Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri merupakan salah satu bentuk kegiatan penting manusia yang mampu
menghasilkan berbagai macam kebutuhan manusia itu sendiri, mulai dari minuman,
makanan, pakaian, perlengkapan rumah tangga dan kebutuhan hidup lainnya. Industri
merupakan kegiatan yang sangat erat hubungannya dengan berbagai keperluan hidup
manusia.

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduk nya bermata pencaharian
sebagai petani. Namun pembangunan dan peluasan pada sektor industri telah nampak hampir
keseluruh pelosok wilayah Indonesia. Pembangunan pada sektor ini diharapkan akan mampu
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran.

Pesatnya pertumbuhan pada sektor industri, khusunya industri kecil kabaputen garut
memiliki banyak jenis idustri kecil dan industri rumahan yang tersebar di setiap kecamatan.
Berbagai macam jenis industri yang ada di tiap-tiap kecamatan di kabupaten garut dapat
menjadi salah satu cirikhas dari suatu tempat tersebut.

Seperti di kecamatan sukawening yang dimana merupakan salah satu kecamatan dari
banyak nya kecamatan yang berada di kabupaten garut, dimana di kecamatan ini terdapat
salah satu jenis idustri unggulan yaitu industri pengarajin bilik bambu yang berada di
kampung sumur tengah, desa sukasono. Masyarakat di kampung sumur tengah ini
memanfaatkan bambu tidak hanya sebagai bahan penyanggah atau tihang saja, tetapi
menjadikannya sebagai sumber penghasilan tambahan untuk meningkatkan pendapatan
penduduk di daerah setempat.

Meskipun dengan kesederhanaan teknologi yang dimiliki serta modal terbatas, namun
industri pengarajin bilik bambu yang merupakan industri kecil, mampu bertahan di tengah-
tengah kondisi pasar yang penuh persaingan. Dan perkembangan usaha ini sedikit banyak
nya merubah kondisi kehidupan masyarakat kampung sumur tengah. Perubahan kehidupan

1
yang di maksud ditandai dengan peningkatan pendapatan serta kemampuan mereka
menaikkan tarap hidup ditengah kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal perekonomian
dan pendidikan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesejateraan masyarakat pengrajin bilik bambu


2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan para pengrajin bilik bambu

C. Manfaat Penulisan

Diharapkan penulisan ini dapat berguna bagi pengembangan kemajuan home indutri di
kabupaten garut dan khusus nya untuk masyarakat Indonesia untuk meningkatkan taraf
ekonomi dan mensejahterakan masyarakat pembangunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Home Industri Pengarajin Bilik Bambu

1. Pengertian Home Industri

Pengertian Home industri yaitu dimana home yang berarti rumah, tempat tinggal, ataupun
kampung halaman. Sedangkan industri dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk
barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, home industri adalah rumah usaha produk
barang atau juga perusahaan kecil. Di katakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan
ekonomi ini di pusatkan di rumah.

Usaha kecil yang di maksud disini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil
tradisional. Usaha kecil informal ini merupan usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan
belum berbadan hokum. Pengusaha kecil yang termasuk dalam kelompok ini atara lain petani
penggarap, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah
usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun
temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya.

2. Tujuan Pengembangan Home Industri

Tujuan pengembangan home industri merupakan suatu jalur kegiatan untuk peningkatan
kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih
bermutu. Industri tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
dan kempuan untuk memanfaatkan sumber daya alam serta sumber daya yang lainnya.
Dengan demikian industri sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga
manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia.

3
Perkembangan di sektor home industri adalah salah satu sasaran pembangunan dibidang
ekonomi pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju
dan berdaya saing. Karena di bidang ini sektor industri mampu mencipatkan lapangan usaha,
sehingga mampu memperluas lapangan kerja, maka dapat meningkatkan standar
kesejahteraan hidup bermasyarakat.

Pembangunan home industri pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan


pemanfaatan berbagai faktor, misalnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi
secara berkesinambungan. Pembangunan industry sangat di perlukan oleh masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.

3. Pengrajin Bilik Bambu

Pengrajin menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaan nya
( profersinya) membuat barang kerajinan. Pengrajin pada dasarnya merupakan pelaku
industri yang menuangkan ide dan gagasan untuk mengolah bahan baku menjadi barang hasil
produksi. Pengarajin yang dimaksud dalam penulisan ini adalah orang yang mata
pencahariannya bergerak dalam industri bilik bambu.

Bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak di jumpai di Indonesia.
Pertumbuhan bambu sangat cepat, wilayah atau daerah yang cocok dengan pertumbuhan
bambu yaitu jawa, Sumatra, dan Sulawesi.

Ada banyak faktor yang mendorong masyarakat melakukan pekerjaan sebagai pengrajin
bambu. Faktor tersebut salah satunya adalah karena lingkungan sekitar tempat tinggal mereka
ditumbuhi tanaman bambu yang melimpah, sehingga dari sisi pproduksi, bahan baku
kerajinan bambu tersedia dengan biaya yang relative murah. Pada akhirnya kerajinan bambu
diharapkan dapat menjadi salah satu komoditasi yang dapat menjadi sumber pendapatan
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Maka pengrajin bilik bambu termsuk kedalam golongan industri rumah tangga karena
pada umumnya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari empat orang dan masih
menggunakan proses sederhana dalam produksinya.

4
Home industri pengrajin bilik bambu merupakan industri yang menfaatkan tanaman atau
pohon bambu sebagai bahan baku utama. Home industri pengrajin bilik bambu sebagai
industri rumah tangga karena bermodalkan kecil (sedang), usaha dimiliki pribadi,
menggunakan teknologi peralatan sederhana dan tidak berbadan hukum.

B. Proses Produksi Dan Proses Distribusi Pada Home Industri Pengrajin Bilik Bambu

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk keperluan usaha dan lain sebagian
nya. Bahan baku merupakan faktor yang penting dalam proses produksi. Terjadinya bahan
baku dalam jumlah yang cukup akan memperlancar produksi dan dapat berpengaruh pada
peningkatan jumlah produksi.

Bahan baku yang utama digunakan oleh pengrajin bilik bambu yaitu Bambu, karena
bambu adalah tanaman jenis rumput- rumputan dengan rongga dan ruas dibatangnya. Di
dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat.

2. Alat Yang Digunakan

Dalam proses pembuatan kerajinan bilik bambu para pengrajin menggunakan alat yang
tradisional dimana alat-alatnya menggunakan perkakasan. Alat yang suka di pakai untuk
membuat kerajinan bilik bambu yaitu gergaji dan golok sebab dua alat itu yang sangat
penting dalam proses pembuatan bilik bambu, dimana pungsi dari gergaji di gunakan untuk
memotong bambu menjadi dua bagian, dan golok gunanya untuk memotong bambu yang
telah di gergaji menjadi beberapa bagian lagi dari membelah lapisan luar dn lapisan dalam
bambu.

3. Proses Pembuatan

Proses pembuatan kerajinan bilik bambu dimulai dari penyiapan perkakas yang akan
digunakn dan pemilihan bahan baku. Bahan baku yang di gunakan adalah jenis bambu yang
memiliki ruas yang panjang. Secara umum kegiatan pembuatan kerajinan bilik bambu adalah
sebagai berikut:

a. Tahap pertama Pemotongan, pengiratan, pengahlusan bambu

5
b. Tahap kedua Pengayaman bentuk dasar bersusun baris sejajar dari serat bambu
( dalam bambu)
c. Tahap ketiga Mengayam dengan pola yang di inginkan
d. Tahap ke empat di jemur dan di perhalus ayaman nya

4. Pemasaran

Pemasaran produk kerajinan bilik bambu masih tergantung pesanan. Artinya apabila ada
pesanan, maka pihak yang bersangkutan ( pengrajin bilik bambu ) mengirim barang sesuai
degan pesanan.

Kelancaran dalam proses penjualan atau pemasaran kerajinan bilik bambu ini merupakan
faktor sangat penting dalam mendukung proses produksi. Tanpa adanya proses pemasaran
maka hasil produksi akan menumpuk banyak serta menyebabkan kemacetan dalam proses
produksi nantinya.

C. Kesejahteraan Pengrajin Bilik Bambu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kesejahteraan merupakan kata benda yang
mempunyai arti hak atau keadaan sejahtera, keamanan dan keselamatan dan ketentraman.
Kata sejahtera merupakan kata sifat yang memiliki arti aman sentosa dan makmur, serta
selamat (terlepas dari segala macam gangguan).

Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap
daerah tidak terkecuali bagi desa - desa yang ada di Kabupaten Garut, salah satu diantaranya
adalah Desa Sukasono. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
semata-mata guna meningkatkan pertumbuhan bagi daerah itu sendiri dan selanjutnya
diharapkan akan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakatnya

Berdasarkan definisi tentang kesejahteraan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


kesejahteraan adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup baik material
maupun non-material, yang dapat diukur dengan adanya pemerataan pendapatan, pendidikan

6
yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata,
sehingga dapat membuat seseorang merasa aman, sentosa, makmur, dan selamat.

Menjadi seorang pengrajin kerajinan bambu merupakan pilihan yang dijalani oleh para
pengrajin di Kp sumur tengah Desa Sukasono Kecamatan sukawening Kabupaten Garut.
Berdasarkan pada pilihannya tersebut para pengrajin kerajinan bambu berharap dari usahanya
yang digeluti akan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Menurut data dari BPS
indikator atau unsur-unsur yang menentukan tingkat kesejahteraan seseorang atau suatu
keluarga adalah didasarkan pada delapan indikator, yaitu: kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan,
kemiskinan, serta sosial lainnya.

Usaha kerajinan bambu yang digeluti oleh sebagian besar masyarakat di kp sumur tengah
Desa Sukasono Kecamatan sukawening kabupaten garut ini merupakan salah satu potensi
kewirausahaan yang dimiliki Kabupaten garut. Usaha tersebut digeluti oleh banyak pengrajin
yang tergabung dalam sebuah paguyuban pengrajin bambu maupun perindividu.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar pengrajin bambu di Kp sumur tengah
Desa Sukasono Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, memiliki usia dalam kategori
produktif (usia 15-64 tahun). Banyaknya usia pengrajin bambu di Kp SumurTengah Desa
Sukasono yang masih termasuk dalam kategori produktif ini, para pengrajin memiliki anak-
anak yang berusia produktif. Dengan demikian kategori usia dalam keluarga mayoritas
termasuk dalam kategori produktif. Usaha yang dimiliki oleh orang tuanya sering diturunkan
pada anaknya. Hal ini mengingat usaha kerajinan bambu sudah ada sejak lama sehingga
sampai saat ini merupakan turun menurun dari sebelumnya.

Unsur yang melatar belakangi para pengrajin memilih untuk menggeluti usaha kerajinan
bilik bambu adalah karena tingkat pendidikan yang dicapai oleh para pengrajin. pengrajin
memilih menggeluti usaha kerajinan bambu selain karena usaha turun temurun dari keluarga
juga karena pendidikannya yang lulusan SD, SPM, SMK. Kebanyakan para pengrajin hanya
sampai mengenyam pendidikan SMP. Bermacam-macam latar belakang pendidikan yang
dimiliki para pengrajin bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono namun akses untuk
memperoleh pendidikan bagi keluarganya ( anak-anak nya )mudah dan akses untuk jenjang

7
pendidikan terakhir yang telah diselesaikan anggota keluarganya ( anak-anak nya) hingga
sampai Sarjana.

Kondisi ini ditunjukkan dari banyaknya anak pengrajin yang bisa mengeyam Pendidikan
sampai setara jenjang kuliah jadi bahwa rata-rata para pengrajin bambu artinya bisa dalam
pemenuhan biaya administrasi sebelum masuk dan selama sekolah dapat terpenuhi. Selain itu
juga menunjukkan bahwa sebagian besar pengrajin bambu menyatakan bahwa pendapatan
yang diperoleh cukup untuk menyelesaikan sekolah anak saya hingga lulus S1.

Kesejahteraan dinilai dari ketenagakerjaan temasuk dalam kategori tinggi yaitu sektor
kerajinan industri bambu merupakan pekerjaan tetap.

Para pengrajin menjadikan sektor kerajinan bilik bambu ini menjadikan sebagai
pekerjaan tetap mengindikasikan bahwa sektor ini mampu memberi penghasilan yang cukup
bagi keluarganya. Berdasarkan indikator taraf dan pola konsumsi rata-rata pengrajin bambu
di Kp sumur tengah Desa Sukasono yang artinya kesejahteraan termasuk dalam kategori
sedang. Pertama dilihat dari segi pendapatan. Pendapatan ini jauh lebih tinggi dari upah
pekerjaan lain nya seperti petani atau pekerjaan buruh lain nya di Kp sumur tengah Desa
sukasono. Kedua, dilihat dari kategori pengeluaran kebutuhan konsumsi dibanding dengan
kebutuhan non konsumsi sebagian besar dalam kategori cukup. Artinya penggunaan
pendapatan untuk konsumsi besarnya sama dengan kebutuhan lain. Ketiga, dilihat dari
jumlah pengeluaran. Pengeluaran selain untuk kebutuhan konsumsi terdapat kebutuhan non
konsumsi seperti akses kesehatan, akses pendidikan, biaya listrik, air, transportasi, dan
tabungan.

Kesejahteraan dilihat dari perumahan dan lingkungan menunjukkan bahwa rata-rata


pengrajin bilik bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono memiliki kesejahteraan termasuk
dalam kategori sedang. Kondisi perumahan dan lingkungan, pertama dilihat dari kondisi
tempat tinggal, rata-rata pengrajin bilik bambu memiliki tempat tinggal dengan kategori
layak huni ada bangunan rumah dari kayu, dan batu bata (rumah permanen). Kondisi ini
karena para pengrajin satu atap antara tempat tinggal dan tempat usahanya atau gerai usaha.
Gerai usaha kerajinan bilik bambu merupakan sarana untuk memamerkan hasil kerajinan
bilik bambu yang telah dibuat. Dengan adanya gerai tersebut setiap pengunjung dapat dengan

8
leluasa memilih produk kerajinan bambu yang diinginkan. Kondisi perumahan dan
lingkungan, kedua dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal.

Dilihat dari lingkungan di daerah Kp sumur tengah Desa sukasono rata-rata kondisi
lingkungan tempat tinggalnya para pengrajin bilik bambu ini termasuk dalam kategori layak
huni yaitu lingkungan bersih dan rapi. Hal ini apabila dikorelasikan dengan kondisi tempat
tinggal keduanya saling mendukung, karena pada umumnya seseorang yang menempati suatu
tempat menginginkan tempat tinggal yang nyaman.

Oleh karena itu pengrajin melakukan penataan di lingkungan tempat tinggal seperti untuk
di gerai barang-barang ditata rapi dan untuk barang-barang di lingkungan sekitar yang tidak
terpakai dipindahkan. Dengan ini terbentuklah lingkungan tempat tinggal bersih, dan rapi.

Indikator kesejahteraan yang terakhir yaitu indikator sosial lainnya. Dilihat dari segi
kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan untuk memperoleh hiburan berupa
rekreasi termasuk dalam kategori kurang terpenuhi atau jarang rekreasi. Hal ini dapat
disebabkan kurangnya kesadaran bahwa melakukan rekreasi penting untuk kebutuhan
jasmani dan rohani. Karena pekerjaan yang tidak terlalu menuntut refreshing.

Kesejahteraan apabila dilihat dari akses untuk memperoleh informasi melalui media
informasi rata-rata para pengrajin bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono termasuk
dalam kategori kurang terpenuhi. Kondisi ini bukan disebabkan pengrajin tidak memilik tv
dan tidak mampu membeli koran, namun diantara pengrajin tidak berlangganan koran atau
internet. Informasi yang diperoleh dari televisi seadanya karena anggota keluarga lebih
tertarik dari acaraacara hiburan yang ditayangkan. Dengan demikian akses untuk
memperoleh informasi melalui media informasi masih dikatakan kurang terpenuhi.

Akses untuk dapat berkomunikasi menggunakan media komunikasi berupa telephone/


handphone rata-rata pengrajin bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono juga masih
termasuk dalam kategori kurang terpenuhi. Keluarga pengrajin bambu tidak memiliki telepon
rumah dan tidak seluruh anggota keluarga memiliki handphone. Sehingga apabila anggota
keluarga sedang berada di luar rumah tidak mempunyai handphone maka akses komunikasi
ini tidak dapat dilakukan.

9
D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Pengrajin Bambu

Usaha kerajinan bambu merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan.Kp
sumur tengah Desa Sukasono yang merupakan salah satu tempat yang menjajakan segala
bentuk hasil kerajinan berbahan dasar bambu menjadi salah satu ikon sentra kerajinan bambu
di kecamatan sukawening Kabupaten Garut. Sebagai salah satu ikon sentra kerajinan bambu
di kecamatan sukawening Kabupaten Garut, tidak jarang masyarakat yang berasal dari
wilayah Garut maupun dari luar kota berkunjung ke Kp sumur tengah Desa Sukasono.
Dengan banyaknya jumlah pengunjung dan pembeli dapat meningkatkan pundi-pundi
ekonomi pengrajin kerajinan bambu tersebut. Di sisi lain tidak semua pengrajin kerajinan
bambu tersebut mampu meraup keuntungan yang besar serta mampu mengembangkan
usahanya. Masih ada pengrajin yang merasakan perbedaan yang meskipun tidak terlalu
signifikan, akan tetapi belum dapat mencapai target penjualan setiap bulannya dibandingkan
dengan pengrajin lain yang telah memiliki pelanggan yang banyak berasal dari dalam kota
dan luar kota maupun terlebih dari luar pulau. Terdapat faktor pendukung dan penghambat
yang melingkupi kemampuan para pengrajin kerajinan bambu tersebut dalam
mengembangkan usaha.

Faktor pendukung dan penghambat terhadap tingkat kesejahteraan pengrajin, sebagai


berikut:

a. Faktor pendukung Salah satu indikator dari kesejahteraan para pengrajin kerajinan
bambu adalah dari penghasilannya setiap bulan.

Penghasilan para pengrajin setiap bulannya berbeda-beda. Bagi pengrajin kerajinan


bambu dengan penghasilan tiap bulan yang tinggi, tentunya terdapat unsur-unsur atau faktor-
faktor yang membuat usahanya lancar dan memperoleh omset usaha yang tinggi setiap
bulannya. Faktor tersebut diantaranya:

1. Adanya pemanfaatan mesin sebagai alat bantu pengerjaan Dengan mengandalkan


mesin-mesin yang memiliki kemampuan untuk memproduksi kerajinan bambu dengan
jumlah yang banyak, para pengrajin tersebut tidak takut kewalahan dalam menyelesaikan
oder dari para pelanggan.

10
2. Permintaan ekspor ke luar kota Jangkauan penjualan atau pemasaran kerajinan bambu
dari Kp sumur tengah Desa Ssukasono tidak hanya pada lingkup lokal maupun sekitar
tetapi telah menembus pasar nasional.

