Perekonomian Indonesia
Assalamualaikum wr.wb.
Nama : Nadia Febriyanti
NIM : 043909637
Definisi dari sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila sebagai landasan utamanya. Sistem ini mengutamakan
kesejahteraan masyarakat, keadilan sosial, dan pemerataan ekonomi.
Prinsip-prinsip ekonomi Pancasila yaitu gotong royong, kekeluargaan, keadilan,
demokrasi ekonomi, efisiensi, dan berkelanjutan.
Sementara itu, definisi dari sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi
yang didasarkan pada partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola ekonomi, baik
dalam sektor produksi, distribusi, maupun konsumsi.
Dalam sistem ekonomi kerakyatan, kepentingan masyarakat lebih diutamakan
daripada kepentingan individu atau kelompok tertentu. Dalam kedua sistem
ekonomi tersebut, ada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mendasar yang menjadi
landasan dalam mengatur dan mengelola kegiatan ekonomi.
Dalam sistem ekonomi Pancasila, nilai-nilai Pancasila menjadi acuan dalam
mengatur kegiatan ekonomi, sementara dalam sistem ekonomi kerakyatan,
partisipasi aktif masyarakat menjadi salah satu prinsip utama yang dijunjung tinggi.
Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat
dan pemerataan ekonomi, namun cara dan prinsip-prinsip yang diterapkan sedikit
berbeda. Oleh karena itu, keduanya dapat dianggap sebagai sistem ekonomi yang
sejalan dan saling melengkapi dalam upaya mencapai tujuan yang sama.
Sumber :
BMP ESPA4314 modul 1
2. Jelaskan penyebab internal dan eksternal krisis moneter!
Jawab :
Penyebab internal krisis adalah (Rachbini, 2001) :
1. Defisit transaksi berjalan Indonesia yang cenderung membesar dari tahunke
tahun. Akibatnya, tekanan terhadap rupiah menjadi semakinkuat manakala
beban pembayaran terhadap impor dan kewajiban terhadap perusahaan jasa-jasa
asing semakin besar. Selama ini, defisit transaksi berjalan ditambal dengan arus
modal masuk yang cukup besar dalam bentuk investasi langsung dan investasi
portofolio. Tetapi setelah krisis kepercayaan terjadi, investor asing tidak ingin
menanggung kerugian maka ia membawa modalnya keluar.
2. Tingkat akumulasi inflasi Indonesia yang sangat tinggi. Selama kurun waktu 4
tahun (1992-1996) inflasi akumulatif sebesar 39,1%, sedangkan inflasi
AmerikaSerikat hanya 14,3%. Tetapi pada saat yang sama depresiasi kumulatif
rupiah senantiasa ditahan oleh otoritas moneter sebesar 15,57%. Pemegang
otoritas moneter merasa sangat yakin fundamental ekonomi Indonesia sangat
baik sehingga mereka tidak perlu melakukan kebijakan devaluasi.
3. Utang luar negeri Indonesia yang terlalu banyak. Kebijakan utang luar negeri
yang dilakukan sejak 1965 telah membuat pemerintah terlena dengan risiko
yang harus ditanggung masa depan. Pada pertengahan tahun 1980 an
sesungguhnya kita telah harus menghentingkan utang luar negeri karena
outflow negatif. Utang pokok dan cicilan yang harus dibayarkan setiap tahun
lebih besar daripada utang yang diterima lagi tidak dikontrol oleh pemerintah.
Mereka berbondong-bondong membuat utang luar negeri karena banyak modal
negara maju yang menganggur. Mereka tidak membuat perhitungan cara
pengembaliannya dikemudian hari.
Sumber :
BMP ESPA4314 modul 1.24
3. Kebijakan dan strategi pembangunan pertanian dalam mengatasi permasalahan
liberalisasi pertanian di Indonesia sangat diperlukan. Salah satunya demi
kesejahteraan para petani Indonesia. Tentukanlah kebijakan yang dapat dilakukan
pemerintah dalam upaya menyejahterakan Petani?
Jawab :
Beberapa kebijakan yang harus ditempuh pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan petani di Indonesia, antara lain :
1. Kebijakan harga untuk produk pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan petani, stabilitas harga disektor pertanian, dan perbaikan dasar tukar
petani.
2. Kebijakan pemasaran yang dilakukan untuk membantu petani dalam
memasarkan produk pertanian untuk tujuan ekspor.
3. Kebijakan struktural, untuk memperbaiki struktur produksi misalnya luas
pemilikan lahan, pengenalan alat-alat pertanian modern dan perbaikan saran
pertanian.
Adapula kebijakan pertanian lainnya (agar petani sejahtera) yang perlu dilakukan
pemerintah secara terpadu atau terintegrasi antara lain kebijakan jadwal tanam,
zonasi tanaman, dan bantuan/subsidi biaya garap, saprodi atau alsintan, bantuan
insentif, kebijakan jaminan harga dan lain-lain
Sumber :
BMP ESPA4314 modul 2
https://belajartani.com/kebijakan-pertanian-apa-agar-petani-indonesia-sejahtera/
5. Demografi
Indonesia memiliki populasi yang besar dan beragam, sehingga membuka
peluang untuk pengembangan industri yang berbasis pada konsumsi domestik.
Potensi pasar domestik yang besar ini menjadi daya tarik bagi investor untuk
membuka usaha di Indonesia.
6. Teknologi:
Kemajuan teknologi yang pesat juga berkontribusi pada pertumbuhan industri
di Indonesia.
Hal ini terjadi karena teknologi memudahkan proses produksi dan
meningkatkan efisiensi, sehingga perusahaan dapat memproduksi barang
dengan biaya yang lebih rendah.
Selain faktor-faktor di atas, terdapat beberapa faktor lain yang juga berperan
dalam mendorong pertumbuhan industrialisasi di Indonesia, yaitu:
1. Infrastruktur yang memadai
Infrastruktur yang memadai seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandara dapat
mendukung kelancaran distribusi barang dan jasa, serta mempermudah
mobilitas tenaga kerja dan modal.
Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan industri di suatu wilayah.
LKM memberikan akses keuangan yang lebih mudah dan terjangkau bagi para
pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang membutuhkan modal untuk
mengembangkan usaha mereka.
Selain itu, LKM juga dapat memberikan akses keuangan kepada kelompok
masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan, seperti perempuan, petani kecil, dan
penduduk desa.
Dalam hal ini, LKM dapat memfasilitasi ketersediaan modal dan akses ke pasar
bagi kelompok masyarakat tersebut, sehingga mereka dapat meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Hal ini kemudian dapat berdampak positif pada pengurangan tingkat kemiskinan di
suatu daerah. Sebuah studi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017
menunjukkan bahwa lembaga keuangan mikro dapat membantu mengurangi tingkat
kemiskinan di Indonesia.
Dalam hal ini, lembaga keuangan mikro memberikan modal usaha dan kredit kecil
kepada para pengusaha kecil dan menengah, termasuk para petani dan nelayan.
Dengan adanya akses keuangan ini, para pengusaha kecil dapat meningkatkan
usaha mereka, memperluas jangkauan pemasaran, dan meningkatkan pendapatan
mereka.
Hal ini kemudian dapat berdampak positif pada pengurangan tingkat kemiskinan di
suatu daerah.
Sebuah studi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menunjukkan
bahwa lembaga keuangan mikro dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan
di Indonesia.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa daerah-daerah yang memiliki akses
keuangan mikro yang lebih baik memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah.
Namun, untuk mencapai hasil yang lebih baik, diperlukan dukungan dari
pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam pengembangan lembaga keuangan
mikro.
Sumber:
Beberapa kritik tersebut antara lain terkait dengan pengeluaran yang kurang efektif,
tidak adanya transparansi dalam penggunaan anggaran, serta masih adanya korupsi
dalam pengelolaan keuangan negara.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus seperti korupsi di proyek infrastruktur dan
pengelolaan dana bansos yang tidak tepat sasaran.
Dalam hal ini, pemerintah masih perlu meningkatkan pengawasan dan kontrol
terhadap pengelolaan keuangan negara agar penggunaan anggaran bisa lebih efektif
dan efisien serta terhindar dari korupsi.
Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam
penggunaan anggaran sehingga masyarakat dapat memantau dan mengawasi
pengelolaan keuangan negara.
Sebagai contoh, dalam laporan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2021 yang dirilis
oleh Transparency International, Indonesia menempati peringkat ke-102 dari 180
negara yang diukur.
Artinya, masih banyak pejabat pemerintah yang terlibat dalam tindak korupsi dan
penggunaan anggaran yang tidak efektif.
Namun demikian, terdapat juga beberapa contoh keberhasilan pemerintah dalam
pengelolaan keuangan negara yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi,
seperti implementasi e-budgeting dan penggunaan teknologi informasi dalam
pengawasan anggaran.
Kesimpulannya, maka pemerintah masih perlu melakukan upaya lebih lanjut dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara, seperti
meningkatkan transparansi, melakukan pengawasan yang ketat, dan mendorong
inovasi teknologi.
Sumber:
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-siapkan-konsep-
pengelolaan-keuangan-negara-untuk-perekonomian-yang-lebih-efektif-dan-
efisien