Anda di halaman 1dari 11

QARDHUL HASAN DAN KOPERASI SYARIAH

A. Pengertian Qardhul Hasan

Qardhul Hasan adalah suatu interest free financing. Kata “hasan” berasal dari bahasa Arab yaitu “Ihsan”
yang berarti kebaikan kepada orang lain. Qardhul Hasan yaitu jenis pinjaman yang diberikan kepada
pihak yang sangat memerlukan untuk jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga atau
keuntungan. Penerima Qardhul Hasan hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok tanpa
diharuskan memberikan tambahan apapun. Namun penerima pinjaman boleh saja atas kebijakannya
sendiri membayar lebih dari uang yang dipinjamnya sebagai tanda terimakasih kepada pemberi
pinjaman. Tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka.

Qardhul Hasan tergolong dalam akad tabarru’. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong
dalam rangka berbuat kebaikan ( tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya
kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan
imbalan apapun kepada pihak lainnya. Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasan diberikan kepada

1) Mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan-tujuan yang urgen.

2) Para pengusaha kecil yang kekurangan dana tetapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik.

Qardhul Hasan menurut Sri Nurhayati dan Wasilah adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib
membayar sebesar pokok hutangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan
syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian
yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan.

B. Dasar Hukum Qardhul Hasan

1) Al-Qur’an

Dalil berlakunya Qardhul Hasan terdapat pada Al-Qur’an surat Al- Hadiid ayat 11
ٰ ‫َم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق ِرضُ هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬
ِ ‫ُض ِعفَهٗ لَهٗ َولَ ٗ ٓه اَجْ ٌر ك‬
‫َر ْي ٌم‬

“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan
mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mengajak berinfaq pada jalan-Nya serta menjanjikan kepada
orang yang mau melakukannya dengan harapan mendapat pahala, maka Tuhannya akan
melipatgandakan pahala infaq itu dengan memberikan satu kebajikan menjadi tujuh ratus kali dan akan
memperoleh balasan yang tidak terhingga di dalam surga.

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada Allah”,
artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga
diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.

Meminjamkan yang bermanfaat bagi sesama umat muslim yang menggunakan akad Qardhul Hasan juga
termasuk dari ayat di atas. Pinjaman tersebut pada masa kini dapat berupa modal usaha, seperti yang
sudah ada di lembaga-lembaga yang memiliki program bantuan pinjaman dana untuk masyarakat
kurang mampu dengan menggunakan akad Qardhul Hasan.

2) Hadits

Sedangkan hadis yang sesuai dengan akad Qardhul Hasan adalah "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,
dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda “Barangsiapa mengambil harta orang lain dengan
maksud untuk mengembalikannya, maka Allah akan menolongnya untuk dapat mengembalikannya, dan
barang siapa yang mengambilnya dengan maksud untuk menghabiskannya, maka Allah akan
merusaknya.” (HR. Al-Bukhari).

Maksud dari hadis di atas adalah mengambil harta orang lain dengan cara berhutang dan menjaganya
yang mempunyai niat untuk mengembalikannya, maka Allah akan memberikan kemudahan untuk
melunasi hutangnya tersebut. Dan apabila harta tersebut diambil untuk dihabiskan maka Allah akan
mempersulit segala urusan dan keinginannya di dunia. Dalam hadits juga terdapat motivasi untuk
memperbagus niat dan menghindari hal yang sebaliknya, serta menjelaskan bahwa inti perbuatan
berada pada hal tersebut. Siapa yang berhutang dengan niat untuk melunasinya niscaya Allah
membantu melunasinya

C. Rukun-Rukun Qardhul Hasan

Setiap kegiatan bermuamalah sebagai umat muslim hendaknya memerhatikan rukun-rukun yang sudah
ditetapkan dalam hukum Islam, guna melengkapi suatu akad atau transaksi. Sehingga transaksi yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak dapat dinyatakan sah sesuai dengan hukum Islam.

Rukun-rukun Qardhul Hasan diantaranya adalah:

1) Pihak yang meminjam ( Muqtarid).

2) Pihak yang memberikan pinjaman ( Muqrid ).

3) Barang yang dihutang/objek akad (Ma’qud alaih)

4) Ijab qabul (Sighat )

D. Syarat-Syarat Qardhul Hasan

a) Kerelaan kedua belah pihak

b) Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.

E. Karakteristik Qardhul Hasan


1) Al-Qardhul Hasan adalah pinjaman yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana
tersebut selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode
yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut
dapat mengurangi jumlah pinjaman.

2) Dana Al-Qardhul Hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana eksternal meliputi dana
yang diterima dari pihak lain (zakat, infak, shadaqah), dana para pemilik bank dan hasil pendapatan non-
halal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan.

3) Aplikasi akad qardh dalam perbankan syariah biasanya diterapkan sebagai produk untuk
menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema ini telah
dikenal suatu produk khusus yaitu qardhul hasan.

F. Manfaat Al-Qardhul Hasan

a) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan
jangka pendek,

b) Al-Qardhul Hasan juga merupakan salah satu pembeda antara bank syariah dan bank
konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, di samping misi komersil,

c) Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syariah.

Dengan adanya produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan, maka diharapkan terwujudnya kepedulian sosial
perbankan syariah terhadap masyarakat sekitar dan bertujuan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan bantuan untuk mengembangkan usaha menjadi lebih baik. Sehingga dalam masyarakat
terdapat pemerataan kerja dan penghasilan dengan semakin berkembangnya usaha yang dijalankan.
Dengan demikian akan mengurangi jumlah pengangguran dan juga menciptakan kestabilan ekonomi
negara yang merupakan salah satu upaya mendukung pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan
dalam masyarakat.
A. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi berasal dari kata cooperation (bahasa Inggris), yang berarti adalah kerja sama. Sedangkan
menurut istilah, Koperasi adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota peserta yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan bertujuan
memajukan tingkat hidup bersama.

Koperasi menurut Ahmad Ifham, pengertian koperasi syariah adalah usaha koperasi yang meliputi
semua kegiatan usaha yang halal, baik, bermanfaat, serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan
tidak mengandung riba.

Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan
usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi
syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah.
Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya
harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam
bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir, dan gharar.

Sebagian Ulama menyebut Koperasi dengan Syirkah Ta’awuniyah (Persekutuan tolong-menolong), yaitu
suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha
sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharring (membagi untung) menurut perjanjian.
Maka dalam koperasi ini terdapat unsur Mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain
melakukan usaha atas modal tersebut.

B. Tujuan dan Fungsi Koperasi Syariah


a. Tujuan Koperasi Syariah

Tujuan koperasi syariah adalah untuk membantu meningkatkan para anggotanya dan juga kesejahteraan
masyarakat secara umum, serta membangun perekonomian Indonesia sesuai prinsip-prinsip Islam.

b. Fungsi dari koperasi syariah

• Membangun dan mengembangkan segala potensi yang ada pada setiap anggotanya secara
khusus, serta meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara umum.

• Memperbaiki atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia para anggota agar lebih
amanah, profesional, konsisten, dan konsekuen, dalam menjalankan prinsip-prinsip ekonomi dan syarah
Islam.

• Berupaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian nasional yang merupakan usaha


bersama berdasarkan azas demokrasi dan kekeluargaan.

• Menjadi sebuah wadah atau mediator yang menghubungkan penyandang dana dengan
pengguna dana sehingga pemanfaatan harta lebih optimal.

• Berusaha untuk memperkuat setiap anggota koperasi sehingga saling bekerjasama dalam
melakukan kontrol terhadap operasional koperasi.

• Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan bagi para anggota dan masyarakat luas.

• Membantu menumbuhkan dan mengembangkan berbagai usaha produktif para anggota


koperasi.

C. Landasan Koperasi Syariah


1. Berlandaskan syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunah dengan saling tolong menolong dan
menguatkan. Contoh ayat Al-quran sebagai berikut:

‫اض ِّم ۡن ُكمۡ‌ ۚ َواَل ت َۡقتُلُ ۡۤوا اَ ۡنـفُ َس ُكمۡ‌ؕ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُكمۡ َر ِح ۡي ًما‬ ۤ
ِ َ‫ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل ت َۡا ُكلُ ۡۤوا اَمۡ َوالَـ ُكمۡ بَ ۡينَ ُكمۡ ِب ۡالب‬
َ ‫اط ِل اِاَّل ۤ اَ ۡن تَ ُك ۡونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َۡن تَ َر‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS.An-Nisa : 29)

2. Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3. Berlandaskan azas kekeluargaan dan kepentingan bersama.

D. Prinsip Koperasi Syariah

1) Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dimiliki siapa pun secara
mutlak

2) Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih bersesuaian dengan syariah
islam

3) Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi

4) Menjunjung tinggi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan pemusatan sumber daya
ekonomi pada segelintir orang. Karena tidak mengenal bentuk ribawi, maka bunga atas modal tidak ada
dalam koperasi syariah. Konsep bunga diganti dengan sistem bagi hasil. Demikian pula dalam hal
kebersamaan dalam koperasi syariah bukanlah diartikan sebagai demokrasi dengan satu orang satu
suara. Namun, kebersamaan harus diterjemahkan sebagai musyawarah.
E. Produk-Produk Koperasi Syariah

Macam jenis produk penghimpunan dana dan penyaluran dana oleh lembaga keuangan syariah sebagai
berikut:

1) Produk Penghimpunan Dana (funding)

Pelayanan jasa simpanan atau tabungan berupa simpanan/tabungan yang diselenggarakan adalah
bentuk simpanan/tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu
dalam penyertaan dan penarikannya.

a. Simpanan Pokok

b. Simpanan Wajib

c. Simpanan Sukarela

d. Simpanan/tabungan Idul Qurban

e. Simpanan/tabungan Haji

f. Simpanan/tabungan Pendidikan

2) Produk Penyaluran Dana (financing)

 Investasi/kerja sama

Dapat dilakukan di dalam bentuk mudarabah dan musyarakah. Dalam penyaluran dana koperasi syariah
berlaku sebagai pemilik dana (sahibul mal) sedangkan pengguna dana adalah pengusaha (mudharib),
kerja sama dapat dilakukan dengan menandai sebuah usaha yang dinyatakan layak untuk dikasi modal.
Contohnya: untuk pendirian klinik, kantin.

 Jual beli (Al Bai')

Pembiayaan jual beli dalam UJKS pada koperasi syariah memiliki beragam jenis yang dapat dilakukan
antara lain seperti:

Pertama: jual beli secara tangguh antara penjual dan pembeli dimana kesepakatan harga si penjual
menyatakan harga belinya dan si pembeli mengetahui keuntungan penjual, transaksi ini disebut Bai Al
Mudarabah.

Kedua: jual beli secara paralel yang dilakukan oleh 3 pihak. Jika koperasi membayarnya di muka disebut
Bai 'Salam.

 Jasa-jasa

Di samping itu produk kerja sama dan jual beli koperasi syariah juga dapat melakukan kegiatan jasa
layanan antara lain:

a) Jasa Al Ijarah (sewa)

Adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa
pemindahan hak milik atas barang itu sendiri, contoh: penyewaan tenda, sound system, dan lain-lain

b) Jasa Wadiah (titipan)

Dapat dilakukan pula dalam bentuk barang seperti jasa penitipan barang dalam loker karyawan atau
penitipan sepeda motor, mobil dan lain-lain.

c) Hawalah (Anak piutang)

Pembiayaan ini ada karena adanya peralihan kewajiban dari seseorang terhadap pihak lain dan dialihkan
kewajibannya kepada koperasi syariah.
d) Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Dalam koperasi syariah gadai ini tidak menggunakan bunga akan tetapi mengenakan tarif sewa
penyimpanan barang yang digadaikan tersebut, seperti gadai emas.

e) Wakalah (Perwakilan)

Mewakilkan urusan yang dibutuhkan anggota kepada pihak koperasi seperti pengurusan SIM, STNK.
wakalah juga berarti penyerahan pendelegasian atau pemberian mandat.

f) Kafalah (penjamin)

Kafalah adalah jaminan yang diberikan koperasi (penanggung) pada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban anggotanya. Kafalah ada karena adanya transaksi anggota dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang anggotanya berhubungan.

g) Qardh (pinjaman lunak)

Jasa ini termasuk kategori pinjaman lunak, dimana pinjaman yang harus dikembalikan sejumlah dana
yang diterima tanpa adanya tambahan. Kecuali anggota mengembalikan lebih tanpa persyaratan di
muka maka kelebihan dana tersebut diperbolehkan diterima koperasi dan dikelompokkan dalam Qardh
(atau Baitulmal).umumnya dana ini diambil dari simpanan pokok.

Anda mungkin juga menyukai