Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya


melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas,


pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah
satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya
meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang
sangan dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian
terhadap perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus
sebagai bahan diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA
GLOBALISASI EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA”. Di makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang
berperan penting dalam perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.

1.2  RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH


Dalam penulisan makalah ini, permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?

1.3  TUJUAN dan MANFAAT


Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian
di Indonesia

  
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah


atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan
dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat
di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya.
Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari
usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang
berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari
tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.

2.2 Jenis Industri

A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku


1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
sebagainya.
B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-
lain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-
19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-
99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market
oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi
lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /
labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan
sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Perkembangan Perindustrian Terhadap Perekonomian

Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat


dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004,
yaitu “Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris
sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama
pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata
serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan
industri, perdagangan dan investasi dalam rangka meningkatkan daya
saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama terhadap kesempatan
kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui
keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global dirumuskan
lima strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri,

penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan


kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat diketahui bahwa
perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan
ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor dalam era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali
dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (Undang-
Undang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional,
industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan
peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal
seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan
industri membawa pengaruh yang sangat besar sekali terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Industri
memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian
sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya.

3.2 Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di


Indonesia.

Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya


mendorong laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di
bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju
perkembangan perindustrian, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan
departemen yang terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008
adalah sebagai berikut :
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan
kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada
pengembangan klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang
kokoh dan seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan
kemampuan profesionalisme sumber daya manusia, penguasaan
penggunaan teknologi dan inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar
keamanan, kesehatan, dan lingkungan baik nasional maupun
internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara
merata di sektor industri dan perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
meningkatkan kinerja sektor industri dan perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan
mutu yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan
pelayanan informasi pasar yang terintegrasi;
f. Terciptanya profesionalisme pelaku usaha dan kelembagaan
perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam
negeri semakin berkembang;
g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme
pasar tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga
tercipta pemahaman konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya
tertib mutu, tertib usaha dan tertib ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai
(hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara efisien
dan memiliki daya saing yang kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar
pembiayaan dalam perdagangan komoditi (trade financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme
pasar yang transparan dan

efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan yang


proporsional dengan harga yang terjadi di tingkat nasional atau
internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan
diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional
maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan
WTO, ASEAN, APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama
Badan-Badan Dunia lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi
pasar mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama
industri dan perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil
menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
n. Terwujudnya budaya organisasi yang lebih berorientasi kepada
pencapaian sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan
perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta
peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam
era otonomi daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan
perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan
dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah
saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian
yang berlaku, dimana Undang-Undang tersebut sudah sangat dirasakan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian
yang ada pada saat ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan
dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan
yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri
selama ini dirasakan kurang mencukupi kebutuhan karena hanya
mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan industri,
dan itupun seringkali tidak berkaitan satu dengan yang lain.
Selanjutnya di bidang birokrasi, optimalisasi atas pemberdayaan
departemen-departemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan perkembangan perindustrian sebagaimana yang telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan melalui peningkatan SDM, pemangkasan birokrasi dalam
perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan perkembangan perindustrian.

3.3   Tahap Perkembangan Industri

Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat


kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan
warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka
bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan
kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.

·      Sistem Domestik

Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri).
Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka
miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah
selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan
jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan
yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau
hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.

·      Manufaktur

Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus


untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara
mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan
puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang
rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian
depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan
pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga
masih berdasarkan pesanan.

·      Sistem pabrik

Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.


Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di
luar kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan
tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri
diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah
puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk
dipasarkan.
3.4     Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi

Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011


dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar
6,49 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana
pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi
sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen,
dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas tumbuh
sebesar 6,61 persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan yang sama tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.

Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian


Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar
24,30 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan (15,6 persen) dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri
pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun
2011  menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor industri telah memberikan
sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6 persen.
Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.

Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa


pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar
terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011
dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal tetap
bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1
persen.

Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/


2011, untuk pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas
berada di atas pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen
dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9 cabang
industri non migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif. Pertumbuhan
industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan
Baja sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau sebesar 9,34 persen dan Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas
Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai pertumbuhan industri non migas
terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil tersebut cukup
menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri barang kayu
tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.

Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat


dicapai sebesar 6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar.
Pertumbuhanpada triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12
persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin
membaik, dan memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar,
besi dan baja; industri Makanan, Minuman dan Tembakau; serta industri
tekstil, barang kulit & alas kaki.

Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011


dibandingkan dengan semester I/2010 mencapai pertumbuhan
sebesar 6,20  persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2010
sebesar 4,72 persen, namun masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.

Kondisi tersebut  menggambarkan bahwa perkembangan  sektor


industri sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri
Non Migas yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu
diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi
tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di
samping itu, perlu diperhatikan lingkungan global saat ini yang
persaingannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu
dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi
lainnya. 

Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada


Triwulan II-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan
Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto sebesar 57,7 persen, kemudian diikuti
oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi
4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua
2,1 persen.

Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa  adalah DKI


Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen)
dan Jawa Tengah (8,4 persen). Sedangkan provinsi penyumbang
terbesar di Sumatera adalah Riau (6,6 persen), Sumatera Utara
(5,3 persen) dan Sumatera Selatan (3,1persen). Adapun provinsi
penyumbang terbesar di Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar
6,4 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sulawesi adalah
Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.

Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di


daerah perlu terus dilakukan melalui pendekatan:

Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada


wilayah yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui
pembangunan pusat-pusat pertumbuhan industri (growth center),
dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri dan pengembangan
kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya.

Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri


tersebut, sehingga dituntut masyarakat untuk investasi di bidang
pendidikan di dukung oleh fasilitas yang disediakan pemerintah dan
swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan
industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak
berguna bagi daerah setempat.

Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat


dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan
dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta.

Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya


pemanfaat produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.

Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan


industri dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan
sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan pendekatan regional
yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-
masing daerah.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali


terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga
benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan dengan
memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah pengurusan ijin usaha.

4.2 Saran

Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan


perekonomian, maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius
dan segera melakukan perubahan, baik terhadap regulasi maupun
birokrasi yang terkait dengan perindustrian agar pendapatan ekonomi
nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya era globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai