Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BISNIS DAN PEMASARAN

PERENCANAAN USAHA MIKRO ANYAMAN BAMBU

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Anggun Thevianni E2401201010
Ari Saputra E2401201017
Fedya Fedrik E2401201022
Vallen Arown Ramadhan E2401201062
Marissa Rai Syamsinar E2401201087

Dosen Pembimbing :
Vera Junita Br Sitanggang, S.Hut, M.Si
Bintang CH Simangunsong, MS., Ph.D

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
IPB UNIVERSITY
2023
BAB 1
DESKRIPSI INDUSTRI

A. Sejarah Anyaman Bambu


Indonesia merupakan negara penghasil bambu terbesar ketiga dunia, setelah Cina dan
Thailand (Widnyana 2012). Sebanyak 157 jenis bambu endemik yang belum seluruhnya
dikembangkan (Usman 2019). Sejak dahulu, Indonesia berlimpah tanaman bambu yang
kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat dan mengoptimalkan fungsi tanaman bambu karena
mudah diperoleh dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan, seperti
alat rumah tangga, juga bermanfaat secara, ekologi, sosial dan budaya (Widjaja 2014). Saat ini,
fungsi dan bentuk kerajinan bambu semakin dibuat lebih modern dan variatif namun tidak
menghilangkan nilai keunikan dan sifat alami pada kerajinan bambu tersebut. Bambu terbukti
menjadi material bangunan dan konstruksi tradisional yang cukup tangguh. Dengan memiliki
elastisitas dan kekuatan, bambu sangat cocok untuk dijadikan konstruksi pada bangunan,
furniture, maupun kerajinan.
Perkembangan kerajinan bambu dari masa ke masa tidak lepas dari peran para perajin
bambu. Kreativitas mereka mampu mengangkat kerajinan bambu menjadi sebuah karya seni
yang terus berkembang dan lebih bernilai tinggi sebagai pelengkap perkakas rumah tangga,
berkembang pada desain ornamen dan handicraft sesuai dengan perkembangan teknologi dan
fungi produk (Choiron dan Amilia 2015). Kemampuan mengembangkan desain, adaptasi
teknologi dan keberfungsian produk anyaman sangat berkaitan dengan peningkatan kemampuan
masyarakat pengrajin anyaman bambu. Hasil kerajinan yang berkualitas akan meningkatkan nilai
estetis, ekonomis, dan fungsi sosial dari produk anyaman bambu.

B. Trend dan Proyeksi Pertumbuhan


Pertumbuhan usaha mikro kerajinan anyaman bambu tergantung dari kondisi lingkungan
bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha mikro itu sendiri, pemerintah, dan entitas
masyarakat. Adapun unsur lingkungan bisnis kondusif yang perlu menjadi perhatian, meliputi
ketersediaan modal, infrastruktur dan fasilitasnya, ketersediaan tenaga terampil, layanan
pendidikan dan pelatihan, jaringan pengetahuan, ketersediaan layanan bisnis, lembaga
lingkungan pendukung pembangunan daerah, dan kualitas pengelolaan sektor publik.
Bambu berperan dalam pasar dunia, yaitu produksi furniture ataupun kerajinan yang
berkontribusi sebanyak 11%. Kerajinan yang dibuat oleh para pengrajin dari bambu ini dahulu
dibuat dengan motif anyaman kepang dari helai bambu. Namun sedikit demi sedikit kondisi
pasar pengrajin mulai mengkreasikan produk kerajinan dengan motif kontemporer modern
dengan nilai jual lebih tinggi. Hal lain yang diaplikasikan pengrajin untuk mempertahankan
produknya adalah berkolaborasi, mengeksplorasi keunggulan dan identitas produk bambu.
Kemajuan dan project yang mereka lakukan pun mulai menjual ide- ide kreatif, kemauan
individu dalam menghadapi perubahan tidak luput dari peran atau trend masyarakat yang
berpengaruh mengeksplorasi ide kreatif dengan melibatkan masyarakat akan memiliki dampak
pada proses pembangunan produk lokal melalui sektor ekonomi dan budaya (Fanthi et al. 2021).
Pengrajin juga banyak yang mengikuti pelatihan kerajinan bambu untuk mengembangkan variasi
dan kualitas produk. Tabel dibawah menunjukkan hasil bahwa bambu merupakan hasil hutan
terbanyak yang diproduksi pada tahun 2021 menurut data terbatu BPS.

C. Faktor Kunci Keberhasilan


● Produk mampu bersaing dengan mempertahankan keunikan, variasi, dan kualitas
● Keuletan, konsistensi, inovasi, dan kreativitas dalam mengembangkan produk
● Memanfaatkan usaha untuk lapangan kerja bagi SDM
● Mempunyai target
● Pelayanan, pemasaran, harga, dan strategi marketing
Faktor kunci keberhasilan dan kaitannya dengan produk, akan diperkenalkan
inovasi dan kualitas produk. Dari sisi price akan diperkenalkan cara menentukan harga
jual yang dapat bersaing. Dari sisi place dan promotion akan dirancang web sebagai
media pemasaran produk, sehingga diharapkan produk kerajinan anyaman bambu akan
dapat dipasarkan dengan jangkauan segmen dan target yang lebih luas, tidak hanya lokal
namun juga bisa dikenal dan dipasarkan di luar negeri. Perancangan pemasaran berbasis
web merupakan upaya mengembangkan kerajinan budaya lokal dengan pemasaran yang
inovatif dan modern sehingga dapat membantu meraih keuntungan pasar dan memperluas
pasar ekspor. Mitra perajin dalam kegiatan pemasaran yang ditawarkan sebaiknya
mendapat pendampingan tentang inovasi produk dan kualitas produk, pendampingan
tentang cara menentukan harga jual yang dapat bersaing dan pendampingan tentang
promosi berbasis web sebagai media pemasaran produk serta pendampingan pemahaman
strategi pemasaran untuk memperluas pasar ekspor.

D. Bambu Fit Industri


Bambu yang dijadikan furniture untuk pasar ekspor maupun pengiriman antar
kota menggunakan system bongkar pasang atau Ready To Assemble agar menghemat
ruang dan memudahkan proses pengiriman. Banyak produk furniture yang menggunakan
ini karena cook dan memudahkan baik itu kepada pelanggan maupun penjual. Biasanya,
furniture dikemas dalam kardus yang sudah berisi buku petunjuk perakitan sehingga
pelanggan bisa membawa pulang furniture dalam kotak, membayar jasa perakitan,
maupun pengiriman. Produk ini juga menguntungkan karena penjual mendapat biaya
tambahan dari jasa perakitan, rencana bisnis ini memiliki pengalaman yang benar di pasar
furniture ini karena menang bersaing dengan pabrikan produksi tinggi.
Lain halnya dengan kerajinan bambu, produk kerajinan dapat langsung digunakan
tanpa harus dibongkar pasang atau Ready To Use, produk ini dapat langsung digunakan
karena kerajinan yang dipasarkan yaitu kerajinan yang bukan volume besar seperti kotak
tissue. Produk ini memudahkan pelanggan karena efisien jika tidak punya l waktu lebih
untuk menghias ruangan atau rumah, hanya tinggal digunakan pada tempat yang
seharusnya sesuai keinginan. Namun, produk kerajinan bambu juga harus mampu
memproduksi dengan kualitas tinggi dengan harga yang relatif terjangkau jika ingin
bersaing dengan pasar produk bongkar pasang
BAB II
PRODUK, LAYANAN PROSES

A. Deskripsi Produk
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bambu merupakan komoditas yang paling
banyak diproduksi yaitu 17,1 miliar batang pada 2019. Saat ini, fungsi dan bentuk
kerajinan bambu semakin dibuat lebih modern dan variatif namun tidak menghilangkan
nilai keunikan dan sifat alami pada kerajinan bambu tersebut. Sebagai salah satu
contohnya yaitu tempat tisu dari anyaman bambu yang kekinian. Tempat tisu dari
anyaman bambu kekinian menggunakan bahan utama dari jenis bambu Jawa atau bambu
apus karena jenis bambu tersebut tidak mudah rusak apabila mengalami penyusutan
(Murti 2017). Tempat tisu akan dibuat dengan ukuran panjang 19 cm, lebar 4 cm, tinggi
13 cm. Warna yang akan digunakan pada tempat tisu merupakan warna cream, coklat dan
merah. Tempat tisu yang kami buat memiliki keunggulan bisa dilipat dengan tujuan untuk
memudahkan jika akan dibawa saat bepergian.
B. Uraian Layanan
Produk tempat tisu dari anyaman bambu dikemas menjadi produk langsung jadi
tanpa harus melakukan perakitan. Terdapat beberapa katalog yang akan menunjukan
bagian dari anyaman bambu serta kemanfaatannya. Jaminan uang kembali jika terdapat
produk yang cacat dengan syarat terdapat video unboxing yang menyatakan kerusakan
pada produk sebagai upaya membangun kepercayaan antara produsen dan konsumen.
Kami juga menyediakan call center untuk pelanggan jika mendapati kerusakan yang
cukup parah pada produk dan admin sosial media yang berperilaku tidak sopan sebagai
sarana cepat tanggap.
C. Proses Pembuatan
Proses pembuatan tempat tisu dari anyaman bambu dimulai dengan
mempersiapkan alat dan bahan. Kemudian proses pemilihan bambu, pemotongan bambu,
pembersihan bambu, proses pengeringan, pengawetan dan penganyaman.
Proses Pemilihan Bahan Bambu
Bambu yang digunakan adalah bambu Jawa atau bambu apus karena memiliki
kualitas baik dan tidak mudah rusak apabila mengalami penyusutan. Selain bambu apus
juga digunakan bambu lain yaitu bambu ori sebagai pengganti bila kekurangan bambu
apus, jadi memanfaatkan potensi alam yang ada disekitar.
Proses pemotongan
Setelah mendapatkan bahan baku berupa bambu apus, selanjutnya dilakukan
proses pemotongan menggunakan mesin serkel menjadi beberapa bagian.
Proses Pembersihan
Proses pembersihan dapat dilakukan dengan boding untuk membelah bambu
menjadi 2 setelah itu diraut dengan pisau raut untuk menghilangkan seratnya.
Proses Pengeringan
Proses pengeringan langsung dijemur di sinar matahari langsung tidak perlu
menggunakan alat pengering. Faktor musim sangat mempengaruhi proses pengeringan
yang hanya mengandalkan sinar matahari. Waktu yang diperlukan dalam pengeringan
biasanya 1 hari sampai 3 hari tergantung pada cuaca.
Proses pewarnaan
Proses pewarnaan dilakukan dengan merebus bahan ke dalam larutan yang telah
dicampur dengan pewarna sintetis wenter (Sumbo). Perbandingan air dengan pewarna
disesuaikan dengan kebutuhan warna yang diinginkan. Setelah campuran mendidih,
bahan dibasahi terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam tempat perebusan.
Selama 15 menit, bahan tersebut direbus dan diaduk-aduk, kemudian tempat perebusan
diangkat dan didinginkan bersama bahan selama 12 jam. Setelah didinginkan bahan dapat
diangkat dan dipisahkan kemudian dicuci air bersih dan dijemur hingga kering.
Pemutihan bahan pada umumnya menggunakan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen
peroksida dicampurkan dengan air bersih ke dalam wadah kemudian diaduk sampai rata
lalu memasukkan lembaran bambu, direndam selama 24 jam. Setelah itu diangkat dan
dibersihkan kemudian dijemur kembali hingga kering dan siap untuk dianyam.
Proses Pengawetan
Proses pengawetan dilakukan agar bahan tidak cepat rusak oleh jamur dan rayap.
Bahan pengawet yang dipakai yaitu menggunakan H202 dan impra.Prosesnya direndam
kedalam larutan H202 yang dicampurkan dalam air sedangkan impra prosesnya di bagian
finishing.
Proses Penganyaman
Bahan-bahan baku yang sudah siap dan melalui beberapa proses, pengeringan
hingga pengawetan diseleksi dan dikumpulkan, kemudian diproses setengah jadi. Setelah
bahan setengah jadi siap melalui proses pengayaman .Bahan-bahan yang sudah disiapkan
kemudian dianyam untuk menghasilkan bentuk anyaman yang sesuai dengan jenis
produk yang dihasilkan.
BAB III
RENCANA PEMASARAN

A. Ukuran dan Tren Pasar


Bahan bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain
batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan ringan.
Selain itu harga perolehan bambu juga relatif murah. Penjualan bambu dalam bentuk
barang kerajinan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan cara penjualan
bambu secara langsung berupa batangan bambu. Hal ini dikarenakan bambu yang dibuat
dalam berbagai bentuk barang kerajinan seperti bangku, meja, tirai dan lain sebagainya,
dapat dijual dengan nilai margin yang jauh lebih besar dibandingkan tanpa dibentuk
dalam barang kerajinan. Perkembangan pasar furniture dari bambu di Indonesia cukup
positif. Banyak perusahaan dan merek furniture yang mulai menyediakan produk
furniture dari bambu yang berkualitas dan memiliki desain yang menarik. Ini
mencerminkan adanya minat yang tinggi dari masyarakat Indonesia terhadap produk
furniture yang ramah lingkungan dan berkualitas. Furniture dari bambu juga sering
dipromosikan sebagai alternatif yang lebih baik dari furniture dari kayu tropis yang
terancam punah.
Kotak tisu dari bambu menjadi bahan yang semakin populer untuk furniture
karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Ramah lingkungan: kotak tisu yang di buat dengan menggunakan bambu lebih
ramah lingkungan. Hal ini di sebabkan bambu dapat tumbuh dengan cepat dan
membutuhkan sedikit bahan kimia dan air dalam proses pembudidayaannya,
2. Tahan lama: Bambu memiliki kekuatan dan kekerasan yang hampir sama
dengan kayu, sehingga membuat kotak tisue dari bambu sangat tahan lama.
Selain itu juga dilakukan proses pengawetan pada produk kotak tisue sehingga
tidak cepat rusak oleh serangan jamur dan serangga
3. Ringan: kotak tisue dari bambu lebih ringan dibandingkan dari bahan lain,
sehingga mudah untuk dipindahkan dan dalam hal manufaktur, membutuhkan
biaya lebih sedikit.
4. Versatile: Bambu memiliki tekstur yang halus dan memiliki banyak variasi
warna, sehingga membuat kotak tisue dari bambu memiliki tampilan yang
elegan dan mudah dikombinasikan dengan berbagai gaya interior.
5. Ekonomis: Bambu lebih murah daripada bahan lain, sehingga membuat kotak
tisue dari bambu lebih terjangkau bagi banyak orang.
6. desain simple, minimalis dan elegan merupakan pilihan yang sedang marak di
pasar
B. Analisis Pesaing
Posisi pasar produk kotak tisu dari bambu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti kualitas produk, harga, desain, dan inovasi. Secara umum, bambu menjadi pilihan
populer bagi konsumen yang mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dan
sustainabilitas. Pasar bambu di Indonesia terus berkembang dan menjadi lebih populer.
Banyak produsen dan merek bambu yang muncul dan memasuki pasar, dan ini
menunjukkan tren positif untuk produk bambu. Namun, meskipun populer, produk kotak
tisue dari bambu masih memiliki pesaing dari bahan lain seperti kayu, plastik, dan logam.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan posisi pasar produk bambu, harus memastikan
bahwa produk mereka memenuhi standar kualitas tinggi dan memiliki harga yang
kompetitif, serta inovasi desain yang unik.
C. Target pasar dan strategi penentuan
Produk kotak tisu memiliki pemasaran yang sangat luas dari berbagai prospek
yang baik di kehidupan sehari-hari, sehingga banyak pengrajin anyaman produk bambu
berkompetisi dalam persaingan di bidang usaha produk anyaman bambu. Produk dari
hasil anyaman bambu (kotak tisu) dapat digunakan sebagai peluang dalam suatu usaha,
sehingga dikatakan masih banyak pengrajin anyaman bambu yang dapat menjual produk
kotak tisu tanpa memikirkan kualitasnya yang membuat posisi pengrajin menjadi
menurun. Pemasaran anyaman bambu yang sering dilakukan pengrajin adalah menjual
beberapa produk kotak tisu ke konsumen.
Selain itu, dalam suatu keberhasilan usaha baik usaha kecil maupun besar dapat
dilihat dari bagaimana usaha tersebut mampu memasarkan produk yang dihasilkan
sehingga konsumen berminat dan melakukan pembelian. Untuk menarik minat beli
konsumen terhadap produk yang dihasilkan, maka suatu perusahaan harus mampu
memutuskan apa dan bagaimana strategi yang akan dijalankan. Strategi pemasaran
merupakan serangkaian rencana yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penentuan strategi secara tepat akan berpengaruh terhadap
keberhasilan perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran.
Perkembangan bisnis pemasaran kerajinan bambu dapat mendorong para
pengrajin bambu untuk melakukan penyesuaian. Penyesuaian inilah yang merupakan
strategi bagi home industry kerajinan bambu dalam hal untuk menjadi unggul
dibandingkan dengan pesaing yang juga menghasilkan produk kerajinan bambu. Dalam
hal produk, pemilik home industry anyaman bambu berupaya penuh untuk menghasilkan
jenis produk kerajinan bambu yang lebih variatif.
1. Pemilihan Target Pasar Yang Akurat
Salah satu sebagai pengganti suatu produk kerajinan kayu, produk kerajinan
bambu bisa dijadikan sebagai wadah target pasar kerajinan bambu di
pemasaran bisnis. Selain itu, untuk produk kerajinan bambu ialah seperti
tempat tisu yang terbuat dari kerajinan bambu yang mampu memiliki
potensial besar karena produk ini banyak dipakai di kalangan masyarakat
seperti hal nya dengan tempat makan yang menyediakan tempat tisu dari
kerajinan bambu.
2. Strategi Penentuan Posisi Pasar
Secara tidak langsung, pengembangan produk kerajinan bambu kedepannya
harus menjadikan sebagai tempat wadah bagi produk yang memiliki nilai
kualitas yang baik dan berpotensial tinggi, ramah lingkungan bagi
masyarakat, dan juga memiliki nilai harga yang relatif murah. Selain itu juga,
nilai produk ini mempunyai harga jual yang tinggi, alasannya ialah sebagai
berikut; pertama karena pertimbangan biaya, karena suatu perusahaan dapat
melakukan pengurangan biaya. Kemudian setelah itu, meningkatkan kualitas
produk dengan meningkatkan nilai investasi dengan mempertimbangkan
pengembangan dan juga dapat menonjolkan produk.
3. Penentuan Posisi
Strategi positioning didasarkan pada kualitas harga. Dalam suatu usaha akan
memposisikan tempat tisu sebagai produk yang memiliki nilai harga
berkualitas di pasar masyarakat. Kemudian, keterjangkauan produk akan
menjadi keuntungan lebih bagi suatu bisnis, yang secara tidak langsung akan
memastikan keuntungan yang secara optimal di suatu pemasaran bisnis pada
produk kerajinan bambu. Berikut merupakan beberapa penentuan posisi yang
akan dilakukan :
a. Penentuan Posisi Berdasarkan Produk
Pendekatan ini dilakukan jika produk suatu perusahaan mempunyai
kekuatan yang lebih dibandingkan dengan pesaing dan konsumen harus
merasakan benar adanya perbedaan dan manfaatnya.
b. Penentuan Posisi Berdasarkan Keuntungan
Pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan atribut apa yang dimiliki
suatu produk dan manfaat yang dirasakan oleh konsumen atas produk
tersebut.
c. Penentuan Posisi Berdasarkan Penggunaan Produk
Pendekatan ini hampir sama dengan targeting dimana lebih menekankan
pada siapa pengguna produk.
d. Penentuan Posisi Berdasarkan Pesaing
Pendekatan ini digunakan dengan membandingkan
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh pesaing.
e. Penentuan Posisi Berdasarkan Kategori Produk
Pendekatan ini digunakan untuk bersaing secara langsung dalam kategori
produk, terutama ditujukan untuk pemecahan masalah yang sering
dihadapi oleh pelanggan.
D. Bauran Pemasaran
1. Strategi Produk
Strategi produk pada kerajinan bambu dapat menghasilkan lini produk
anyaman bambu berkualitas sedang yang konsisten dengan kemampuan desain
pabrik. Produk tempat tisu berbahan bambu merupakan produk yang ditujukan
sebagai kerajinan yang estetik serta memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi
penggunanya, dengan keunggulan berupa bahan baku yang ramah lingkungan dan
lestari, serta tahan lama dan memiliki nilai ekonomis.
Dalam hal pemasaran, kondisi yang dianggap sulit ialah mempertahankan
konsumen untuk selalu menggunakan produk unggul. Selain itu, dengan adanya
loyalitas bagi pelanggan dan menjaga ketersediaan serta konsistensi kualitas pada
produk kerajinan bambu khususnya kotak tisu yang dibuat dari anyaman bambu.
Penerapan strategi pemasaran yang tepat dibutuhkan untuk meningkatkan
penjualan produk di pasar.
Selain itu, untuk desain khusus produk kami juga memungkinkan kotak
tisu untuk dapat diletakkan dimanapun, sehingga pengguna dapat menggunakan
tisu dengan tampilan yang indah. Produk tempat tisu menggunakan bambu
sebagai bahan baku utama, sehingga dapat disebut sebagai produk dari bambu.
Produk kami juga termasuk dalam kategori produk kerajinan, dengan
memanfaatkan bambu yang dibentuk sesuai rancangan khusus agar menjadi
tempat tisu yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Selain itu, keunggulan tempat tisu adalah penggunaan bahan baku yang
berbeda, ramah lingkungan, dan terbarukan sehingga membuatnya unik
dibandingkan produk tempat tisu pada umumnya. Untuk itu, dalam hal
mengetahui lebih lanjut bagaimana tren produk kotak tisu yang dibuat dari
anyaman bambu yang terdapat di pasaran dapat melakukan pendekatan
menggunakan sistem SWOT dengan pengambilan teknik sampel melalui
kuesioener pada produk tempat tisu. Swot ialah analisis internal pada suatu usaha
yang meluputi; Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oppoturnities
(Kesempatan), dan Threats (ancaman). Dalam hal ini, analisis ini bertujuan untuk
dapat mengetahui besarnya peningkatan pada produk kotak tisu dan kualitas
produk yang diinginkan konsumen.
2. Strategi Harga
Sebagai produk kerajinan, persaingan yang akan timbul dalam pemasaran
tempat tisu adalah dengan produk-produk tempat tisu berbahan dasar plastik dan
dengan produk-produk kerajinan terutama yang berbahan dasar bambu. Penentuan
harga sangat berpengaruh pada penjualan, harga kotak tisu yang kami produksi
memiliki nilai harga yang terjangkau relatif murah. Produk yang akan kami jual
akan memiliki harga lebih murah. Hal tersebut dapat ditinjau dari bahan baku
yang digunakan berupa bambu dan model yang kami gunakan cukup simpel
namun kekinian. Satu batang bambu dengan harga Rp10.000,- dapat
menghasilkan 20-25 unit kerajinan bambu. Pewarna yang digunakan seberat 10
gram untuk 1 batang bambu dengan harga Rp6.500,-. Untuk harga yang akan
kami jual berkisar antara Rp25.000/pcs yang pas di kantong semua kalangan.
Tetapi jika penjualan dalam jumlah besar seperti mendistribusikan ke toko-toko
besar dapat dengan harga yang lebih rendah lagi yaitu Rp20.000/50pcs.

Tabel 1. Produk Kotak Tisu

Produk Harga Satuan Harga Pasaran /pcs Harga Pasaran/pcs


Anyaman (semua kalangan) (Pasar Swadaya
Bambu Masyarakat)

Kotak Tisu Rp. 10.000 Rp. 25.000/pcs Rp. 20.000 -


50.000/pcs

3. Strategi Promosi
Marketing yang digunakan adalah B2C (business to consumer) yaitu
penjualan produk secara langsung dari bisnis ke konsumen yang merupakan end
user (pengguna akhir). Promosi produk kerajinan bambu, memanfaatkan
teknologi internet guna menjangkau peluang pasar yang lebih luas. Melalui blog,
website, atau situs jejaring sosial, dapat menginformasikan produk-produk buatan
kepada masyarakat luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Promosi dan
pemasaran di online shop dilakukan dengan aplikasi shopee, lazada dan
tokopedia. Serta dapat dilakukan pemesanan secara online melalui sosial media
seperti Instagram, facebook dan tiktok yang disertai dengan penjelasan produk
seperti macam-macam kerajinan yang dijual, keterangan harga, review produk
dan alamat produksi produk.
Promosi juga dilakukan dengan metode pintu ke pintu dimana melakukan
promosi kerajinan bambu kepada konsumen serta dapat berinteraksi secara
langsung dengan konsumen untuk menimbulkan penjualan. Dengan promosi
seperti ini juga dapat mengetahui minat dan antusias konsumen dan sekaligus
dapat mengetahui reaksi yang timbul secara langsung dari konsumen sehingga
dapat memberikan timbal balik dengan segera. Selain itu dengan mengikuti
pameran seperti, Bogor Creative Crafter, Fortex, Bamboo Expo. Dengan promosi
kerajinan bambu tersebut konsumen dapat melihat produk secara langsung dan
kita dapat memberikan penjelasan produk serta keunggulan produk secara
langsung.
4. Strategi Distribusi
Strategi distribusi yang dapat dilakukan dalam pemasaran kerajinan bambu
seperti :
a. Distribusi secara langsung dimana langsung mengirimkan atau menjual
produk kerajinan bambu ke konsumen dan dapat melakukan metode
dengan situs seperti shopee, lazada dan tokopedia dimana dapat
melakukan pembelian secara online.
b. Distribusi tidak langsung, pemasaran melalui suatu perantara atau
penyalur yang mempromosikan, bekerja sama dengan Hasta Karya Art
Shop, Gerai Nusantara dan Wisata Cinderamata. Bekerja sama dengan
toko kerajinan yang sudah besar dapat membuka peluang perkembangan
bisnis yang lebih luas.
Lebih lanjut, ketika produk kerajinan bambu ini sudah dikenali luas oleh
masyarakat, kami berencana untuk memiliki toko sendiri di mall-mall besar Kota
Bogor yang menjual kerajinan berbahan dasar alami dan memiliki nilai seni
tinggi.
5. Strategi Penjualan
Strategi penjualan dilakukan dengan melakukan promosi yang merata
kepada target pasar kerajinan bambu baik laki-laki, perempuan, remaja serta
orang dewasa mendapatkan informasi terkait produk yang dipasarkan. Melakukan
perbandingan harga dengan pesaing membuat produk lebih menarik.
Mengupayakan langkah yang tepat untuk menjangkau konsumen dengan baik,
dengan tujuan konsumen membeli produk kerajinan tangan menggunakan sosial
media sebagai perantara dengan penjual seperti membuat katalog dengan
memasukkan contoh maupun model produk yang dijual dengan mencantumkan
deskripsi produk, keunggulan produk, keterangan harga, serta review produk dan
menggunakan hasil foto kerajinan bambu yang bagus serta maksimal. Dalam
pembuatan katalog menggunakan foto yang maksimal supaya menarik minat
konsumen untuk membeli produk kerajinan bambu. Membuat giveaway atau
diskon. Memberikan giveaway dengan syarat memfollow akun bisnis kerajinan
bambu terlebih dahulu, serta memudahkan dalam pemasaran agar masyarakat
“aware” dengan bisnis kerajinan bambu. Dengan memberikan potongan dari
jumlah harga barang akan menarik minat masyarakat juga. Serta menjalin
hubungan yang baik dengan konsumen pelayanan merupakan hal utama yang
membuat pembeli merasa nyaman, maka dari itu dalam penjualan secara langsung
atau menggunakan online shop harus memiliki attitude yang baik terhadap
pembeli.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai