berikut:

 Mempunyai tenaga kerja yang berjumlah antara 5 hingga 19 orang

 Modal yang dibutuhkan relatif kecil

 Tanaga kerja yang terlibat berasal dari lingkungan sekitar rumah atau masih ada
hubungan kerabat

Contoh- contoh dari industri kecil ini adalah industri pembuatan genteng, industri batu bata
maupun industri pengolahan rotan.

 Industri sedang

Industri sedang adalah industri yang peranannya cukup besar bagi perekonomian suatu
wilayah atau daerah. Industri sedang ini mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:

 Tenaga kerja yang digunakan sekitar 20 hingga 99 orang

 Modal yang digunakan cukup besar

 Tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai keterampilan tertentu

 Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan menajerial tertentu

Beberapa contoh industri ini antara lain industri konveksi, industri keramik, dan lain
sebagainya.

 Industri besar

Industri besar adalah industri yang peranannya besar bagi perekonomian suatu wilayah atau
daerah. Industri sedang ini mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:

 Tenaga kerja yang digunakan sekitar lebih dari 99 orang

 Modal yang digunakan sangat besar

 Tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai keterampilan tertentu

 Pimpinan perusahaan adalah orang yang terampil dalam bidang manajerial tertentu

Beberapa contoh industri ini antara lain industri pembuatan mesin serta alat- alat berat.
3. Berdasarkan produk yang dihasilkan

 Industri primer

Industri primer merupakan industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan yang lebih lanjut. Barang- barang yang dihasilkan oleh sektor industri primer ini
langsung dapat digunakan atau dinikmati secara langsung. Beberapa contoh dari industri ini
adalah industri anyaman, industri makanan dan minuman.

 Industri sekunder

Industri sekunder merupakan industri yang menghasilkan barang atau benda yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat dinikmati atau digunakan. Contoh dari
industri ini adalah industri ban, industri pemintalan benang, industri baja maupun industri
tekstil.

 Industri tersier

Industri tersier merupakan industri yang tidak menghasilkan barang atau benda yang dapat
dinikmati atau dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Namun industri ini
menghasilkan jasa layanan yang dapat membantu dan juga mempermudah kebutuhan
masyarakat.adapun contoh industri ini antara lain adalah industri angkutan, industri
perdagangan, industri perbankan serta industri pariwisata.

4. Berdasarkan bahan mentah

Industri merupakan proses pengolahan dari bahan mentah, bahan setengah jadi dan kemudian
manjadi barang jadi. Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, Industri diklasifikasikan
menjadi beberapa macam, yaitu:

 Industri pertanian

Industri pertanian merupakan industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil
kegiatan pertanaian. Artinya industri pertanian adalah industri yang mengolah bahan bahan
hasil pertanian. Beberapa contoh dari industri ini antara lain industri minyak goreng, industri
gula, industri kopi, industri teh dan juga industri makanan atau minuman.

 Industri pertambangan
Industri pertambangan merupakan industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari
barang- barang pertambangan. Dengan kata lain, industri pertambangan ini merupakan
industri yang mengolah bahan pertambangan menjadi barang- barang yang siap dikonsumsi.
Beberapa contoh industri pertambangan antara lain adalah industri semen, industri baja,
industri bahan bakar minyak, industri serat sintetis, dan lain sebagainya.

 Industri jasa

Yang dimaksud dengan industri jasa adalah industri yang mengolah jasa layanan yang dapat
mempermudah dan juga meringankan beban masyarakat, namun juga bisa menghasilkan
keuntungan. Ada banyak sekali industri jasa yang ada di sekitar kita, antara lain industri
perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri seni dan hiburan, hingga
industri transportasi. Industri- industri ini sangat membantu manusia dalam berbagai bidang.
Manusia sangat terbantu dengan adanya industri jasa karena dapat memudahkan pekerjaan
manusia.

5. Berdasarkan pada lokasi unit usaha

 Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry)

Industri yang berorientasi pada pasar atau yang disebut dengan market oriented industry,
merupakan industri yang didirikan mendekat pada daerah persebaran konsumen. Industri
yang seperti ini merupakan industri yang mendekat kepada konsumen. Beberapa contoh
industri ini adalah industri yang sering kita temukan di sekitar kita, seperti industri makanan
dan juga minuman.

 Industri berorientasi pada tenaga kerja (employee oriented industry)

Industri yang berorientasi pada tenaga kerja atau employee oriented industry ini merupakan
industri yang didirikan di sekitar atau mendekati pasar tenaga kerja. Industri seperti ini
didirikan terutama di tempat- tempat yang mempunyai banyak persebaran penduduk atau
banyak mempunyai angkatan kerja, khususnya penduduk yang mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah. Contoh industri yang semacam ini anta lain adalah industri konveksi
yang banyak didirikan di desa- desa.

 Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry)


Yang dimaksud dengan industri yang berorientasi pada pengolahan adalah industri yang
didirikan dekat dengan tempat pengolahan. Contoh industri seperti ini adalah industri semen
di Palimanan Cirebon, karena dekat dengan batu gamping

 Industri yang berorientasi pada bahan baku

Selanjutnya adalah industri yang berorientasi pada bahan baku. Industri yang berorientasi
pada bahan baku ini merupakan industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku.
Contoh dari industri ini adalah industri konveksi yang letaknya berdekatan dengan industri
tekstil, industri pengalengan ikan yang yang berdekatan dengan dengan pelabuhan laut serta
industri gula yang berdekatan dengan lahan tebu.

 Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain atau yang dikenal dengan
footloose industry

Industri yang tidak terikat dengan persyaratan lain ini adalah industri yang tidak terikat
dengan berbagai persyaratan yang telah disebutkan di atas. Industri yang seperti ini
merupakan industri yang fleksibel atau industri yang bisa didirikan dimana saja karena tidak
terikat dengan berbagai macam persyaratan. Industri ini bisa didirikan dimana saja karena
bahan baku, tanaga kerja dan juga pasarnya sangat luas dan dapat ditemukan dimana- mana.
Contoh dari industri ini adalah industri elektronik, industri tarsnportasi serta industri
otomotif.

6. Berdasarkan proses industri

 Industri hulu

Yang dimaksud dengan industri hulu adalah industri yang hanya mengolah barang jadi
menjadi barang setengah jadi saja. Sehingga industri ini tidak menghasilkan barang yang
bisa langsung dikonsumsi. Beberapa contoh industri hulu ini antara lain adalah industri kayu
lapis, industri pemintalan, industri alumunium, dan juga industri baja.

 Industri hilir

Yang dimaksud dengan industri hilir adalah industri yang mengolah barang setangah jadi
menjadi barang jadi. Barang jadi yang merupakan produk final yang dihasilkan oleh industri
ini bisa langsung diambil manfaatnya atau dikonsumsi secara langsung. Beberapa contoh
industri hilir ini antara lain industri konveksi, industri otomotif, serta industri mebel.
7. Berdasarkan barang yang dihasilkan

 Industri berat

Industri berat merupakan jenis industri yang menghasilkan mesin- mesin maupun alat- alat
yang digunakan untuk produksi lainnya. Jadi, industri berat ini merupakan industri yang
barang yang dihasilkannya bisa digunakan sebagai faktor produksi. Beberapa industri yang
masuk dalam industri berat ini antara lain industri alat- alat berat, industri mesin serta industri
percetakan.

 Industri ringan

Yang dinamakan industri ringan adalah industri yang menghasilkan barang- barang yang siap
dikonsumsi. Beberapa industri yang termasuk dalam industri ini antara lain adalah industri
makanan, industri minuman serta industri obat- obatan.

8. Berdasarkan modal yang digunakan

 Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN)

PMDN yakni industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah maupun
pengusahan nasional yang ada di dalam negeri. Beberapa industri yang mendapatkan
dukungan modal dari pemerintah ini antara lain industri kerajinan, industri pariwisata, serta
industri makanan dan juga minuman.

 Industri dengan penanaman modal asing (PMA)

PMA yakni industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Industri yang
modalnya berasal dari penanaman modal asing ini biasanya mempunyai produk yang besar
atau bergerak dalam bidang yang dibutuhkan orang banyak. Beberapa industri yang semacam
ini antara lain industri komunikasi, industri perminyakan serta industri pertambangan.

 Industri dengan modal patungan (join venture)

Join venture ini merupakan industri yang asal modalnya dari hasil kerja sama antara PMDN
dan juga PMA. Jadi, industri join venture ini ada campur tangan pihak dalam negeri dan juga
pihak asing. Industri yang masuk dalam kategori join venture ini antara lain industri otomotif,
idustri transportasi dan juga industri kertas.

9. Berdasarkan objek pengelola


 Industri rakyat

Karena dikelola oleh rakyat atau masyarakat, maka indutri ini merupakan milik rakyat
sendiri. Contoh industri rakyat antara lain adalah industri makanan ringan, makanan khas atau
barang- barang tradisional, maupun industri kerajinan.

 Industri negara

Yang dimaksud dengan industri negara adalah industri yang dikelola dan merupakan industri
milik negara yang lebih kita kenal dengan istila Badan Usaha Miliki Negara (BUMN).
Industri milik negara ini biasanya memproduksi barang- barang yang dibutuhkan oleh banyak
masyarakat dan dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh industri milik negara antara lain
industri kerta, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan dan
industri transportasi.

10. Berdasarkan cara pengorganisasian

 Industri kecil

Industri kecil ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

 Modal yang diperlukan relatif kecil

 Teknologi yang digunakan masih sederhana

 Karyawan atau pekerja yang dipekerjaan tidak lebih dari 10 orang, dan kebanyakan
dari mereka berasal dari keluarga atau kerabat atau tetangga.

 Produk yang dihasilkan juga masih sederhana

 Area pemasaran masih terbatas (lingkup atau skala lokal)

Contohnya adalah industri kerajinan (biasanya yang rumahnya dekat dengan lokasi wisata),
industri makanan ringan seperti kripik tempe, keripik daun bayam, dan lain sebagainya.

 Industri menengah

Industri menengah merupakan industri yang memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

 Modal yang diperlukan relatif besar

 Sudah menggunakan teknologi maju, namun jumlahnya masih terbatas


 Karyawan atau pekerja antara 10 hingga 20 orang yang dipekerjakan

 Pekerja yang diperkerjakan atau karyawan biasanya tidak tetap

 Memiliki lokasi pemasaran yang lebih luas atau sudah berskala regional

Contoh industri menengah yang ada di Indonesia, seperti industri bordir, industri sepatu,
industri mainan anak- anak, dan lain sebagainya.

 Industri besar

Industri besar mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

 Modal yang diperlukan sangat besar atau sangat banyak

 Teknologi canggih dan juga modern

 Mempunyain organisasi yang sudah etrtib atau teratur

 Memiliki tenaga kerja dalam jumlah yang banyak

 Kabanyakan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang terampil

 Memiliki lingkup atau skala pemasaran nasional maupun internasional

 Biasanya mempuroduksi produk- produk yang besar dan dibutuhkan oleh banyak
orang

Contoh industry besar yang ada di Indonesia adalah adalah Djarum (industri tembakau,
Freeport tambang dsb.

Penanya : Dwi Jessica, Miranda, Debby,

Menjawab : Farhan Tanjung, Winda Setiaman, Nurhidayati, Indri Oktavia, Veronica, Roy

Menanggapi : -
TUGAS RUTIN 2

Penentuan Lokasi Industri Dalam Satunlokasi Tertentu

1. Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Contoh
hasil industri yang berbentuk jasa adalah pada asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi
(pengiriman barang), dan lain sebagainya. Memahami industri dapat dengan menelaah
pengertian industri menurut para ahli. Secara umum, industri dipahami sebagai suatu usaha
atau aktivitas pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Sebagai contoh : usaha perakitan
(assembling) dan juga reparasi adalah bagian dari industri.
Berikut ini uraian mengenai pengertian industri menurut para ahli dan lembaga :
 Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,barang
setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan
industri (Kartasapoetra, 2000)
 Pengertian industri dibagi ke dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro,
pengertian industri sebagai kumpulan dari sejumlah perusahaan yang menghasilkan
barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti
sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan
industri yaiu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang
sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan (Hasibuan, 2000)
 Dalam Undang-Undang Perindustrian Nomor 5 Tahun 1984, disebutkan bahwa
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku,barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri

2. Penggolongan Industri Berdasarkan Pemilihan Lokasi


Penggolongan Industri Berdasarkan Pemilihan Lokasi yaitu :
 Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market orientedindustry)
adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri
jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada.
Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
 Industri yang berorientasi menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power
oriented industry) adalah industri yang berada pada lokasi di pusat permukiman
penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak
pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
 Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented
industry) adalah jenis industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

Selain penggolongan lokasi industri diatas, ada juga beberapa kecenderungan


penempatan lokasi industri, yakni sebagai berikut :
 Industri yang cenderung ditempatkan pada lokasi energi atau sumber tenaga
Adalah industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi,
batubara, gas, dan air). Contohnya sepeeti industri peleburan baja/besi, industri
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
 Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan
Adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi yang mudah dan
baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya industri yang
memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu tempat yang sama.
Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.
 Industri yang berorientasi pada modal
Adalah industri yang biasanya memiliki produksi yang besar dan sangat vital secara
ekonomis, dan memiliki pasar yang luas serta strategis untuk meKnarik modal asing.
Misalnya: industri farmasi dan alat-alat kesehatan.
 Industri yang berorientasi pada teknologi
Adalah industri yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik,
serta telah menerapkan teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan,
industri pariwisata, dan industri perhotelan.
 Industri yang berorientasi pada lingkungan
Adalah industri yang tidak merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi
atau proses industri yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber
energi, serta tidak mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
3. Pengelompokan Lokasi Industri
a) Lokasi Industri Menengah dan Besar
 Kompleks Industri
Lokasi industri yang berlokasi di luar kota dan jauh dari permukiman
penduduk,terutama untuk menampung industri-industri dasar dan lebih dikenal dengan
istilah Kompleks Industri yang menjadi inti Zona Industri. ·
 Estat Industri (Industrial Estate)
Lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industri-industri yang
bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luasan yang
cukup memadai bagi pengembangan sistem kegiatan industri yang terintegrasi yang
lokasinya masih di dalam radius pelayanan sarana dan prasarana perkotaan. ·
 Lahan Peruntukan Industri/Kawasan Industri (Umum)
Lokasi industri yang telah ditetapkan dalam Master Plan suatu daerah / kota yang
biasanya terletak pada jalur jalan regional di luar wilayah yang dapat bersifat
pertumbuhan pita atau plotting setempat dan masih berbaur dengan kegiatan lainsecara
lebih teratur.

b) Lokasi industri Kecil


 Permukiman Industri Kecil
Lokasi industri kecil yang biasanya berbaur dengan permukiman para pengusaha dan
pengrajin dalam tingkat aglomerasi yang cukup besar dari beraneka ragam jenis industri
kecil terkait, terletak di daerah pinggiran kota (daerah semi urban). ·
 Sentra Industri Kecil
Lokasi industri kecil, berbaur atau tidak berbaur dengan daerah permukiman para
pengrajin dalam jumlah relatif kecil atau industri-industri sejenis dan terletak didalam
kota atau di pedesaan. ·
 Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK)
Tempat-tempat usaha industri kecil yang dikelompokkan dan disediakan oleh
suatubadan tertentu yang berupa los-los kerja. Sarana usaha industri kecil
tersebutdimaksudkan untuk menunjang dan bekerjasama secara langsung dengan industri
besar, biasanya terletak di dalam suatu estet industry
4. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri
Pemilihan lokasi industri membutuhkan pertimbangan. Disaat manajemen
telah memutuskan untuk beroperasi di satu lokasi tertentu, banyak biaya menjadi tetap
dan sulit untuk dikurangi. Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan lokasi industri :
 Letak konsumen atau pasar, yaitu penempatan pabrik di dekat dengan daerah
konsumen. Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat dengan konsumen adalah
adanya kemudahan untuk mengetahui perubahan selera konsumen, mengurangi resiko
kerusakan dalam pengangkutan, apabila barang yang diproduksi tidak tahan lama,
biaya angkut mahal, khususnya untuk produksi jasa.
 Lokasi sumber bahan baku, yaitu penempatan pabrik di dekat daerah bahan baku.
Dasar pertimbangan yang diambil adalah apabila bahan baku yang dipakai mengalami
penyusutan berat dan volume, bahan baku mudah rasak dan berubah kualitas, resiko
kekurangan bahan baku tinggi.
 Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah apakah tenaga kerja yang
dibutuhkan unskill, dengan pertimbangan tingkat upah rendah, budaya hidup
sederhana, mobilitas tinggi sehingga jumlah gaji dianggap sebagai daya tarik, ataukah
tenaga kerja skill, apabila pemisahaan membutuhkan fasilitas yang lebih baik, adanya
pemikiran masa depan yang cerah, dibutuhkan keahlian, dan kemudahan untuk
mencari pekerjaan lain.
 Air, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan apakah membutuhkan air yang jernih
alami, jernih tidak alami, atau sembarang air.
 Suhu udara, faktor ini mempengaruhi kelancaran proses dan kualitas hasil operasi.
 Listrik, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan kapasitas tegangan yang
dibutuhkan.
 Transportasi, berupa angkutan udara, laut, sungai, kereta api, dan angkutan jalanraya.
 Lingkungan masyarakat, dan sikap yang muncul apabila didirikan pabrik di dekat
tempat tinggal mereka, apakah menerima atau tidak.
 Peraturan Pemerintah, Undang-undang dan sistem pajak. Aspek umum yang diatur
undang-undang adalah jam kerja maksimum, upah minimum, usia kerjaminimum, dan
kondisi lingkungan kerja.
 Pembuangan limbah industri, kaitannya dengan tingkat pencemaran, sistem
pembuangan limbah untuk perlindungan terhadap alam sekitar dan menjaga
keseimbangan habitat.
 Fasilitas untuk pabrik, berupa spare part dan mesin-mesin untuk menekan biaya.
 Fasilitas untuk karyawan, agar dapat meningkatkan semangat kerja dan kesehatan
kerja.

5. Teori Lokasi Industri Menurut Ahli (AlfredWeber)


Teori Lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan
ekonomi. Alfred Weber memiliki teori yang menyebutkan bahwa lokasi industri
sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut
teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber
menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku, Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh
lokasi optimum yang menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke
lokasi bahan baku atau pasar.
Istilah segitiga lokasional yang didasarkan pada asumsi :
1) Bahwa daerah yang menjadi objek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat
memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
2) Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia
secara terbatas pada sejumlah tempat.
4) Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.

locational triangle(segitiga lokasional) :


a) Lokasi industri dekat bahan baku. Lokasi Industri dekat bahan baku mempunyai ciri-
ciri: indek material lebih besar dari 1, berarti bahan mentah berkurang setelah
dipabrikkan, maka biaya transportasi bahan mentah menuju pabrik lebih mahal
dibandingkan biaya transportasi produksi jadinya menuju pasaran. Oleh karena itu
lokasi Industri dekat dengan bahan mentah.
b) Lokasi industri dekat dengan pasar. Lokasi Industri dekat dengan pasar mempunyai
ciri-ciri: indek material kurang dari 1, berarti berat bahan mentah bertambah setelah
dipabrikan maka biaya transportasi bahan mentah menuju pabril lebih murah
dibandingkan biaya transportasi produksi jadinya menuju ke pasar. Oleh karena
itulokasi industry dekat dengan pasar.
c) lokasi industri netral. Lokasi Industri Netral mempunyai ciri-ciri: indek
material=1,berarti bahan mentah tetap setelah dipabrikannya, maka lokasi Industri
diletakkanantara lokasi bahan mentah dan lokasi pasar.

Teori lokasi Weber ini menjelaskan bahwa kegiatan yang lebih banyak
menggunakan bahan baku cenderung untuk mencari lokasi dekat dengan lokasi bahan
baku, seperti pabrik alumunium lokasinya harus dekat lokasi tambang dan dekat
dengan sumber energi (listrik). Perluasan Teori Weber : Teori ini tujuannya untuk
menemukan atau menjelaskan lokasi optimal (lokasi terbaik secara ekonomis). Dan
kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi optimal adalah memberikan
keuntungan maksimal, artinya keuntungan tertinggi yang diperoleh dengan cara
mengeluarkan biaya paling rendah. Dan kenyataannnya yang ada di lapangan sulit
ditemukan lokasi yang dapat mengakomodasikan keinginan untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal, karena lokasi industri dibagi ke dalam least cost location
dan maksimum revenue location.
Isi Pokok Teori Weber adalah memilih lokasi industri yang biayanya paling
minimal (prinsip least cost location) dan untuk mendapatkan enam pra – kondisi
tersebut perlu diasumsikan :
 Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan dengan
ketrampilan).
 Sumber daya atau bahan mentah yang terdapat di tempat tertentu saja.
 Upah Buruh yang telah baku, artinya sama dimanapun juga.
 Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut dan
dipindahkan.
 Terdapatnya kompetisi antara industri.
 Manusia itu berpikir rasional.
Penanya : Indri, Tiaman, Paidol
Menjawab : Abdul, Rini, Hamzah
Menanggapi : Geby, Miranda, Masitoh, Abdul
TUGAS RUTIN 3

Faktor-Faktor Industri Yang Menentukan Berkembang Tidaknya Suatu Industri

Berkembang atau tidaknya sebuah industri sangat di pengaruhi oleh dua faktor
ini adapun kedua faktor itu antara lain :

1. Faktor Intern Kawasan Industri


Faktor interen merupakan faktor yang berasal dari dalam kawasan industri sendiri
yang dapat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya perkembangan kawasan
industri, faktor tersebut antara lain :
1 Faktor Lokasi,
Faktor yang dimaksud dalam hal ini adalah letak suatu kawasan industri dalam suatu
daerah tertentu, letak ini sangat berpengaruh terhadap minat investor, mengingat dalam
kegiatan industrinya para investor akan membutuhkan kemudahan, yang menyangkut faktor
lokasi meliputi jarak kawasan industri dari berbagai sarana di perkotaan seperti dari
pelabuhan laut, Bandar udara, pusat pemerintahan, bebas banjir, bebas macet, terdapat akses
jalan menuju jalan utama yang menghubungkan kota-kota besar, dan lokasi kawasan industri
berada dalam daerah industri sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
2 Permodalan
Permodalan merupakan salah satu faktor penting bagi perkembangan kawasan
industri, dengan modal yang cukup maka pembangunan kawasan industri dapat
berjalan dengan lancar, hal ini adalah sesuatu yang wajar karena membangun suatu
kawasan indusri memerlukan investasi yang sangat besar , mulai dari pembebasan
tanah, pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas, dan operasionalnya. Semua
itu harus di tanggung sendiri oleh pengembang kawasan industri, tanpa adanya
bantuan dari pemerintah. Sehingga bagi perusahaan kawasan industri hal ini
merupakan sesuatu yang sangat berat, sehingga diperlukan adanya fasilitas pendanaan
dari perbankan dengan memberikan insentif bagi perusahaan kawasan industri,
fasilitas ini dapat berupa kemudahan bagi perusahaan kawasan industri untuk
meminta dana pinjaman. Apabila fasilitas ini diberikan akan membantu meringankan
beban pengembang kawasan industri dalam memenuhi kebutuhan dana untuk
pembangunan dan pengembangan kawasan industri guna menciptakan kawasan
industri yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh investor
dalam menjalankan kegiatan industrinya.
3 Kelengkapan Fasilitas,
Kelengkapan fasilitas dalam kawasan industri, sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kawasan industri, kawasan industri yang menyediakan fasilitas yang
lengkap akan menjadi daya tarik bagi investor untuk masuk ke dalam kawasan
industri tersebut, sehingga pemasaran kawasan industri menjadi mudah dan kawasan
industri akan cepat berkembang dengan dapat terjualnya kavling-kavling industri dan
tersewanya bangunan siap pakai yang disediakan di dalam kawasan industri.
4 Promosi,
Promosi di sini dilakukan dengan tujuan memperkenalkan keberadaan kawasan
industri dan sekaligus upaya menarik investor agar mau menanamkan modalnya di
dalam kawasan industri. Mengingat suatu kawasan industri diperuntukkan bagi
perusahaan PMA maupun PMDN, maka dalam berpromosi , kawasan industri
melakukan tidak hanya pada tingkat nasional melainkan juga tingkat internasional.
Dengan demikian dalam hal promosi ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit,
menggingat sebagian besar promosi kawasan industri di lakukan sendiri oleh
perusahaan kawasan industri, kalaupun ada bantuan promosi dari pemerintah sifatnya
hanya merupakan sampingan dan biasanya bukan tujuan utama untuk
mempromosikan kawasan industri tetapi lebih mempromosikan potensi suatu daerah
secara umum, meskipun apabila ada investor masuk suatu kawasan industri, dalam
jangka panjang yang diuntungkan adalah pemerintah khususnya pemerintah daerah
dimana kawasan industri berada. dan promosi sendiri merupakan suatu hal yang
paling penting dalam berkembang atau tidaknya sebuah industri hal itu karena dengan
di lakukankannya promosi maka banyak para investor dan juga masyarakat yang
mengetahui tentang industri ini.
5 Tenaga kerja
Pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang ± Undang No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor
pendapatan yang sangat penting dan diperhatikan dalam proses produksi dan dalam
jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari ketersediaannya tapi kualitas dan macam-
macamnya. Setiap proses produksi harus disediakan tenaga kerja yang cukup
memadai, jumlah tenaga kerja yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan
sampai tingkat tertentu sehingga optimal.

2. faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mepengaruhi berkembang atau tidaknya suatu
industri yang berpengaruh dari luar industri itu sendiri . adapun faktor eksternal ini
sendiri adalah antara lain :
1. Iklim Investasi
Kawasan industri dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh iklim
investasi, hal ini dapat dimaklumi bahwa suatu kawasan industri tidak akan dapat
beroperasi kalau tidak ada investor yang mau membangun pabrik di dalam kawasan
industri. Dengan demikian berkembangnya kawasan industri juga terkait dengan
minat para investor tertarik menanamkan modalnya di suatu daerah dimana kawasan
industri dibangun. Sedangkan minat investor untuk mau menanamkan modal di suatu
wilayah atau daerah tergantung dengan baik tidaknya iklim investasi di
daerah/wilayah tersebut. Iklim investasi di katakan baik atau kondusif apabila para
calon investor dapat merealisasikan investasinya di suatu daerah dapat berjalan
dengan lancar tanpa adanya hambatan-hambatan yang berarti yang meliputi kurun
waktu mulai dari proses perizinan sampai dengan operasional usahanya dan
kelangsungan hidup usahanya sehingga tujuan utama sejak awal melakukan investasi
untuk mencari keuntungan dapat tercapai.
Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ada lima kendala
yang mengakibatkan iklim investasi di Indonesia belum kondusif.
- Pertama, soal proses perizinan, proses perizinan invetasi di Indonesia dinilai sangat lama
dan berbeli-belit. Langkah yang diusulkan BKPM mengatasi lamanya proses perizinan ini
adalah menghapus semua perizinan atau tetap memberlakukan izin tetapi ada pihak yang di
tunjuk menjadi penanggung jawab. Untuk perizinan di daerah, pemerintah pusat harus
menetapkan batas waktunya, jika tidak tepat waktu pemerintah pusat harus segera
mengambilnya.
- Hambatan kedua adalah tidak adanya rules of law. Penyelesaian tatanan hukum ini
sangatlah penting dalam menciptakan iklim investasi.
- Ketiga, masalah pemutusan hubungan kerja. Harus ada terobosan riil untuk implementasi
Undang-Undang N. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Bagi BPKM, kondisi-kondisi
ini mesti dilaksanakan. Dalam konteks ketenagakerjaan, jika tidak segera memberikan
terobosan riil berupa safeguard unuk memberikan rasa aman, investor dalam maupun luar
negeri bisa angkat kaki. Jangankan untuk menarik investor, investor lama pun bisa kabur.
- Keempat, masalah infrastruktur , infrastruktur di Indonesia sudah berada pada titik nadir
dan sangat sulit. Infrastruktur kita tidak terletak pada pasar, sehingga tidak terjadi distribusi
investasi yang sehat.
- Kelima adalah masalah insentif, undang-undang investasi tahun 1967 jelas sekali
ditunjukkan aturan insentifnya kepada daerah yang menggalakkan ekspor dan usaha strategis.
Namun, setelah tahun 1984, sebagian besar hasil bumi di Indonesia diproses di singapura
terlebih dahulu, sebelum didistribusikan ke semua Negara.
2. Dukungan Pemerintah
Secara teknis kawasan industri lebih terintegrasi dan tertata apabila
dibandingkan lokasi di luar kawasan industri . Hal ini tentunya lebih berpotensi untuk
menarik minat investor. Namun untuk mengajak investor masuk ke suatu kawasan
industri bukan sesuatu yang mudah. Faktor yang mempengaruhinya di antaranya
harga tanah di dalam kawasan industri umumnya lebih mahal dibanding diluar,
sehingga dapat mengakibatkan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mendorong
pengembangan kawasan industri Pemerintah harus memberikan dukungan. Dukungan
dari Pemerintah tersebut dapat berupa stimulan yang diberikan kepada
Pengembang/Pengusaha kawasan industri maupun kepada investor yang berlokasi di
dalam kawasan industri.
Stimulan itu dapat berupa insentif Pajak Bumi bangunan (PBB) atau
dukungan biaya pembangunan dan perawatan infrastruktur, serta kemudahan-
kemudahan dalam perizinan seperti pelayanan satu atap dan lain-lain yang
membedakan dengan melakukan investasi dengan membangun pabrik di luar kawasan
industri.
Pemerintah harus membantu dengan cara mengharuskan para pengusaha yang
telah memperoleh izin investasi untuk membangun pabriknya di dalam kawasan
industri. Apabila ini bisa dijalankan secara konsisten akan membawa keuntungan bagi
Pemerintah sendiri terutama dalam penataan rencana tata ruang yang serasi serta
mengamankan aspek-aspek pencemaran lingkungan seoptimal mungkin. Sedangkan
bagi pengelola kawasan industri hal ini juga sangat penting mengingat yang
bersangkutan terkait dengan prinsip-prinsip bisnis di dalam membangun kawasan
industrinya. Apabila pemerintah tidak membantu dengan cara membiarkan pabrik-
pabrik dibangun di areal luar kawasan industri, maka upaya-upaya pengelolaan
kawasan industri menjadi terganggu dan pada giliranya akan membuat kawasan
industri tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan.
3. Ketersediaan Prasarana Umum
Pengeluaran Pemerintah dapat dibedakan menjadi pengeluaran rutin dan
pengeluaran investasi Pemerintah atau pembangunan. Pengeluaran rutin adalah
pengeluaran Pemerintah untuk membiayai administrasi pemerintah, pengurusan harta
benda negara seperti memperbaiki jalan lama, memelihara gedung pemerintah dan
sebagainya dan membiayai tersedianya fasilitas sosial untuk keperluan penduduk.
Sedangkan pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang akan menambah modal
sosial masyarakat yaitu barang-barang modal yang akan digunakan oleh masyarakat
seperti jalan-jalan, pelabuhan dan jaringan jalan kereta api di dalam negara tersebut.
Kedua jenis pengeluaran Pemerintah ini sangat penting artinya dalam
menentukan lajunya pembangunan daerah karena pengeluaran tersebut besar
pengaruhnya terhadap kegiatan sektor lain dalam sesuatu daerah. Tetapi pengaruh
yang paling nyata dalam pembangunan daerah terutama berasal dari pengeluaran
pembangunan, karena pengeluaran pembangunan akan memperbesar jumlah
prasarana yang tersedia disuatu daerah dan sebagai akibatnya daerah tersebut akan
menjadi lebih menarik sebagai tempat untuk mengadakan penanaman modal
(investasi). Dengan adanya pengeluaran pemerintah disuatu daerah, prasarana umum
yang penting artinya bagi industri seperti penyediaan tenaga air dan listrik, jaringan
telekomunikasi, jaringan pengangkutan dan fasilitas pelabuhan akan bertambah baik
keadaannya. Perbaikan dalam fasilitas-fasilitas tersebut menyebabkan perusahaan
industri dapat dengan murah dan mudah memperoleh air dan tenaga listrik yang
diperlukannya, memperoleh dan mengangkut bahan mentahnya dan menjual hasil
produksinya keberbagai pasar di dalam maupun di luar daerah tersebut. Dengan
demikian perbaikan prasarana akan membantu mempertinggi efisiensi berbagai
industri.
Kegagalan suatu daerah untuk menarik modal ke daerahnya seringkali bukan
disebabkan oleh terbatasnya pasar atau kekurangan bahan mentah maupun tenaga
kerja, tetapi karena kekurangan berbagai jenis prasarana yang tersedia di daerah
tersebut. Faslitas pelabuhan dan pengangkutan yang kurang memadai, buruknya
jaringan pengangkutan, dan kurang sempurnanya keadaan komunikasi seringkali
menyebabkan penanam modal enggan untuk mengekploiter modalnya disuatu daerah.
Ketiadaan prasarana mempertinggi resiko atau kemungkinan kegagalan usaha
tersebut. Berarti, industrialisasi daerah tidak mungkin tercapai apabila pemerintah
gagal untuk menyediakan prasarana yang cukup memadai.

Penanya : Ganda, Tanya Bianca, Abdul


Menjawab :-
Menanggapi : -

TUGAS RUTIN 4

Struktur Industri Dan Industri Kecil Di Indonesia

A. ANALISIS STRUKTUR INDUSTRI

Model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis persaingan dalam suatu struktur
industri adalah model yang dikemukakan oleh Michael E. Porter (Porter, 1998). Model
tersebut meninjau seberapa jauh kekuatan tawar-menawar (bargaining power) elemen-
elemen dalam sistem persaingan bisnis. Porter menunjukkan bahwa persaingan bisnis juga
melibatkan pengaruh pemasok, pendatang baru, produk subtitusi dan pembeli. Evaluasi
pihak-pihak yang berpengaruh tersebut sangat diperlukan sebagai masukan untuk proses
perencanaan strategi pemasaran. Kekuatan-kekuatan dalam struktur industri sangat
mempengaruhi kondisi dan aturan main persaingan pada suatu sektor bisnis. Melalui analisis
struktur industri ini, perusahaan dapat menilai seberapa jauh mampu untuk bertahan dalam
lingkungan persaingan yang dihadapinya.

1. Pesaing Industri

Persaingan yang terjadi dalam perusahaan sejenis yang telah ada. Para pesaing
berusaha mencari peluang untuk memperbaiki posisinya. Elemen-elemen yang dapat
menentukan persaingan adalah:

 Nilai tambah
 Kelebihan kapasitas
 Tingkat diferensiasi produk
 Identitas merek
 Biaya peralihan
 Konsentrasi dan keseimbangan
 Kekompleksan informasi
 Keragaman pesaing

Intensitas dari persaingan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dari industri di bawah ini :
1. Jumlah perusahaan yang sangat banyak akan meningkatkan persaingan karena dengan
lebih banyak perusahaan harus bersaing untuk konsumen dan sumber daya yang sama.
Persaingan akan semakin meningkat jika perusahaan memiliki pangsa pasar yang sama,
sehingga mereka akan berjuang untuk menjadi pemimpin di pasar.

2. Pertumbuhan pasar yang lambat mengakibatkan perusahaan-perusaahan akan berjuang


untuk meningkatkan pangsa pasar. Pada suatu pasar yang bertumbuh, perusahaan mampu
untuk meningkatkan pendapatan dengan mudah karena pasar yang berkembang.

3. Biaya tetap yang tinggi akan meningkatkan persaingan. Ketika biaya total yang biasanya
berupa biaya tetap, perusahaan harus menghasilkan pada suatu kapasitas tertentu untuk
mencapai biaya per unit yang terendah. Perusahaan harus menjual produk dengan jumlah
yang besar ini, maka hal tersebut akan mengakibatkan perusahaan harus berjuang untuk
mendapatkan pangsa pasar dan akan mengakibatkan persaingan yang semakin meningkat.

4. Biaya penyimpanan yang tinggi atau banyaknya produk yang cepat rusak mengakibatkan
produsen akan menjual barang secepat mungkin. Jika produsen lain juga mencoba untuk
menjual pada waktu yang sama, maka persaingan untuk mendapatkan konsumen semakin
meningkat

5. Biaya peralihan yang rendah akan meningkatkan persaingan. Ketika konsumen dapat
dengan bebas untuk mengganti dari produk yang satu ke produk yang lain maka akan ada
suatu usaha keras untuk mendapatkan konsumen.

6. Diferensiasi antar produk yang rendah diasosiasikan dengan tingkat persaingan yang
tinggi. Identifikasi merek, akan cenderung untuk memaksa adanya suatu persaingan.

7. Penghalang untuk keluar yang tinggi menempatkan biaya yang tinggi untuk meninggalkan
suatu produk. Perusahaan harus bersaing. Penghalang untuk keluar yang tinggi akan
mengakibatkan suatu perusahaan untuk bertahan dalam suatu industri, meskipun ketika usaha
itu tidak menguntungkan.
8. Industri yang sedang berkembang. Suatu pasar yang berkembang dan berpotensi untuk
menghasilkan keuntungan yang tinggi akan membuat perusahaan- perusahaan yang baru
untuk memasuki pasar dan perusahaan yang sudah ada akan meningkatkan produksinya.
Batasnya akan dicapai ketika industri menjadi semakin padat dengan kompetitor, dan
permintaan tidak dapat mendukung pendatang baru dan akan menghasilkan pasokan yang
akan semakin meningkat. Industri ini dapat menjadi semakin padat jika laju pertumbuhannya
menurun dan pasar menjadi jenuh, akan menghasilkan sautu situasi adanya kelebihan
kapasitas yaitu ketika terlalu banyak barang dengan pembeli yang terlalu sedikit. Hal ini akan
mengakibatkan perang harga dengan persaingan yang semakin meningkat.
2. Pendatang Baru

Ancaman akan masuknya pendatang baru bergantung pada penghalang masuk (barrier
to entry) sektor industri yang bersangkutan. Barrier to entry adalah salah satu karakteristik
dari sebuah industri, makin tinggi penghalang ini maka makin kecil pula ancaman pendatang
baru yang dihadapi perusahaan yang telah mapan dalam suatu industri.
Dengan munculnya pendatang baru ke sebuah industri dengan kapasitas baru dapat
mengancam pangsa pasar. Ada enam sumber utama barrier to entry, yaitu :

 Skala ekonomis
 Diferensiasi produk
 Kebutuhan modal
 Biaya peralihan
 Akses ke saluran distribusi
 Kebijakan pemerintah

3. Produk Subtitusi

Produk subtitusi adalah produk yang mempunyai fungsi yang sama untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Bila produk yang dihasilkan perusahaan dapat digantikan fungsinya
oleh produk lain yang harganya lebih murah dengan kualitas yang tidak jauh berbeda maka
ancaman akan produk subtitusi akan meningkat. Jika perusahaan pembuat produk subtitusi
tersebut agresif mempromosikan produknya dan mendapatkan keuntungan yang besar dari
penjualan produk subtitusi ini, ancaman yang ditimbulkan akan semakin nyata. Elemen-
elemen yang menentukan ancaman produk subtitusi yaitu : Kinerja harga relatif dari produk
subtitusi. Biaya peralihan (switching cost) Ketertarikan pembeli terhadap produk subtitusi

4. Pemasok

Pemasok dapat memliki kekuatan tawar-menawar pada suatu industri dengan


ancaman untuk menaikkan harga, menurunkan kualitas pembelian barang dan pelayanan.
Elemen-elemen yang dapat menentukan kekuatan tawar dari pemasok adalah :

 Diferensiasi produk dari pemasok.


 Biaya peralihan (switching cost) dari perusahaan pemasok yang satu ke perusahaan
pemasok yang lain.
 Pentingnya volume bagi pemasok.
 Biaya yang berhubungan dengan pembelian total dalam industri.

5. Pembeli

Pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar dengan produsen untuk menurunkan


harga, meningkatkan kualitas dan pelayanan serta dapat membuat produsen di dalam industri
berlawanan satu dengan yang lainnya. Elemen-elemen yang menjadi penentu kekuatan tawar-
menawar pembeli adalah :

 Konsentrasi pembeli versus konsentrasi perusahaan


 Volume pembeli
 Biaya peralihan (switching cost) pembeli yang berhubungan dengan biaya peralihan dari
produsen yang satu ke produsen yang lain.
 Infomasi pembeli
 Produk pengganti

Pembeli akan berada di posisi yang kuat untuk menawar jika :

Pembeli terkonsentrasi, ada sedikit pembeli dengan pangsa pasar yang signifikan. Pembeli
membeli suatu produk dengan bagian yang signifikan, distribusi pembelian atau jika produk
distandarisas. Pembeli memiliki kredibilitas ancaman integrasi kebelakang, dapat mengancam
untuk membeli perusahaan yang memproduksi bahan baku atau pesaingnya.

Pembeli akan berada di posisi yang lemah untuk menawar jika :


 Produsen mengancam adanya integrasi kedepan, produsen dapat mengambil alih
perusahaan distribusi/pedagang eceran.
 Biaya peralihan pembeli yang signifikan, produk tidak distandarisasi dan pembeli tidak
dapat dengan mudah mengganti ke produk lainnya.
 Pembelinya terbagi (banyak, berbeda), tidak ada pembeli yang memiliki pengaruh yang
khusus pada suatu produk maupun harganya.
 Produsen menyuplai dengan suatu bagian yang kritis untuk bahan baku pembeli,
distribusi pembelian.

Susunan lima kekuatan bersaing tersebut memungkinkan perusahaan untuk memahami


kekompleksan dan menunjuj dengan pasti faktor-faktor yang krisis bagi persaingan dalam
industrinya, juga untuk mengidentifikasikan inovasi strategis yang akan sangat meningkatkan
keuntungan industri yang bersangkutan dan perusahaan itu sendiri.

B. INDUSTRI KECIL DI INDONESIA

a. Pengertian Industri Kecil

1. Menurut Mubyarto

Industri kecil dan industri pedesaan biasanya tidak bisa dipisahkan karena keduanya
menunjukkan beberapa persamaan. Industri pedesaan biasanya adalah industri kecil yang
tujuan utamanya adalah menambah pendapatan keluarga.

2. Menurut Kwik Kian Gie

Para wiraswasta yang berprilaku mandiri dan tidak pernah menggantungkan diri pada
siapapun juga, tidak pernah terdengar suara dan tuntutan- tuntutanya karena mereka terlalu
lemah dan tidak mempunyai akses ke media massa.Tidak pernah juga menuntut fasilitas yang
diberikan dari pemerintah, tidak mengerti dan tidak mungkin mampu mengerti instrumen
canggih dan serba abstrak, tetapi besar penghasilanya.

3. Menurut Depperindag

Industri kecil adalah sebagai industri kecil yang mempunyai nilai investasinya
seluruhnya sampai dengan Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan. Hal ini di sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/1997 tanggal 28
juli 1997.

4. Menurut Bank Indonesia

Industri kecil adalah jika sebuah nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan
berjumlah tidak melebihi dari Rp.600 juta. Dalam hal ini kepemimpinan Bank Indonesia juga
menetapkan bahwa industri kecil minimal 50 % modal usaha dimiliki pribumi dan sebagian
pengurus usaha tersebut adalah pribumi.

5. Menurut Badan Pusat Statistik

Industri kecil yaitu sebuah industri yang hanya mempekerjakan 5-19 orang yang terdiri dari
pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak untuk dibayar.
Perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang disebut sebagai industri rumah
tangga.

b. Kategori Industri Kecil

1. Industri Kecil Tradisional memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

 Lokasi di daerah-daerah perdesaan.


 Mesin yang digunakan dan alat kelengkapan modal hanya relatit sederhana.
 Aksesnya untuk mencapai atau menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan
terbatas.
 Proses teknologi yang digunakan sederhana.

2. Industri Kecil Modern, yaitu industri yang meliputi :

 Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dengan sistem pemasaran
domestik dan ekspor.
 Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process technology).
 Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan lainnya.
 Memiliki sekala produksi yang sangat terbatas.

3. Industri Kerajinan Besar


Industri kerajinan besar ini meliputi berbagai industri kecil yang sangat beragam mulai
dari industri kecil yang menggunakan teknologi dalam proses madya atau teknologi proses
maju.Selain mempunyai potensi untuk dapat menyediakan lapangan kerja dan kesempatan
untuk memperoleh pendapatan bagi kelompok berpendapatan rendah terutama di daerah-
daerah pedesaan, industri kecil juga didorong dengan landasan dalam budaya.
c. Karakteristik Industri Kecil

1. Sistem akuntansi kurang baik bahkan tidak memiliki sistem sama sekali.

2. Kemampuan pemasaran yang sangat terbatas hanya secara individu.

3. Sekala ekonomi sangat kecil sehingga sangat sulit untuk menekan biaya.

4. Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang mempunyai rencana dalam usaha.

5. Struktur organisasi yang sangat sederhana.

6. Kebanyakan tidak memisahkan kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan.

7. Jumlah tenaga kerja yang terbatas dengan pembagian kerja yang terbatas.

8. Marjin keuntungan sangat terbatas.

Karakteristik Industri Kecil diidentikkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Dilihat dari segi sosial ekonomi dan pasar, sering menjalani kesulitan untuk bisa
menembus pasar yang lebih luas karena tidak standarnya produk dibanding dengan
produk industri besar.
 Dari segi sarana dan teknologi menggunakan teknologi yang sangat terbatas dan sering
kali out of date, mudah diungguli pesaing dan menjalani kesulitan manejerial dan
finansial dalam proses pengembangan teknologi.
 Dari segi sistem produksi, mempunyai sistem produksi yang sangat rendah, sering kali
menggantungkan diri kepada pekerja keluarga yang tidak dibayar dan sulit
mengembangkan desain dari sebuah produknya.
 Dari segi kapital, industri kecil adalah industri yang nilai kapitalnya relatif kecil, lambat
melakukan ekspansi, tidak tahan dumping dan modal sering dipakai untuk kebutuhan
rumah tangga.
 Dari segi manajemen, industri kecil adalah industri yang rentan terhadap pesaing, pasif
dan tanpa integrasi dan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol.
 Dari segi personil, industri kecil adalah industri yang sering yang dilakukan secara
mandiri (self employment), tidak menuntut sebuah keterampilan yang lebih tinggi, lemah
latar belakang bisnis maupun masalah latar belakang akademisnya, lemah kaderisasi, dan
kurang wawasan perkembangan di luar.
Penanya : Verry Sisca, Geby, Tiaman
Menjawab :-
Menanggapi :-

TUGAS RUTIN 5

Mobilitas Penduduk Dan Produktivitas Kerja

A. MOBILITAS PENDUDUK
Mobilitas penduduk adalah gerak perpindahan penduduk dari satu unit
geografis (wilayah) ke dalam unit geografis lainnya. Gejala mobilitas penduduk
merupakan gejala alamiah yang terjadi sebagai respon manusia terhadap situasi dan
kondisi yang sedang dihadapi. Misalnya, desakan ekonomi, situasi politik, kebutuhan
pendidikan, gangguan keamanan, terjadinya bencana alam di daerah asal, ataupun
alasan-alasan sosial lainnya.

i. Teori Mobilitas Penduduk


Ravenstein, seorang ahli kependudukan dari Inggris, mengemukakan
pemikiran-pemikiran tentang mobilitas penduduk yang dikenal dengan Hukum
Migrasi (The Law of Migration) pada tahun 1889. Inti dari konsep pemikiran
Ravenstein adalah sebagai berikut.
1. Migrasi dan jarak

 Para migran banyak yang hanya menempuh jarak dekat dan jumlah migran di daerah
asal makin menurun karena makin jauhnya jarak yang ditempuh.
 Migran yang menempuh jarak jauh pada umumnya cenderung menuju ke pusat-pusat
perdagangan dan industri yang penting.

2. Migrasi bertahap
 Pada umumnya terjadi suatu perpindahan penduduk berupa arus migrasi terarah ke
pusat-pusat industri dan perdagangan penting yang dapat menyerap para migran
sebagai tenaga kerja.
 Penduduk daerah pedesaan yang berbatasan langsung dengan kota yang tumbuh
cepat, cenderung berbondong-bondong menuju ke kota tersebut. Sedangkan jumlah
penduduk yang pergi sebagai akibat migrasi di pedesaan yang berbatasan tersebut
akan digantikan oleh para migran dari daerah-daerah yang jauh terpencil.

3. Arus dan arus balik


Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik sebagai penggantinya.
4. Terdapat berbagai perbedaan antara desa dan kota
Adanya kecenderungan penduduk untuk migrasi, artinya bahwa penduduk
kota lebih sedikit bermigrasi jika dibandingkan dengan penduduk daerah-daerah
perdesaan.
5. Kebanyakan wanita lebih suka bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat
Ternyata para wanita melakukan perpindahan ke daerah yang dekat ternyata
lebih besar jumlahnya jika dibandingkan kaum laki-laki, sedangkan jumlah migran ke
wilayah yang jaraknya jauh cenderung dilakukan oleh laki-laki.
6. Teknologi dan migrasi
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam sektor transportasi serta perkembangan industri dan perdagangan,
berpengaruh terhadap peningkatan arus migrasi.
7. Motif ekonomi
Keinginan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bidang ekonomi
(kebutuhan material) menjadi dorongan utama dan yang paling banyak para migran
melakukan perpindahan.

ii. Jenis-Jenis Mobilitas Penduduk

Proses pergerakan penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permanen dan
nonpermanen.

a) Mobilitas nonpermanen
Mobilitas nonpermanen adalah pergerakan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain yang bersifat sementara atau tidak bertujuan menetap dalam waktu yang
lama. Berdasarkan lamanya waktu di tempat tujuan, mobilitas non permanen
dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Komutasi, yaitu bentuk mobilitas penduduk non permanen secara ulang-alik
(pergi-pulang) tanpa menginap di tempat yang dituju, atau dengan kata lain
waktu yang dibutuhkannya kurang dari 24 jam. Orang yang melakukan proses
komutasi dinamakan komuter atau penglaju. Contohnya orang-orang yang
tinggal di Bogor namun bekerja di Jakarta melakukan perjalanan
menggunakan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek untuk bekerja setiap hari di
Jakarta dan kembali pulang ke Bogor di hari yang sama.
 Sirkulasi, yaitu jenis mobilitas penduduk non permanen tetapi sempat
menginap di tempat tujuan atau mobilitas non permanen musiman. Orang
yang melakukan sirkulasi dinamakan sirkuler. Contohnya orang-orang yang
pergi mudik ke kampung halaman masing-masing ketika libur lebaran dan
menetap disana selama beberapa hari.
b) Mobilitas permanen (migrasi)
Mobilitas permanen adalah pergerakan penduduk dari satu wilayah ke wilayah
lain yang bersifat menetap dalam jangka waktu yang lama. Orang yang melakukan
migrasi disebut migran. Terdapat dua jenis mobilitas permanen, yaitu migrasi
internasional dan migrasi internal.
 Migrasi internasional, yaitu migrasi dari suatu negara ke negara lain. Migrasi
internasional dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu imigrasi, emigrasi, dan
remigrasi.

o Imigrasi, yaitu proses masuknya migran ke negara tujuan.


o Emigrasi, yaitu proses keluarnya migran dari negara asal
o Remigrasi, yaitu proses kembalinya migran ke negara asalnya setelah pindah
dan menetap di negara tujuan.

 Migrasi internal, yaitu migrasi dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam satu
negara. Secara umum, jenis-jenis migrasi internal yang biasa dijumpai di
Indonesia antara lain urbanisasi, ruralisasi, dan transmigrasi.
o Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kawasan perdesaan ke wilayah
perkotaan.
o Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa.
o Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk antar satu pulau ke pulau lain

iii. Faktor Migrasi Penduduk


Migrasi penduduk dipengaruhi oleh dua faktor utama yang dikenal dengan
istilah faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik (pull factors).
a) Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang timbulnya atau berasal dari daerah
asal. Misalnya perpindahan dari desa ke kota karena di desa lapangan
pekerjaannya sedikit. Beberapa faktor pendorong antara lain:
 Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal.
 Sumber-sumber alam semakin berkurang (pertanian, tambang, dll).
 Alasan pekerjaan atau perkawinan.
 Bencana alam (Gempa Bumi, Banjir, Wabah Penyakit, dll).
 Tidak cocok lagi dengan adat, budaya atau kepercayaan di tempat asal.
 Terdapat tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku.

b) Faktor penarik
Faktor penarik adalah faktor-faktor yang timbulnya atau berasal dari daerah
tujuan. Misalnya perpindahan dari desa ke kota karena di kota memiliki fasilitas
sarana dan prasarana yang lebih baik atau memiliki kesempatan pekerjaan yang
lebih baik dengan upah tinggi. Beberapa faktor penarik antara lain:
 Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
 Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik atau tinggi.
 Rasa bangga di tempat baru.
 Pekerjaan yang lebih baik atau cocok.
 Keadaan lingkungan lebih menyenangkan (banyak hiburan, fasilitas
sekolah, perumahan. dll).
 Terdapat kerabat atau saudara di tempat tujuan.
B. PRODUKTIVITAS KERJA
Pengertian Produktivitas Kerja 
Produktivitas kerja adalah suatu ukuran perbandingan kualitas dan kuantitas dari
seorang tenaga kerja dalam satuan waktu untuk mencapai hasil atau prestasi kerja
secara efektif dan efisien dengan sumber daya yang digunakan.
Produktivitas kerja merupakan sebuah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari
berbagai sumberdaya atau faktor produksi yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan.
Produktivitas bertujuan menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa
setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.
Produktivitas kerja memiliki dua dimensi, yaitu efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas, dan waktu. Dimensi selanjutnya adalah efisiensi yang berkaitan
dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana
pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Menurut Nasution (2001), produktivitas kerja adalah sebuah konsep yang


menggambarkan hubungan antara mereka (jumlah barang dan jasa yang, diproduksi)
dengan sumber (yang jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dll) yang digunakan
untuk menghasilkan hasil.

Menurut Hasibuan (1996:126) Produktivitas adalah perbandingan antara output


(hasil) dengan input (masukan). Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan  oleh
adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan
adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.

Produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan


dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu
menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau
tepat.

Sumber yang mempengaruhi produktivitas, antara lain :


1. Bersumber dari pekerjaan
Suatu pekerjaan yang banyak memerlukan gerakan yang dapat mengakibatkan
produktivitas kerja menjadi rendah. Oleh karena itu, agar gerakan dalam melakukan
pekerjaan cepat dan tepat terlebih dahulu diadakan “Time and Motion Study”. Dengan
dua studi tersebut dapat tercipta gerakan  – gerakan yang efektif dan dapat
memperlancar pekerjaan sekaligus mengurangi kesalahan karyawan.

2. Bersumber dari karyawan itu sendiri.


Semangat dan kegairahan kerja para karyawan merupakan unsur penting guna
mencapai produktivitas yang tinggi. Maka sebaiknya pimpinan memperhatikan unsur
penting tersebut seperti melalui :
 Gaji yang memadai
 Kebutuhan karyawan perlu diperhatikan
 Penempatan karyawan pada posisi yang tepat

Selain dari kedua sumber tersebut diatas maka faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah:

1) Pendidikan
Tingkat kecerdasan karyawan dilihat dari tingkat pendidikannya.
Semakin tinggi pendidikan semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan
tujuan kejenjang yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan berhubungan
dengan produktivitas kerja staf dan karyawan.
2) Kesehatan jasmani dan rohani
Salah satu tugas pimpinan perusahaan adalah menjamin kesehatan
karyawan yaitu dengan cara mengatur jam kerja, meniadakan lembur sehingga
dapat menciptakan kegiatan kerja para karyawan. Karyawan yang sehat juga
pasti akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh besar dalam
meningkatkan produktivitas. Lingkungan kerja yang bersih dapat
mempengaruhi karyawan untuk bekerja lebih giat.
4) Faktor Manajerial
Gaya kepemimpinan yang efektif, memotivasi, mengarahkan, dan
menggerakan bawahannya agar dapat bekerja dengan lebih semangat dan
bergairah dalam melaksanakan tugas.
5) Motivasi
Pemberian motivasi oleh seseorang pimpinan yang baik akan
membimbing dan melatih karyawannya. Memotivasi setiap karyawan tidaklah
mudah, sebab setiap karyawan mempunyai latar belakang, pengalaman,
harapan dan keinginan yang berbeda.
6) Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan mempunyai efek yang sangat penting dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja seorang karyawan perlu
mendapat perhatian dari perusahan karena produktivitas kerja akan
meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Produktivitas dapat dimaksudkan
sebagai penggunaan sumber-sumber ekonomi yang digerakan secara efektif
dan memerlukan keterangan organisator dan teknik sehingga mempunyai
tingkat hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang diperoleh seimbang dengan
masukan yang diolah.
Adapun hal-hal yang dinilai atas diri karyawan adalah hal-hal yang
dapat mendorong produktivitas atau prestasi kerja setiap karyawan seperti
kesetiaan atau loyalitas pegawai, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama,
dedikasi dan partisipasi karyawan didalam perusahaan atau instansi.

i. Aspek-aspek Produktivitas Kerja 

Menurut Siagian (2014), aspek-aspek produktivitas kerja adalah sebagai


berikut:

1. Perbaikan terus-menerus. Salah satu implikasinya adalah bahwa seluruh komponen


organisasi harus melakukan perbaikan secara terus menerus. Hal tersebut dikarenakan
suatu pekerjaan seluruh dihadapkan pada tuntutan yang terus-menerus berubah seiring
dengan perkembangan zaman. 
2. Tugas pekerjaan yang menantang. Dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat
pekerjaan yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika
melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar minimal. Akan
tetapi tidak sedikit orang justru menginginkan tugas yang penuh tantangan. 
3. Kondisi fisik tempat bekerja. Telah umum dikatakan baik oleh pakar maupun praktisi
manajemen bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan diperlukan dan
memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Selain itu menurut Kusuma dan Nugraha (2012), aspek-aspek produktivitas kerja
yaitu:
1. Motivasi kerja. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka produktivitas akan
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena adanya dorongan untuk
menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik. 
2. Efisiensi dan efektivitas kerja. Efisiensi dan efektivitas kerja adalah modal menunjang
produktivitas. Sebab dengan adanya efisiensi dan efektivitas dalam bekerja akan
menimbulkan produktivitas yang tinggi. 
3. Kemampuan kerja. Kemampuan kerja seseorang karyawan sangat menentukan hasil
produksi. Apalagi kemampuan karyawan tinggi maka akan menghasilkan produk
yang tinggi, sebaliknya kemampuan karyawan rendah maka akan menghasilkan
produk yang rendah. 
4. Pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan seseorang karyawan
sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan akan tetapi akan lebih tinggi
apabila seseorang karyawan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.

ii. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja 


Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) 

Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang


diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi pada
seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau
menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi,
seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.

b. Ketrampilan (skills) 
Ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai
bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses
belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan
ketrampilan yang dimiliki seorang pegawai diharapkan mampu menyelesaikan
pekerjaan secara produktif.

c. Kemampuan (abilities) 

Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki


oleh seorang pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah
kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan.
Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
tinggi, diharapkan memiliki ability yang tinggi pula.

d. Sikap (attitude) 

Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang


terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku
kerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya apabila kebiasaan-kebiasaan
pegawai adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin perilaku kerja yang baik pula.
Dapat dicontohkan seorang pegawai mempunyai kebiasaan tepat waktu, disiplin,
simple, maka perilaku kerja juga baik, apabila diberi tanggung jawab akan menepati
aturan dan kesepakatan.

e. Perilaku (behaviors) 

Demikian dengan perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan


kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja
yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas
dapat dipastikan akan dapat terwujud.

Sedangkan menurut Siagian (2014), produktivitas kerja di perusahaan dapat


tercapai apabila terpenuhi tiga faktor berikut, yaitu:
1. Produktivitas dikaitkan dengan waktu. Dalam hal ini berhubungan dengan penetapan
jadwal pekerjaan menurut persentase waktu yang digunakan, misalnya kapan
seseorang harus memulai dan berhenti bekerja. Kapan harus memulai kembali bekerja
dan kapan pula akan berakhir dan sebagainya. Dengan adanya penjadwalan waktu
yang baik, kemungkinan terjadinya pemborosan baik SDM maupun SDA dapat
dihindari. 
2. Produktivitas dikaitkan dengan sumber daya insani. Untuk melihat keterkaitan
produktivitas dengan sumber daya insani, manager/pimpinan perusahaan tersebut bisa
melihat dan segi teknis semata. Dengan kata lain meningkatkan produktivitas kerja
juga menyangkut kondisi, iklim, dan suasana kerja yang baik. 
3. Produktivitas dikaitkan dengan sarana dan prasarana kerja. Untuk dapat tercapainya
produktivitas kerja tidak terlepas dari faktor sarana serta prasarana yang ada dalam
perusahaan tersebut. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga tidak terjadi
pemborosan dalam bentuk apapun. Selain itu dimungkinkan bahwa sarana dan
prasarana yang tersedia mempunyai nilai dan masa pakai yang setinggi mungkin.

iii. Pengukuran Produktivitas Kerja 


Pengukuran produktivitas adalah suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Produktivitas dapat dikatakan tinggi atau rendah bila telah
dibandingkan dengan standar masa lalu. Peningkatan produktivitas terjadi bila
keluaran yang sama dapat dihasilkan dari masukan yang lebih sedikit atau
menghasilkan keluaran yang lebih banyak untuk masukan yang sama.

Pengukuran produktivitas tenaga kerja dilakukan berdasarkan sistem


pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang berdasarkan waktu tenaga kerja
(jam, hari atau tahun). Pengukuran diubah ke dalam unit-unit pekerja, yaitu jumlah
kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang sedang bekerja menurut
pelaksanaan standar.
Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang menjadi dasar tolok ukur produktivitas
kerja adalah:

1. Kuantitas kerja, merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah
tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahaan. 
2. Kualitas kerja, merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu
produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan. 
3. Ketepatan waktu, merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur
dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan di awal waktu sampai
menjadi output.
Pengukuran hasil produktivitas kerja dapat dilakukan dengan tiga metode
berbeda, yaitu:
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara
historis yang tidak menunjukkan bahwa apakah pelaksanaan ini memuaskan, namun
hanya mengetengahkan apakah mutu berkurang atau meningkat serta tingkatannya. 
2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan
yang lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian secara relatif.
3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik, sebab
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.

iv. Manfaat Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas memiliki beberapa manfaat, yaitu:

 Memberikan informasi bagi perusahaan untuk menentukan dan mengevaluasi


kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu
 Sebagai evaluasi perkembangan dan efektifitas dari perbaikan terus menerus yang
dilakukan perusahaan;
 Memperbaiki cara kerja dan memperbaharui cara kerja untuk meningkatkan laba
perusahaan;
 Memberikan informasi seberapa besar produktivitas tenaga kerja dari tahun ke tahun; 
 Memberikan informasi apakah faktor-faktor penjualan, biaya bahan yang digunakan,
biaya overhead produksi, biaya administrasi dan umum, dan biaya tenaga kerja
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada suatu perusahaan.

Penanya : Novi Aulia Sari, Ganda, Cindy


Menjawab :-

Menanggapi : Rebeka, Astuti Labora Purba, Winda Setiaman Zai, Abdullah Situmorang,
Ayu Simatupang dan Tanya Bianca

TUGAS RUTIN 6

Proses Dan Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Kehidupan Masyarakat

A.Pengertian Modernisasi Pertanian

Modernisasi pertanian merupakan perubahan besar pada pola pertanian dari cara-cara


yang tradisional menuju cara-cara yang lebih maju atau modern mencakup berbagai aspek
yang meliputi, kelembagaan pertanian, teknologi pertanian, pengembangan sumber daya alam
(SDA), dan regulasi.

Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai dengan perubahan yang


mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang
lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam
pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pengunaan sarana-
sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen. Pengenalan terhadap pola
yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap kelembagaan-kelembagaan yang
berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan,
P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan pola pengembangan dalam bentuk,
usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi.Selama beberapa pelita,
modernisasi pertanian telah membawa perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan produksi pertanian yang mencapai puncak ketika
tercapainya swasembada pangan.Namun kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada
akhirnya membawa kembali bidang pertanian di Indonesia dalam suasana
keperhatinan yang ditandai dengan menurunnya tingkat produksi, sehingga
menjadikan Indonesia kembali sebagai pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar,
kondisi ini terbentuk melalui berbagai proses yang tidak dapat di lepaskan. Pertama,
dari aspek modernisasi itu sendiri, dan Kedua berkaitan dengan perubahan-perubahan
sosial yang muncul dari modernisasi yang tidak diantisipasi secara dini.

Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan


diperkenalkannya mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan telah
menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari
menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga kerbau,
sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus ini, hasil
penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat
bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia.
Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi,
kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan
antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan
miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi para tuan tanah, dari
anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya untuk
mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202).Penelitian Scott menunjukan bahwa
penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan struktur
masyarakat, dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat.
Kondisi ini akan memperluas struktur kemiskinan.Sedangkan tujuan dari
pembangunan pertanian itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur
kemiskinan.

B. Proses Perkembangan Modernisasi Pertanian

Ada 3 tahap perkembangan modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian
tradisonal yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman
produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke
sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga
adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi.
Modernisasi pertanian dari tahap tradisional (subsistem) menuju pertanian moderen
membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi pertanian atau
penerapan teknologi pertanian yang baru. Untuk lebih jelasnya, saya akan membahas 3
tahapan tersebut satu persatu dengan lebih terperinci.

1.Pertanian Tradisional (Subsisten) 

Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya


dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang
merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena
hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai
rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah
dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.

Ciri-ciri pertanian tradisional :

1.Produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu, dua atau beberapa
tanaman saja yang di jadikan sumber pokok bahan mlakanannya.

2.Produksi dan Produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat
sederhana.

3.Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali.

2.Tahap Penganekaragaman Produk Pertanian (tradisional menuju moderen )

Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk


pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti; buah-buahan,
kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang
sederhana.

Kegiatan-kegiatan baru tersebut meningkatkan produktivitas pertanian yang


sebelumnya sering terjadi pengangguran tak kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali
sangat diperlukan di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, dimana angkatan
kerja di pedesaan berlimpah agar bisa dimanfaatkan lebih baik dan efisien.
Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian
waktu dalam setahun, maka tanaman-tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktu-
waktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga
memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam keluarga.

3.Pertaniaan Moderen

Pertanian moderen atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesialisasi


menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Ciri utama pertanian modern
adalah pertanian berbasis inovasi yang bersifat dinamis sesuai dengan tantangan yang
dihadapi. Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang
pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-kegiatan pertanian meruapakan
prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas.Keadaan
demikian bisa kita lihat di negara-negara industri yang sudah maju. Pertanian
spesialisasi ini berkembang sebagai respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan
yang menyeluruh di bidang-bidang lain. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis
dan teknologis serta perluasan pasar-pasar nasional dan internasional merupakan
motor yang penting bagi pembangunan ekonomi nasional.

Dalam pertanian moderen (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan


sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi tujuan pokok. Keuntungan
komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum perhektar dari
hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisda, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber
daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain seluruh produksi
diarahakan untuk keperluan pasar.

Di sektor pertanian kita dapat menyaksikan gejala  modernisasi pada penggunaan


teknologi baru didalam kegiatan produuksi pertanian. Penggunaan teknologi itu kemudian
menggubah cara produksi, tehnik produksi dan hubungan-hubungan sosial di pedesaan.

C.Dampak modernisasi pertanian bagi kehidupan masyarakat

 Dampak modernisasi pertanian bagi kesejahteraan masyarakat.

  
Kenyataan di lapangan penggunaan teknologi dan bibit unggul dapat memberikan
dampak positif bagi sebagian petani yang dapat menjangkau teknologi dan bibit unggul
tersebut.Namun di sisi lain dengan adanya teknologi dan bibit unggul tersebut memberikan
pengaruh negatif terhadap kehidupan petani terutama pelaku buruh tani yang mata
pencahariannya bergantung pada pihak lain yang membutuhkan jasanya.Tetapi dengan
adanya teknologi tersebut mata pencaharian buruh tani dapat terancam.Misalnya dalam
pengelolaan tanah 1 ha jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14 orang dengan waktu
beberapa hari tetapi adanya traktor cukup dengan satu orang dan hanya membutuhkan waku
kurang dari satu hari.Sehingga penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu sisi
menguntungkan petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang tersedia dan akhirnya
menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara yang kaya dan miskin.

            Solusinya penerapan pertanian yang berbasis teknologi yang mengarah pada


modernisasi pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengelolaan lahan
hingga menghasilkan suatu produk yang siap dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang
perananya digantikan dengan adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap
pengelolaan pasca panen atau bagian pemasaran sehingga dengan penerapan modernisasi
pertanian ini tidak lagi mengurangi lapangan kerja namun dapat menciptakan lapangan kerja
baru yang juga membantu para petani dalam menyalurkan hasil buminya.Dengan demikian
akan tercipta suatu system produksi yang menghasilkan produk yang berkualitas dengan
memperhatikan kesejahteraan petani dan buruh tani sekitarnya.

 Pengaruh modernisasi terhadap ketersedian lapangan pekerjaan bagi buruh tani.

Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya


penanganan yang serius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurangnya lapangan
pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis teknologi
sehingga dalam pengelolaan lahan dapat mengurangi jumlah pekerja.Hal ini tentunya
menguntungkan bagi pelaku tani dalam skala besar , tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak
dapat menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi
tersebut.Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan intensifikasi
pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik juga harus dikaji ulang
mengenai dampak social yang ditimbulkan.Jangan sampai penggunaan suatu teknologi akan
mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan kesenjangan social sehingga
rentan terhadap konflik social.Oleh karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus
dikaji juga mau kemana para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi
tepat guna, sepertihalnya solusi permaslahan sebelumnya, maka dalam penerapan
modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya hanya
menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan modernisasi pertanian proses
produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan , sehingga dalam proses tersebut
terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang
kehilangan pekerjaan akibat adanya penerapan teknologi.Dengan kata lain para pengambil
kebijakan harus juga memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh
suatu teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan
produksi pertanian.Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku
pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan jasa
yang mempunyai daya saing di era perdagangan pasar bebas ini.

 Pengaruh modernisani terhadap kehidupan sosial Masyarakat

Salah satu akibat dari modernisasi pertanian adalah Perubahan pelapisan


sosial.Perubahan pelapisan sosial (stratifikasi sosial) bukan karena kemauan mereka, tetapi
kondisi yang mengharuskan pergeseran itu terjadi. Tak dapat dipungkiri bahwa, modernisasi
pertanian menekankan teknologi tetapi melupakan struktur sosialnya. Akibatnya, petani
petani kecil yang miskin bertambah miskin dan petani besar yang kaya dapat bertambah kaya
karena, karena perbedaan kekayaan dan kemiskinan serta kesenjangannya semakin melebar,
berakibat terjadinya polarisasi sosial yang tak terhindarkan.

Geertz dalam Schoorl (1982) mengemukakan bahwa, munculnya fenomena


modernisasi menjadikan masyarakat terbelah. Modernisasi telah mendorong transformasi
masyarakat desa ke dalam dua kelas yang berbeda yakni, kelas petani kapitalis dan kelas
proletariat pedesaan. Transformasi masyarakat desa ke dalam dua kelas yang berbeda ini
pada akhirnya mendorong terciptanya polarisasi ekonomi maupun sosial di pedesaan
(Hotman Siahaan dalam Schoorl, 1982). Proses perubahan struktur sosial juga akan
meminggirkan petani kecil dan perempuan karena memudarnya homogenitas petani,
terjadinya penajaman stratifikasi sosial dan polarisasi sosial.

Penanya : Delima, Rini, Verry

Menjawab : Suci Vivi, Paidol, Labarta, Meli Manullang


Menanggapi : Geby Turnip, Abdullah Situmorang, Ganda Gultom

TUGAS RUTIN 7

Penggunaan Teknologi Tepat Guna Di Indonesia Dan Dampak Yang Ditimbulkan Nya

1. Sejarah Teknologi Tepat Guna

Teknologi Tepat Guna (TTG) awalnya diusulkan oleh E.F. Schumacher,


seorang ekonom berkebangsaan Inggris dan menjadi inspirasi salah satu bukunya
yang sangat terkenal berjudul Small is Beautiful. Schumacher adalah Dewan
Penasihat Batubara Inggris (British Coal Board Advisor) dan penasihat pemerintah
untuk Burma dan selanjutnya untuk India. Schumacher mendirikan Intermediate
Technology Development Group (ITDG) pada tahun 1966. Pendekatannya mendapat
perhatian pada tahun 1960-an sebagai gerakan sosial selama krisis energi tahun 1970-
an dan sebagai gerakan lingkungan. ITDG masih ada hingga sekarang di bawah
organisasi riset aksi yang bertujuan untuk “memperlihatkan dan mengadvokasi
pembangunan berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi untuk mengurangi
kemiskinan di negara-negara berkembang''.

Pada awalnya, teknologi tepat guna sering digunakan bergantian dengan


intermediet teknologi, yang berarti teknologi antara, yaitu teknologi tradisional di
negara berkembang dan teknologi maju padat modal dari dunia barat. Istilah teknologi
tepat guna dalam konteks yang spesifik dan kadang-kadang umum dianggap sebagai
suatu teknik untuk pembangunan yang digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, keadilan sosial, ketenaga kerjaan, dan kebutuhan dasar manusia. Definisi
terakhir tentang teknologi tepat guna, bahwa teknologi ini haruslah berskala kecil,
padat karya, investasi modal yang rendah per pekerja, hemat energi, ramah
lingkungan, dikontrol dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

Menurut Oxford English Dictionary, definisi gabungan untuk istilah


'tepatguna' dan 'teknologi' adalah “penerapan pengatahuan ilmiah untuk tujuan praktis
sehingga cocok untuk orang, kondisi, keempatan atau tempat tertentu”. Definisi ini
berimplikasi bahwa “tepat guna” dapat bervariasi dan oleh sebab itu istilah teknologi
tepat guna tidak dapat tepat didefinisikan. Secara umum, istilah teknologi tepat guna
seringkali digunakan dalam konteks teknologi untuk negara berkembang.

2.Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang


diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna
adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai
dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG
adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya
teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional,
sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan
mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.

Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan


teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga
merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan
yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat
sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan
teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari
lingkungan. Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat
dikatan sebagai TTG, yaitu:

1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang


tersedia banyak di suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat
setempat.
3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya
dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.
4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi
memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut tidak
perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah serupa. Apa
yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat. Maka dari itu
tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu
dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

3.Ciri-Ciri Teknologi Tepat Guna (TTG)

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG,
dapatdikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti
sebagaibatasan) adalah sebagai berikut:

1.Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung


pertanian,industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
disuatu tempat.

2.Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.

3.Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung olehketerampilan
setempat.

4.Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

5.Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahansecara


lebih baik dan optimal.
6.Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar (self-realiance
motivated).

4.Syarat Teknologi Tepat Guna

Syarat Teknologi bisa dikatan tepat sasaran atau dikatakan Teknologi Tepat Guna yaitu:

1.Biaya murah

2.Mudah dibangun

3.Mudah dirawat

4.Berdaya guna

5.Berhasil guna

6.Aman digunakan siapapun

7.Ramah lingkungan.

5.Jenis – Jenis Teknologi Tepat Guna

1. Bidang Pendidikan

Teknologi tepat guna pada bidang pendidikan mempunyai faktor pendukung dalam proses
pembelajaran dan teknologi tepat guna tersebut dapat memudahkan proses belajar
mengajardengan hasil lebih baik atau optimal misalnya, Bahan ajar/sumber belajar, Media
pembelajaran, Sarana praktek/praktikum, Sistem penilaian, Sistem pembelajaran. Sedangkan
Teknologi tepat guna dalam mata pelajaran dapat diterapkan dalam hal : Sistem penanganan
kasus, Sistem informasi, Sistem diagnosa kasus, Tes psikologi.

2. Bidang Transportasi

Kebutuhan akan transportasi memudahkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dari


segiekonomi dengan lebih ringan tetapi juga lebih cepat dan penghematan waktu
untukmenempuh jarak wilayah.Dalam perkembangannya transportasi mengalami kemajuan
di bidang IPTEK sehinggadengan mudah masyarakat menggunakan bentuk dari pelayanan
transportasi public ini sepertipada jaman dulu, masyarakat memakai kendaraan sepeda roda 2
atau yang lebih dikenalontel, lalu berkembang lagi untuk dinaiki oeh 2 penumpang yaitu
becak, berkembang lagidengan menggunakan mesin dan tidak mengurangi kapasitas dari
becak tersebut, munculahbemo dan bajaj berkeambang lagi dengan menggunakan roda 4
sehingga dapatmemperbanyak daya tampung penumpang mobil sedan angkot mini maupun
miniarta, sampaipada puncaknya pada pertengahan munculah kereta api dan hingga saat ini
menujukesuksesan maka dibuatlah pesawat udara untuk mempermudah public dalam
tranportasitanpa batas antar Negara bahkan pulau. Itulah gambaran dari
perkembangan transportasipublic di negeri kita ini.

3. Bidang Kesehatan dan Kedokteran

Bidang kedokteran sudah pasti ada banyak teknologi yang digunakan. Misalnya
untukmemeriksa kadar kolesterol, kadar gula, fungsi pencernaan, fungsi syaraf dan lainnya
adasistem canggih yang digunakan. Menggunakan alat semacam maghnet yang
digenggamkemudian langsung terhubung dengan layar komputer dan diketahui bagaimana
kondisitubuh pasien. Hal tersebut berarti tidak hanya menggunakan metode pengambilan
sampeldarah saja. Alhasil ada banyak alternatif untuk membandingkan hasil pemeriksaan
sehinggalebih maksimal. Belum lagi teknoloti CT scan, USG dan sebagainya.

4. Bidang Pertanian dan Peternakan

Anda bisa melihat bagaimana tanah digarap dengan bajak. Dimana sebelumnya
harusdicangkul. Pencangkulan lahan dinilai terlalu lama dan terlalu banyak orang yang
diperlukan.Kemudian muncul bajak dengan memanfaatkan sapi atau kerbau sebagai
penggerak.Pekerjaan menggarap tanah lebih cepat. Namun ternyata masih dianggap terlalu
lama lalumuncullah trantor yang membuat penggarapan lahan pertanian lebih cepat. Belum
lagipenemuan pembuatan pupuk. Mulai pupuk buatan hingga pupuk organik cair (POC)
yangdinilai lebih aman bagi tanaman.

5. Bidang Usaha Kecil Menengah

Bidang satu ini termasuk sangat berkembang teknologi yang dihasilkan. Jika
dulu untukmengiris bawang perlu bersusah payah, kini sudah ada mesin pengupas dan
pengiris bawang.pengirisian lebih cepat dan lebih banyak. Lalu ada mesin pengiris
untuk pembuatan keripiksingkong, keripik ubi, keripik kentang. Siapa sangka, buah
dan sayur bisa dijadikan keripik.Namun saat ini hal tersebut bukan bualan. Terdapat
pengiris untuk keripik buah, terdapatmesin untuk pembuatan keripik, dimana hasilnya
akan dimaksimalkan dengan mesin penirisminyak. Apapun jenis gorengan akan
semakin renyah dan minim sisa minyak goreng.Padahal dahulu untuk meniriskan
minyak kebanyakan menggunakan koran bekas yangbelakangan diketahui berbahaya
karena tinta pada koran bisa menempel pada makanantersebut.

6. Bidang Sosial

Bidang Sosial yaitu menyangkut SDM Pada akhirnya setiap perkembangan teknologi
yangada mampu meningkatkan produktifitas kinerja manusia. Misalnya pada bidang sosial.
Parapengusaha atau wirausaha yang dilakukan semakin berkembang usaha yang dimiliki
denganmenggunakan berbagai teknologi yang ada saat ini. Adanya teknologi tepat guna pun
bisadikatakan mampu meningkatkan perekonomian lebih banyak orang.

6.Fungsi dan Manfaat Teknologi Tepat Guna

1. Secara Umum

Secara umum Manfaat dari teknologi tepat guna adalah:

1.Memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat

2.Meningkatnya kemampuan masyarakat bagi yang mampu mengoperasionalkan


danmemanfaatkan TTG tersebut.

3.Bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui


pemenuhankebutuhannya

4.Mempermudah pemecahan masalahnya dan

5.penambahan hasil produksi yang makin meningkat dari sebelumnya.

2. Manfaat teknologi tepat guna dalam wirausaha

 Berdasarkan pengertian wirausaha di atas maka penggunaan teknologi tepat guna


sangatdibutuhkan dalam menjalankan sebuah usahaAdapun manfaat TTG dalam wirausaha
yaitu:

1.Menigkatkan hasil produksi/ Teknologi tepat guna untuk tingkatkan produksi


panganPenggunaan mesin pengolah padi, dll

2.Memudahkan pengusaha dalam memproduksi barangMesin giling, dll

3.Memudahkan pemasaran produk Hp, internet, dll


4.Biaya produksi hemat.

Contoh mesin industri, maka petani lebih hemat dari segi waktu dan bisa di olah
langsungditempat panen dengan menggunakan mesin tersebut tanpa harus di angkut dulu
ketempat produksi.

7.Dampak Positif dan Negatif

1. Dampak positif

1.Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kehidupan masyarakat lokal, makamasyarakat
akan mendapat kemudahan dalam menjaga perekonomian dan kemajuanyang lebih efisien
dan efektif.

2.Membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya dalam masyarakat.

2. Dampak negatif

1.Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup yang
memerlukanmaka itu akan sia-sia. Dengan ketidak tepatan penggunaan alat maka akan
berdampakburuk terhadap individu masyarakat tertentu.

Contoh : penggunaan USG pada pasiendengan cara-cara yang tidak tepat.

2.Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli
akanmenimbulkan resiko terhadap pengguna dan hasilnya.

Penanya : Geby, Novi Aulia Sari, Mely Chrisna Manullang

Menjawab : Farhan, Indri, Nur, Verry Sisca Mendrofa

Menanggapi : -
TUGAS RUTIN 8

Industri Stategis Di Indonesia

Industri Strategis di Indonesia


Industri strategis Indonesia kini kian berkembang pesat. Bagaimana tidak?
Produk-produk dari industri Indonesia telah sampai di beberapa negara maju seperti
Korea Selatan. Tidak hanya itu, kualitas dari barang yang dihasilkan pun dinilai telah
mampu untuk bersaing di pasar internasional. Pasalnya produk tersebut merupakan
hasil dari pengembangan teknologi oleh anak bangsa. Tentu menjadi kebanggaan
tersendiri mengetahui bahwa SDM kita mampu mengembangkan ke-Iptekanya untuk
membantu Indonesia. Industri strategis merupakan industri berbasis teknologi yang
mengolah bahan dasar menjadi barang berkualitas dan bernilai tinggi. Industri
Strategis Indonesia berada di bawah naungan BUMN yang mana berperan penting
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tujuan pembuatan industri strategis ini agar
Indonesia bisa lebih mandiri dalam pemenuhan persenjataan dan transportasi. Selain
itu, Industri strategis juga bertujuan untuk memperluas pasar ke berbagai negara
dengan hasil produk yang berkualitas tinggi. PT. Krakatau Steel, PT DI, PT. Pindad,
PT. PAL, PT. INKA, dan PT. INTI merupakan industri strategis yang dianggap telah
sukses menciptakan produk unggul dan berkualitas. Di luar itu, masih banyak lagi
industri strategis yang kini tengah mengembangkan dan meningkatkan kualitas
produknya.
Jenis Industri Strategis di Indonesia
1. DIRGANTARA INDONESIA (DI)

Dirgantara Indonesia, gambar: bumn.go.id


PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan pesawat terbang
terkemuka di benua Asia, yang menjadi kebanggan Indonesia, yang berkemampuan
mendisain dan mengembangkan pesawat, membuat struktur pesawat, sampai
merakitnya menjadi pesawat utuh, dan diperuntukan baik untuk keperluan sipil
maupun militer.
Di dirikan pada tahun 1976 oleh B.J Habibie, dengan nama awal PT. Industri
Pesawat Terbang Nurtanio. Namun pada 1985, berubah nama menjadi Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), dengan pemerintah sebagai pemilikinya, di
tujukan sebagai industri strategis nasional. Dan terakhir pada 2000, berubah nama
menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Lokasi pabrik berada di Bandung, Jawa Barat.
Pesawat Terbang Dirgantara Indonesia, gambar: cdn.tmpo.co
Salah satu produk andalan PT. DI ialah pesawat CN-235, yang merupakan
pesawat racikan bersama CASA, pesawat dengan teknologi fly by wire, teknologi
termodern pada waktu itu. PT. DI sendiri telah merancang dua pesawat hasil racikan
anak bangsa, yaitu N-250, pesawat komersial dengan kincir ganda turboprop, terbang
perdana pada 1997 dan N-2130, pesawat komersial bermesin jet, yang hanya sampai
tahap blueprint, akibat krisis moneter kala itu.
2. PINDAD

Pindad, gambar: kantoralamat.net


PT. Pindad adalah perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam
pembuatan produk militer dan komersial, dan memperkerjakan hampir 3000
karyawan. Pabrik utama nya terletak di kabupaten Bandung dan satu lagi di kabupaten
Malang, Jawa Timur.
Artilerie Constructie WInkel (ACW) didirikan oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, H W Daendels pada 1 januari 1808 di Surabaya, dengan pabrik awal di
Malang. Pada tahun 1923, saat pemerintahan Jepang, Lokasi pabrik dipindahkan ke
Bandung. Kemudian setelah Indonesia merdeka, berubah nama lagi menjadi Pabrik
Senjata dan Mesiu (PSM) pada 1950, Setelah beberapa kali berubah nama, akhirnya
pada tahun 2002 menjadi PT. Pindad yang langsung dibawah pembinaan kementrian.
Senjata buatan Pindad, gambar; defence.pk
Produk andalan Pindad yaitu senapan serbu atau SS yang mendunia. Seri
terlaris nya yakni SS-2 kurang lebih mempunyai delapan varian. Dengan mutu ISO
9000-2008 yang disertifikasi oleh LRQA. Senjata Pindad telah meraih banyak prestasi
pada berbagai perlombaan, seperti lomba tembak antar angkatan darat se-Asia
Tenggara (AARM), antar angkatan darat se-Asia Pasifik (ASAM) dan lomba tahunan
Tentara Raja Brunei (BISAM).
3. PAL INDONESIA

PT. PAL INDONESIA, gambar: pedidikanindonesia.com


PT. PAL Indonesia, bermula dari sebuah galangan kapal bernama MARINA
yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1939. Pada masa pendudukan
Jepang, Perusahaan ini beralih nama menjadi Kaigun SE 2124, dan setelah merdeka
berubah nama menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Lokasi perusahaan di Ujung,
Surabaya, dengan kegiatan utama memproduksi kapal perang dan kapal niaga,
memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum dengan
spesifikasi tertentu berdasarkan pesanan.
Kapal buatan Indonesia, aseanmildef.com
Salah satu produk andalan PAL yakni seri kapal patroli cepat nya, yang
digunakan TNI AL dalam memerangi kapal kapal asing yang sedang mencuri ikan di
lautan Indonesia.
4. INKA

PT. INKA, gambar: infokampus.net


PT. Industri Kereta Api atau PT.INKA merupakan pengembangan usaha dari
PJKA (sekarang PT KAI) pada 1981. Salah satu kebutuhan pokok negeri ini yaitu
terselenggaranya angkutan umum yang murah, cepat dan nyaman menjadi pemikiran
terlahirnya INKA.

Kereta Api, gambar: arah.com


Salah satu fokus INKA yaitu membuat gerbong kereta, baik untuk dipakai di
dalam negeri atau pun diekspor. Salah satu proyek tebesar PT. INKA yakni membuat
50 unit kereta BG ke Bangladesh.
5. KRAKATAU STEEL

Krakatau Stel, gambar: steelguru.com


Presiden Soekarno mencanangkan Proyek Besi Baja Trikora untuk meletakan
dasar industri nasional yang tangguh. Hingga pada 31 Agustus 1970, berdirilah PT.
Krakatau Steel, menjadi pabrik baja terbesar di Indonesia.
Perkembangan krakatau steel dibilang cukup pesat, dalam kurun waktu
sepuluh tahun, perusahaan telah menambah berbagai fasilitas produksi seperti Pabrik
besi spons, Pabrik billet baja, Pabrik batang kawat, serta fasilitas infrastruktur berupa
Pusat pembangkit listrik sendiri, Pusat penjernihan air, Pelabuhan khusus Cigading
dan sistem telekomunikasi. Dengan perkembangan ini, PT Krakatau Steel menjadi
satu satunya perusahaan baja yang terpadu di Indonesia.

Produk Krakatau Steel, gambar: demokrat.or.id


Produk andalan Krakatau steel ialah produk baja lembaran panas maupun baja
lembaran dingin. Kapasitas produksi nya saat ini sekitar 2,45 juta ton baja per tahun.
6. INTI
PT. INTI, gambar: bumn.go.id
PT. Industri Telekomunikasi Indonesia atau PT. INTI merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang telekomunikasi sebagai pemasok utama pembangunan
jaringan telepon nasional. INTI didirikan pada 1974, dengan kantor pusat di Bandung.
Pelanggan INTI yakni PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) PT. Telekomunikasi
Selullar (Telkomsel), PT. Indosat, dan PT. XL Axiata (XL).
Sejak berkembangnya tren teknologi telekomunikasi dari kabel tetap menjadi
mobile, mengharuskan INTI melakukan perubahan orientasi bisnis yang semula
berbasis pure manufactur menjadi sebuah industri yang berbasis solusi kesisteman,
khususnya dalam bidang sistem infokom dan integrasi teknologi.
Selama beberapa tahun terakhir, INTI telah mengembangkan produk-produk
seperti Internet Protocol PBX, Network Management System, Subriber Line
Maintenance System, NGN Server, Video Messaging System, GPA, Interface
Monitoring System untuk CDMA, dan sistem deteksi dan peringatan bencana alam.
7. LEN Industri

Len Industri, gambar: bandung.bisnis.com


Lembaga Elektronika Nasional atau LEN didirikan pada tahun 1965. Pada tahun 1991
berubah nama menjadi LEN Industri, berada di bawah koordinasi kementrian negara BUMN.
Selama ini, LEN telah mengembangkan bisnis dan produk-produk dalam bidang elektronika
untuk industri pada umumnya, khususnya untuk kepentingan pertahanan dalam negeri.
Produk yang telah berhasil dikembangkan antara lain: KTP Elektronik, Bidirectional Inverter,
Alat komunikasi Pertahanan (Alkom), Combat management system, serta Computer Based
Interlocking (CBI).
8. PERTAMINA

Pertamina merupakan hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan


Permina, yang didirikan pada 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada
1968. Kegiatan utama pertamina yakni menyelenggarakan usaha di bidang energi dan
petrokimia, dari tingkat hulu sampai hilir, dengan ditunjang oleh kegiatan anak-anak
perusahaan dan perusahaan patungan Kegiatan pertamina hilir meliputi pengolahan,
pemasaran, niaga, perkapalan, serta distribusi produk hilir baik di dalam maupun
kelaur negeri yang berasal dari kilang pertamina maupun impor yang didukung oleh
sarana transportasi darat dan laut. Sedangkan usaha hilir merupakan integrasi
pengolahan, usaha pemasaran, usaha niaga dn usaha perkapalan. Salah satu prodak
pertamina yang sering kita pakai yakni premium, pertamax, pertalite, pertamina DEX,
Solar, Elpiji, BBG, dll.

9. DAHANA
PT. Dahana merupakan milik negara yang berkecimpung dibidang industri
bahan peledak, dan menjadi industri strategis indonesia. Awal sejarah perusahaan ini,
ditandai dengan pembangunan pabrik dinamit (NG based) pada 1966 di lingkungan
pangkalan TNI AU, Tasikmalaya. Tugas pokok Dahana yakni menyediakan bahan
peledak bagi kepentingan militer, umumnya bagi kepentingan swastas. Seperti
kesempatan kerjasama dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) pada 1994, merupakan
langkah awal Dahana memasuki dunia jasa aplikasi handak. Fasilitas pabrik yang
dimiliki Dahana antara lain: pabrik emulsi, pabrik detonator, pabrik DANFO, Gudang
berikat, dan Pabrik shaped charges (jenis bahan peledak untuk perforasi di sektor
migas).
10. DOK DAN PERKAPALAN KODJA BAHARI

PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari didirikan pada 1990, merupakan hasil
merger dari empat industri galangan kapal yang terpadu untuk meningkatkan kinerja.
Empat industri galangan kapal tersebut adalah: PT Dok & Perkapalan Tanjung Priok,
PT Kodja, PT Pelita Bahari, dan PT Dok & Galangan kapal Nusantara. Perusahaan ini
lebih berfokus pada pembuatan kapal untuk kepentingan sipil dan pemeliharaan kapal.
Penanya : Intan Y Bintang, Verry

Menjawab :-

Menanggapi : -

TUGAS RUTIN 9

Jenis Industri Indonesia Dengan Negara Maju

A. Jenis Industri di Indonesia


Jenis jenis industry di Indonesia digolongkan menjadi 12 kelompok yaitu :
a. Industry Pengolahan Pangan

Yang termasuk industri pengolahan bahan pangan adalah penggilingan


padi, pembuatan minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya, pembuatan
tapioka, pabrik teh, pabrik kopi dan coklat, pabrik-pabrik es, pengolahan
gading, ikan, dan pembuatan mie (termasuk pabrik mie instan), roti,
pengawetan ikan, buah-buahan dan jamur, pembuatan susu bubuk, tepung,
permen, biskuit, pembuatan kecap, terasi, dan pabrik gula.
b. Industri Tekstil
Industri tekstil besar dan kecil banyak terdapat di Jawa Barat, daerah
khusus Ibu Kota Jakarta, dan sebagian terdapat di Jawa Tengah. Dalam
industri ini termasuk industri batik yang banyak terdapat di Jawa Tengah,
terutama di Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan.
Kemajuan industri tekstil sangat pesat setelah ditemukan mesin-mesin
modern. Penemuan mesin-mesin ini mengakibatkan industri kecil tenun gulun
tikar.
c. Industri Barang Kulit

Industri barang dari kulit menghasilkan tas, koper, sepatu, sepatu,


kipas, wayang, sandal; ikat pinggang, dan barang-barang kerajinan kulit
lainnya. Industri ini banyak terdapat di dalam sentra-sentra industri di Jawa.
Adapun industri pengolahan kulit tidak termasuk ke dalam kelompok ini.
Namun dewasa ini industri barang dari kulit perkembangannya tidak pesat,
karena disaingi kulit sintetis.

d. Industri Pengolahan Kayu

Industri pengolahan kayu mengahasilkan bahan bangunan dan perbot


rumah tangga, seperti meja, kursi, dan pigura. Industri besar pengolahan kayu
menghasilkan kayu lapis. Industri pengolahan kayu banyak diekspor ke Eropa,
Timur Tengah, Jepang, dan Amerika.

e. Industri Pengolahan Kertas

Perkembangan industri pengolahan kertas berbentuk industri besar


yang menghasilkan barang-barnag dari kertas tulis biasa, kertas bungkus dan
karton, kertas hias dan tisu. Industri ini terdapat antara lain di Pematang
Siantar (Sumatera), Padalarang, Blabak, Bayuwangi (Jawa), dan Martapura
(kalimantan).

f. Industry Kimia Farmasi

Industri kimia dan farmasi menghasilkan zat asam, garam kimia,


pupuk, pembasmi serangga, plastik, serat buatan, bahan-bahan kecantikan, cat,
pernis, dan obat-obatan. Perkembangan industri kimia dan farmasi sangat
pesat, khususnya di kota-kota besar.

g. Industri Pengolahan Karet

Industri pengolahan karet terutama menghasilkan ban luar dan ban


dalam untuk kendaraaan bermotor maupun tidak bermotor. Kecualiitu, industri
ini juga menghasilkan barang-barang lain seperti bola, mainan anak, keperluan
rumah tangga, keperluan kelengkapan mobil, pesawat motor dan kapal.

h. Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri-industri besar barang galian bukan logam menghasilkan


semen, gelas, dan kaca. Industri ini juga manghasilkan keramik dan asbes.
Pabrik semen yang besar terdapat di Padang (Sumatera Barat), Tonasa,
(Sulawesi Selatan), Gresik (Jawa Timur), Cibinong (Jawa Barat), Cilacap
(Jawa Tengah), dan beberapa tempat lainnya. Pabrik pupuk terdapat di
Palembang dan Kalimantan Timur. Industri semen be rkembang pesat karena
semakin banyak bangunan yang terbuat dari beton.

i. Industry baja/ pengolahan logam

Industri baja yang besar terdapat di Cilegon, Jawa Barat yang


menghasilkan antara lain plat baja, pipa baja, dan kabel-kabel baja. Industri
yang tidak begitu besar menghasilkan atap seng, besi, beton, pipa-pipa besi
dan lainnya, dan bahkan pisau silet. Industri baja sangat pesat
perkembangannya, banyak dibutuhkan untuk industri karoseri mobil dan
perusahaan angkutan lainnya.

j. Industry peralatan

Industri peralatan menghasilkan terutama alat-alat transtasi dan alat


berat serta kendaraan lainnya, dalam bentuk:

 Pesawat terbang yang dihasilkan PT. Dirgantara Indonesia (dahulu IPTN) di


Bandung
 Kapal laut yang dihasilkan PT PAL di Surabaya
 Perakitan mobil dan sepeda motor di Jakarta dan Karawang
 Alat-alat elektronik dan perakitannya di Jabotabek
 Alat-alat pertanian dan alat-alat pertukangan di Karawang dan Depok.

k. Industry pertambangan
Industri pertambangan umumnya berupa industri besar dengan seluruh
atau sebagian menggunakan modal asing. Misalnya tambang minyak oleh
beberapa perusahaan asing di samping Pertamina milik Indonesia sendiri,
tambang timah, tambang nikel, dan tambang tembaga. Tambang tembaga
dikelola PT Freepost di Irian Jaya ternyata juga menghasilkan emas dalam
jumlah yang cukup banyak.
l. Industry pariwisata
Indonesia mempunyai potensi untuk mengembangkan industri
pariwisata. Orang asing mengenal Indonesia sebagai negara yang indah
panoramanya, beragam budayanya, dan ramah tamah orangnya. Indonesia
berbenah diri untuk mengembangkan potensi pariwisata baik potensi alam
budaya, maupun historis, guna meraih devisa yang besar. Pencanangan
pariwisata Indonesia dimulai tahun 1991. tahun ini dinyatakan sebagai tahun
kunjungan ke Indonesia atau visit “Indonesia Year 1991”. Dengan
pencanangan ini diharapkan diharapakan diharapkan jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia meningkat
B. Jenis Industri di Negara Maju
Berbeda dengan negara Indonesia, negara maju memiliki jenis industry diantaranya :
a. Industri otomotif
b. Industry elektronik
c. Industry computer
d. Industry semikonduktor
e. Industry besi dan baja
f. Industry petrokimia
g. Industry farmasi
h. Industry tekstil
C. Perbedaan Industri Indonesia dan Negara Maju
Persebaran industri di negara maju (development countries) atau disebut negara-
negara G7 (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, dan Jepang)
berbeda dengan negara yang sedang berkembang (developing countries). Pada umumnya,
negara-negara yang ini industrinya juga dikenal dengan sebutan industri padat modal.
Sebaliknya, bagi negara-neg berkembang, sebagian industri yang dimilikinya merupakan
industri dengan sebutan “berdiri di atas dua kaki” (walk on two legs). Maksudnya, padat
modal juga dikembangkan, sedangkan padat karya tetap dipertahankan mengingat
biasanya di negara berkembang berpenduduk padat.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk
yang besar. Pembangunan industri di Indonesia dilakukan untuk membuka lapangan
pekerjaan baru, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk kegiatan ekspor. Untuk
memacu pertumbuhan industri modern seperti industri di negara maju tidaklah mudah.
Jika industri betgeser ke padat modal, maka dalam proses produksinya digunakan mesin-
mesin canggih sehingga banyak orang akan kehilangan pekerjaan.
Adapun perbandingan industri di Indonesia dengan industri di negara maju dapat
dilihat di bawah ini :
a. Aspek Mesin Yang Digunakan
Aspek mesin yang digunakan di Indonesia tidak jauh Sebagian besar
sederhana dan memerlukan tenaga manusia yang banyak. Sedangkan di negara
maju lebih menggunakan aspek mesin teknologi modern, serta otomatis dan
sedikit memerlukan tenaga manusia.

b. Aspek Tenaga Kerja


Di Indonesia (a) Sedikit tenaga ahli. (b) Sebagian besar tenaga ahli dari
luar negeri. (c) Banyak memakai tenaga manusia kurang produktif. (d) Mudah
mendapatkan tenaga kerja.
Sedangkan di Negara maju (a) Banyak tenaga ahli. (b) Pada umumnya
tenaga ahli berasal dari negaranya sendiri. (c) Sedikit memakai tenaga
manusia namun produktivitasnya tinggi. (d) Sulit mendapatkan tenaga kerja.

c. Aspek Modal
Indonesia asih memerlukan bantuan modal dari luar negeri, misalnya dari
Bank Dunia, Bank Asia dan negara maju. Sedangkan negara maju sebagian
PMDN (penanaman modal dalam negeri)atau modal sendiri.

d. Aspek Bahan Baku


Bahan baku di Indonesia (a) Mudah didapat (b) Banyak tersedia baik bahan-
bahan organik maupun anorganik. Sedangkan di Negara Maju sebagian besar
harus diimpordari negara lain.

e. Aspek Pemasaran
Di Indonesia : (a) Diutamakan pemasaran untuk kebutuhan dalam negeri. (b)
Pemasaran di luar negeri mendapat saingan ketat dari produksi negara maju.
Sedangkan di Negara Maju : (a) Diutamakan untuk ekspor karena kebutuhan
dalam negeri sudah cukup. (b) Karena mutu dan kualitas baik mudah dipasarkan.
D. Struktur Industri
Menurut kriteria UNIDO (United Nations for Industrial Development
Organization) negara negara dikelompokkan sebagai berikut :
 Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industry terhadap
PDB kurang dari 10%
 Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
atara 10%-20%
 Kelompok negara semi industry jika sumbangan tersebut antara 20%-30%
 Kelompok negara industry jika sumbangan tersebut lebih dari 30%

Struktur Industry di Indonesia masih dangkal (shallow) dan tidak seimbang


(unbalanced). Berbagai studi menunjukkan bahwa kaitan ekonomis antara industry
skala besar, menengah dan kecil masih sangat minim. Selain itu, struktur industry di
Indonesia juga masih kuasi-monopolistik dan oligopolistic. Rasio konsentrasi untuk
melihat struktur industry sebagai berikut :
1. Rata rata tingkat konsentrasi sektor manufaktur sebesar 47% lebih tinggi
dibanding konsentrasi industry di negara maju (inggris 22% dan AS 36%)
2. Berdasarkan standart internasional, industry berstruktur oligopoly bila 4
perusahaan terbesar dalam industry yang sama memiliki konsentrasi diatas 40%.
Sehingga dapat dikatakan struktur pasar industry manufaktur Indonesia berciri
oligopolies (Mudrajat,234:2010)
E. Sifat Industri
Sifat industry adalah regenerasi tumbuhan alami di lokasi industri; invasi situs
industri yang ditinggalkan atau tidak digunakan dengan menjajah spesies; atau
penanaman baru di lokasi industri yang ditinggalkan, tidak digunakan atau
diperbaiki. Prinsip yang mendasarinya adalah bahwa penggunaan lanskap atau situs
industri historis menciptakan lingkungan baru yang dapat digunakan spesies baik dengan
desain seperti dalam kasus taman atau kawasan penanaman kembali, atau dengan
kolonisasi.

Penanya : Abdul

Menjawab :-

Menanggapi : -

TUGAS RUTIN 10

Analisis Kawasan Industri Di Indonesia

1.KAWASAN INDUSTRI

Sebuah kawasan industri (juga dikenal sebagai kawasan perdagangan) adalah


sebuah area yang dikhususkan dan direncanakan untuk tujuan pengembangan industri.
Sebuah kawasan industri dapat disebut sebagai versi lebih berat dari sebuah kawasan
bisnis atau kawasan perkantoran, yang lebih banyak diisi oleh perkantoran dan
industri ringan, bukannya industri berat. Kawasan industri biasanya terletak dekat
dengan fasilitas transportasi, terutama di kawasan tempat bertemunya jalan tol,
stasiun, bandar udara, dan pelabuhan.
Ide pengaturan kawasan seperti ini biasanya didasarkan pada beberapa konsep, antara
lain :
- Agar dapat memusatkan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri di dalam satu
kawasan, sehingga dapat mengurangi pengeluaran industri tersebut. Infrastruktur
tersebut dapat berupa jalan, rel, pelabuhan, listrik tegangan tinggi (biasanya termasuk
listrik tiga fasa), kabel telekomunikasi canggih, pasokan air melimpah, dan jalur pipa
gas.[2]
- Agar dapat menarik investasi dengan menyediakan infrastruktur terintegrasi dalam satu
lokasi.
- Agar dapat lebih mudah memberikan insentif-insentif kepada industri.[3][4]
- Agar dapat memisahkan industri dengan kawasan perkotaan untuk mengurangi dampak
sosial dan lingkungan dari industri.
- Agar dapat lebih mudah mengawasi dampak industri terhadap lingkungan.

Kawasan industri memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Beberapa daerah kecil telah
mendirikan kawasan industri hanya dengan menyediakan akses ke jalan raya, dan dengan
fasilitas dasar. Transportasi publik mungkin hanya sedikit atau bahkan belum ada sama
sekali.

Kawasan Industri di Indonesia

Diantaranya :

1. Jakarta Industrial Estate Pulogadung


PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung adalah perusahaan pengembang dan
pengelola kawasan industri yang berkantor pusat di Pulogadung, Jakarta Timur.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973 dengan kepemilikan saham 50% Pemerintah
Indonesia dan 50% Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Perkembangan subsektor industri manufaktur di Indonesia, khususnya di Jakarta,


diikuti dengan pertumbuhan zona- zona industri yang secara sporadik merebak di
berbagai sudut wilayah kota. Kondisi tersebut menuntut pemerintah daerah untuk
menata kegiatan-kegiatan industri dengan upaya menyatukan pada suatu kawasan
khusus, sehingga dapat dibinakembangkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitarnya.
Pulogadung merupakan pilihan utama, karena lokasinya yang strategis serta
mempunyai akses yang memadai bagi transportasi dan distribusi ke seluruh wilayah
Jakarta. Pada saat itu Pulogadung masih berupa tanah yang tidak produktif yang
sebagian besar terdiri dari rawa-rawa. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi
KDKI Jakarta No. Ib.3/2/35/1969 ditetapkanlah lahan seluas 500 HA sebagai lokasi
kawasan industri dengan nama Kawasan Industri Pulogadung.

Sebagai kawasan industri pertama di Indonesia, Kawasan Industri pulogadung pada


awalnya dikelola melalui wadah proyek, dengan nama Proyek Industrial Estate
Pulogadung milik Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Sejalan dengan perkembangan
arus penanaman modal di Indonesia yang meningkat, khususnya di DKI Jakarta, maka
lingkup kerja Proyek Industrial Estate Pulogadung semakin kompleks. Dan untuk
menunjang perkembangan kebutuhan masyarakat industri, Pemerintah memandang
perlu dilakukan penyesuaian diri, baik dari segi kelembagaan maupun
permodalannya.

2. Surabaya Industrial Estate Rungkut


PT Surabaya Industrial Estate Rungkut adalah perusahaan pengelola kawasan industri
yang berkantor pusat di Kota Surabaya, Jawa Timur. Saham perusahaan ini dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (50%), Pemkot Surabaya (25%), dan Pemprov Jawa Timur
(25%).[1] [2] [3]

Didirikan pada tanggal 28 Februari 1974 di atas lahan sekitar 330 Hektar, kawasan
industri ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan industri dan lingkungan dan
dikelola secara profesional dan baik untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
termasuk fasilitas pengolahan air limbah dan kemudahan akses ke Pelabuhan Tanjung
Perak dan Bandara Juanda. PT SIER berlokasi di Surabaya, kota terbesar ke-2 di
Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi terpesat dengan penduduk
sekitar 4 juta jiwa.
3. Pasuruan Industrial Estate Rembang
Kawasan Industri Pasuruan Rembang (PIER) merupakan perluasan wilayah dari
SIER. PADA Tahun 1989 dilakukan Pembebasan Lahan di PIER Seluas 500 Ha.
PADA Tahun 2013 dilakukan Pembebasan Lahan di PIER II Seluas 63 Ha. Kawasan
PIER II dikhususkan untuk kawasan yang hijau dengan utilitas premium.

Di dalam area PIER terdapat jalan tol yang terhubung dengan Tol Trans Jawa .
Kawasan Industri PIER juga dilengkapi dengan Kawasan Berikat , Kantor Bea Cukai ,
dan Pusat Logistik Berikat (PLB).

4. Kawasan Industri Tuban


PT Kawasan Industri Gresik (KIG) sekarang memiliki lokasi baru di kota Tuban,
bernama Kawasan Industri Tuban (KIT) Berdekatan dengan pabrik PT Semen
Indonesia. Memiliki fasilitas lengkap seperti jalan utama, pengolahan air limbah,
saluran air dan lainnya. Didukung dengan listrik, air bersih, telekomunikasi, gas dan
pelabuhan. Dengan didukung oleh berbagai infrastruktur dan fasilitas pendukung,
maka Kawasan Industri Tuban merupakan suatu investasi yang sangat berharga
untuk masa depan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Tuban dan pada
umumnya masyarakat Jawa Timur.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut bahwa jumlah dan luas kawasan industri
di Indonesia terus melonjak dan siap menampung investor. Hingga Agustus 2020, telah
terbangun sebanyak 121 kawasan industri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kementrian perindustrian menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir, terjadi
peningkatan jumlah dan luasan kawasan industri. Dari sisi jumlah, naik sebesar 51,25 persen,
sedangkan dari sisi luas juga melonjak lebih dari 17 ribu hektare atau sebesar 47,35 persen.
Hingga saat ini, kawasan industri di luar Jawa mengalami peningkatan sebanyak 14 kawasan
dengan penambahan luas lebih dari 9 ribu hektare. Selain itu, peningkatan persentase luas
kawasan di luar Jawa juga lebih tinggi dibandingkan dengan di Jawa.

Berdasarkan data penjualan lahan di kawasan industri yang dicatat Himpunan


Kawasan Industri (HKI) pada 2019, terdapat investasi penanaman modal asing (PMA)
sebanyak 42 perusahaan dengan kebutuhan lahan sebesar 371,11 ha dan penanaman modal
dalam negeri (PMDN) sebanyak 35 perusahaan dengan kebutuhan lahan sebesar 50,27
hektare. Pada 2020 terdapat investasi PMA sebanyak 20 perusahaan dengan kebutuhan lahan
sebesar 61,82 hektare dan untuk PMDN sebanyak 5 perusahaan dengan kebutuhan lahan 13
hektare.

Hal ini sejalan dengan tekad pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang
kondusif di Tanah Air melalui pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, termasuk juga
fasilitasi kemudahan dalam izin usaha. Misalnya, telah diterbitkan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 45 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan
Industri dan Izin Perluasan Kawasan Industri dalam Kerangka Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik. Diharapkan aturan tersebut memudahkan para investor dalam
mengurus perizinan sehingga dapat meningkatkan investasi di sektor industri.

 KAWASAN BERIKAT

Kawasan berikat adalah suatu wilayah dengan batas-batas tertentu di wilayah


pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus untuk bidang
pabean terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam
daerah pabean di indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea
cukai dan atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan impor, ekspor, dan re-ekspor.
Kawasan berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang
impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah
atau digabungkan yang hasilnya terutama untuk diekspor. Dalam rangka
meningkatkan investasi dan mendorong sektor ekspor, pemerintah memberikan
insentif fiskal di bidang kepabeanan dan perpajakan di Tempat Penimbunan Berikat,
salah satunya adalah Kawasan Berikat. Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan
Berikat untuk menimbun barang impor dan.atau barang yang berasal dari tempat lain
dalam daerah pabean guna diolah dan digabungkan yang hasilnya terutama untuk
dieskpor.
Kawasan Berikat merupakan kawasan pabean dan sepenuhnya berada di
bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Suatu keistimewaan
diberikan dalam Kawasan Berikat, di mana terdapat fasilitas kepabeanan dan
perpajakan berupa insentif penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, dan tidak
dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22. Dalam Pasal 5 ayat 1 PMK 147/2011 stdtd.
PMK 120/2013 disebutkan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pendirian
Kawasan Berikat, yaitu:

- terletak di lokasi yang dapat langsung dimasuki dari jalan umum dan dapat dilalui oleh
kendaraan pengangkut peti kemas;
- mempunyai batas-batas yang jelas berupa pagar pemisah dengan tempat atau bangunan
lain;
- tidak berhubungan langsung dengan bangunan lain;
- mempunyai satu pintu utama untuk pemasukan dan pengeluaran barang yang dapat dilalui
kendaraan; dan
- digunakan untuk melakukan kegiatan industri pengolahan bahan baku menjadi barang
hasil produksi.

Kegiatan utama yang dilakukan di dalam Kawasan Berikat adalah kegiatan


usaha industri pengolahan barang dan bahan, memproses bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan barang jadi yang diubah menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi.
Selain itu, dilakukan juga kegiatan usaha pergudangan atau penimbunan barang.
Syaratnya barang yang ditimbun tidak sama dengan barang yang dihasilkan atau
diproduksi oleh Kawasan Berikat yang bersangkutan.

Tempat Penimbunan Berikat itu sendiri adalah bangunan, tempat, atau


kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun,
mengolah, memamerkan dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan
mendapatkan penangguhan Bea Masuk.

Fasilitas yang diberikan pada Kawasan Berikat antara lain:

- Penangguhan Bea Masuk, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor atas:
 Impor barang modal atau peralatan dan peralatan perkantoran yang semata-mata
dipakai oleh pengusaha kawasan berikat (PKB) termasuk PKB merangkap Pengusaha
Di Kawasan Berikat (PDKB);
 Impor barang modal dan peralatan pabrik yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi PDKB dan semata-mata dipakai di PDKB;
 Impor barang modal atau peralatan dan peralatan perkantoran yang semata-mata
dipakai oleh pengusaha kawasan berikat (PKB) termasuk PKB merangkap Pengusaha
Di Kawasan Berikat (PDKB);
 Impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB.

- Diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM atas:


 Pemasukan Barang Kena Pajak (BKP) dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean
(TLDDP) ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
 Pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut,
tidak dipungut PPN dan PPnBM;
 Pengeluaran barang dan / atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di TLDDP
atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;
 Penyerahan kembali BKPP hasil pekerjaan subkontrak oleh PKP di TLDDP atau
PDKB lainnya kepada PKP PDKB asal;

- Diberikan fasilitas cukai atas:


 Impor barang dan / atau bahan untuk diolah di PDKB;
 Pemasukan BKC dari TLDDP ke PDKB untuk diolah lebih lanjut.

- Pengeluaran barang dari KB yang ditujukan kepada orang yang mendapatkan fasilitas
atau penangguhan bea, cukai dan pajak dalam rangka impor, diberikan bea masuk,
pembebanan cukai, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh pasal 22 impor.

Tujuan dari memberikan fasilitas ini adalah terutama untuk mendorong


perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing perusahaan pada skala
global.

Penanya : Tiaman

Menjawab :-
Menanggapi : -

TUGAS RUTIN 11

Dampak Pembangunan Industri Di Indonesia

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Pembangunan industri misalnya terjadi saat pabrik-pabrik baru dibangun dan
menghasilkan barang produksi.
Pembangunan ini memiliki dampak positif dan negatif , yakni:
A. Dampak Positif
Pada umumnya, negara-negara maju di dunia, sebagian besar perekonomiannya
ditunjang oleh sektor industri. Pembangunan industri banyak memberikan dampak
positif bagi kehidupan bangsa, di antaranya:

 Membuka lapangan kerja baru


Dibukanya pabrik industri menyediakan lowongan ekrja bagi para buruh, pekerja,
pengawas, keamanan, petugas transportasi dan sebagaina. Dengan adanya industri
maka pengangguran dapat dikurangi.
 Meingkatkan kesejahteraan masyarakat
Dengan adanya lapangan kerja baru, maka pengangguran dapat dikurangi dan
pendapatan masyarakat dapat peningkat. Meningkatnya pendapatan ini berdampak
meningkatnya kesejahteraan. tingkat pendapatan yang meningkat juga menyebabkan
tingkat pendidikan anak-anak dari para pekerja industri lebih baik, karena orang tua
mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya, dan sebaigian ada yang mampu
membeli atau memperbaiki rumah mereka sehingga lebih baik.
 Meningkatkan ekspor  

Barang produksi dari industri dapat dieskspor ke negara lain, dan hasil ekspor ini bisa
menjadi sumber devisa. Contohnya ada pada industri manufaktur. Industry ini
menjadi sektor yang diandalkan guna berkontribusi lebih memperkuat struktur
perekonomian nasional. Perlu diperhatikan, bahwasannya Pemerintah terus berupaya
menggenjot nilai ekspor untuk memperbaiki neraca perdagangan di tengah
ketidakpastian kondisi ekonomi global

 Memenuhi kebutuhan akan barang industri


Hasil produksi industri selain diekspor juga memenuhi kebutuhan dalam negeri,
misalnya kebutuhan kendaraan bermotor atau kebutuhan alat elektronik.

 Industri turut meningkatkan pemasukan devisa bagi negara.


 Meningkatkan pendapatan (income) masyarakat.
 Memungkinkan terbukanya usaha-usaha lain di luar bidang industri, misalnya jasa
angkutan, perbankan, perumahan, dan lain-lain.
 Mendorong masyarakat berpikir lebih maju dan ekonomis, dan.
 Menunda usia perkawinan (usia subur) generasi muda/moral restrain.

2) Dampak Negatif
Pembangunan industri memang tidak selalu menguntungkan karena ada beberapa dampak
negatif yang merugikan, yaitu:

 Berkurangnya lahan pertanian yang subur, karena pembangunan industri memerlukan


lahan yang cukup luas, baik untuk mendirikan industri itu sendiri maupun untuk
prasarana lainnya, seperti perumahan, perkantoran, dan lain-lain. semakin tinggi
tingkat pembangunan usaha perindustrian tetapi dibangun dengan jumlah lahan yang
sangat terbatas. Keterbatasan tersebut tidak serta merta menghentikan pembangunan
bahkan mengakibatkan semakin tingginya tingkatalih fungsi yang mengancam
eksistensiruang terbuka hijau yang juga berimbas ke daerah sekitarnya.
 Industri dapat menimbulkan pencemaran, terutama berupa pencemaran udara, air,
tanah dan pencemaran suara. Limbah industri yang tidak melalui pengolahan lebih
dahulu akan merugikan kesehatan dan mata pencaharian petani di sekitarnya.
Rusaknya lingkungan akibat limbah industri berdampak buruk terhadap kehidupan
ekosistem yang berada diperairan, udara ataupun di darat dan juga mengancam
kesehatan manusia. Ganguan tersebut sangat merugikan kualitas mutu air, tanah dan
udara, serta manfaatnya.
 Timbulnya gaya hidup yang lebih menyukai buatan luar negeri (impor) karena
tuntutan gengsi semata.
 Terjadinya arus urbanisasi yang meningkat di kota-kota, semaki banyaknya industry
yang ada, semakin banyak pulatenaga kerja yang dibutuhkan. Ini menjadi peluang
bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Bukan hanya masyarakat kotanya,
tetapi juga masyarakat desa.
 Tumbuhnya perilaku konsumerisme dalam masyarakat dan gaya hidup yang boros.

B. Upaya Mengatasi Dampak Pembangunan Industri

Upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembangunan industri


ini, perusahaan menerapkan sistem Green industry. Sistem ini diharapkan dapat
mengurangi dampak negatif proses industri terhadap lingkungan sekitar. Dampak
negatif dari industri bisa berguna apabila kita dapat mengolahnya. Salah satunya
adalah limbah atau hasil sisa proses produksi yang berupa limbah hayati (limbah yang
berasal dari tamanan).Pada penelitian yang dilakukan oleh Samsudi Raharjo,limbah
hayati diolah menjadi suatu biomassa berupa briket. Limbah hayati yang digunakan
adalah limbah abu ketel, dan jarak. Limbah abu ketel diperoleh dari proses
pembakaran ampas tebu pada pabrik gula yang berupa debu-debu halus (fly ash)
maupun berat (bottom ash). Sedangkan limbah jarak didapat dari sisa membuatan
minyak jarak (jarak oil) yang berupa ampas ampas tumbuhan jarak. Kedua bahan
tersebut diolah dengan zat zat tambahan sehingga menjadi sebuah barang yang
berguna yaitu briket. Briket dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa dan dapat
menggantikan fungsi dari bahan bakar fosil yang semakin sedikit. banyaknya kasus-
kasus yang terjadi khususnya pencemaran yang memberikan dampak kerugian yang
begitu besar bagi lingkungan dan Negara. Peraturan yang sedemikian layak tidak akan
berfungsi jika tidak didukung dengan adanya aparat negara yang disiplin dan
berpendirian dalam menangani kasus semacam ini. disinilah peran pemerintah
dibutuhkan untuk lebih selektif dan memperhatikan dalam memberikan izin kepada
pengusaha untuk melakukan kegiatan produksi usahanya.

Bila kita mengetahui tentang pengelolaan industri dengan baik maka akan
mengurangi dampaknegatif untuklingkungan.bahkan apabila kita dapat melihat
peluang dan membuat inovasi pada dampak negatif yang terjadi, kita dapt
menghasilkan hal yang berguna untuk kehidupan.

Penanya : Novi Aulia, Geby, Sehati

Menjawab :

Menanggapi :
TUGAS RUTIN 12

Deskripsi Kerjasama, Rekolasi Dan Industri 4.0

A. KERJASAMA INDUSTRI DI INDONESIA

1. Indonesia Dan Italia Bidik Kerjasama Di Sektor Industri

Kerja sama dan hubungan diplomatik Indonesia dan Italia konsisten


berdasarkan prinsip saling menghormati dan kepercayaan sejak 1949. Hal ini
ditunjukkan dengan perdagangan antara kedua negara dalam periode 2016-2018 yang
mengalami rata-rata eskalasi rata-rata sebesar 12%.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjelaskan kedua
negara terus membangun kerja sama yang lebih kuat, bisa dilihat dari pertumbuhan
positif di bidang perdagangan, pariwisata, dan investasi.Airlangga menilai, masih
banyak peluang yang belum dimanfaatkan secara maksimal serta potensi yang lebih
besar dalam perdagangan bilateral ,melihat produk ekspor kedua negara bersifat
saling melengkapi.

bila dilihat dari neraca perdagangan Indonesia dan Italia, potensi yang bisa
dioptimalkan adalah produk industri yang mendominasi perdagangan antara Indonesia
dan Italia, yaitu, besi dan baja, produk kimia, alas kaki, karet, rempah-rempah, kopi
serta teh. Besi dan baja, misalnya, Italia telah menjadi pasar ekspor kedelapan terbesar
dari Indonesia pada tahun 2018. Selain itu, Italia adalah basis manufaktur terbesar
kedua di Uni Eropa yang memasok berbagai jenis produk industri ke Indonesia.
Italia dikenal luas sebagai negara terkemuka dalam ekspor mesin dan solusi mekanik,
produk logam, otomotif, industri dan peralatan transportasi, produk kimia dan serat
sintetis, serta peralatan listrik dan elektronik Untuk tujuan ini, Indonesia adalah mitra
yang cocok untuk Italia dalam pengembangan industri. Kami menawarkan banyak
kualitas, dari tenaga kerja berkualitas tinggi dan kapasitas produksi, hingga pasar
domestik yang berkembang. Pada 2019, Indonesia dan Italia merayakan peringatan 70
tahun hubungan diplomatik. Momentum ini akan diperingati melalui sejumlah
kegiatan untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi kreatif serta usaha kecil
dan menengah.

2. Kerjasama Industri Indonesia – Jerman

Kementerian Perindustrian terus meningkatkan kerjasama internasional antara


Indonesia dengan Jerman khususnya di bidang industri. Hubungan diplomatik dan
ekonomi Indonesia – Jerman telah berjalan lebih dari 60 tahun, bahkan hingga saat ini
hubungan bilateral semakin erat seiring semakin baiknya pertumbuhan ekonomi di
kedua negara.

Dirjen KII menyampaikan gambaran tentang perkembangan kondisi makro


perekonomian dan juga perkembangan sektor industri di Indonesia. Sebagaimana
diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang konsisten selama 10 tahun terakhir.
Indonesia mampu membukukan pertumbuhan 6.3% pada tahun 2012 dan 5.8% pada
tahun 2013, di saat banyak negara maju di dunia mengalami stagnasi. Pertumbuhan
tersebut salah satunya dikontribusikan terutama oleh sektor industri yang mampu
memberikan sumbangan sebesar 24% dari total PDB nasional.

Selama 5 tahun terakhir yaitu periode 2010-2014, hampir seluruh cabang-


cabang sektor industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan positif.
Bahkan kinerja 5 tahun terakhir telah menjadi unsur kekuatan sektor industri untuk
lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional di masa yang akan
datang.Pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang cukupsignifikan tersebut
ditopang oleh tingginya produksi dan kontribusi cabang-cabang industri, antara lain:
industri makanan, minuman dan tembakau; industri alat angkut, mesin dan
peralatannya; serta industri kimia. Cabang-cabang industri tersebut terus menjadi
penggerak utama pertumbuhan sektor industri.

Sementara itu, total perdagangan kedua negara pada tahun 2013 mencapai


USD 7,3 Milyar atau meningkat sekitar 0.64% dibanding tahun sebelumnya.
Indonesia tercatat mengalami defisit perdagangan sebesar USD 1,5 Milyar yang
meningkat 38.6% dibandingkan tahun 2012. Adapun impor produk industri Indonesia
dari Jerman didominasi barang modal dan bahan penolong/baku khususnya di sektor
industri. Sebaliknya Indonesia hanya mampu mengekspor produk hasil sumber daya
alam seperti crude palm oil, biji tembaga, rempah-rempah, kayu dan olahan kayu dan
karet.

Di bidang investasi, pada tahun 2013 Jerman menduduki peringkat ke 24


dengan nilai investasi USD 53,6 Juta dan bidang usaha yang diinvestasikan di
Indonesia didominasi antara lain sektor semen dan farmasi.  Realisasi ini sangat jauh
dari potensi Jerman secara keseluruhan.

Melihat kenyataan tersebut, sebenarnya masih sangat terbuka peluang bagi


industri Indonesia – Jerman untuk terus meningkatkan kerjasama.  Oleh karena itu,
Dirjen KII mengharapkan pertemuan ini dapat ditindak lanjuti dalam menciptakan
peningkatan kerjasama Indonesia – Jerman khususnya di bidang industri dan
investasi.

Kementerian Perindustrian mencatat beberapa potensi kerjasama industri


Indonesia – Jerman yang cukup besar untuk dikembangkan kedepannya,
yaitu: Pertama, Kerjasama investasi pada industri alat berat.Diharapkan kerjasama
tersebut dapat mendukung pembangunan berbagai infrastruktur baru di seluruh
wilayah Indonesia seperti pelabuhan, jembatan, bandar udara, dan rel kereta
api. Kedua, Kerjasama investasi pengolahan gas alam. Besarnya potensi kerjasama
investasi di bidang ini, khususnya pengembangan konsep mini LNG, didukung oleh
makin tingginya kebutuhan akan gas alam di Indonesia untuk mendukung sektor
industri dan pembangkit energi di Indonesia. Ketiga, Kerjasama program
restrukturisasi permesinan tekstil. Diharapkan kerjasama tersebut dapat mendukung
pengembangan industri tekstil nasional melalui investasi mesin dan peralatannya,
serta peningkatan kapasitas infrastruktur. Keempat, Kerjasama di bidang
standarisasi.Kerjasama bidang ini ditekankan kepada transfer know-how dari
perusahaan/institusi Jerman kepada lembaga layanan inspeksi di Indonesia.

3. Indonesia-Belanda Sepakati Kerjasama Di Bidang Industri

Indonesia dan Belanda menyepakati kerjasama ekonomi di bidang permesinan


dan bahan pangan dengan melibatkan 37 perusahaan dari kedua negara. Kerjasama
bisnis tersebut diyakini dapat meningkatkan ekspor bahan makanan dan permesinan
ke Belanda hingga € 17,5 juta sampai 2016.dari kerjasama ini, terjadi pertumbuhan
ekspor pada sektor Food Ingredients sebesar € 7-9 juta pada 2016, dan
untuk Engineering Sector sebesar € 8,5 juta, ruang lingkup kerjasama kedua negara
ini meliputi analisis pasar, pembinaan ekspor, kegiatan pengembangan bisnis, serta
pertukaran informasi tentang perdagangan dan kebijakan industri. Fokus kerjasama
Indonesia dan Belanda ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing industri kecil dan
menengah (IKM) dan meningkatkan ekspor produk ke Uni Eropa. Program ini
melibatkan setidaknya 20 perusahaan industri dari sektor Food Ingredients, seperti
produk teh, kopi, olahan buahbuahan, dan lainnya, serta 17 perusahaan di
bidang Engineering seperti suku cadang otomotif, dan elektronik. Selain dengan
Kementerian Perindustrian, Kerajaan Belanda juga telah menjalin kerjasama dengan
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kerjasama bilateral ini merupakan program terpadu yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan.

Sebagai ekspor Indonesia ke Belanda mengalami penurunan selama tiga tahun


terakhir sekitar 20 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor
nonmigas Indonesia ke Belanda pada 2013 sebesar US$ 4,01 miliar pada 2013, turun
dibandingkan posisi 2011 yang mencapai US$ 5,07 miliar.

Sebaliknya, tren impor nonmigas dari Belanda justru meningkat 12,4 persen
dalam tiga tahun terakhir. Tercatat pada 2013 nilai impor Indonesia dari Belanda
sebesar US$ 907,3 juta, meningkat dibandingkan posisi 2013 sebesar US$ 807,2 juta.

4. Indonesia-Unido Perkuat Kerja Sama Sektor Industri

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) siap memfasilitasi perluasan


pasar industri nasional di kancah internasional secara komprehensif dengan negara-
negara potensial. Kerja sama bakal dilanjutkan dengan Organisasi Pengembangan
Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unido). Upaya peningkatan daya saing industri
kita salah satunya dapat dilakukan melalui pemanfaatan kerja sama internasional baik
bilateral maupun multilateral, termasuk juga kerja sama Indonesia dengan Unido, Saat
ini, kolaborasi Indonesia-Unido yang diterapkan melalui dokumen Indonesia- Unido
Country Programme 2016-2020 telah membantu Indonesia dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional serta perkembangan industri dalam negeri. Hasilnya
dinilai mampu memberikan dampak positif bagi industri di Tanah Air untuk mencapai
kegiatan produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Salah satu proyek kerja sama
Indonesia- Unido yang kami nilai cukup berhasil adalah program Smarta Fish yang
saat ini sedang dilanjutkan kepada tahap kedua, Program Smart Fish II fokus pada
penguatan standarisasi produk perikanan serta rumput laut. Produk tersebut
merupakan basis bahan baku bagi industri makanan, minuman, kosmetik dan farmasi.

Melalui program Smart Fish, kekhawatiran akan kurangnya suplai dan


kekhawatiran terhadap kualitas bahan baku dapat diatasi di masa yang akan datang,
berharap keberhasilan program kerja sama Indonesia-Unido dapat segera diikuti oleh
basis input industri lain seperti sektor kehutanan, tambang, dan peternakan, termasuk
basis sektor jasa yang dapat mendukung proses industrialisasi dan penguatan ekspor.
Dokumen Indonesia-Unido Country Programme 2016-2020 akan berakhir Desember
ini. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menyusun proyek-proyek yang
lebih strategis, tepat sasaran, dan bermanfaat bagi industri dan perekonomian
Indonesia. Apalagi, seiring perkembangan revolusi industri 4.0, Indonesia akan
membutuhkan proyek-proyek kerja sama yang dapat mengakselerasi penerapan
teknologi industri 4.0. Selain itu, sesuai dengan strategi dan kebijakan Kemenperin,
proyek-proyek tersebut diharapkan dapat berfokus pada pengembangan kualitas
sektor IKM agar dapat menghasilkan produk berdaya saing tinggi sesuai kebutuhan di
era industri 4.0.

Kerja sama Indonesia-UNIDO bisa menjadi sarana industri dalam negeri


untuk dapat mengakselerasi implementasi Industri 4.0. Oleh karena itu, sangat penting
untuk kita, pemerintah, asosiasi, akademisi serta kalangan industri merumuskan
bersama kebutuhan dan kepentingan industri untuk kemudian dapat diterapkan
melalui proyek kerja sama Indonesia-Unido yang nantinya dapat meningkatkan daya
saing industri dalam negeri

B. Rekolasi Industri Daru Negara-Negara Maju Ke Negara- Negara Berkembang

1. Relokasi Industri
Relokasi adalah pemindahan lokasi industri dari suatu negara maju ke negara
berkembang atau dari Negara ke Negara lainnya.Adapun tujuan pemindahan industri
tersebut untuk mendekati bahan baku dan menghasilkan jenis barang yang mampu
bersaing di pasar international. Alasan Negara maju memindahkan industrinya ke
Negara berkembang untuk alasan-alasan sbb:
 upah buruh pada Negara maju lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
berkembang.
 Negara maju dapat bebas polusi (pencemaran).
 Usaha memperluas dan memperbesar usaha industri
  Persyaratan ketat untuk mendirikan industri di Negara maju.
Kerjasama dalam bidang industri memiliki keuntungan dan kerugian baik bagi
Negara yang dituju dan bagi Negara maju (Negara yang melakukan relokasi industri).

a) Keuntungan bagi Negara berkembang


 menambah lapangan kerja
 menambah pendapatan perkapita
 menambah devisa
 terjadi alih teknologi
  kemudahan memperoleh modal
 meningkaykan manfaat bahan baku

b) Keuntungan bagi Negara maju


 memperluas pasar
 menghemat biaya produksi
  mengurangi polusi di negaranya
 bahan baku mudah diperoleh
 tenaga kerja murah

2. Dampak Pembangunan Industri

a) Dampak Positif

Industrialisasi merupakan suatu gejala yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembangunan karena merupakan mesin dalam peningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Secara umum dampak positif dari adanya pembangunan industri adalah:
1. Meningkatkan devisa Negara
2. Menyerap tenaga kerja
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat
4. Terbukanya usaha-usaha di sector informal
5. Berkurangnya ketergantungan dari produk luar negeri.
b) Dampak negatif

Namun selain memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi,


industrialisasi mempunyai dampak negatif baik terhadap manusia maupun
lingkungannya. Dampak negatifnya antara lain:
1. Berkurangnya lahan pertanian
2. Pencemaran lingkungan
3. Terjadinya arus urbanisasi yang terlalu besar
4. Terjadinya perubahan prilaku masyrakat
C. INDUSTRI 4.0
Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi
pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi
awan dan komputasi kognitif.
Industri 4.0 menghasilkan "pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas berstruktur
moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk
segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama
lain dan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan
lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai
nilai.

Istilah "Industrie 4.0" berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi
canggih pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik Istilah
"Industrie 4.0" diangkat kembali di Hannover Fair tahun 2011. Pada Oktober 2012,
Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0
kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui
sebagai bapak pendiri dan perintis Industri 4.0. Laporan akhir Working Group
Industry 4.0 dipaparkan di Hannover Fair tanggal 8 April 2013

1. Prinsip Rancangan
Ada empat prinsip rancangan dalam Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini membantu
perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.
 Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan
manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat
Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).IoT akan
mengotomatisasikan proses ini secara besar-besaran
 Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital
dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor
mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.
 Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu
manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara
menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah
genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk
membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang
tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
 Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan
sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi pengecualian,
gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas didelegasikan ke atasan.

2. Dampak Industri 4.0


Pengusul mengklaim Industri 4.0 akan mempengaruhi banyak bidang, terutama:
 Model layanan dan bisnis
 Keandalan dan produktivitas berkelanjutan
 Keamanan TI: Perusahaan seperti Symantec, Cisco, dan Penta Security sudah
mulai membahas masalah keamanan IoT
 Keamanan mesin
 Penjualan pabrik
 Siklus hidup produk
 Industri Manufaktur: Perubahan masal pabrik menggunakan IoT, Pencetakan
3D dan Pembelajaran Mesin
 Rantai nilai industry
 Pendidikan dan skill pekerja
 Faktor sosio-ekonomi
 Peragaan Industri: Untuk membantu industri memahami dampak
Perindustrian 4.0, Cincinnati Wali kota John Cranley, menandatangani
proklamasi untuk menyatakan "Cincinnati menjadi Kota Peragaan Industri
4.0"
 Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Februari 2016 menunjukkan
bahwa Industri 4.0 mungkin memiliki efek menguntungkan bagi negara
berkembang seperti India.

Industri kedirgantaraan kadang dikatogorikan "terdampak rendah untuk otomasi


masal" namun prinsip-prinsip Industri 4.0 telah diselidiki oleh beberapa perusahaan
kedirgantaraan, teknologi yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas di
mana biaya awal otomatisasi tidak dijelaskan, salah satu contohnya adalah proyek
M4 oleh pabrik komponen penerbangan Meggitt PLC Diskusi tentang bagaimana
pergeseran ke Industri 4.0, khususnya digitalisasi, akan mempengaruhi pasar tenaga
kerja sedang dibahas di Jerman dengan topik Pekerjaan 4.0.

3. Kesiapan Indonesia
Masalah kesiapan perpindahan ke industri 4.0 Indonesia terletak pada SDM
dan pemerataan, beberapa sektor industri di Indonesia masih belum mendekati
Industri 4.0, contoh saja pada industri agraris, masih ada petani menggunakan
cangkul, walaupun beberapa daerah petaninya sudah memasuki Industri 4.0, tidak
semua petani menguasai computer.
Masalah lainnya terletak pada banyaknya penduduk Indonesia yang tidak
memiliki SDM memadai, karena diperkirakan dengan masuknya industri ini akan
memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM rendah dan kemungkinan
meningkatkan angka pengangguran
Cara pemerintah mengadapi hal tersebut dimulai dari pembangunan
infrastruktur untuk pemerataan distribusi di berbagai sektor dan perombakan
kurikulum pendidikan guna menghadapi perkembangan industri ini
Selain itu, perlu diperhatikan dengan baik mengenai keamanan informasi,
keamanan di dunia siber, dan keamanan di dalam jaringan komputer, terkait dengan
data dan informasi, guna mencapai tujuan organisasi, privasi, dan kenyamanan
pengguna layanan pada era Industri 4.0

Penanya : Indri Oktavia


Menjawab :-

Menanggapi : -

Anda mungkin juga menyukai