Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selain sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia juga

dikenal sebagai negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bekerja di

sektor pertanian, terutama di daerah pedesaan. Dengan meningkatnya jumlah

penduduk, maka tingkat partisipasi angkatan kerja juga semakin meningkat

(Manulang, 1995). Pertumbuhanpenduduk yang semakin tinggi menuntut

penyediaan kesempatan kerja yang lebih luas, sedangkan kesempatan kerja yang

tersedia sampai sekarang belum mampu mengimbangi peningkatan jumlah

angkatan kerja. Salah satu penyebab terbatasnya lapangan pekerjaan dibidang

pertanian disebabkan karena alih fungsi lahan. Hal ini yang mempengaruhi tingkat

pendapatan masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.

Fenomena tersebut mendorong manusia untuk mencari pekerjaan di sektor non

agraris sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan.

Salah satu kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan tersebut adalah

dengan melakukan usaha produksi. Indonesia yang merupakan salah satu negara

subur dengan keanekaragaman tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan

baku industri dan mendukung usaha produksi baik yang dilakukan oeh industri

bersala besar, menengah maupun industri dalam skala kecil yang merupakan salah

satu penunjang perekonomian negara.


Salah satu penunjang perekonomian Indonesia adalah sektor industri.

Salah satu sektor industri ini adalah sektor industri berskala kecil dan menengah.

Tatkala krisis ekonomi melanda negeri ini hampir satu dekade silam yang mampu

bertahan ternyata bukanalah perusahaan-perusahaan raksasa. Ketika banyak

perusahaan bermodal besar justru “tiarap” yang muncul ke permukaan dan relatif

tahan menghadapi guncangan krisis adalah industri kecil dan menengah.

Kontribusi industri kecil dan menengah terhadap perekonomian nasional sangat

nyata. Justru karena tidak terlalu besar, sektor industri kecil menengah dapat lebih

fleksibel terhadap perubahan bahkan krisis dan dalam keadaan tersebut masih

berjasa menciptakan lapangan pekerjaan (Dinas Perindustrian dan Perdagangan

NAD, 2007).

Tumbuh dan berkembangnya industri kecil di Indonesia tidak terlepas dari

potensi pasar yang besar dari penduduk Indonesia dan kondisi geografis yang unik

membuat unit-unit industri kecil bermunculan. Industri kecil yang bersifat home

industry merupakan salah stau strategi pembangun masyarakat desa, sehingga

perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan

keluarga.

Masyarakat Aceh sudah mengenal anyaman pandan dari dahulu khususnya

masyarakat di pesisir pantai karena menjadi lahan subur untuk ditanami tanaman

pandan. Desa Lueng Bimba merupakan salah satu desa yang tergolong desa

swakarya lanjutan di wilayah pesisir Kabpaten Pidie Jaya dengan salah satu

penghasilan berasal dari sektor industri kecilyang menggunakan sektor informal

ini untuk menunjang perekonomian masyarakatnya.


Industri kecil yang digalakkan masyarakat di Desa Lueng Bimba ini

bergerak di bidang anyaman tikar pandan. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi

turun temurun bagi sebagian kaum wanita di Desa Luang Bimba.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah industri anyaman

tikar pandan memiliki peran dalam meningkatkan pendapatan keluarga

masyarakat Desa Lueng Bimba, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya?

1.3. Tujun Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan industri rumah

tangga anyaman tikar pandan dalam meningkatkan pendapatan keluarga

masyarakat Desa Lueng Bimba, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan

tentang peran industri rumah tangga anyaman tikar pandan dalam

meningkatkan pendapatan keluarga.


2. Manfaat praktis

a. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya bagi

dinas perindustrian dan perdaganagan dalam mengambil kebijakan-

kebijakan dalam masalah industri rumah tangga.

b. Menjadi informasi kepada masyarakat tentang peran industri rumah

tangga dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

c. Dapat menjadi informasi dan masukan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengetian Industri

Istilah industri berasal dari bahasa Latin, yaitu industria yang artinya

buruh atau tenaga kerja. Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi

dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya,

termasuk keiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri. Hasil industri

tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (Drs. Edi Setiawan dan

Drs. Gatot Harmanto, 2002).

Menurut UU No.5 tahun 1995, industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi/atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai lebih tinggi penggunannya termasuk kegiatan

rancangan dan perekayasaan industri. Berdasarkan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa industri adalah suatu kegiatan yang bersifat produktif atau

menghasilkan keuntungan.

Menurut UU No.9 tahun 1995, tentang industri kecil adalah kegiatan

ekonomi yang dilakukan perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan,

bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk memperniagakan secara

komersial, yang mempunyai kekayaan bersih (diluar tanah dan bangunan) paling

banyak Rp. 200 juta, dan mempunyai penjualan pertahun sebesar satu miliar atau

kurang (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2007).


2.2. Tujuan Pembangunan Industri

Pembangunan industri mempunyai peranan yang sangat strategis karena

dapat membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian. Oleh karena

itu, pembangunan sektor industri senantiasa mendapat perhatian yang besar dari

pemerintah. Pembangunan sektor industri di Indonesia terutama bertujuan untuk

hal-hal berikut:

a. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi,

d. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan industri,

e. Memperluas dan meratakan kesempatan kerja,

f. Meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor

hasil industri ke manca negara,

g. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang

pembangunan daerah,

h. Memperkuat stabilitas nasional dalam rangka memperkokoh ketahanan

nasional.

Perkembangan industri sangat baik dikembangkan oleh usaha perorangan

maupun usaha kelompok (badan usaha) karena dengan adanya industri diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan dalam masyarakat. Salah satu penyebabnya

adalah usaha ini sikerjakan sepenuhnya oleh manusia, sehingga membutuhkan

pekerja walaupun tenaga kerja berasal dari dalam keluarga pengelola industri itu

sendiri sehingga yang melakukan usaha ini menjadi sejahtera.


2.3. Penggolongan Industri

Untuk memudahkan pengenalan terhadap jenis-jenis industri,

keanekaragaman industri dadapat digolongkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan terdapatnya bahan baku:

a. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya langsung

diambil dari alam;

- Reproduktif

- Manufaktural

b. Industri non ektraktif.

c. Industri fasilitatif

2. Berdasarkan besarnya modal dan pemakaian tenaga kerja:

a. Industri padat modal

b. Industri padat karya

3. Berdasarkan lokasinya:

a. Industri yang berorientasi pada pasar.

b. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja

c. Industri yang berorientasi pada pengolahan

4. Berdasarkan jumlah tenaga kerja:

a. Industri besar, jumlah tenaga kerjanya lebih dari 100 orang

b. Industri sedang antara 20 – 99 orang

c. Industri kecil antara 5 – 19 orang

d. Industri rumah tangga, jumlah tenaga kerjanya 1 - 4 orang.


Menurut Edi Setiawan dan Gatot Hermanto dalam Geografi Untuk SMU,

(2002:62), penggolongan industri mencapai 12 golongan, diantaranya,

berdasarkan jumlah tenaga kerja, berdasarkan penggolongan departemen

perindustrian, berdasarkan produktivitas perorangan dalam industri, berdasarkan

lokasi unit usaha, dan berdasarkan cara pengusahaannya atau

pengorganisasiannya. Namun semua penggolongan tersebut berfokus pada

pemasaran hasil produksi yang dilakukan oleh suatu industri karena sesuai dengan

salah satu tujuan berdirinya yaitu untuk merubah perekonomian ke arah yang

lebih maju.

2.4. Pengertian Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga dikenal juga sebagai home industry. Secara harfiah,

home berarti rumah tempat tinggal atau kampung halaman. Sedangkan industry

dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha yang memproduksi barang atau

perusahaan. Singkatnya, home industry adalah rumah tangga usaha produk barang

atau juga perusahaan kecil. Industri rumah tangga dapat dikatakan sebagai usaha

usaha kecil yang dikelola oleh keluarga dan rumah difungsikan sebagi pusat dari

kegiatan industri.

Industri rumah tangga dapat dikatakan sebagi perusahaan kecil karena

jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.pengertian usaha kecil secara jelas

tercantum dalam UU No.9 tahun 1995. Kriteria lainnya dalam UU No.9 tahun

1995 adalah milik WNI, berdiri sendiri, berafilitasi langsung atau tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik
badan usaha maupun tidak ( Tambunan, 2002). Tambunan menambahkan, industri

rumah tangga (IRT) merupakan unit-uit usaha yang sifatnya lebih tradisional,

dalam arti tidak menerapkan sistem organisasi dan manajemen yang baik serta

lazimnya dalam perusahaan modern, tidak ada pembagian tugas kerja dan sistem

pembukuan yang jelas, proses produksi dilakukan disamping atau di dalam rumah

dari pemilik usaha (pengusaha), dengan teknologi yang digunakan sangat

sederhana, banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak dibayar (khususnya

anggota keluarga), terdapat di pedesaan, dan kegiatan produksi biasanya

musiman, erat kaitannya dengan siklus di sektor pertanian. Industri rumah tangga

juga dapat dikatakan sebagai idustri tradisonal dengan pendapatan/penghasilan

rendah yang dilakukan oleh sebagian penduduk yang tidak bisa mendapatkan

pekerjaan lain dengan pendapatan yang lebih baik, antara lain tingkat pendidikan

mereka yang rendah.

Industri rumah tangga termasuk dalam usaha kecil informal. Menurut

Anoraga (2004), “usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum

terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap,

industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima

dan pemulung”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa industri rumah tangga

merupakan suatu unit kegiatan produksi atau pelayanan yang membentuk badan

usaha perorangan, berdiri sendiri dengan menggunakan modal kecil dan

pendapatan yang kecil dengan usaha bersifat mandiri perseorangan serta

menggunakan karyawan dari anggota keluarga sendiri.


2.5. Pelaku Industri Rumah Tangga

Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi rumah tangga yang berbasis di

rumah ini adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga

yang berdomisili di daerah tempatnya itu dengan mengajak beberapa orang

disekitarnya sebagai keryawan. Meskipun dalam skala kecil, namun kegiatan

ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak

saudara ataupun tetangga di desa setempat. Dengan begitu, usaha perusahaan kecil

ini otomatis dapat membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi angka

pengangguran dan jumlah penduduk miskin pun akan berangsung menurun.

2.6. Pusat Kegiatan Industri Rumah Tangga

Kegiatan produksi dari industri kecil/rumah tangga dilakukan di samping

atau di dalam rumah pemilik usaha, mereka tidak mempunyai tempat khusus.

Sebagaimana nama kegiatan ekonomi ini, industri rumah tangga pada umumnya

memusatkan kegiatan di rumah tertantu dan biasanya para karyawan berdomisili

di tempat tersebut.

2.7. Pengertian Anyaman Tikar Pandan

Anyaman bisa dikatakan sebagai suatu usaha atau kegiatan keterampilan

masyarakat dalam merangkai serat hingga membentuk benda yang kaku.

Anyaman seringkali dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan, namun serat

plastik juga bisa digunakan. Bahan yang digunakan bisa bagian apapun dari

tanaman, seperti bagian inti batang, bagian daun atau keseluruhan dari ketebalah
tanaman. Anyaman bersifat ringan tapi kuat menjadikannya cocok sebagai perabot

atau alas pada lantai pengganti ambal yang dapat dipidah-pindahkan.

(http://wikipedia.org/wiki/Anyaman: diakses pada 6 november 2013)

Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil dari genus pandanus.

Marga pandanus tercatat memiliki anggota sekitar 700 jenis (Stone, 1982).

Sebagian besar anggota pandan ini tumbuh di sekitar pantai daerah tropika.

Anggot apandan ini dicirikan dengan daun yang memanjan (seperti daun palem

atau rumput), sering tepinya bergerigi (berduri), memiliki akar tunjang yang

menopang tumbuhan ini. Buah pandan tersusun dalam tandan hingga membentuk

bulat tidak sempurna, seperti buah durian. Daunnya selalu hijau (evergreen),

kecuali yang telah kering sehingga beberapa dari anggota tumbuhan ini dijadikan

tanaman hias. Namun bahan baku dalam pembuatan tikar pandan adaah daun yang

telah dikeringkan.

Menurut KKBI, tikar adalah anyaman daun pandan, mendong, dan

sebagainya untuk lapik duduk (tidur, salat, dsb). Jadi tikar pandan bisa dikatakan

sebagai suatu produk anyaman ruah tangga dari daun pandan dengan tujuan agar

memiliki nilai ekonomis.

2.8. Pengertian Pendapatan

Dalam pengertian umum pendapatan dapat diartikan sebagai hasil

pencarian usaha atau upah yang diterima oleh seseorang atau perusahaan dalam

bentuk gaji, bunga, sewa, dan laba termasuk juga beragam tunjangan seperti

kesehatan serta pensiun. Dalam analisis ekonomi mikro, istilah pendapatan


menunjuk pada aliran penghasilan dari penyediaan faktor-faktor produksi untuk

periode tertentu. Sebaliknya, analisis makro ekonomi merupakan istilah

pendapatan menunjuk kepada pendapatan nasional suatu negara.

Menurut Eldon S. Hendriken dalam (Marianus Sinaga, dkk, 1993)

“pendapatan adalah eksprsi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang

ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannya selama satu periode”.

Sedangkan menurut (Winardi, 1992) pendapatan adalah hasil berupa uang atau

materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan pengertian bahwa pendapatan

adalah semua penghasilan yang diperoleh dari pihak lain berupa uang, gaji, upah,

sewa dan laba sebagai balas jasa yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga atau perseorangan.

2.9. Industri Rumah Tangga Sebagai Alternatif Pendapatan Bagi Keluarga

Tingkat penghasilan anggota keluarga tentu saja berbeda-beda. Kita telah

mengetahui salah satu alasan yang menyebabkan pendapatan rumah tangga

berbeda-beda, yaitu karena adanya perbedaan tingkat pendidikan. Perbedaan

penghasilan antar rumah tangga juga berasal dari perbedaan jumlah pekerja dalam

suatu keluarga. Alasan lain perbedaan tingkat penghasilan keluarga karena adanya

perbedaan jumlah anggota keluarga yang bekerja (Mcearchrern, 2001).

Bertambahnya jumlah anggota keluarga tentu saja menambah jumlah

kebutuhan dalam memenuhi keperluan anggota keluarga itu sendiri semakin

meningkat. Kebutuhan keluarga ini akan terasa ringan dalam pemenuhannya


apabila ada usaha yang mendatangkan income atau penghasilan keluargauntuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Industri rumah tangga yang pada umumnya

berawal dari usaha keluarga yang turun temurun dan pada akhirnya meluas ini

secara ototomatis dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian bagi penduduk

kampung sekitarnya. Kegiatan ekonomi ini biasanya tidak begitu menyita waktu,

sehingga memungkinkan pelaku membagi waktunya untuk keluarga dan

pekerjaan tetap yang diembaninya (Arum D. Khumalasari, 2001)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa industri rumah

tangga nisa dijadikan sebagai usaha tetap atau sebagai alternatif dalam

meningkatkan pendapatan keluarga, mengingat industri ini merupakan usaha yang

dilakukan dan dipusatkan di rumah. Industri rumah tangga disebut juga usaha

kecil dengan modal kecil dan pendapatan yang kecil.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data agar sesuai dengan judul, maka penelitian ini

diadakan di Desa Lueng Bimba, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 November s/d 21 Desember 2013.

3.2. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Lueng Bimba, kecamatan

Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Adapun sampel dalam

penelitian ini sebanyak 28 keluarga yang merupakan penganyam tikar daun

pandan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134) yang menyatakan

“apabila objek kurang dari 100 maka lebih baik diambil sampel semuanya

sehingga penlitiannya merupakan penelitian populasi dan jika objeknya besar

maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 220 KK berdasarkan data sensus tahun 2011. Setelah

melakukan penelitian, terdapat 186 kelurga pelaku industri anyaman tikar pandan.

Karena populasi lebih dari 100 maka sampel yang diambil sebanyak 15% atau

sekitar 28 keluarga.
3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui besarnya pendapatan dan peranan kegiatan industri

rumah tangga dan industri kecil di Desa Lueng Bimba, maka teknik analisis data

yang digunakan adalah tenik analisis data deskriptif. Metode deskriptif ini tidak

hanya sekedar pengumpulan data saja, tetapi dilanjutkan dengan pengolahan data.

Menurut Best (dalam Sukardi, 2003:157) “penelitian deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

sesuai dengan apa adanya”. Jadi dalam penelitian deskriptif diadakan

pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan atau hipotesis yang berkaitan

dengan keadaan atau kejadian sekarang.

Untuk menginterpretasikan data, setiap data yang diperoleh duhitung

frekuensinya dan disusun dalam bentuk tabel kemudian di hitung persentasenya.

Adapun untuk menghitung persentase, akan digunakan rumus statistik sederhana

menurut Sudjana (1999:50) adalah sebagai berikut:

F
P= x 100 %
N

Keterangan:

P = persentase

F = frekuensi jawaban dari masing-masing pertanyaan

N = jumlah responden

Data tersebut dideskripsikan dan ditafsirkan untuk dapat diambil

kesimpulan jawaban pertanyaan penelitian. Selanjutnya peneliti akan

mengelompokkan pendapatan keluarga dari industri rumah tangga di Desa Lueng

Bimba dengan membuat skala kualitas banyaknya pendapatan yang diterima


keluarga setiap bulannya. Skala pendapatan yang diterima dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 3.3: Skala tingkat pendapatan keluarga


No Pendapatan per bulan (Rp) Kategori
1 <1.000.000,- Rendah
2 1.000.000,- s/d 2.000.000,- Cukup
3 2.000.000,- s/d 3.000.000,- Sedang
4 >3.000.000,- Tinggi
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat NAD, 2007

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Letak dan Luas Wilayah

Secara Astronomis wolayah Desa Lueng Bimba terletak pada

Secara geografis, Desa Lueng Bimba berbatasan dengan:

- Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Beuringen

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Buangan

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tidjien Daboh

Desa Lueng Bimba merupakan sebuah desa yang terletak di perbatasan

sebelah utara antara Kecamatan Meurah Dua dan Kecamatan Ulim. Berdasarkan

data dari Kecamatan Meurah Dua, Desa Lueng bimba memiliki luas wilayah

sebesar 2,61 km2. Luas wilayah desa dipergunakan untuk persawahan 45 Ha,

lahan tambak 22 Ha, perumahan dan pekarangan 18 Ha.

Peta kecamatan dan


Gambar 4.1.2: Peta Desa Lueng Bimba, Kecamatan Meurah Dua
4.2. Kondisi Fisik Wilayah

Desa Lueng Bimba merupakan daerah dataran rendah yang terletak di

wilayah pesisir selat malaka yang sangat cocok dipergunakan untuk ditanami

tanaman pandan sebagai bahan baku industri anyaman tikar pandan.

Penggunaan lahan di Desa Lueng Bimba sebagian besar digunakan untuk

pemukiman warga, persawahan dan pertambakan. Sedangkan sisanya digunakan

untuk kepentingan-kepentingan lainnya, seperti tempat ibadah, makam, bangunan

sekolah, polindes dan lahan kosong milik warga yang sebagian ditanami tanaman

pandan.

4.3. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan data dari Kecamatan Meurah Dua (Meurah Dua Dalam

Angka, 2013), penduduk Desa Lueng Bimba berjumlah 778 jiwa dengan jumlah

laki-laki 370 jiwa dan perempuan 408 jiwa yang terdiri dari 220 KK. Komposisi

penduduk dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel: 4.3.1: komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Persentase


No Kelompok Umur Jumlah (%)
Laki-laki Perempuan
1 0–5 tahun 31 34 65 8,4
2 6 – 10 tahun 40 43 83 10,7
3 11 – 15 tahun 35 32 67 8,6
4 16 – 20 tahun 44 46 90 11,6
5 21 – 25 tahun 50 56 106 13,6
6 26 – 30 tahun 38 54 92 11,8
7 31 – 35 tahun 36 53 89 11,4
8 36 – 40 tahun 32 60 92 11,8
9 41 ke atas 64 30 94 12,1
Jumlah 370 408 778 100
Sumber: Meurah Dua dalam Angka, 2013
Berdasarkan perkembangannya, Desa Lueng Bimba merupakan desa

swakarya (Meurah Dua Dalam Angka, 2013), yang dicirikan dengan perubahan

pola pikir akibat kontak dengan kebudayaan luar, kebiasaan atau adat istiadat

sudah tidak mengikat penuh, sudah mulai mempergunakan alat-alat dan teknologi

terutama dibidang pertanian dan pertambakan yang intensif, perekonomian,

pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain yang telah meningkat, serta jalur

lalu lintas antara desa dan pusat kabupaten sudah lancar. Penduduk Desa Lueng

Bimba tidak hanya terdiri dari penduduk asli, tetapi juga terdiri dari pendatang

yang sudah membaur dan menetap di desa tersebut, baik karena faktor pkerjaan

maupun ikatan perkawinan.

Mata pencaharian penduduk Desa Lueng Bimba beraneka ragam,

diantaranya sebagai petani, nelayan, petani tambak, pegawai, pedagang dan buruh

kasar. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.3.2: jumlah penduduk menurut mata pencaharian

No Pekerjaan Persentase %
1 Petani 50
2 Pedagang 2,5
3 Nelayan 30
4 Petani Tambak 10
5 PNS 2,5
6 Buruh Kasar 5
Jumlah 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Lueng Bimba, 2013

Berdasarkan jumlah penduduk menurut mata pencaharian yang tertinggi

adalah petani sebesar 50%, sedangkan yang terendah yaitu pedagang dan PNS

sebesar 2,5%.

Tabel 4.3.3: Jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan


No Jenjang Pendidikan Persentase
1 Lulusan Akademik 18
2 SLTA/MA Sederajat 25
3 SLTP/MTs Sederajat 30
4 SD/MI 17
5 Pengangguran/tidak sekolah 10
Jumlah 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Lueng Bimba, 2013

Jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan yang tertinggi adalah

SLTP/MTs sederajat sebesar 30%, sedangkan yang terendah yaitu

pengangguran/tidak sekolah sebanyak 10%.

4.4. Sarana dan Prasarana

Dilihat dari segi fisik, gampong Lueng Bimba Kecamatan Meurah Dua

Kabupaten Pidie Jaya belum bisa dikatakan lengkap dalam memiliki sarana dan

prasarana pendukung, dalam proses pelayanan masyarakat baik dari segi agama,

pendidikan dan lainnya.

Tabel 4.4: Sarana dan Fasilitas Umum Desa Lueng Bimba

No Sarana dan Prasarana Keterangan


1 Jalan Utama 1 Unit
2 Jalan Desa 4 Unit
3 Rumah 161 Unit
4 Meunasah 1 Unit
5 Kedai/Ruko 13 Unit
6 Polindes 1 Unit
7 Balai gampong/gudang 1 Unit
8 SD 1 Unit
9 Balai pengajian 4 Unit
10 Lapangan bola Voly 1 Unit
11 MCK/WC Umum 8 Unit
lanjutan
12 Koperasi 1 Unit
13 PAUD 1 Unit
14 Kantor Sekretariat Lembaga Adat 1 Unit
Jumlah 194
Sumber: Kantor Kepala Desa Lueng Bimba, 2013

Sarana yang tersedia di Desa Lueng Bimba yang terbanyak terdiri dari 161

unit, sedangkan kedai/ruko sebanyak 13 unit. Fasilitas kesehatan untuk kebutuhan

masyarakat satu unit polindes dan 8 MCK/WC Umum. Untuk proses belajar

mengajar hanya tersedia satu unit SD, dan satu PAUD serta 4 unit balai pengajian.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian, jawaban masyarakat mengenai usaha anyaman

tikar pandan terhadap pendapatan keluarga masyarakat di Desa Lueng Bimba

Kecamatan Meurah Dua Kapupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada tabel-tabel

berikut ini.

Tabel 5.1.1 Lamanya usaha anyaman tikar pandan dijalankan.

Alternatif Jawaban Frekunsi Persentase (%)


1 tahun 0 0
3 – 5 tahun 1 3.5
5 – 8 tahun 5 18
>10 tahun 22 78.5
Jumlah 28 100 %
Sumber: hasil penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.1 di atas dapat dilihat bahwa 22 orang atau 78,5%

merupakan responden yang melakukan usaha anyaman tikar pandan lebih dari 10

tahun. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditafsirkan bahwa masyarakat Desa

Lueng Bimba pada umumnya telah melakukan usaha anyaman tikar pandan

selama lebih dari 10 tahun. Sejumlah responden yang memberi jawaban secara

lisan bahwa usaha anyaman tikar pandan sudah dilakukan secara turun temurun.

Tabel 5.1.2 usaha anyaman tikar pandan sebagai pekerjaan utama


Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 23 82
Tidak 5 18
Jumlah 28 100 %
Sumber: Penelitian, 2013
Dari tabel 5.1.2 di atas dapat diketahui bahwa 82% dari responden yang

menjawab usaha anyaman tikar pandan sebagai pekerjaan utama. Sedangkan 18%

dari responden menjadikan usaha anyaman tikar pandan sebagai pekerjaan

sampingan.

Tabel 5.1.3 usaha anyaman tikar pandan merupakan usaha sendiri

Alternatif jawaban Frekuensi Persentase (%)


Ya 28 100
Tidak 0 0
Jumlah 28 100 %
Sumber: penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.3 di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden

menjawab usaha anyaman tikar pandan merupakan usaha sendiri atau yang

dikelola oleh keluarga sendiri.

Tabel 5.1.4 Usaha anyaman tikar pandan dilakukan oleh perempuan saja

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Ya 28 100
Tidak 0 0
Jumlah 28 100%
Sumber: penelitian, 2013

Dari Tabel 5.1.4 di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan anyaman tikar

pandan ini hampir sepenuhnya dilakukan oleh kaum perempuan saja berdasarkan

penelitian yang dilakukan, tidak ada kaum laki-laki yang terlibat langsung dalam

usaha ini.

Tabel 5.1.5 bahan baku untuk anyaman tikar pandan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Budidaya Sendiri 10 36
Beli dari Orang lain 18 64
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013
Dari tabel 5.1.5 di atas menjelaskan bahwa kebanyakan dari penganyam

tikar pandan memperoleh bahan baku untuk usahanya dari orang lain. Hal ini

dikarenakan mayoritas pengusaha anyaman tikar pandan dilakukan oleh keluarga

menengah ke bawah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat

dikatakan bahwa jumlah responden yang membeli bahan baku dari orang lain

lebih banyak dari pada responden yang memperoleh dari hasil budidaya sendiri,

yaitu 64:36 %.

Tabel 5.1.6 Asal modal awal untuk menjalankan usaha anyaman tikar pandan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Modal Pribadi 17 60,7
Bantuan Pemerintah 0 0
Modal Pinjaman 11 39,3
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.6 di atas dapat diketahui bahwa semua pengusaha industri

anyaman tikar pandan tidak ada responden yang mendapat dana dari pemerintah

untuk memulai usaha melainkan dana pribadi dan pinjaman. Sebanyak 17

responden atau 60,7% lebih yang menjawab modal pribadi selebihnya 39,3%

responden lebih yang menjawab modal pinjaman.

Tabel 5.1.7 Modal usaha anyaman tikar pandan per bulan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


1.000.000,- s/d 2.000.000,- 19 67,9
3.000.000,- s/d 4.000.000,- 9 32,1
5.000.000,- s/d 6.000.000,- 0 0
>7.000.000 0 0
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013
Dari tabel 5.1.7 di atas menjelaskan bahwa 19 responden atau 68%

menjawab bahwa pengeluaran modal per bulan mereka mencapai 1 juta s/d 2 juta,

selebihnya menjawab pengeluaran mereka sebesar 3 – 4 juta per bulan. Tidak ada

responden yang menjawab pengeluaran lebih dari 4 juta, ini menandakan bahwa

masyarakat Desa Lueng Bimba tidak ada yang mengeluarkan modal lebih dari 4

juta per bulan.

Tabel 5.1.8 Mendapatkan bantuan usaha dari pihak pemerintah atau swasta

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Pernah 27 96
Tidak Pernah 1 4
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.8 Hampir semua responden menjawab bahwa mereka

mendapat bantuan dari pemerintah maupun dari pihak swasta, kecuali seorang

responden. Dari penelitian diketahui bahwa yang tidak mendapatkan bantuan ini

adalah pengusaha yang belum mencapai 3 tahun usaha, karena bantuan tersebut

disalurkan pada tahun 2009.

Tabel 5.1.9 Jumlah pekerja dalam usaha anyaman tikar pandan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

2 – 4 orang 21 75
5 – 7 orang 7 25
7 – 10 orang 0 0
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.9 dapat menjelaskan bahwa responden yang menjawab

pekerja mencapai 4 orang sebanyak 21 responden atau 75%, sedangkan yang

menjawab hingga 7 orang sebanyak 7 responden. Tidak ada responden yang


menjawab lebih dari 7 orang, hal ini dikarenakan semua pekerja berasal dari

anggota keluarga.

Tabel 5.1.10 hasil produksi anyaman tikar pandan dalam waktu satu bulan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 s/d 2 tikar 4 14,3


2 s/d 3 tikar 6 21,4
3 s/d 4 tikar 10 35,7
>5 tikar 8 28,6
Jumlah 28 100 %
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.10 di atas menjelaskan bahwa sebanyak 10 responden atau

35,7% menjawab hasil produksi anyaman tikar pandan mereka dalam waktu satu

bulan 3 s/d 4 tikar, sedangkan jawaban paling sedikit diberikan oleh 4 responden

dengan hasil produksi 1 s/d 2 tikar per bulan. Hal ini dikarenakan para responden

menjalankan industri anyaman tikar pandan sebagai usaha sampingan.

Tabel 5.1.11 pendapatan usaha anyaman tikar pandan dalam waktu satu bulan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


<2.000.000,-, 4 14,3
2.500.000,- s/d 4.000.000,- 17 60,7
4.500.000,- s/d 6.000.000,- 7 25
>7.000.000,- 0 0
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.11 di atas menjelaskan bahwa sebanyak sebanyak 60,7%

pengusaha industri anyaman tikar pandan di Desa Lueng Bimba mendapat

penghasilan per bulan sebanyak 2.500.000,- s/d 4.000.000. sebanyak 25%

diantaranya berpendapatan 4.500.000 s/d 6.000.000 per bulan. Sedangkan

pengusaha yang berpendapatan kurang dari 2 juta sebanyak 14,3%.


Tabel 5.1.12 perkembangan industri anyaman tikar pandan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Sangat berkembang 3 10,7
Berkembang lambat 13 46,4
Biasa saja 8 28,6
Tidak berkembang 4 14,3
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.12 di atas menjelaskan bahwa sebanyak 10,7% responden

menjawab sangat berkembang, 46,4% menjawab berkembang lambat, dan yang

menjawab biasa saja sebanyak 28,6%. Sedangkan 14,3% diantaranya menjawab

tidak berkembang. Responden yang menjawab tidak berkembang ini adalah

pelaku usaha anyaman tikar pandan yang tadinya malakukan usaha ini

sebagaiusaha sampingan. Berdasarkan jawaban dari responden dapat disimpulkan

bahwa usaha industri anyaman tikar pandan di Desa Lueng Bimba mengalami

perkembangan yang lambat.

Tabel 5.1.13 industri anyaman tikar pandan mengalami kerugian

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Pernah 6 25
Tidak Pernah 22 75
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.13 diatas diketahui bahwa pelaku industri anyaman tikar

pandan di Desa Lueng Bimba hanya sedikit yang mengalami kerugian dalam

usahanya, yaitu sebanyak 25%. Kerugian ini terjadi pada waktu tertentu seperti

ketika banjir dan musibah besar lainnya. Karena resiko kerugian yang kecil dan

jarang terjadi, sehingga tidak heran apabila sekarang banyak dijumpai kaum
perempuan di Desa Lueng Bimba yang memulai menekuni usaha anyaman tikar

pandan ini.

Tabel 5.1.14 asal pembeli hasil produksi anyaman tikar pandan

Altenatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Lokal 20 71,4
Lokal dan luar daerah 8 28,6
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.14 di atas diketahui bahwa hasil produksi dari industri

anyaman tikar pandan yang dilakukan oleh keluarga dari masyarakat Desa Lueng

Bimba tidak hanya diminati oleh pembeli lokal saja, tetapi juga diminati oleh

pembeli dari luar daerah, dalam hal ini berasal dari luar kabupaten Pidie Jaya.

Tabel 5.1.15 industri anyaman tikar pandan menambah pendapatan keluarga

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)


Ya 22 78,6
Tidak 6 21,4
Jumlah 28 100%
Sumber: Penelitian, 2013

Dari tabel 5.1.15 di atas diketahui bahwa sebanyak 6 responden atau 14,3%

yang menjawab usaha anyaman tikar pandan tidak menambah pendapatan

keluarga, sedangkan 78,6 persen dari responden memberikan jawaban sebaliknya,

yaitu industri anyaman tikar pandan menambah pendapatan keluarga.

5.2. Pembahasan

Desa Lueng Bimba merupakan salah satu desa yang mengembangkan

industri anyaman tikar pandan. Sektor informal ini di kembangkan untuk

menunjang perekonomian masyarakat khususnya pelaku kegiatan tersebut.


Industri anyaman tikar pandan ini dapat dikatakan sebagai bagian dari industri

rumah tangga karena dikerjakan oleh masing-masing keluarga dengan

menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja, dan pusat kegiatannya

dilakukan di rumah sendiri.

Dengan adanya industri anyaman tikar pandan, kebutuhan masyarakat

dapat terpenuhi. Hasil produksi dari anyaman tikar pandan ini sudah dikenal luas

oleh masyarakat karena pemasarannya dilakukan dengan menjual produk kepada

pembeli (agen pemasaran) yang kebanyakan berasal dari luer daerah.

Anda mungkin juga menyukai