Keberhasilan tersebut dikarenakan kualitas kerajinan bambu yang diproduksi para


pengrajin di Kp sumur tengah Desa Ssukasono cukup bagus dan dapat bersaing dengan
kerajinan bambu dari daerah atau kota lain.

b. Faktor penghambat Faktor penghambat yang menyebabkan usaha kerajinan


bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono berjalan ajeg atau tetap tanpa ada
peningkatan, yang berimbas pada jumlah penghasilan setiap bulan yang diterima relatif
kecil diantaranya adalah:

1) Masih ada pengrajin yang mengandalkan alat perkakas tradisional dan


seadanya dan tenaga manusia dalam proses produks. Tenaga manusia merupakan
unsur utama dalam proses produksi kerajinan bambu, akan tetapi ketika jumlah
pemesanan lebih banyak, maka tenaga manusia akan sangat terbatas
kemampuannya.

2) Orientasi pemasaran hanya lokal saja Pemasaran merupakan salah satu unsur
yang terdapat dalam sebuah usaha. Pada proses pemasaran dibutuhkan keahlian
dan keberanian untuk mempromosikan produknya. Bagi para pengrajin kerajinan
bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono, bentuk-bentuk pemasaran yang
dilakukan oleh para pengrajin berbeda-beda. Bagi pengrajin yang memperoleh
jumlah penghasilan yang jauh berbeda di bawah pengrajin yang lain pada
umumnya hanya mampu melakukan sistem pemasaran pada lingkup lokal saja,
dan hanya mengandalkan alat bantu pemasaran berupa plang, atau komunikasi
langsung dengan para konsumen.

3) Kurangnya informasi tentang akses untuk memperkenalkan kerajinan bambu


pada pameran tingkat lokal, nasional, maupun internasional Pameran produk
kerajinan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
memperkenalkan produk kerajinan yang dihasilkan oleh para pengrajin kerajinan
bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono. Untuk dapat mengetahui adanya

11
pameran tersebut perlu informasi yang jelas, sementara itu tidak semua pengrajin
kerajinan bambu senantiasa mengetahui informasi tentang adanya pameran
kerajinan yang diselenggarakan oleh dinas Kebudayaan maupun persatuan
pengrajin kerajinan di Indonesia. Sehingga keberadaan kerajinan bambu milik
pengrajin yang ada di Kp sumur tengah Desa Sukasono tidak dapat diketahui oleh
masyarakat luas.

4) Modal usaha yang kecil Kemampuan setiap pengrajin kerajinan bambu di Desa
Sendari dalam mengembangkan usahanya berbeda-beda, salah satu penyebabnya
adalah modal usaha yang digunakan. Bagi para pengrajin yang telah sukses
mengembangkan usahanya, dengan omset penjualan setiap bulan yang tinggi,
memiliki modal usaha yang besar pula. Sementara bagi pengrajin yang
memperoleh omset usaha setiap bulan yang tergolong rendah, memiliki modal
usaha yang rendah.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh para pengrajin bambu adalah kurangnya
pembinaan dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Garut terkait dengan informasi
mengenai akses untuk memperkenalkan produksi kerajinan bilik bambu dari para
pengrajin bambu di Kp dumurtengah Desa sukasono dalam ajang pameran di tingkat
lokal, nasional, atau internasional.

Keterbatasan informasi mengenai akses untuk memasarkan kerajinan bambu


berimbas pada sistem pemasaran kerajinan bambu yang diproduksi masyarakat kelompok
pengrajin yang masih sebatas promosi tingkat lokal dan masih menerapkan sistem
pemasaran yang tradisional.

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh para pengrajin bilik bambu di Kp
sumur tengah Desa Sukasono dalam menampung seluruh kekurangan dari proses
produksi maupun pemasaran kerajinan bambu adalah dengan membentuk paguyuban
pengrajin bambu.

Dalam perkembangannya, keberadaan paguyuban pengrajin bambu tersebut


hanya mampu menampung segala permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin, akan
tetapi belum dapat memberikan solusi atau alternatif cara untuk menyelesaikan

12
permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin. Sebagai contoh adalah mengenai modal
usaha yang dibutuhkan oleh para pengrajin. Pihak paguyuban yang merupakan organisasi
dalam lingkup yang kecil belum dapat memberikan kesejahteraan yang lebih bagi
anggota. Koperasi kelompok yang ada hanya mampu memberi pinjaman modal yang
relatif kecil.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang home indutrsi pengrajin bilik bambu kesimpulan


nya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kesejahteraan pengrajin bilik bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono


Kecamatan sukawening Kabupaten Garut dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu tinggi,
sedang, rendah..tetapi rata- rata penghasilan para pengrajin bambu bisa mencukupi
biaya kebutuhan keluarganya jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum taraf hidup
pengrajin bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono Kecamatan sukawening
Kabupaten Garut tergolong sejahtera meskipun sebagian lagi belum ada yang
sejahtera dalam proses menuju kesejahteraan yang mereka capai.

2. Faktor pendukung dan penghambat terhadap tingkat kesejahteraan yang dialami


para pengrajin bilik bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono Kecamatan
sukawening Kabupaten garut adalah sebagai berikut:

a. Faktor pendukung, terdiri atas:

1) Adanya pemanfaatan mesin sebagai alat bantu produksi

2) Permintaan ekspor ke luar kota

13
b. Faktor penghambat, terdiri atas:

1) Masih ada pengrajin yang mengandalkan tenaga manusia dalam proses


produksi

2) Orientasi pemasaran hanya lokal saja

3) Kurangnya informasi tentang akses untuk memperkenalkan kerajinan bilik


bambu pada pameran tingkat lokal, nasional, maupun internasional

4) Modal usaha yang kecil

B. SARAN

Saran yang dapat penulis sampaikan sebagai penutup pada penulisan ini adalah:

1. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan bahwa secara umum tingkat kesejahteraan


pengrajin bilik bambu di Kp sumur tengah Desa Sukasono Kecamatan sukawening
Kabupaten garut tergolong sejahtera. Oleh karena itu keberadaan industri kerajinan
bambu tetap dipertahankan.
2. Pemasaran dapat terus dikembangkan baik kemasyarakat lokal dan regional. Selain
itu untuk permasalahan modal yang dialami oleh pengrajin hendaknya dapat dicarikan
jalan keluarnya oleh paguyuban, karena pada dasarnya keberadaan paguyuban
tersebut berfungsi untuk menghindari kesenjangan penghasilan yang terlalu
mencolok, yang berdampak pada perbedaan tingkat kesejahteraan yang sangat
mencolok.
3. Faktor pendukung berupa adanya pemanfaatan mesin terus dapat dilakukan untuk
memproduksi stok, sehingga saat permintaan produk meningkat tetap ada barang
yang dapat didistribusikan kepada konsumen.
4. Pengenalan atau promosi ke kota- kota luar bahkan klayu bisa ke luar negeri harus
bisa dilakukan dan ditingkatkan guna memperluas jaringan pasar. Bagi pengrajin
yang belum memiliki mesin produksi agar dapat melakukan pengadaan mesin
tersebut karena sangat membantu dalam produksi dan dapat meningkatkan
pendapatan.

14
5. Diperlukan upaya promosi secara lokal dengan mengikutkan pameran produk
kerajinan bilik bambu ini dalam event tertentu seperti festival, sehingga masyarakat
luas menjadi lebih tertarik untuk menggunakan hasil kerajinan bilik bambu.
Pemerintah daerah sebaiknya memberikan pinjaman modal dengan prosedur yang
mudah kepada pengrajin bambu guna mengembangkan bisnisnya. Dengan
memberikan bantuan modal, secara global dapat mengembangkan sentra industri
kerajinan bilik bambu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Afrida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Surabaya: Ghalia Indonesia.

Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2010. Teori Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta: Kencana.

Alkim. 2005. Pemberdayaa Home Industri Terhadap Masyarakat Pesisir. Jakarta: Gramedia.

Gunawan, Sumidingrat. 2002. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamanan Sosial.


Jakarta: Gramedia.
Wawancara dengan Bapak Ali selaku Pengrajin bilik bambu dari Home Industri pengrajin bilik

bambu Tanggal 16 Desember 2022 Pukul 09.00 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai