Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahanbaku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang
bermutu tinggidalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaanindustri. Dengan demikian, industri
merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri
diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudiandiolah,
sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi
masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan
perindustrian.D ari definisi tersebut, is tilah industri s ering
dis ebut s ebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal,
pengertian industri sangatlah luas, yaitumenyangkut semua
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang
sifatnyaproduktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan
ekonomi yang luas makajumlah dan macam industri berbeda-beda
untuk tiap negara atau daerah. Padaumumnya, makin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu negara ataudaerah, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifatkegiatan dan
usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun
berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri
didasarkanpada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja,
pangsa pasar, modalatau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-
faktor tersebut, perkembangandan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga
turut menentukan keanekaragamanindustri negara tersebut, semakin
besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka
semakin beranekaragam jenis industrinya.
1
Sedangkan industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial
ekonomiyang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris
menjadi masyarakati n d u s t r i . Industrialisasi juga bisa
d i a r t i k a n s e b a g a i s u a t u k e a d a a n d i m a n a masyarakat berfokus
pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji dan penghasilan yang semakin tinggi.
Industrialisasi a d a l a h b a g i a n d a r i p r o s e s m o d e r n i s a s i
Dimana perubahan sosial d a n perkembangan ekonomi erat
hubungannya dengan inovasi teknologi. Oleh sebab itu maka dalam
makalah ini kami akan membahas tentang bagaimanasejarah sektor
industri di Indonesia,masalah keterbalakangan industrialisasi di
Indonesia,bagaimana kebijakan industrilisasi di Indonesia,dan
peranan sektorindustri dalam pembangunan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah sektor industri di Indonesia?
2. Apa yang menjadi masalah keterbelakangan industrialisasi di
Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan industrialisasi?
4. Bagaimana sektor industri dalam pembangunan?
5. Apa yang menjadi dampak industrialisasi Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bagaiamana sejarah sektor industri di
Indonesia.
2. Mengatahui dan memahami masalah keterbelakangan industrialisasi di
Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami bagaiamana kebijkan industrialisasi.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana sektor industri dalam
pembangunan.
5. Mengetahui dan memahami apa yang menjadi dampak dari
industrialisasi Indonesia.

3
D. Kajian Teori
Ada beberapa teori tentang industri atau industrialisasi yang dikemukakan
oleh para ahli, Diantaranya adalah :

Menurut Boediono definisi Industrialisasi adalah:


Proses percepatan pertumbuhan produksi barang industri yang
dilaksanakan didalam negri, yang diimbangi dengan pertumbuhan yang
serupa di bidang permintaannya (yang berasal dari dalam negri sendiri
maupun luar negri). Industrialisasi akan terhambat apabila aspek
produksinya atau aspek permintaanya atau keduannya terhambat
pertumbuhannya. (Ekonomi Internasional 1990).

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang industri adalah:


Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. (Pasal 1 ayat 2).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengertian industrialisasi


adalah suatu proses untuk mengelolah bahan-bahan baku konsumsi dan
barang-barang yang olah lebih lanjut dengan memperhatikan aspek
produksi dan aspek permintaan.

Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian.


Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan,
ekploitasi sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang
untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses
Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan
ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Sektor Industri Indonesia


Pada tahun 1920-an industri modern di Indonesia semuanya dimiliki oleh
orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada
masa itu berupa industri rumah tangga seperti penggilingan padi,
pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil dan
sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.

Perusahaan modern pada saat hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik
British American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor
General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi yang melanda Indonesia
tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan menurunnya
penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang
mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia
Belanda mengubah system dan pola kebijakan ekonomi dari sektor
perkebunan ke sektor industri, dengan memberi kemudahan dalam
pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industri baru. Berdasarkan
Sensus Industri Pertama (1939), industri yang ada ketika itu
mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan
barang logam, semuanya milik asing.

Pada masa perang dunia II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun


setelah pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan
impor bahan mentah dan diangkutnya barang kapital ke Jepang dan
pemaksaan tenaga kerja (romusha) sehingga investasi negara asing nihil.
Setelah Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sektor industri dan
menawarkan investasi walau dalam tahap percobaan. Tahun 1951,
pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian).
5
Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industri kecil pribumi
dan memberlakukan pembatasan industri besar atau modern yang dimiliki
orang Eropa dan Cina. Pada tahun 1957 sektor industri mengalami
stagnasi dan perekonomian mengalami masa teduh, pada tahun 1960-an
sektor industri tidak berkembang. Akibat karena situasi polotik yang
bergejolak, juga disebabkan kurangnya modal dan tenaga ahli yang
terampil. Pemberlakuan dua undang-undang baru, PMA tahun 1967 dan
PMDN tahun 1968 ternyata mampu membangkitkan gairah sektor industri.

Perkembang sektor industri sejak orde baru, atau tepatnya semasa


pembangunan jangka panjang tahap pertama, sangat mengesankan. Hal itu
dapat dilihat dari berbagai ukuran perbandingan seperti jumlah unit usaha
atau perusahaan, jumlah tenaga kerja yang diserap, nilai keluaran (output)
yang dihasilkan, sumbangan dalam perolehan devisa, kontribusi dalam
pembentukan pendapatan nasional, serta tingkat pertumbuhannya.

B. Masalah keterbelakangan Industrialisasi di Indonesia


Dari jumlah penduduk Indonesia termasuk negara sedang berkembang
terbesar k-3 setelah india dan cina. Namun diluar dari segi industrialisasi,
Indonesia dapat dikatakan baru mulai salah satu indikator dari tingkat
industrialisasi adalah sumbangan sektor industri dalam GDP (groos
domestic product). Dari  ukuran ini sektor industri di Indonesia sangat
ketinggalan dibandingkan dari negara-negara utama di asia. Dua ukuran
lain adalah besar nya nilai tambah yang di hasilkan sektor industri dan
nilai tambah perkapita.

Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indonesia masih sangat kecil,
bahkan kalah dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong
dan Taiwan. Secara perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia
termasuk yang paling rendah di asia.
6
Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan
prosentasi produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di
Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan dari tingkat yang
rendah ini hanya sebagian kecil yang di gunakan oleh konsumen industri.

Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada


umumnya tidak menggembirakan karena iklim politik pada waktu yang
tidak menentu. Kebijakan perindustrian selama awal tahun 1960-an
mencerminkan filsafat proteksionalisme dan eatisme yang ekstrim, dengan
akibat kemacetan produksi. Sehingga produksi sektor industri praktis tidak
berkembang (stagnasi). Selain itu juga disebabkan karena kelangkaan
modal dan tenaga kerja ahli yang memadai.

Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup


mengesankan pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah usaha,
tenaga kerja yang di serap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan
devisa dan kontribusi pembentukan PDB, serta pertumbuhannya sampai
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian


adalah:
1. Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi
menghambat efektivitas dan kemampuan produksi.

2. Kualitas sumber daya manusia


Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat
untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi
terbaru.

7
3. Keterbatasan dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk
mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi.
Industrialisai di Indonesia mengalami kemunduran mulai dari
semenjak krisis ekonomi terjadi di tahun 1998, hal ini terjadi karna
suhu politik yang tidak stabil pada saat itu. Akan tetapi kemunduran ini
bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan
investasi pada industri dalam negeri, tetapi indonesia lebih
memfokuskan kepada penyerapan barang hasil produksi industri dalam
negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi
industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar
Indonesia dikuasai oleh produk produk luar.

C. Kebijakan Industrialisasi
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi
dan kelompok sektor swasta, individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu
perilaku (misalnya suatu hokum yang mengharuskan pembayaran pajak
penghasilan), kebijakan hanya menjadi  tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan.

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses


pembuatan keputusan-keputusan pentingnya organisasi, termasuk
identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran,
dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.

8
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis , menejeman ,
finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Pemerintahan orde baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam


kebijakan perindustrian. Ada tiga aspek kebijakan ekonomi orde baru yang
menumbuhkan iklim lebih baik bagi pertumbuhan sektor industri. Ketiga
aspek tersebut adalah:
1. Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi
lebih bebas dan lebih sederhana.
2. Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi
perusahaan Negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sektor swasta bersama-sama dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya undang-undang penanaman modal asing (PMA).

Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi


suatu kebijakan industrialisasi, yaitu :

1. Keunggulan komperatif
Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komperatif
(comparative advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-
jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya.

2. Keterkaitan industrial
Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial
linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang
kegiatan atau sektor-sektor ekonomi lain.

9
3. Penciptaan kesempatan kerja
Negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan
lapangan kerja (employment creator) niscaya akan lebih
memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak
tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukan bertumpu pada industri-
industri padat karya dan indsutri-industri kecil.
4. Loncatan teknologi
Negara-Negara yang menganut argumentasi loncatan teknologi
(teknologi jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan
tehnologi tinggi (hitech) akan memberikan nilai tambah yang sangat
baik, diiringi dengan kemajuan bagi teknologi bagi industri-industri
dan sektor lain.

D. Peranan Sektor Industri Indonesia


Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia
setelah sektor pertanian. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDB Indonesia sampai tahun 1999. Bahkan sejak tahun
1991 peran sektor industri mampu menjadi sektor utama dengan
mengalahkan sektor pertanian.
Di Indonesia industri dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri
besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga.
Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang terlibat
didalamnya, tanpa memperhatikan industri yang digunakan.

Perindustrian di Indonesia telah berkembang pesat. Namun perindustrian


yang telah maju tersebut tampaknya malah menjadi malapetaka bagi sektor
pertanian. Dengan semakin banyaknya pabrik yang berdiri di setiap daerah
bahkan daerah pedesaan telah menggusur lahan-lahan pertanian produktif
yang jika tetap digunakan dapat menghasilkan komoditas pertanian yang
unggul.
10
Selain itu hujan asam yang timbul akibat adanya pencemaran dari gas-gas
beracun yang tersebar di udara oleh pabrik-pabrik tersebut dapat merusak
tanaman dan tanah sehingga hasil yang didapat sangat tidak bagus bahkan
kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia.

E. Dampak Industrialisasi Di Indonesia


Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara yang
gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-
negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali
berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-
aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara
importir, tetapi memakmurkan  negara pengekspor atau pembuat
teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang
pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan
akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju
Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam
mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin
Toffler maupun John Naisbitt yang meyebutkan bahwa untuk masuk
dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati
gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku
pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan
pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.

Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana


menyusun suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibatkan
tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga. Permasalahan ini
ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang
tidak dapat diperbarui.

11
Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu
unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan.
Proses industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang
dibuang ke lingkungan.Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari
proses produksi, mengharuskan industri menambah investasi untuk
memasang unit tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum
dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara
pengolahan limbah (pendekatan end of pipe) menjadi sangat mahal dan
tidak dapat menyelesaikan permasalahan ketika jumlah industri semakin
banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam
semakin menipis.
Persoalannya kemudian, pada era dewasa ini, apapun sektor usaha yang
dibangkitkan oleh sebuah bangsa maupun kota harus mampu siap bersaing
pada tingkat global. Walaupun sebenarnya apa yang disebut dengan
globalisasi baru dapat dikatakan benar-benar hadir dihadapan kita ketika
kita tidak lagi dapat mengatakan adanya produk-produk, teknologi,
korporasi, dan industri-industri nasional. Dan aset utama yang masih
tersisa dari suatu bangsa adalah keahlian dan wawasan rakyatnya, yang
pada gilirannya akan mengungkapkan kemampuan suatu bangsa dalam
membangun keunggulan organisasi produksi dan organisasi dunia
kerjanya.

Kasus Indonesia Indonesia memang negara “late corner” dalam proses


industrialisasi di kawasan Pasifik dan dibandingkan beberapa negara di
kawasan ini kemampuan teknologinya juga masih terbelakang. Terlepas
dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh
teknologi dan sektor indusri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi
kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan,
khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik,
Surabaya, Jakarta, bandung Lhoksumawe, Medan, dan sebagainya.
Berikut ada beberapa dampak positif dari pembangunan industri:
1. Menambah penghasilan penduduk.
2. Menghasilkan aneka barang.
3. Memperluas lapangan pekerjaan.
4. Mengurangi ketergantungan dengan negara lain.
5. Memperbesar kegunaan bahan mentah.
6. Bertambahnya devisa negara.

Dan di bawah ini beberapa dampak negatif dari pembangunan industri:

1. Terjadinya arus urbanisasi.


2. Terjadinya pencemaran lingkungan.
3. Adanya sifat konsumerisme.Lahan pertanian semakin kurang.Cara
hidup masyarakat berubah.
4. Limbah industri menyebabkan polusi tanah.
5. Terjadinya peralihan mata pencaharian.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu
tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Di Indonesia industri masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara
lainnya, bahkan kalah dengan industri negara yang kecil, padahal di
Indonesia potensi untuk di adakannya perindustrian itu sangat bagus.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti kurangnya
SDM, kurangnya teknologi dan pendanaan dari pemerintah. Pada saat
sekarang ini, industri di Indonesia mengalami kemajuan karena banyaknya
industri-industri kecil yang muncul. Akan tetapi, hal ini kurang tepat,
karena menimbulkan beberapa dampak yang tidak baik, karena industri-
industri di Indonesia tidak memperhatikan permasalahan lingkungan
terutama permasalahan limbah yang tidak terorganisir secara baik.
Meskipun dalam upaya yang dilakukan  oleh bangsa ini, supaya
perindustrian di Indonesia tidak tertinggal telah dibuat kebijakan tentang
perindustrian namun pada kenyataannya kebijakan itu belum sepenuhnya
efektif.
B. Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah supaya pemerintah lebih
memperhatikan dan meninjau industri-indisutri yang ada di Indonesia baik
itu industri besar maupun industri kecil, khususnya dalam pembuangan
limbah industri yang mencemari lingkungan. Dan untuk meningkatkan
ekonomi di Indonesia pemerintah juga harus membantu dalam segi modal
bagi Industri-indusstri yang di nilai dapat membantu perekonomian di
indonesia agar membuka lapangan pekerjaan.
13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan (diakses tanggal 23 november


2012).

Arianto, Eko, 2009. Dampak Indusrialisasi di


Indonesia. http://ekoarianto.students.uii.ac.id/2009/03/25/dampak-industrialisasi-
di-indonesia (diakses tanggal 23 november 2012).

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Unsyiah, 2012. Industrialisasi


di Indonesia. http://himadikon-fkip.blogspot.com/2012/01/industrialisasi-
diindonesia.html (diakses tanggal 23 november 2012).

Primadita, Cynthia, 2011. Makalah Industrialisasi di


Indonesia. http://cynthiaprimadita.blogspot.com/2011/03/makalah-industrialisasi-
di-indonesia.html(diakses tanggal 23 november 2012).

Ridwan, Ita R., Dampak Industri Terhadap Lingkungan dan


Sosial, http://jurnalgea.com/index.php/jurnal/file/25-dampak-industri-terhadap-
lingkungan-dan-sosial(diakses tanggal 30 november 2012).

Subandi, 2005, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung: Alfabeta.

14
MAKALAH

“Industri dan Industrilisasi di Indonesia”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia


Dosen Akademik : Nurhadi S.E,. M.Si.

Disusun Oleh :

Agustin Yakob / 17 501 011

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


STIE – INDONESIA (STIKI)

MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan hikmat dan
karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Industri
dan Industrilisasi di Indonesia.

Tugas makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat refrensi
dari beberapa sumber buku dan internet, dan juga atas bimbingan dari dosen.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan tugas makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala kritikan agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang Industri dan Industrilisasi di
Indonesia. ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 13 Juni 2019

Penyusun :

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

Daftar isi ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3
D. Kajian Teori...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3

A. Sejarah Sektor Industri Indonesia..................................................................5


B. Masalah Keterbelakangan Industrilisasi Di Indonesia...................................6
C. Kebijakan Industrilisasi..................................................................................8
D. Peranan Sektor Industri Di Indoneisa............................................................10
E. Dampak Industrilisasi Di Indoneisa...............................................................11

BAN III PENUTUP...................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13

Daftar Pusaka ............................................................................................................14

ii

Anda mungkin juga menyukai