Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN KE- 11

PERANAN INDUSTRIALISASI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa:
1. Dapat memahami dan menjelaskan mengenai kebijakan industrialisasi dalam
pembangunan ekonomi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai kebijakan SISI dan SIPE.
3. Dapat memahami dan menjelaskan mengenai keterkaitan Industrialisasi
dengan sektor lain (pertanian).

B. URAIAN MATERI
11.1 Industrialisasi
Tujuan Pembelajaran 11.1:
11.1 Kebijakan Industrialisasi dalam Pembangunan Ekonomi

Indikator keberhasilan dari industrialisasi di suatu daerah ditentukan oleh


kinerja dari industri-industri tersebut. Meskipun bukan hanya menjadi tujuan
akhir oleh pembangunan ekonomi namun industrialisasi yang merupakan upaya
untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi serta berkelanjutan yang
selanjutnya akan menciptakan pendapatan perkapita tinggi.
Industrialisasi merupakan suatu sistem produksi yang muncul dari
pengembangan penelitian dan kemudian penggunaan pengetahuan ilmiah.
Dilandasi oleh pembagian tenaga kerja serta spesialisasi menggunakan alat-alat
bantu mekanik, kimiawi, mesin, serta organisasi serta intelektual di dalam
produksi. Industrialisasi didalam arti sempit yang menggambarkan penggunaan
yang secara luas sumber-sumber tenaga non-hayati dalam rangka produksi
barang atau jasa. Meskipun definisi ini dirasa sangat membatasi industrialisasi
namun tidak hanya terdapat pada pabrik ataupun manufaktur tetapi juga bisa
meliputi pertanian dikarenakan pertanian tidak dapat lepas dari mekanisasi atau

1
pemakaian sumber tenaga non-hayati demikian pula halnya dengan transportasi
serta komunikasi. Industrialisasi yang merupakan proses peralihan dari satu
bentuk masyarakat tertentu yang menuju masyarakat industrial modern. Terdapat
tiga jenis definisi untuk dapat memahami industrialisasi, antara lain:
1. Residual, yaitu industri berarti semua hal yang bukan merupakan pertanian.
2. Sektoral, yang mengatakan industri adalah energi, pertambangan, dan juga
usaha manufaktur.
3. Bersifat mikro dan makro yaitu sebagai proses produksi yang lebih luas
sebagai proses sosial industrialisasi.
Proses industrialisasiyang bisa dipahami adalah melalui konsep
pembangunan karena arti pembangunan serta industrialisasi seringkali dianggap
sama. Konsep pembangunan bersifat dinamik yaitu karena konsep itu tersebut
bisa berubah menurut ruang lingkupnya. Apabila suatu pembangunan itu
dihubungkan pada tiap usaha pembangunan di dunia maka pembangunan tersebut
akan merupakan usaha dalam pembangunan dunia. Industrialisasi ialah sebagai
proses dan pembangunan industri yang berada dalam satu jalur kegiatan yaitu
yang pada hakekatnya berfungsi dalam meningkatkan kualitas hidup dan juga
kesejahteraan rakyat. Industrialisasi tersebut tidaklah terlepas daripada upaya
peningkatan pada mutu sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber daya
alam.
Tujuan pada pembangunan industri nasional baik dalam jangka menengah
maupun jangka panjang yang ditujukan untuk dapat mengatasi permasalahan dan
juga kelemahan baik pada sektor industri maupun untuk dapat mengatasi
permasalahan secara nasional, yaitu antara lain:
1. Meningkatkan penyerapan tenaga-tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan ekspor di Indonesia dan pemberdayaan pasar didalam negeri.
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang akan berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung perkembangan pada sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan kemampuan kemajuan teknologi.
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri serta diversifikasi produk.

2
7. Meningkatkan penyebaran industri-industri.
Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi, yaitu antara lain:
1. Kemampuan pada teknologi dan inovasi.
2. Laju pertumbuhan pada pendapatan nasional per kapita.
3. Kondisi dan struktur pada awal ekonomi didalam negeri. Negara yang pada
awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti antara lain baja semen,
kimia dan industri menengah seperti mesin-mesin alat produksi yang akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat.
4. Besarnya pangsa pasar yang ditentukan pada tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk. Indonesia dengan kurang lebih 200 juta orang penduduk
menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
5. Ciri industrialisasi yaitu dengan cara pelaksanaan industrialisasi seperti pada
tahap implementasi, yaitu jenis industri unggulan dan serta insentif yang
diberikan.
6. Negara yang memiliki sumber daya alam yang besar cenderung lebih lambat
dalam industrialisasi.
7. Kebijakan-kebijakan atau strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas
bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Perusahaan manufaktur yang merupakan penopang utama dalam
perkembangan industri sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur
sebuah negara juga dapat digunakan untuk dapat melihat perkembangan industri
secara nasional negara. Perkembangan ini juga dapat dilihat baik dari dalam aspek
kualitas produk yang dihasilkan maupun kinerja industri yang secara keseluruhan.
Sejak krisis pada ekonomi dunia terjadi tahun 1998 dan juga merontokkan
berbagai sendi-sendi perekonomian nasional, perkembangan industri Indonesia
secara nasional belum dapat memperlihatkan perkembangan yang baik. Bahkan
perkembangan industri nasional khususnya pada industri manufaktur lebih sering
terlihat merosot ketimbang kenaikan grafik peningkatannya.
Industri manufaktur di masa depan adalah pada industri-industri yang
mempunyai daya saing tinggi yang didasarkan pada tidak hanya kepada besarnya

3
potensi di Indonesia (comparative advantage), yaitu seperti luas bentang wilayah
kemudian besar jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam akan
tetapi juga berdasarkan kemampuan daya kreasi dan serta keterampilan serta
profesionalisme SDA/sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Industri manufaktur yang lebih terbelakang dikarenakan keterbatasan
teknologi, kualitas Sumber daya Manusia, juga keterbatasan dana pemerintah
(selalu defisit) dan sektor swasta, kemudian kerja sama antara pemerintah serta
industri dan lembaga pendidikan & penelitian yang masih rendah. Alasannya dari
adanya Industrialisasi diantaranya adalah warisan masa lalu, pembagian buruh-
buruh dan perdagangan, perusahaan multi nasional, serta bantuan ekonomi,
kekuatan kartel dan pembayaran hutang perang.
Strategi pada pembangunan sektor industri yang pelaksanaan
industrialisasi seperti pada strategi substitusi impor (Inward Looking). Bertujuan
untuk mengembangkan industri yang berorientasi domestic yang dapat
menggantikan produk-produk impor. Pertimbangan dalam menggunakan strategi
ini adalah pada sumber daya alam & faktor produksi yang cukup tersedia,
kemudian potensi permintaan di dalam negeri yang memadai sebagai pendorong
pada perkembangan industri manufaktur didalam negeri, kesempatan kerja yang
menjadi luas, pengurangan pada ketergantungan impor sehingga defisit
berkurang.
Strategi pada promosi ekspor (outward Looking) yang berorientasi ke
pasar internasional didalam usaha pengembangan industri didalam negeri yang
memiliki keunggulan-keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi dapat
berhasil diantara yang lain pasar harus menciptakan sinyal harga benar yang dapat
merefleksikan kelangkaan barang-barang yang bisa baik di pasar input maupun
output, tingkat proteksi impor harus rendah maka nilai tukar haruslah realistis
dan ada insentif dan peningkatan ekspor. Terdapat Unsur-Unsur pada
Industrialisasi yaitu antara lain:
1. Masyarakat yang telah melakukan proses produksi menggunakan mesin.
2. Berskala dengan besar.

4
3. Pembagian kerja yang teknis dan relatif kompleks.
4. Menggunakan tenaga kerja dengan keterampilan yang bermacam-macam.
Industrialisasi dalam suatu masyarakat yang berarti pergantian teknik
produksi dari cara masih tradisional ke cara yang modern yang terkandung
didalam revolusi industri. Di dalam hal ini maka terjadi proses transformasi yaitu
pada suatu perubahan masyarakat yang dalam segala segi kehidupannya. Industri
adalah merupakan suatu usaha kegiatan pengolahan bahan-bahan mentah (bahan
baku) ataupun barang setengah jadi yang menjadi barang jadi dan juga barang-
barang yang memiliki nilai tambah untuk dapat mendapatkan keuntungan.
Usaha-usaha perakitan (assembling) dan juga reparasi adalah bagian industri.
Hasil industri yang tidak hanya berupa barang namun tetapi dapat juga berupa
jasa. Industrialisasi yang merupakan suatu proses interaksi di antara
perkembangan teknologi serta inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong dalam perubahan
struktur ekonomi.
Faktor-faktor pendorong selain daripada perkembangan teknologi dan
inovasi serta laju pertumbuhan pada pendapatan per kapita adalah yaitu sebagai
berikut:
1. Kondisi dan struktur pada awal ekonomi di dalam negara. Negara yang pada
awalnya memiliki industri dasar,primer/hulu seperti antara lain baja, semen,
kimia, dan industri tengah yaitu seperti mesin alat-alat produksi akan
mengalami suatu proses industrialisasi yang relatif cepat. Hal ini tersebut
dikarenakan jika sudah terdapat berbagai industri-industri hulu dan menengah
yang kuat maka otomatis negara-negara yang bersangkutan akan lebih
mudah dalam membangun industri hilir dengan tingkat diversifikasi produksi
yang tinggi jika akan dibandingkan dengan negara-negara yang belum
mempunyai industri hulu dan menengah.
2. Besarnya pasar di dalam negeri yang telah ditentukan oleh kombinasi antar
populasi serta tingkat pendapatan nasional riil per kapita. Besarnya pangsa
pasar DN yang ditentukan pada tingkat pendapatan dan juga jumlah

5
penduduk. Misalnya di Indonesia dengan total jumlah penduduk kurang lebih
200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi karena pasar
yang besar dan menjamin adanya skala ekonomis serta efisiensi dalam proses
produksi.
3. Ciri industrialisasi yaitu dengan cara pelaksanaan industrialisasi seperti di
tahap implementasi kemudian jenis industri unggulan dan insentif yang
diberikan termasuk di dalamnya adalah insentif-insentif kepada investor.
4. Kondisi serta keberadaan Sumber Daya Alam (SDA), negara dengan SDA
yang lebih besar biasanya cenderung lebih lambat di dalam industrialisasi,
karena tingkat diversifikasi laju pertumbuhan ekonomi relatif lebih rendah.
5. Kebijakan serta strategi pemerintah seperti tax holiday, kemudian bebas bea
masuk untuk bahan baku impor, pinjaman dengan suku bunga relatif rendah.
Proses industrialisasi yang terjadi pada negara-negara di ASEAN yang
pesat didorong oleh lajunya pertumbuhan output pada industri yang pesat
dikarenakan menyebabkan terjadi penambahan struktural yang luas dalam
perekonomian negara-negara tersebut. Pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi yang dari pertanian menuju
industri serta menggeser struktur industri memiliki keunggulan kompetitif dan
juga komparatif. Indikator yang digunakan dalam mengukur suatu struktur
industri adalah suatu distribusi dari jumlah produksi perusahaan yang ada dan
total NO atau NT dari sektor industri yang menurut kelompok industri subsektor.
Karena semakin tinggi subsektor industri berarti semakin tinggi diversifikasi
produksinya.
Distribusi PDB ini menurut subsektor industri juga dapat berperan
sebagai indikator dalam pengukur tingkat pada diversifikasi industri. Semakin
majunya industri manufaktur, maka semakin besar kontribusi output kelompok-
kelompok industri berteknologi tinggi terhadap suatu pembentukan PDB.
Perubahan struktur industri tersebut disebabkan oleh penawaran agregat-agregat
perkembangan teknologi kualitas SDM, serta inovasi material baru untuk

6
produksi serta permintaan agregat dalam peningkatan pendapatan per kapita yang
dapat mengubah volume dan juga pola konsumsi.
Orientasi pada perkembangan industri manuafktur Indonesia masih pada
tahap barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman serta pakaian jadi.
Sisi permintaan agergat yaitu pasar domestik barang konsumsi yang berkembang
pesat seiring dengan laju penduduk dan juga peningkatan pendapatan masyarakat
perkapita. Sedangkan pada sisi penawaran agregat, yaitu sarana dan prasarana
menunjang dalam produksi.
Untuk dapat membandingkan dan menganalisa kemampuan dari produksi
di negara-negara yang berbeda, dikarenakan industri dapat diklasifikasikan dalam
3 kategori. Kategori pertama yaitu industri dengan teknoklogi tinggi, contohnya
obat-obatan, komputer, alat-alat perkantoran, barang elektronik, serta kendaraan
bermotor. Kategori yang kedua yaitu industri dengan yang menengah contohnya
dengan produk-produk dari logam sederhana, produk-produk dari plastik dan
karet, serta penyulingan minyak. Kategori yang ketiga adalah industri rendah,
seperti pada kertas dan percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman, rokok, serta
meubel. Tingkat perkembangan pada industri manufaktur yang dapat dilihat dari
pendalaman pada struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk-produk barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dengan
kandungan teknologi lebih canggih, barang modal.
2. Intensitas pada pemakaian faktor-faktor produksi barang dengan padat karya
dan juga barang dengan padat modal. Orientasi pada pasar barang domestik
dan barang ekspor.
Indonesia masih memiliki ketergantungan-ketergantungan pada impor
barang-barang dari luar negeri. Hal ini karena tingkat industri manufaktur di
Indonesia masih lemah walaupun masih terus berkembang hingga pada tingkat
ketergantungan impor barang-barang manufaktur yang masih tinggi. Berbeda
dengan negara-negara yang masih memiliki industri manufaktur maju, maka
negara-negara tersebut tidak bergantung pada impor. Walaupun kondisi pada
manufaktur Indonesia yang terus berkembang pada neraca perdagangan

7
Indonesia untuk barang-barang manufaktur yang terus mengalami defisit kecuali
pada masa 1998-1999 dikarenakan turun drastis akibat dari depresiasi rupiah dan
juga krisis ekonomi. Defisit di dalam saldo merupakan suatu konsekuensi pada
struktur perdagangan manufaktur di Indonesia.
Pada satu sisi, manufaktur di dominasi oleh produk sederhana dengan
nilainya di pasar dunia yang relatif rendah dan di sisi lain manufaktur di Indonesia
didominasi dengan barang-barang menengah ke atas seperti barang-barang
konsumsi yang tahan lama seperti kendaraan bermotor, elektronik, komputer,
barang modal seperti mesin, mobil penumpang, bahan baku, serta penolong yang
sudah diproses seperti makanan,minuman, dan bahan baku untuk industri, bahan
bakar dan pelumas, komponen transportasi pada umumnya memiliki nilai yang
relatif lebih tinggi pada pasar dunia.
Kualitas pada SDM yang dapat diukur dengan tingkat rata-rata pendidikan
pada angkatan kerja atau pada masyarakat dari golongan umur yang produktif,
yaitu range usia 15-65 tahun. Jika pekerja-pekerja yang tidak atau belum sekolah
digabungkan dengan pekerja yang tidak tamat SD maka data-data BPS yang
menunjukkan jika sebagian besar dari jumlah angkatan kerja Indonesia hanya
memiliki berpendidikan rendah. Kualitas SDM yang dapat juga diukur dengan
lama bersekolah ataupun rata-rata tahun pendidikan dialami masyarakat dari
kategori umur yang tertentu. Rata-rata lama tahun pendidikan yang dialami
masyarakat pada kategori umur 25 tahun ke atas di Indonesia yang paling
singkat, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain yaitu masih di
bawah 5 tahun. Hal ini menggambarkan jumlah penduduk Indonesia terutama
diploma pendidikan tinggi diatas sarjana (S1) lebih sedikit dibandingkan dengan
negara-negara Asia lain. Rendahnya kualitas SDM Indonesia salah satunya
disebabkan terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah. Basis
ekspor dan pasar masih sempit meskipun Indonesia masih mempunyai banyak
sumber daya alam dan tenaga kerja, tetapi produk dan pasar masih hanya
terkonsentrasi terbatas pada empat produk seperti kayu lapis, pakaian jadi, tekstil
dan alas kaki. Amerika, Jepang dan Singapura yang mengimpor 50% dari total

8
ekspor tekstil dan pakaian jadi di Indonesia. Produk penyumbang 80% dari
ekspor manufaktur di Indonesia masih mudah terpengaruh pada perubahan
permintaan produk pada pasar terbatas. Banyak produk-produk manufaktur
terpilih padat karya yang mengalami penurunan harga dikarenakan muncul para
pesaing baru seperti Cina dan Vietnam. Produk-produk manufaktur tradisional
yang menurun daya saingnya sebagai akibat dari faktor internal seperti tuntutan
kenaikan upah.
Ketergantungan pada impor sangat tinggi. Pada tahun 1990, Indonesia
menarik banyak PMA untuk dapat industri berteknologi tinggi seperti kimia,
elektronik, dan juga otomotif. Tetapi proses penggabungan, pengepakan dan juga
assembling masih dengan hasil Nilai impor bahan baku, juga komponen dan input
perantara masih tinggi yaitu diatas 45%. Industri padat karya seperti tekstil dan
pakaian jadi dan kulit bergantung pada impor bahan baku, serta komponen dan
input perantara yang juga masih relatif tinggi. PMA pada sektor manufaktur yang
masih bergantung kepada suplai bahan baku dan juga komponen dari luar negeri.
Peralihan teknologi seperti teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan juga keterkaitan eksternal dari PMA yang masih sangat terbatas.
Pengembangan produk dengan merek tersendiri dan juga pembangunan jaringan
pemasaran yang masih terbatas.

11.2 Kebijakan SISI dan SIPE


Tujuan Pembelajaran 11.2:
11.2 Kebijakan SISI dan SIPE

Kebijakan Strategi SI / Substitusi Impor (Inward Looking)


Strategi ini adalah untuk bertujuan dalam mengembangkan industri
berorientasi domestik yang menggantikan produk impor. Pertimbangan atas
digunakan strategi ini adalah antara lain:
1. Sumber daya alam serta faktor-faktor produksi cukup tersedia.

9
2. Potensi pada permintaan (demand) di dalam negeri yang memadai sebagai
pendorong adanya perkembangan industri pada manufaktur didalam negeri.
3. Kesempatan kerja yang menjadi luas.
4. Pengurangan pada ketergantungan impor sehingga defisit berkurang.
Kebijakan pada substitusi impor (import substitution) adalah merupakan
kebijakan yang memproduksi didalam negeri terhadap barang yang tadinya
diimpor. Kebijakan ini yang paling sering ditempuh di tahap awal pembangunan
ekonomi, khususnya pada pembangunan industri. Ada beberapa manfaat-
manfaat positif yang diperoleh dan kebijakan-kebijakan substitusi impor, yaitu
antara lain:
1. Mengurangi ketergantungan-ketergantungan pada impor. Terutama pada
untuk barang-barang kebutuhan pokok yang menghasilkan produk antara.
2. Memperkuat sektor-sektor industri. Pengembangan pada sektor industri
diperlukan dalam memperkuat perekonomian. Salah satunya jalan untuk
mempercepat pembangunan-pembangunan industri adalah SI, di mana
pemerintah yang memberikan fasilitas dalam memperbesar minat serta
kemampuan swasta untuk dapat berinvestasi. Industri-industri yang
dibangun ialah berdasarkan kebijakan pada SI yang pada tahap awalnya
umumnya adalah bersifat padat karya atau berteknologi yang rendah. Sebab
industri tersebut yang relatif sesuai dengan kualitas SDM pada NSB.
Lagipula industri-industri tersebut yang dapat menghasilkan keunggulan-
keunggulan komparatif.
3. Memperluas atau memperbesar peluang kesempatan kerja. Bertumbuhnya
sektor-sektor industri juga yang dapat memperluas kesempatan kerja. Dengan
demikian maka pada tenaga kerja melimpah di sektor pertanian yang akan
diserap oleh sektor-sektor industri dengan tanpa mengurangi output pada
sektor pertanian.
4. Menghemat pada devisa. Penghematan devisa yang berarti memperbaiki pada
neraca pembayaran. Perbaikan pada neraca pembayaran yang umumnya
dilihat dan juga surplus pada neraca perdagangan atau dengan menurunnya

10
defisit pada neraca perdagangan karena impor yang makin mengecil. Atau
dapat dilihat di dalam neraca modal dimana pada modal masuk yang lebih
besar daripada modal yang keluar. Perbaikan pada neraca pembayaran ini
yang akan memberikan efek multiplikasi pada perekonomian domestik,
sekaligus juga memperbaiki posisi diperekonomian dunia.
Selain manfaat-manfaat tersebut, SI memiliki keterbatasan-keterbatasan,
yaitu antara lain:
1. Menguntungkan pada perusahaan asing . Perusahaan asing yang menanamkan
modal pada sektor industri substitusi impor yang akan memperoleh
keuntungan karena memperoleh proteksi dibalik benteng-benteng tarif dan
memperoleh fasilitas-fasilitas keringanan pajak serta insentif pada penanaman
modal.
2. Pasar domestik yang cepat jenuh. Titik kelemahan dari kebijakan SI bukan
pada aspek penawaran, melainkan pada aspek permintaan. Rendahnya tingkat
pendapatan per kapita penduduk NSB yang menyebabkan permintaan
domestik pada produk-produk industri yang amat kecil. Artinya, pada skala
pasar domestik yang relatif kecil sehingga cepat jenuh.
3. Memperkuat pada gejala monopoli atau oligopoli. Kecilnya pada skala pasar
domestik yang menyebabkan para investor yang meminta jaminan pada
kepastian pasar agar pada skala jual produksi yang mereka mencapai pada
tingkat efisiensi ekonomis, maka bahkan dapat memberikan keuntungan
supernormal atau supernormal profit. Hal ini yang menjadi salah satu alasan
yaitu mengapa para investor dapat menuntut hak monopoli atau legal, serta
pembatasan jumlah produsen yang berdasarkan ketentuan hukum. Maka
tidak mengherankan apabila struktur industri di NSB yang umumnya
monopoli atau oligopoli berdasarkan pada kekuatan hukum.
4. Ketergantungan semakin besar terhadap impor yang menjadi persoalan
besar didalam kebijakan SI adalah dengan tidak tersedianya industri
pendukung misalnya apa yang dapat menyediakan mesin-mesin dan juga
bahan-bahan baku. Akibatnya dari kebijakan SI tersebut justru menimbulkan

11
ketergantungan yang baru terhadap impor. Impor bahan baku dan juga barang
modal justru yang meningkat jika target pertumbuhan pada output industri
ataupun ekonomi dapat ditingkatkan.

Kebijakan Strategi PE / Promosi Ekspor (Outward Looking)


Strategi ini lebih berorientasi pada pasar internasional yang dalam usaha
pengembangan industri di dalam negeri yang memiliki keunggulan dalam
bersaing. Rekomendasi agar strategi ini berhasil adalah:
1. Pasar yang harus menciptakan adanya sinyal harga yang dapat merefleksikan
kelangkaan barang bersangkutan tersebut baik pada pasar input maupun pasar
output.
2. Tingkat pada proteksi impor harus rendah.
3. Nilai tukar harus realistis.
4. Adanya insentif demi peningkatan ekspor.
Promosi ekspor (PE) yang merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi cepat jenuh atas pasar domestik sebab karena pasar luar negeri yang
relatif jauh lebih besar dari pada pasar domestik. Kebijakan-kebijakan PE yang
umumnya dilakukan setelah berhasil melaksanakan SI, tetapi ada juga yang dapat
melakukan secara bersama. Terdapat empat faktor-faktor yang dapat
menjelaskan bahwa dalam kebijakan PE yang mampu mendorong adanya
pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat dibanding pada kebijakan SI, yaitu antara
lain :
1. Kaitannya dengan sektor pertanian dan dengan sektor industri, misalnya
seperti agro industri yang telah berkembang karena berorientasi kepada
bahan-bahan baku pertanian. Dengan adanya kaitan-kaitan ini, maka
permintaan-permintaan sektor industri terhadap sektor-sektor pertanian tetap
dapat dipertahankan.
2. Skala-skala ekonomi (economies of scale) yang dapat dicapai adalah karena
permintaan ekspor yang dengan skalanya cukup besar hingga dapat
diproduksi dengan secara manufaktur ataupun masal.

12
3. Meningkatnya persaingan-persaingan atas prestasi perusahaan yang karena
kuatnya persaingannya pada pasar dunia.
4. Dampak dari kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi yang dapat
diatasi.

Meskipun kebijakan-kebijakan PE tersebut dapat memberikan manfaat, namun


juga ada terdapat beberapa masalah:
1. Cepat jenuh pasar internasional yaitu cepat jenuhnya pasar internasional yang
disebabkan oleh faktor permintaan dan faktor penawaran. Dilihat dari sisi
permintaan dan apa saja yang diekspor oleh NSB seperti antara lain pakaian,
makanan olahan, barang-barang elektronik sederhana, bahkan serta
kendaraan, umumnya yang merupakan barang kebutuhan pokok bagi negara-
negara maju. Sebagai barang kebutuhan pokok, elastisitas permintaannya
seperti elastisitas harga dan elastisitas pendapatan yang sangat rendah,
sehingga pasarnya relatif tetap.
2. Semakin kuatnya kebijakan-kebijakan proteksi oleh negara-negara maju.
Meskipun negara-negara maju yang memiliki keunggulan komparatif didalam
produksi teknologi pada padat modal dan serta ilmu pengetahuan, maka tetap
melakukan proteksi pada industri-industri yang berteknologi sederhana.
Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 sangat memukul dan
berdampak pada industri manufaktur Indonesia dan berakibat pada depresiasi
nilai rupiah yang sangat besar pada dolar AS. Krisis ekonomi ini yang
menunjukkan bahwa ternyata pada pembangunan Industri yang selama masa
pemerintahan orde baru ini tidak menghasilkan industri nasional yang baik dan
kokoh. Sebaliknya maka pembangunan industri yang didukung oleh kebijakan-
kebijakan SI yang dengan proteksi yang berlebihan dan juga terlalu lama dan
telah membuat industri-industri manufaktur di Indonesia menjadi sangat lemah
dengan tingkat ketergantungannya dan utang-utang yang tinggi.
Masuknya IMF ke negara Indonesia ialah untuk membantu keluar dari
krisis ekonomi tersebut yang telah membawa perubahan yang besar didalam

13
kebijakan-kebijakan industrialisasi di dalam negeri. Dibandingkan dengan
keadaan pada sebelum krisis, maka kebijakan-kebijakan industri baru yang
dianut oleh Indonesia lebih berorientasi pada X, dan dengan tidak menghilangkan
pembangunan industri pada pasar domestik. Kemudian, Salah satu langkah
konkret yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengadakan tarif M baik
terhadap barang jadi ataupun barang setengah jadi, kemudian bahan baku
komponen yang secara bertahap dan penghilangan fasilitas dengan kemudahan
selama masa orde baru yang banyak diberikan pada perusahaan-perusahaan besar.
Sementara itu kemudian fasilitas-fasilitas kemudahan untuk kredit murah yang
tetap diberikan kepada usaha-usaha kecil dan menengah, tetapi dengan prosedur
seleksinya yang jauh lebih ketat dan juga memiliki tujuan-tujuan program yang
jelas.
Perhatian yang besar juga kemudian diberikan kepada pengembangan
industri pendukung yang dapat membuat mesin, peralatan produksi, diantaranya
bahan baku dan komponennya. Tujuannya untuk mengurangi dan meminimalisir
ketergantungan antara sektor industri manufaktur yang khususnya dan ekonomi
nasional terhadap M. Guna mendukung atas kebijakan tersebut, maka pemerintah
menerapkan clustering yaitu setiap industri mempunyai keterikatan produksi yaitu
ke belakang maupun ke depan yang kuat dengan industri-industri lain ataupun
sektor ekonomi lain-lainnya.
Faktor-faktor pendorong selain perkembangan teknologi (T) dan inovasi
(In) serta laju pada pertumbuhan pendapatan perkapita sebagai berikut:
1. Kondisi pada struktur awal ekonomi di dalam negara.
2. Besar pasar di dalam negeri yang ditentukan pada kombinasi antara populasi
dan tingkatan pendapatan nasional riil perkapita.
3. Ciri industrialisasi yaitu dengan cara pelaksanaan industrialisasi yang seperti
tahap implementasi, serta jenis industri unggulan dan juga insentif yang
diberikan termasuk juga di dalamnya ada insentif kepada para investor.
4. Kondisi serta keberadaan Sumber Daya Alam (SDA).

14
5. Kebijakan serta strategi pemerintah seperti tax holiday,serta bebas bea masuk
untuk bahan-bahan baku impor, kemudian pinjaman dengan suku bunga
relatif rendah.
6. Tingkat perkembangan pada industri manufaktur yang dapat dilihat dari
pendalaman struktur industri tersebut. Struktur industri seperti ragam produk
pada barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dengan kandungan-
kandungan teknologi lebih canggih, barang modal. Kemudian Intensitas
pemakaian faktor produksi barang dengan padat karya dan juga barang
dengan padat modal. Orientasi pada pasar barang domestik dan juga barang
ekspor.
Kualitas-kualitas SDM yang dapat diukur dengan tingkat rata-rata
pendidikan dari angkatan kerja dan masyarakat dari golongan pada umur
produktif, yaitu pada umur 15-65 tahun. Jika pekerja yang tidak atau belum
sekolah digabungkan dengan pekerja tidak tamat SD maka data BPS
menunjukkan sebagian besar dari jumlah angkatan kerja Indonesia hanya
berpendidikan rendah. Tingkat Rendahnya kualitas SDM Indonesia salah satunya
disebabkan pada terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.
Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998 sangat memukul industri
manufaktur Indonesia hingga berakibat pada depresiasi nilai rupiah yang sangat
besar terhadap dolar AS. Krisis ekonomi menunjukkan ternyata adanya
pembangunan Industri selama masa pemerintahan orde baru yang tidak
menghasilkan industri nasional yang kokoh dan baik. Sebaliknya pada
pembangunan industri yang didukung oleh pada kebijakan SI dengan proteksi
yang berlebihan dan juga terlalu lama yang telah membuat industri manufaktur
Indonesia yang menjadi sangat lemah dengan tingkatnya tinggi ketergantungan
pada M dan utang yang tinggi.

11.3 Keterkaitan Industrialisasi dengan Sektor Lain (Pertanian)


Tujuan Pembelajaran 11.3:

15
11.3 Keterkaitan Industrialisasi dengan Sektor Lain (Pertanian)

Dalam rangka untuk memajukan sektor agraris pada wilayah pedesaan,


industrialisasi pertanian yang merupakan keniscayaan. Setidaknya terdapat tiga
prinsip utama di dalam industrialisasi pertanian yang kerapkali digunakan oleh
negara-negara berkembang (Bustanul Arifin, 2005: 142-143). Pertama,
pembangunan yang berbasis pertanian yang juga mengutamakan potensi pasar di
dalam negeri sekaligus memanfaatkan besar jumlah penduduk. Upaya untuk
memompa daya beli masyarakat yang ditempuh melalui peningkatan
produktivitas, juga perluasan peluang kerja, stabilisasi nilai tukar serta
pembangunan industri berhubungan dengan pertanian dan pedesaan.
Kedua, yaitu pada pembangunan pedesaan yang dirangsang oleh pada
agroindustri. Pada prinsip ini melihat bahwa lantaran tersebut mengandalkan
lahan dan juga tenaga kerja, sumber daya di pedesaan yang lebih banyak
menunjang untuk produksi pertanian. Biasanya sumber daya di pedesaan lebih
terampil didalam usaha tani di hulu, namun juga kurang terampil di dalam
produksi manufaktur pada hilir. Di sinilah industrialisasi pada pertanian yang
membidik pada daerah pedesaan yang akan mampu mengatrol pada kualitas
sumber daya manusia di pedesaan dan yang pembangunan perdesaan yang pada
umumnya. Prinsip tersebut maka menekankan pada urgensi keterkaitan kedepan
dan kebelakang daripada proses industrialisasi yang kemudian dapat
menghasilkan nilai tambah yang cukup besar.
Ketiga, yaitu pada pembangunan dengan daya dorong yang berusaha
dalam meningkatkan produktivitas dan juga daya beli kaum miskin yang serta
mendorong motivasi kaum berada. Analogi yang sama dan dipakai untuk
menggambarkan adanya daya dorong pembangunan di pedesaan atau daerah
secara umum bagi pembangunan didaerah perkotaan ataupun pusat aktivitas
ekonomi dan kekuasaan. Prinsip industrialisasi ini yang memprioritaskan atensi
kepada kelompok miskin dan juga daerah pedesaan, bukan hanya kelompok kaya
dan juga daerah perkotaan.

16
C. Soal dan Latihan
Soal Essay
1. Jelaskanlah oleh Anda bagaimana kebijakan industrialisasi dalam
perekonomian Indonesia?
2. Apa yang anda ketahui mengenai kebijakan SISI dan SIPE?
3. Jelaskanlah keterkaitan antara industrialisasi dengan sektor pertanian?
4. Jelaskanlah tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah
maupun jangka panjang?
5. Bagaimanakah upaya untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di
sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional?

Soal Pilihan Ganda


1. Tujuan pembangunan industri untuk mengatasi permasalahan secara nasional,
kecuali...
a. Meningkatkan penyerapan tenaga-tenaga kerja industri
b. Meningkatkan inflasi dalam suatu negara
c. Meningkatkan ekspor di Indonesia dan pemberdayaan pasar dalam negeri
d. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang akan berarti bagi
perekonomian
2. Berikut yang bukan merupakan tiga jenis definisi untuk dapat memahami
industrialisasi adalah...
a. Industri berarti semua hal yang bukan merupakan pertanian.
b. Industri adalah energi, pertambangan, dan juga usaha manufaktur.
c. Sebagai proses produksi yang lebih luas sebagai proses sosial
industrialisasi.
d. Industri yang tidak termasuk manufaktur
3. Proses dan pembangunan industri yang berfungsi meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan rakyat dengan upaya peningkatan pada mutu dan
pemanfaatan sumber daya alam adalah pengertian dari...

17
a. Sentralisasi b. Industrialisasi c. Ekonomi mikro d. Agribisnis
4. Faktor-faktor yang mendorong industrialisasi, kecuali...
a. Kemampuan pada teknologi dan inovasi.
b. Laju pertumbuhan pada pendapatan nasional per kapita.
c. Kondisi dan struktur pada awal ekonomi didalam negeri.
d. Besar pangsa pasar tidak ditentukan tingkat pendapatan penduduk
5. Pembangunan sektor industri yang berorientasi ke pasar internasional didalam
usaha pengembangan industri didalam negeri yang memiliki keunggulan-
keunggulan bersaing adalah...
a. Outward looking b. Inward looking c. Industri manufaktur
d. Assembling

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Fahmi, Irham. 2018. “Pengantar Perekonomian Indonesia Teori, Konsep dan
Realita”. Alphabeta. Bandung.
Luthfy, Riza Multazam. 2014. “Potret Legislatif Desa Pasca Reformasi”. Program
Doktor Ilmu Hukum UII. Yogyakarta.
Basri, Faisal. 2002. “Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan bagi
Kebangkitan Indonesia”. Erlangga. Jakarta.
Putra, Windu, 2018. “Perekonomian Indonesia” PT Raja Grafindo Persada.
Depok.
Subandi. 2014. “Sistem Ekonomi Indonesia”. Bandung: AlfaBeta
_______ 2008. “Sistem Ekonomi Indonesia”. Bandung: AlfaBeta
Tambunan, Tulus TH. 2016. “Perekonomian Indonesia” : Era Orde Lama Hingga
Jokowi”. Ghalia Indonesia. Bogor.
_________________. 2009. “Perekonomian Indonesia”. Ghalia Indonesia.
Bogor.

18
Jurnal
Robiani, B. (2005). Analisis Pengaruh Industrialisasi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia,
6(1), 93-103. https://doi.org/10.21002/jepi.v6i1.153

Data Elektronik
https://perekonomianindonesia-akuntansi.blogspot.com/2011/04/industrialisasi.html

19

Anda mungkin juga menyukai