Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

INDUSTRI DAN SOSIOLOGI INDUSTRI

Tujuan:

Setelah membaca Bab I ini mahasiswa mampu:

1. Mengerti apa yang dimaksud dengan industri


2. Bisa menunjukkan jenis-jenis industri
3. Menjelaskan sebab-sebab munculnya revolusi industri
4. Menjelaskan arti dan bidang yang dipelajari sosiologi industri
5. Menjelaskan metode sosiologi industri
6. Menjelaskan arti penting mempelajari sosiologi industri

I.1. Pengertian Industri

Dalam penjelasannya tentang masyarakat sejumlah ahli sosiologi, seperti Marx,


Durkheim dan Weber menjelaskannya dari sisi perkembangan masyarakat dari satu
tahap ke tahap berikutnya (Royse, 2015). Nolan dan Lenski menjelaskan
perkembangan masyarakat dari mata pencahariannya. Masyarakat menurut Nolan dan
Lenski berkembang dari tahap masyarakat primitif, tahap masyarakat agraris, dan tahap
masyarakat industri (Nolan dan Lenski, 2009). Masyarakat disebut telah mencapai tahap
masyarakat industri kalau sebagian besar pendapatan masyarakatnya berasal dari
kegiatan industri. Negara-negara barat seperti Inggris, Jerman, Belanda, Amerika
Serikat dan Australia serta negara-negara Asia seperti Korea dan Jepang yang kaya dan
sejahtera, masyarakatnya menggantungkan sumber pendapatannya dari kegiatan
industri. Negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia, Filipina, India dan
Pakistan dalam usaha mensejahterakan masyarakatnya berusaha untuk membangun
industrinya. Kemajuan industri telah menjadi cita-cita banyak negara.

Apa yang dimaksud dengan industri? Pada umumnya orang memahami industri
dengan menunjuk pada pabrik yang memproduksi barang dalam jumlah yang besar
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Industri adalah kegiatan untuk
2

memproses bahan mentah menjadi barang jadi. Tetapi industri juga bisa dimengerti
dalam pengertian yang lebih luas yang bisa mencakup semua kegiatan yang mengubah
atau mentransformasi hasil penelitian menjadi produk dan layanan atau jasa yang baru.
Definisi yang luas ini dapat ditelusuri dari kata industri yang bahasa Inggrisnya
“industri”. Kata Inggris ini berasal dari bahasa Perancis “industrie” atau Latin
“industria”, yang artinya bekerja keras (Oxford English Dictionary).

Menurut Jeannete Nolen (Encylopedia Britannica) industri adalah suatu


kelompok usaha atau organisasi produksi yang menghasilkan atau menyediakan barang,
jasa, atau sumber pendapatan. Dalam ilmu ekonomi, biasanya industri dibagi menjadi
industri primer, industri sekunder dan industri tersier. Industri juga diklasifikasi menjadi
industri berat dan industri ringan https://www.britannica.com/technology/industri.

Di Indonesia, menurut Undang-undang Perindustrian No. 3 Tahun 2014 yang


dimaksud dengan industri “adalah segala bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk industri jasa.”
Pengertian industri sebagaimana dimaksud dengan undang-undang ini nampak lebih
sempit daripada pengertian industri tersebut di atas. Meskipun demikian pembicaraan
tentang industri di Indonesia juga lebih luas pengertiannya daripada yang dimaksud oleh
UU No. 3 tahun 2014. Misalnya kita terbiasa mendengar istilah industri perbankan,
industri pariwisata atau industri jasa.

Dalam tulisan ini penulis mendefinisikan industri sebagai “segala bentuk


kegiatan ekonomi yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang nilainya lebih
tinggi secara ekonomis dan/atau kegiatan yang menghasilkan jasa yang bernilai
ekonomis, yang dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jumlah yang relatif besar”.
Definisi tersebut perlu penjelasan lebih lanjut. Kegiatan ekonomi yang mengubah bahan
baku menjadi barang jadi meskipun bernilai ekonomis tinggi tidak bisa disebut sebagai
kegiatan industri kalau kegiatan tersebut hanya dilakukan sekali saja. Misalnya seorang
ibu rumah tangga yang pada hari raya Natal atau Iedul Fitri membuat kue atau kukis
tidak bisa disebut sebagai kegiatan industri karena hanya dilakukan sekali saja (tidak
berulang-ulang setiap hari). Demikian juga, seorang yang mampu membuat meja atau
kursi dari bahan kayu tidak bisa dikatakan sebagai kegiatan industri kalau meja atau
kursi tersebut hanya dibuat sekali saja dan hanya digunakan sendiri. Dalam definisi
3

tersebut juga terkandung pengertian bahwa kegiatan ekonomi tersebut bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Jadi kalau seorang ibu membuat kukis dalam jumlah yang
banyak tetapi dengan tujuan untuk dibagi-bagikan kepada saudara-saudara atau
tetangganya, atau untuk pesta, maka kegiatan tersebut tidak bisa disebut sebagai
kegiatan industri.

I.2. Klasifikasi Industri

Bagi pemerintah atau dunia usaha (para pengusaha), untuk memudahkan


pembinaan, pengembangan dan pendataannya, perlu dilakukan klasifikasi pada berbagai
kegiatan industri. Ada beberapa jenis industri berdasarkan klasifikasinya. Berikut ini
adalah jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasinya https://www.britannica
.com/technology/industry.

I.2.1. Berdasarkan produk yang dihasilkan

Usaha industri pada akhirnya akan menghasilkan berbagai macam barang yang
bisa diambil manfaatnya atau dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan produk yang
dihasilkan dalam kegiatan industri, industri diklasifikasikan menjadi beberapa macam,
yakni:

a. Industri primer

Industri primer meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan.


Industri primer dibagi lagi menjadi industri genetik dan industri ekstraktif. Industri
genetik adalah industri yang memproduksi bahan baku yang dalam proses produksinya
ditingkatkan dengan campur tangan manusia. Industri genetik meliputi pertanian,
kehutanan, peternakan dan perikanan. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya yang
bisa diperbarui atau ditingkatkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Industri ekstraktif adalah industri yang menghasilkan bahan baku yang bisa
habis karena tidak bisa diperbanyak dengan campur tangan manusia. Industri ekstraktif
meliputi industri pertambangan, penggalian batu-batuan, dan bahan bakar mineral
seperti minyak bumi.

Industri primer banyak mendominasi perekonomian negara-negara yang


terbelakang atau sedang berkembang. Namun demikian, dengan adanya pembangunan
4

ekonomi, industri primer akan digantikan dengan industri sekunder dan tersier. Industri
primer meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Industri primer
dibagi lagi menjadi industri genetik dan industri ekstraktif. Industri genetik adalah
industri yang memproduksi bahan baku yang dalam proses produksinya ditingkatkan
dengan campur tangan manusia. Industri ekstraktif adalah industri yang menghasilkan
bahan baku yang bisa habis tkarena tidak bisa diperbanyak dengan campur tangan
manusia. Industri genetik meliputi pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Sumberdaya ini merupakan sumberdaya yang bisa diperbarui atau ditingkatkan dengan
menggunakan ilm pengetahuan dan teknologi. Industri ekstraktif meliputi industri
pertambangan, penggalian batu-batuan, dan bahan bakar mineral seperti minyak bumi.

b. Industri sekunder

Industri sekunder juga sering dinamakan industri manufaktur. Industri sekunder


menggunakan bahan baku yang disediakan oleh industri primer dan memprosesnya
menjadi barang-barang konsumsi. Industri primer juga bisa memproses barang-barang
yang dihasilkan oleh industri sekunder lain. Industri sekunder juga bisa memproduksi
barang-barang modal yang digunakan untuk memproduksi barang-barang konsumen
dan nonkonsumen. Yang juga termasuk dalam industri sekunder adalah industri yang
menghasilkan energy seperti industri pembangkit listrik tenaga air mmaupun industri
konstruksi.

Industri sekunder bisa dibagi menjadi industri berat atau skala besar dan industri
ringan atau skala kecil. Industri skala besar atau industri berat umumnya membutuhkan
modal yang besar untuk membangun pabrik dan membeli memsin-mesin serta
mmelayani kebitihan pasar yang besr dan beragam termasuk juga industri manufaktur
yang lain. Industri skala besar memiliki organisasi industri yang kompleks dan sering
membutuhkan tenaga kerja spesialis yang berkerahlian tinggi dan menghasilkan nilai
produk yang sangat besar. Contoh industri skala besar adalah industri penyulingan
minyak, industri besi dan baja, pabrik kendaraan bermotor dan industri mesin berat.
pabrik semen, dsb.

Industri ringan atau skala kecil mungkin memproduksi produk yang tidak awet
atau tidak bertahan lama dan modal yang dibutuhkan lebih kecil untuk membangun
pabrik maupun peralatan mesinnya. Industri ringan atau skala kecil juga bisa
5

memproduksi barang-barang yang sifatnya tidak standard seperti industri kerajinan.


Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi seperti dalam
pabrik tekstiel dan pakaian jadi, atau pemrosesan makanan, dan pabrik plastik. Ada juga
indstri ringan yang tenaga kerjanya membutuhkan keahlian yang tinggi seperti pabrik
elektronik dan perangkat keras komputer, dan industri kerajinan.

c. Industri Tersier

Industri tersier juga sering disebut dengan industri jasa. Industri ini tidak
menghasilkan barang-barang yang dapat dilihat karena yang dihasilkan adalah jasa atau
hasil-hasil lain yang tidak nampak (intangible) atau menghasilkan kekayaan. Yang
termasuk dalam industri tersier atau industri jasa adalah seperti perbankan, keuangan,
asuransi, investasi dan layanan real estate, pergudangan, penjualan eceran (retail),
kemudian jasa transprtasi, informasi dan komunikasi; jasa professional, hukum dan jasa
personal (dokter); pendidikan dan pengajaran; dan kesehatan, kesejahteraan sosial,
admisnistrasi, kepolisian, keamanan, dan jasa pertahanan.

I.2.2. Berdasarkan Jumlah Pekerjanya

Sektor industri merupakan bidang yang membutuhkan banyak tenaga kerja,


karena merupakan pengolahan. Hal ini membuat sektor industri membutuhkan banyak
tenaga kerja. Berdasarkan tanaga kerja, industri diklasifikasikan menjadi beberapa
macam, yakni:

a. Industri rumah tangga

Yang pertama adalah industri rumah tangga. Sektor industri rumah tangga
merupakan industri yang kecil skala atau jangkauannya. Ciri-ciri industi rumah tangga
antara lain adalah:

1) Mempunyai tenaga kerja maksimal 4 orang


2) Memiliki modal yang terbatas
3) Tenaga kerja berasal dari keluarga
4) Pemilik atau pengelola industri adalah kepala keluarga
6

Itulah beberapa ciri dari industri rumah tangga. Industri rumah tangga ini biasanya
melakukan kegiatan produksinya di rumah atau di dekat rumah. Contoh industri rumah
tangga ini diantaranya adalah industri tahu atau tempe, serta berbagai makanan ringah
yang berskala kecil.

b. Industri kecil

Industri kecil merupakan industri yang lebih besar daripada industri rumah
tangga. Industri ini mempunyai beberapa ciri antara lain sebagai berikut:

1) Mempunyai tenaga kerja yang berjumlah antara 5 hingga 19 orang


2) Modal yang dibutuhkan relatif kecil
3) Tanaga kerja yang terlibat berasal dari lingkungan sekitar rumah atau masih ada
hubungan kerabat

Itulah beberapa ciri dari industri kecil. Contoh- contoh dari industri kecil ini adalah
industri pembuatan genteng, industri keramik, industri batu bata maupun industri
pengolahan rotan. Di Desa Pulutan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dan di Desa
Kasongan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta terdapat industri keramik yang dilakukan
oleh rumahtangga-rumahtangga desa. Keramik hasil produksi Kasongan banyak yang
diekspor ke luar negeri seperti Eropa, Australia dan Amerika Latin.

c. Industri sedang

Industri sedang adalah industri yang peranannya cukup besar bagi perekonomian
suatu wilayah atau daerah. Industri sedang ini mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:

1) Tenaga kerja yang digunakan sekitar 20 hingga 99 orang


2) Modal yang digunakan cukup besar
3) Tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai keterampilan tertentu
4) Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan menajerial tertentu

Itulah beberapa ciri yang dimiliki industri sedang. Beberapa contoh industri ini antara
lain industri konveksi (pakaian), industri perikanan, dan lain sebagainya. Di Kota
Bitung, Sulawesi Utara banyak terdapat industri perikanan yang hasil produksinya di
jual di dalam negeri dan diekspor ke luar negeri.
7

d. Industri besar

Industri besar adalah industri yang peranannya besar bagi perekonomian suatu
wilayah atau daerah. Industri sedang ini mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:

1) Tenaga kerja yang digunakan sekitar lebih dari 99 orang


2) Modal yang digunakan sangat besar
3) Tenaga kerja yang dibutuhkan mempunyai keterampilan tertentu
4) Pimpinan perusahaan adalah orang yang terampil dalam bidang manajerial
tertentu

Itulah beberapa ciri yang dimiliki industri besar. Beberapa contoh industri ini antara lain
industri pembuatan mesin serta alat-alat berat. Di Kota Bekasi, Jawa Barat dan di Kota
Tangerang, Banten banyak terdapat industri besar yang memproduksi sepatu, ban,
mobil, dsb.

Klasifikasi industri tersebut di atas mamsih bisa ditambah. Klasifikasi mana


yang dianggap penting saangat tergantung pada kebutuhan. Misalnya bagi Departemen
Tenaga Kerja atau Dinas Tenaga Kerja yang berkepentingan dengan masalah
penyediaan lapangan kerja dan usaha perlindungan terhadap para pekerja, klasifikasi
industri berdasakan jumlah pekerja akan dianggap sebagai hal yang lebih penting dari
pada klasifikasi industri berdasarkan bahan baku. Bagi badan perencana pembangunan
semua klasifikasi industri dianggap sama penting.

Masyarakat di negara-negara yang sudah maju industri non-ekstraktif dan


industri tersiernya sangat berkembang. Sedangkan dalam masyarakat negara yang
sedang berkembang atau terbelakang, industri ekstraktifnya sangat dominan. Negara-
negara yang sedang berkembang yang induustri ekstraktifnya dominan hasil industrinya
diekspor ke negara-negara yang sudah maju. Seperti dulu Indonesia banyak mengekspor
pasir besi, bijih bauksit, kopra atau ikan mentah. Ini menandakan bahwa Indonesia
masih belum maju dan berkembang industrinya. Pada akhir-akhir ini larangan oleh
pemerintah bagi perusahaan untuk mengekspor bahan mentah yang diambil langusng
dari alam lewat industri ekstraktif merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan
industri non-ekstraktif. Misalnya, Indonesia mengharuskan perusahaan tambang untuk
mengolah bijih bauksit dan emasnya di dalam negeri. Hal ini memaksa perusahaan-
8

perusahaan tambang untuk membangun smelter untuk melebur bijih bauksit, besi dan
emas. Industri non-ekstratif membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak daripada
industri non-ekstraktif. Disamping itu, industri non-ekstraktif juga memerlukan tenaga
kerja yang lebihh tinggi penguasaan pengetahuan dan keahlian teknologinya. Tanpa ada
larangan tersebut maka Indonesia akan terus-menerus menjadi negara yang penguasaan
tehnologinya.

I.3. Revolusi Industri

Dalam sejarah perkembangan masyarakat kegiatan industri tidak muncul begitu


saja. Munculnya industri yang meluas dalam pengertian sempit (memproses bahan baku
menjadi barang jadi) mulai muncul dan berkembang di Eropa Barat, yaitu di Inggris.
Menurut Nolan dan Lenski (2008) ada tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya
revolusi industri.

Pertama adalah akumulasi atau bertambah banyaknya informasi atau


pengetahuan pada akhir zaman agraris di Eropa. Informasi atau pengetahuan ini menjadi
dasar bagi penemuan baru atau inovasi teknologi. Teknologi adalah peralatan atau resep
(rancangan) yang dibuat atas dasar informasi atau pengetahuan dan ditujukan untuk
memecahkan persoalan praktis dalam hidup manusia. Teknologi yang dimaksud pada
saat itu adalah di bidang tambang, pengolahan logam, kompas (penunjuk arah), mesin
uap, listrik, dsb.

Kedua adalah kemajuan di bidang tranportasi air (laut) dan penemuan dunia baru
(benua lain selain Eropa, Asia dan Afrika). Sebelum penemuan kompas, perjalanan jauh
di laut di luar jangkauan pandangan mata dianggap merupakan tindakan yang sangat
berbahaya. Karena itu, sebelum ada kompas perjalanan laut hanya sampai jarak dekat
saja, misalnya berlayar di Selat Inggris atau berlayar hingga Laut Tengah atau Laut
Mediterania untuk kepenntingan berdagang. Pada saat itu pusat perekonomian dunia ada
di wilayah Timur Tengah. Penemuan ruder (alat membelokkan kapal) dan kemajuan
teknologi dalam pembuatan kapal yang besar yang mudah dikemudikan dan lebih aman
dalam mengatasi ombak besar di laut. Dengan menggunakan kapal besar yang aman dan
mudah dikendalikan disertai dengan penggunaan kompas, memungkinkan pelayaran
yang sangat jauh dan berhari-hari. Dalam pelayarannya para pelaut Eropa bisa
menemukan jalan perdagangan ke India dan Cina. Dan pada saat itulah para pedagang
9

Eropa mengalahkan para pedagaang dari Timur Tengah. Dalam pelayaran kemudian
Columbus mendarat di Benua Amerika (yang biasa disebut Dunia Baru). Penguasaan
terhadap wilayah baru tersebut disertai dengan pengangkutan dalam jumlah besar
kekayaan berupa emas dan perak ke Eropa. Akibat masuknya kekayaan tersebut mulai
berkembang ekonomi berdasarkan uang sebagai alat tukar dan disertai dengan
berkurangnya praktik barter. Praktik barter tidak mendukung perkembangan ekonomi
karena pertukaran barang kurang fleksibel, arus barang dari tempat yang melimpah ke
wilayah yang kekurangan sangat sedikit. Dengan barter sangat sulit untuk menentukan
bidang produksi apa yang menguntungkan, sangat sulit untuk menghitung untung rugi
dari kegiatan ekonomi.

Penggunaan uang dalam kegiatan ekonomi sangat penting bagi perkembangan


ekonomi dan membuka kemungkinan inovasi teknologi baru. Dalam masyarakat yang
perkembangan teknologinya terhambat dan tidak adanya sistem penghitungan uang
(akuntansi) orang yang memiliki uang enggan untuk melakukan investasi dalam
kegiatan ekonomi baru karena hasilnya tidak menentu. Dengan digunakannya uang
maka akan lebih mudah untuk membuat perhitungan untung dan rugi dalam memulai
kegiatan usaha yang produktif dan menguntungkan. Masuknya banyak emas, perak dan
uang di Eropa menyebabkan inflasi. Pada saat itu yang mengalami kemunduran secara
ekonomi adalah para penguasa dan bangsawan yang memiliki tanah. Sementara para
pedagang yang memiliki banyak uang akan mendukung dengan uangnya bagi usaha-
usaha penemuan teknologi baru yang bisa meningkatkan efisiensi kerja manusia dan
mesin. Kenaikan harga barang-barang mendorong para pedagang kaya untuk
mengembangkan usahanya. Disamping itu, wilayah-wilayah jajahan yang luas menjadi
tempat untuk mendapatkan sumber bahan mentah dan sekaligus sebagai pasar yang luas
bagi produk Eropa.

Ketiga adalah percetakan dan penyebaran informasi. Penemuan mesin cetak


oleh Gutenberg merupakan inovasi teknologi yang besar sekali pengaruhnya bagi
kemajuan. Mesin cetak memungkinkan tulisan atau buku yang memuat informasi dan
pengetahuan dicetak dalam jumlah yang besar dan disebarkan secara meluas. Informasi
dan pengetahuan itu sendiri akan mendorong inovasi-inovasi lain yang berguna.
Informasi dan pengetahuan yang rasional akan memudahkan hilangnya cara berpikir
tradisional yang menghambat kemajuan. Sebagai contoh, di biara-biara Eropa pada abad
10

Pertengahan untuk menghasilkan satu kopi kitab suci (Injil) dibutuhkan waktu 10
hingga15 tahun. Di antara tulisan-tulisan ilmiah yang disebarkan secara meluas berkat
adanya mesin cetak adalah hasil karya Copernicus dan Galileo. Salah satu faktor
keberhasilan gerakan Protestanisme adalah banyaknya kitab suci yang berhasil dicetak
dan bisa dibaca oleh orang biasa (bukan pastor atau pendeta). Tanpa penemuan mesin
cetak oleh Gutenburg, sulit membayangkan ajaran Protestanisme bisa menyebar luas.
Ajaran Protestan Martin Luther mengatakan pertama bahwa bekerja dengan rajin dan
jujur (tidak malas dan menipu/curang) merupakan satu bentuk panggilan Tuhan sama
seperti orang yang menjadi biarawan dan biarawati. Artinya, bekerja dengan rajin dan
jujur merupakan bentuk ibadah yang memuliakan Tuhan di bumi. Kedua ajaran
Protestanisme menghilangkan kepercayaan pada magi dan mendorong cara berpikir
yang rasional. Ajaran Protestanisme juga mendorong orang untuk merencanakan
hidupnya secara rasional bukan sekedar hidup tanpa rencana dari hari ke hari. Ketiga,
banyak pengikut Protestanisme yang menghargai kehidupan yang menolak atau
mengecam gaya hidup bersenang-senang (pleasure). Hal ini membuat para pengikut
Protestanisme pada saat itu hidup hemat, dan hidup hemat ini memudahkan
pengumpulan modal untuk mengembangkan bisnis. “Waktu adalah uang” dan “Ora et
labora” (berdoa dann bekerja) merupakan pepatah yang dipengaruhi oleh Protestanisme
(Weber, ). Hal inilah yang menjelaskan mengapa perkembangan industri secara meluas
terjadi di Inggris dimana pengaruh Protestanisme sangat besar jika dibandingkan
dengan Italia, Spanyol, Portugis atau negara-negara Eropa Timur yang lebih didominasi
oleh pengaruh Gereja Katolik.

Sebelum terjadi revolusi industri di Inggris juga diawali dengan kemajuan di


bidang pertanian. Dengan adanya pelayaran jarak jauh ke benua Asia dan Amerika
menyebabkan meningkatnya perdagangan dan banyaknya penggunaan uang. Banyaknya
uang dan inflasi menyebabkan terganggunya sistem pertanian tradisional di pedesaan.
Di satu sisi para tuan tanah melihat adanya kemungkinan meluasnya perdagangan woll
sebagai akibat dari menurunnya biaya angkutan karena adanya kemajuan dalam
pelayaran. Di sisi lain, inflasi mengancam keuntungan dalam pertanian yang telah lama
tergantung pada sistem bagi hasil atau pelayanan lain yang diberikan oleh buruh tani
kepada tuan naah. Para tuan tanah menyadari jika mereka ingin mempertahankan gaya
hidup yang lama dalam kondisi ekonomi yang baru, mereka harus bisa meningkatkan
hasil pertaniannya. Akhirnya sebagian besar tuan tanah merubah kegiatan ekonominya.
11

Mereka diantaranya berusaha mengeringkan rawa-rawa atau menutup tanah umum


untuk kepentingan tuan tanah sendiri , padahal dulu tanah yang dianggap milik umum
tersebut biasa dimanfaatkan oleh semua anggota masyarakat, petani maupun elit yang
terpandang di masyarakat. Para tuan tanah juga ada yang mengusahakan domba untuk
diambil woll-nya karena mengharapkan keuntungan dari perdagangan woll yang
meningkat. Ada juga tuan tanah yang mengubah cara pembayaran tradisional dalam
bentuk pelayanan pada tuan tanah oleh buruh tani atau membayar dengan barang dan
diganti dengan pembayaran dalam bentuk uang. Para tuan tanah minta pembayaran
dalam bentuk uang dari para penyewanya karena uang menjadi semakin penting dalam
kondisi ekonomi yang baru dimana perdagangan semakin meningkat. Karena itu, pada
abad ke-16 dan adad ke-17 pertanian di Inggris semakin berorientasi pada keuntungan
yang tidak lagi diatur oleh tradisi dan adat-istiadat.

Pada abad ke-18 para tuan tanah menghadapi inflasi baru dan mengharuskan
mereka untuk memilih melakukan pembaruan (atau inovasi) atau berdiam diri dengan
resiko standar hidupnya menurun. Pada abad itu pula para tuan tanah melakukan rotasi
(pergantian tanaman) berocok tanam sehingga bisa menghasilkan terus-menerus
sepanjang tahun. Sebelumnya para tuan tanah membiarkan satu tahun tanahnya
menganggur untuk setiap empat tahun sehingga tanahnya menjadi subur kembali. Para
tuan tanah yang lain mencoba membuat mesin sederhana agar pengolahan lahan
pertanian menjadi lebih efisien. Disamping itu, ada pula yang berusaha melakukan
penutupan tanah milik umum menjadi milik pribadi, yang mengakibatkan orang miskin
tidak bisa lagi bertani dan harus berurbanisasi ke kota atau ke wilayah jajahan baru. Di
kota-kota mereka menjadi sumber buruh murah yang bisa bekerja di pabrik-pabrik atau
pemintalan.
12

GAMBAR 1: Mesin uap yang dikembangkan oleh James Watt yang memungkinkan
terjadinya revolusi Industri.

Revolusi industri menunjuk pada periode dimana terjadi inovasi teknologi dan
ekonomi di Inggris selama periode dar tahun 1760 hingga 1830. Selama periode
tersebut terjadi mekanisasi (pengggunaan mesin) dalam industri tekstil, kemajuan teknis
dan perluasan industri besi-baja, penggunaan mesin uap, perkembangan sistem pabrik
dan perkembangan-perkembangan lain yang merubah masyarakat Inggris. Pada
pertengahan abad ke-18 Inggris masih merupakan masyarakat industri dan pada
pertengahan abad ke-19 sudah berubah menjadi masyarakat industri. Selama periode
tersebut kegiatan produksi masyarakat berubah dengan cepat berkat penemuan mesin-
mesin yang digerakan dengan sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak, gas
dan listrik. Mesin pemintal benang dan mesin tenun untuk memproduksi tekstil dengan
tenaga mesin uap mampu melipatgandakan produksi tekstiel. Manusia dan hewan tidak
lagi menjadi sumber energi bagi aktivitas produksi. Dengan menggunakan mesin yang
digerakkan dengan mesin uap biaya produksi untuk pembuatan tekstiel jadi lebih
murah. Setelah tahun 1800 Inggris menjadi negara pertama di dunia yang kegiatannya
industrinya menggunakan mesin dan kegiatan industrinya menggantikan pertanian
sebagai kegiatan ekonomi yang paling penting.
13

Pada periode tersebut terjadi perkembangan industri tekstiel, batu bara, dan besi-
baja. Pada awalnya pemintaan benang dan penenunan tekstiel dilakukan di rumah-
rumah dan menjadi semacam industri rumah tangga. Para pengusaha menyerahan bahan
baku tekstiel untuk dikerjakan oleh para pekerja yang terdiri dari keluarga-keluarga
miskin di rumah masing-masing. Peralatan untuk menenun dimiliki oleh para pekerja
sendiri karena biaya pembuatannya tidak mahal dan mudah dibuat. Cara kerja seperti ini
pada saat ini masih banyak dilakukan di Indonesia di bidang industri kerajinan.
Penenunan tekstiel dilakukan dengan tenaga manusia sehingga hasilnya tidak banyak.
Penemuan mesin tenun yang digerakkan dengan mesin uap tidak memungkinkan
pembuatan tekstiel di rumah masing-masing pekerja dan harus dilakukan secara terpusat
di pabrik-pabrik. Dengan bekerja di bawah satu atap di pabrik maka sejumlah besar
pekerja bisa dikontrol langsung.

GAMBAR 2: Mesin tenun yang sudah dikembangkan dari awalnya yang lebih sederhana.
Dengan mesin ini pekerja perempuan bisa bekerja di pabrk tekstiel.

Jadwal kerja dan cara kerja para pekerja bisa diawasi oleh para manajer. Orang mulai
lebih bisa membedakan antara waktu kerja dan waktu istirahat. Orang diperkenalkan
dengan hidup berdisiplin. Manchester merupakan kota yang menjadi pusat industri
tekstil di Inggris pada saat itu. Pada saat itu Inggris dikenal sebagai bengkel kerja dunia.
14

I.4. Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan muncul pada abad ke-19 di Eropa. Pada saat
itu masyarakat Eropa sedang mengalami perubahan besar sebagai akibat dari revolusi
politik yaitu Revolusi Perancis dan revolusi industri di Inggris. Akibat dari dua revolusi
tersebut adalah terjadinya kekacauan sosial sebagai akibat tidak lagi berlakunya norma-
norma sosial dan melemahnya otoritas dan kewibawaan para raja dan bangsawan serta
para pemimpin gereja. Raja, para bangsawan dan pemimpin gereja tidak lagi dihormati
dan didengar pendapatnya. Di samping itu, industrialisasi di kota-kota mengundang
para migran dari desa yang semula bekerja sebagai petani untuk bekerja sebagai buruh
pabrik. Kepadatan penduduk kota yang semakin meningkat menyebabkan munculnya
masalah-masalah sosial karena kurangnya fasilitas sosial untuk masyarakat. Polusi air
dan polusi udara sebagai akibat kegiatan industri menyebabkan kehidupan di kota tidak
nyaman. Persaingan antar perusahaan industri memaksa para pemiliknya untuk
mempekerjakan anak-anak dan kaum perempuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang
berat. Ada perbedaan yang nyata antara kehidupan masyarakat sebelum industrialisasi
dan sesudah industrialisasi.

Pada saat itulah di Eropa Barat muncul para sarjana yang memikirkan tentang
bagaimana kehidupan masyarakat bisa tertib dan teratur sebagaimana sebelum
terjadinya revolusi industri. Para sarjana tersebut tidak ingin kembali ke masa silam
(bernostalgia) seperti sebelum terjadinya dua revolusi tersebut, tetapi mereka
menginginkan kemajuan industri yang tidak disertai dengan kekacauan. Mereka
berusaha menemukan hukum-hukum atau teori yang memungkinkan kehidupan
masyarakat bisa tertib dan teratur. August Comte adalah sarjana yang pertama kali
memperkenalkan istilah sosiologi. Menurut Comte masyarakat berkembang melewati
tiga tahap pemikiran, yaitu tahap teologis, tahap metafisik dan tahap ilmu pengetahuan.
Pada tahap pengetahuan ini industri mulai muncul. Menurut Bierstedt (1970), Comte
sendiri tidak bisa dikatakan sebagai ahli sosiologi karena dia tidak pernah melakukan
penelitian empiris mengenai kehidupan masyarakat. Dia adalah ahli filsafat sosial.

Yang mengembangkan sosiologi lebih lanjut adalah Emile Durkheim. Durkheim


menulis buku yang terkenal, yaitu the Division of Labor in Society, Suicide, the Rule of
Sociological Methods, dan the Elementary Forms of Religious Life. Dalam
hubungannya dengan industri, Durkheim melihat bahwa industri bisa menyebabkan
15

munculnya anomie dan individualisme. Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai


ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial. Fakta sosial adalah cara berpikir (thinking),
berperasan (feeling) dan bertindak (acting) bersama yang dimiliki oleh para anggota
masyarakat. Fakta-fakta sosial tersebut menampakkan diri dalam bentuk norma-norma,
lembaga-lembaga, kebiasaan atau tradisi. Masyarakat menunjukkan adanya keteraturan
karena diatur oleh norma-norma, lembaga, tradsi dan kebiasaan. Tokoh lain yang
mengembangkan sosiologi adalah Max Weber. Weber mendefinisikan sosiologi sebagai
ilmu yang mempelajari tindakan sosial dengan cara pemahaman empatik. Sehubungan
dengan industri, Weber memandang bahwa kegiatan industri merupakan hasil dari
pemikiran manusia yang semakin rasional. Pemikiran yang rasional membuat manusia
bisa bertindak dengan cara yang lebih efisien dan menguntungkan dalam memproduksi
barang atau jasa. Weber menulis buku yang terkenal, yaitu the Protestan Ethics and
Capitalism Spirits. Walaupun jarang disebut sebagai ahli sosiologi, Karl Marx juga
membahas tentang industri dan juga bisa disebut sebagai ahli sosiologi. Marx dalam
tulisannya banyak membahas tentang eksploitasi terhadap para pekerja dalam pabrik
industri. Eksploitasi terhadap para pekerja terjadi karena para pengusaha kapitalis harus
saling bersaing satu dengan yang lain untuk bisa mendapatkan keuntungan dan
mempertahankan perusahaannya. Salah satu diantara cara-cara yang ada adalah dengan
cara menekan upah para pekerja. Marx tidak memberikan definisi terhadap sosiologi.

I.5. Sosiologi Industri

Sampai di sini belum didefinisikan apa yang dimaksud dengan sosiologi


industri. Ada disiplin ilmu lain yang erat hubungannya dengan sosiologi industri, yaitu
perilaku organisasi (organizational behavior), sosiologi pekerjaan, dan sosiologi
organisasi. Perilaku organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam
organisasi. Bidang ilmu ini lebih terbatas lingkupnya daripada sosiologi industri.
Sosiologi pekerjaan adalah cabang sosiologi yang mempelajari tentang pekerjaan entah
pekerjaan di dalam organisasi atau di luar organisasi, entah dalam organisasi produksi
(industri) atau organisasi yang lain. Sedangkan sosiologi organisasi adalah cabang
sosiologi yang mempelajari tentang perilaku organisasi sebagai kelompok, bukan
perilaku para anggota organisasi secara individual. Di samping itu ada juga ilmu yang
erat hubungannya dengan sosiologi industri, yaitu ilmu hubungan industrial. Hubungan
industrial adalah hubungan antara manajemen dengan para pekerja.
16

Sosiologi industri di sini akan didefinisikan sebagai cabang sosiologi yang


mempelajari organisasi industri. Yang dipelajari oleh sosiologi industri adalah
hubungan antar individu dalam organisasi industri, hubungan individu dengan
kelompok, dan hubungan amtar kelompok dalam organisasi industri. Sosiologi industri
juga mempelajari hubungan antara organisasi industri dengan masyarakat (societal) dan
komunitas sekitar dimana organisasi industri berada (Knox, 1955). Dalam mempelajari
industri sosiologi industri menerapkan konsep-konsep dan teori-teori dalam sosiologi.
Karena itu, dalam sosiologi industri bisa digunakan konsep-konsep yang ada dalam
sosiologi, misalnya kelompok, kelompok informal, hubungan primer, hubungan
sekunder, birokrasi, kekuasaan wewenang, dsb. Teori-teori sosiologi juga bisa
digunakan untuk mempelajari organisasi industri, misalnya teori sistem, teori
interaksionis simbolis, teori pertukaran, teori konflik, dsb. Penggunaan konsep-konsep
dan teori-teori sosiologi dalam sosiologi industri ini akan membantu memperkuat arti
penting konsep-konsep dan teori-teori tersebut sosiologi tersebut. Jadi sosiologi
industripun bisa juga didefinisikan sebagai usaha menerapkan konsep-konsep dan teori-
teori sosiologi untuk menjelaskan kegiatan industri. Tanpa menggunakan konsep-
konsep dan teori-teori sosiologi maka dapat dikatakan bahwa sosiologi industri bukan
merupakan sosiologi. Penggunaan konsep-konsep dan teori-teori sosiologi dalam
sosiologi industri pada dasarnya menjadi pembeda sosiologi industri dari cabang-cabang
ilmu lain yang mempelajari industri.

Berbeda dengan sosiologi yang pertama kali muncul di Eropa Barat, sosiologi
industri mulai muncul pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Di Amerika, menurut
Smith (1959), munculnya sosiologi industri dipengaruhi oleh adanya penelitian di
perusahaan Western Electric di kota Hawthorne yang terkenal dengan Hawthorne Study.
Western Electric adalah perusahaan yang memproduksi peralatan telpon. Penelitian
tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengauh penerangan di tempat kerja
(workplace) terhadap produktivitas para pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada saat lampu penerangan diperbesar (dibuat lebih terang) produktivitas para pekerja
meningkat. Tetapi yang mengejutkan para peneliti adalah bahwa pada saat lampu
penerangan diperkecil (dibuat lebih gelap/remang-remang) ternyata produktivitasnya
tetap meningkat juga. Hasil penelitian ini seolah-olah menunjukkan bahwa besar-
kecilnya penerangan tidak berpengaruh pada produktivitas pekerja. Kemudian
penelitian dilanjutkan oleh Elton Mayo dan Roetlishberger. Penelitian tidak hanya pada
17

bagaimana pengaruh penerangan terhadap produktivitas, tetapi juga bagaimana


pengaruh peningkatan terhadap upah, perubahan-perubahan waktu istirahat para
pekerja, dsb terhadap produktivitas pekerja. Ternyata perubahan upah maupun waktu
istirahat tidak menunjukkan pengaruh terhadap tinggi-rendahnya produktivitas para
pekerja. Akhirnya, disimpulkan oleh Mayo dan Roetlishberger bahwa kelompok atau
solidaritas kelompoklah yang mempengaruhi produktivias para pekerja. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku masing-masing dari para pekerja sangat dipengaruhi oleh
kelompok. Individu tidak bisa terlepas dari pengaruh kelompok. Jika dalam kelompok
para anggotanya memiliki hubungan-hubungan sosial yang harmonis dan solidaritasnya
tinggi maka produktivitas kerjanya akan meningkat. Inilah makna dari penjelasan
sosiologi, yaitu penjelasan bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok.
Beda dengan psikologi yang menjelaskan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh
ciri-ciri pribadi individu.

I.6. Metode Penelitian dalam Sosiologi Industri

Sama dengan cabang-cabang sosiologi yang lain, sosiologi industri dalam


melakukan penelitian juga menggunakan metode penelitian. Metode penelitian
merupakan metode untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis dan obyektif.
Dengan metode penelitian, pengetahuan yang diperoleh tidak tergantung pada siapa
yang melakukan penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian yang sama,
penelitian terhadap obyek yang sama akan menghasilkan pengetahuan yang sama pula.
Jika hasilnya berbeda, maka dapat dikatakan bahwa terdapat kesalahan dalam
melakukan penelitian. Metode penelitian apa yang digunakan dalam sosiologi industri?
Metode yang digunakan dalam penelitian sosiologi industri ditentukan oleh paradigma
yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan pengertian tentang paradigma dalam
sosiologi dan hubungannya dengan teori dan metode penelitian.

I.6.1. Paradigma dalam Sosiologi

Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma ilmu pengetahuan, yaitu paradigma


fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma adalah
cara pandang terhadap realitas sosial dan bagaimana realitas sosial tersebut dipelajari.

a. Paradigma Fakta Sosial


18

Paradigma fakta sosial adalah paradigma yang memandang realitas sosial


sebagai sesuatu yang sifatnya eksternal dan oyektif. Karena sifatnya eksternal dan
obyektif maka tindakan-tindakan indiividu akan dipengaruhi oleh realitas sosial
tersebut. Realitas sosial dipandang sama sebagai realitas dalam dunia alam atau dalam
ilmu alam. Realitas alam dalam ilmu alam yang memandang bahwa alam memiliki
regularitas atau keteraturan yang diatur atau ditentukan hukum-hukum alam. Tugas ilmu
alam adalah untuk menemukan hukum-hukum tersebut. Hukum-hukum tersebut
sifatnya adalah deterministik atau menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dalam
kejadian-kejadian alam. Dengan ditemukaannya atau diketahuinya hukum-hukum
tersebut maka akan membantu manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Misalnya, dengan ditemukannya hukum Archimedes maka orang bisa
membuat kapal laut dan kapal tidak akan tenggelam meskipun kapal terbuat dari besi.

Ilmu sosial, dengan paradigma fakta sosial juga beranggapan bahwa realitas
sosial juga diatur oleh hukum-hukum tertentu. Dan tugas ilmu sosial adalah untuk
menemukan hukum-hukum yang mengatur realitas sosial. Dengan ditemukannya
hukum-hukum tersebut maka orang bisa menggunakannya untuk memperbaiki
kehidupan sosial agar menjadi lebih baik. Dalam ilmu alam gejala-gejala alam bisa
diukur, misalnya temperatur, panjang-pendek/lebar, kecepatan, kepadatan, dsb. Karena
gejala-gejala alam bisa diukur maka dalam ilmu alam orang bisa meramalkan kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa dengan lebih tepat atau pasti. Ahli sosiologi yang
menggunakan paradigma fakta sosial juga berpandangan bahwa gejala-gejala sosial pun
bisa diukur.

b. Paradigma Definisi Sosial (Konstruktivisme Sosial)

Paradigma definisi sosial beranggapan bahwa tindakan sosial adalah tindakan


yang memiliki makna dan mempertimbangkan (berorientasi) pada orang lain. Interaksi
sosial adalah interaksi di antara pluralitas individu dan individu-individu yang
berinteraksi tindakannya memiliki makna. Tokoh-tokoh paradigma definisi sosial
adalah Max Weber, Herbert Blumer, Peter Berger dan Thomas Luckmann. Paradigma
definisi sosial juga sering disebut dengan istilah paradigma konstruktivis. Maksud dari
konstruktivis adalah bahwa realitas sosial merupakan realitas yang dibangun
(dikonstruksi) oleh individu-individu lewat interaksi sosial. Dalam interaksi individu-
individu memiliki makna-makna subyektifnya sendiri-sendiri. Makna-makna subyektif
19

ini membentuk tindakan-tindakan individu. Karena makna-makna subyektif individu


bisa berbeda-beda maka realitas dalam paradigma definisi sosial atau konstruktivis
merupakan realitas ganda.

Penelitian dalam paradigma definisi sosial atau paradigma konstruktivis


bertujuan untuk memahami makna-makna dari individu-individu yang berinteraksi.
Disamping ada makna-makna subyektif individu yang berbeda-beda, juga ada makna-
makna bersama (shared meanings). Misalnya, dalam satu bagian dari suatu perusahaan,
yaitu bagian produksi, terdapat puluhan orang yang bekerja. Para pekerja tersebut
memiliki makna-makna bersama yang memungkinkan mereka bisa hadir dan pulang
kerja secara bersamaan, bisa bekerja sama, dsb. Tanpa makna bersama tidak mungkin
ada komunikasi, interaksi dan kerjasama. Tetapi, masing-masing individu juga memiliki
makna-makna subyektif yang berbeda-beda. Makna-makna subyektif bersifat
individual. Misalnya, ada pekerja yang memberikan makna subyektif bahwa bekerja
merupakan sarana untuk mengembangkan diri, ada yang memberikan makna bahwa
bekerja sebagai semata-mata untuk mendapatkan upah, dan ada pula yang memberikan
makna bahwa bekerja itu sebagai bentuk ibadah atau panggilan Tuhan. Karena
perbedaan makna-makna subyektif tersebut maka ada pekerja yang merasa bekerja
sebagai hal yang membosankan, ada yang merasa bekerja sebagai sesuai yang harus
dijalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan kejujuran (karena memandang
bekerja sebagai bentuk ibadah). Makna-makna subyektif tersebut tidak bisa diukur atau
diamati hanya dalam waktu singkat. Makna-makna subyektif tersebut hanya bisa
dipahami dengan wawancara yang mendalam dan pengamatan yang relatif lama.

c. Paradigma Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial berpandangan bahwa tindakan individu dan


interaksinya dengan orang lain didasarkan pada prinsip mencari kesenangan (pleasure)
dan menghindari penderitaan (pain), mencari ganjaran (reward) dan menghindari
hukuman (punishment) atau mencari keuntungan (profit) dan menghindari kerugian
(disadvantage). Paradigma perilaku ini dipengaruhi oleh psikologi behavioristik yang
dikembangkan oleh Watson. Dalam sosiologi, paradigma perilaku dikembangkan oleh
George Homans dan Peter Blau. Bagi penganut paradigma perilaku, makna-makna
subyektif individu tidak diperhatikan dalam mempelajari interaksi sosial atau
mempelajari kelompok. Bagi penganut paradigma perilaku interaksi antara dua orang
20

akan terjadi dan berlangsung lama kalau kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan.
Kelompok bisa terbentuk kalau para calon anggotanya melihat potensi keuntungan yang
bisa diperolehnya. Selama para anggota kelompok merasa puas dengan keuntungan
yang bisa diperoleh dengan menjadi anggota kelompok maka para anggota tersebut
akan terus bertahan menjadi anggota kelompok.

Dalam paradigma perilaku yang dimaksud dengan kesenangan, ganjaran dan


keuntungan; atau penderitaan, hukuman dan kerugian tidak selalu bersifat material
tetapi juga bersifat psikologis dan sosial. Misalnya, orang yang satu memilih bekerja di
perusahaan karena gajinya besar, tetapi orang yang lain lebih memilih bekerja sebagai
PNS karena meskipun gajinya kecil tetapi gajinya tetap dan mendapatkan uang pensiun.
Orang yang satu memilih membeli barang di warung dekat rumahnya meskipun
harganya mahal daripada membeli barang di minimarket yang berdampingan dengan
warung tersebut karena ada alasan untuk tetap menjalin hubungan sosial yang baik
dengan tetangganya. Orang tetap memilih menghadiri pernikahan temannya daripada
hadir untuk bekerja di perusahaan. Meskipun ketidakhadirannya menyebabkan gajinya
dipotong 10 persen, tetapi dengan menghadiri pernikahan tersebut hubungan sosialnya
dengan temannya tetap terjaga dengan baik.

I.6.2. Metode Penelitian Kuantitatif

Terdapat hubungan antara paradigma, teori dan metode penelitian. Teori-teori


yang termasuk dalam paradigma fakta sosial adalah teori fungsionalis dan teori konflik.
Teori-teori ini merupakan teori yang sifatnya makro. Yang dipelajari dalam teori ini
adalah institusi, organisasi, birokrasi, kelas sosial dan perubahan sosial. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan data yang berupa angka-angka.
Angka-angka dalam metode penelitian kuantitatif ini bisa berupa angka-angka murni
tetapi juga bisa berupa angka yang merupakan hasil dari kuantifikasi data-data
kualitatif. Contoh penelitian kuantitatif dalam sosiologi industri adalah misalnya
penelitian tentang hubungan atau pengaruh keberadaan industri terhadap peningkatan
kesejahteraan warga sekitar, pengaruh industri terhadap perubahan sikap terhadap
waktu. Pada Bab V ditunjukkan beberapa hasil penelitian tentang pengaruh industri
terhadap masyarakat sekitarnya. Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan sampel
yang relatif besar.
21

I.6.3. Metode Penelitian Kualitatif

Teori-teori yang masuk dalam paradigma definisi sosial atau konstruktivisme


sosia adalah teori interaksionis simbolis, teori tindakan sosial dan teori konstruksi
sosial. Teori-teori ini dalam penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menggunakan data yang
berupa kata-kata, hasil pengamatan (observasi), foto, dan dokumen. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data berupa wawancara mendalam (dept interview),
pengamatan (observasi), partisipasi observasi dan kelompok diskusi terfokus (focus
group discussion). Metode penelitian kualitatif bisa digunakan untuk meneliti
kelompok-kelompok yang relatif kecil. Misalnya, orang mau meneliti tentang
bagaimana dinamika kelompok-kelompok informal dalam pabrik atau perusahaan,
bagaimana pekerja berkomunikasi satu dengan yang lain pada saat bekerja, bagaimana
para pekerja menghindari pengawasan dari atasannya. Penelitian tentang pengaruh
penerangan dan solidaritas para pekerja terhadap produktivitas yang dilakukan
Roetlisberger dkk juga menggunakan metode penelitian kualitatif.

I.6.4. Gabungan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga bisa menggabungkan metode


penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian
kuantitatif dulu dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data kuantitatif.
Baru setelah itu peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan cara melakukan
wawancara mendalam (kualitatif) dengan para informan yang sebelumnya diminta
untuk mengisi kuesioner (kuantitatif). Penggabungan dua metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif ini tujuannya adalah untuk memahami makna atau penjelasan lebih lanjut
dari tindakan atau keadaan-keadaan yang telah diketahui dengan menggunakan metode
kuantitatif. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtias (2014) tentang
pengaruh industri terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Dalam penelitiannya
ditemukan bahwa terjadi peningkatan pendidikan dari para responden penelitian yang
bekerja di perusahaan. Kalau berhenti dengan penelitian kuantitatif maka peneliti tidak
tahu mengapa bisa terjadi peningkatan pendidikan. Untuk mengetahui lebih lanjut
tetang terjadinya peningkatan pendidikan, maka peneliti melakukan wawancara
mendalam. Ternyata peningkatan pendidikan terjadi karena perusahaan atau pabrik yang
ada di Desa Ciherang, Kabupaten Bogor menetapkan syarat minimal pendidikan yang
22

harus dimiliki oleh para pekerja. Karena ada syarat seperti itu maka banyak orangtua
yang mendorong anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Ada pula pekerja yang
mengikuti kursus pendidikan Paket B.

I.7. Arti Penting Sosiologi Industri

Mengapa perlu sosiologi industri? Kita tahu bahwa kegiatan industri tidak hanya
melibatkan satu orang saja. Kegiatan industri melibatkan beberapa orang, bahkan satu
kegiatan industri bisa melibatkan ratusan atau ribuan orang. Kegiatan industri yang
melibatkan banyak orang perlu diorganisir dengan baik supaya kegiatan industri bisa
berjalan dengan lancar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan industri akan
membentuk kelompok atau organisasi sosial. Kelompok atau organisasi sosial tersebut
nampak teratur karena adanya norma-norma baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
ada prosedur kerjanya yang standar. Dalam kelompok atau organisasi sosial bisa juga
muncul konflik, persaingan dan harmoni. Kelompok atau organisasi sosial yang
melingkupi kegiatan industri bisa mendukung tercapainya tujuan kegiatan industri tetapi
juga bisa menghambat pencapaian tujuan. Misalnya, persaingan antar industri
menyebabkan organisasi industri yang birokratis (hirarkhis/vertikal) dan kaku tidak bisa
mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Akibatnya, pada saat ini banyak perusahaan
yang membuat organisasinya lebih flat (horizontal) dan tidak hirarkhis. Misalnya,
pabrik mobil tidak memproduksi mobil dengan menggunakan komponen-komponen
yang semuanya diproduksi sendiri. Sebagai gantinya, pabrik mobil bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan yang memproduksi komponen-komponen mobil. Kalau pabrik
dalam memproduksi mobil hanya menggunakan komponen-komponen buatannya
sendiri maka organisasinya akan menjadi lebih hirarkhis. Atau, IPTN Bandung yang
memproduksi pesawat terbang Cassa menggunakan mesin yang diproduksi oleh
perusahaan General Electrics di Amerika Serikat; perusahaan pesawat terbang Boeing
di Amerika Serikat yang menghasilkan Boeing 747 menggunakan mesin jet Rolls Royce
yang diproduksi di Inggris.

Misalnya, perusahaan pembuat mobil di Amerika kalah bersaing dengan


perusahaan pembuat mobil di Jepang. Perusahaan Amerika menghasilkan mobil dengan
model yang terbatas, sedangkan perusahaan di Jepang menghasilkan mobil dengan
banyak model untuk satu merek mobil saja. Misalnya, mobil sedan Toyota Corolla
muncul lebih dulu daripada mobil Toyota Kijang. Toyota Kijang, yang muncul pada
23

pertengahan tahun 1970-an, merupakan mobil MPV (muti-purpose vehicle) yang


menggunakan mesin mobil Toyota Corolla. Sekarang mobil sedan Corolla muncul
dalam beberapa tipe, padahal dulu hanya satu tipe saja. Demikian juga halnya dengan
mobil Kijang. Perusahaan mobil Jepang menggunakan cara kerja yang memadukan
kerja kelompok dan cara kerja modern. Sedangkan perusahaan mobil Amerika
menggunakan cara kerja dengan spesialisasi yang tinggi dan mengutamakan
produktivitas individu. Perusahaan Amerika mengutamakan produksi massal dalam
jumlah besar dengan variasi yang terbatas. Dengan cara kerja seperti itu produktivitas
perusahaan Jepang lebih tinggi dan produk mobilnya lebih bervariasi. Misalnya, mobil
Jepang pada satu merek memiliki banyak model atau tipe meskipun mesinnya sama. Di
samping itu, mobil buatan pabrik di Jepang modelnya terus-menerus mengalami
perubahan sesuai dengan selera konsumen. Sebaliknya perusahaan mobil Amerika
kurang memperhatikan selera konsumen. Akibat dari semua itu perusahaan mobil
Amerika kalah bersaing dengan perusahaan mobil Amerika (McMichael, 2017). Melihat
hal itu maka organisasi industri perusahaan mobil Amerika kemudian diubah menjadi
organisasi dengan spesialisasi tugas yang lebih fleksibel, sama seperti di Jepang.

Dalam mengatasi persaingan, organisasi yang semula mengangkat sebagian


besar pekerjanya menjadi pegawai tetap kemudian diubah dengan kebijakan yang
menggunakan pekerja kontrak. Karena semakin dominannya liberalisasi ekonomi, yang
mengakibatkan semakin kerasnya persaingan maka pada saat ini semakin banyak
industri yang menggunakan sistem kerja kontrak yang biasa disebut dengan
outsourcing. Kerja kontrak tidak hanya terjadi dalam industri pengolahan tetapi juga
dalam industri keuangan seperti bank, asuransi dan finance maupun industri jasa seperti
penerbangan dan perhotelan. Dengan digunakannya sistem kontrak maka perusahaan
bisa dengan mudah memutuskan hubungan kerja jika pekerjanya sudah tidak diperlukan
lagi, tanpa perlu memberikan pesangon. Dari sisi pencapaian tujuan organisasi, cara ini
menguntungkan pengusaha tetapi merugikan para pekerjanya karena para pekerja akan
merasa cemas karena tidak adanya kepastian apakah bisa bekerja terus atau tidak.
Kelompok atau organisasi sosial bisa memperlemah individu para anggotanya tetapi
juga bisa memperkuatnya. Di sinilah pentingnya mempelajari sosiologi industri.

Bagaimana kegiatan industri dioperasikan sangat menentukan produktivitas


maupun kepuasan para pekerjanya. Tidak selamanya pengoperasian kegiatan industri
24

yang bisa meningkatkan produktivitas dan upah para pekerja juga bisa memuaskan para
pekerja itu sendiri. Misalnya, dulu pabrik mobil Ford menerapkan metode produksi
dimana pekerjaan dibagi-bagi menjadi bagian-bagian atau potongan-potongan kerja
yang sangat sederhana. Para pekerja tidak perlu memiliki keahlian yang tinggi dan
hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sangat sederhana. Misalnya, dari hari ke
hari para pekerja pekerjaanya hanya memasang ban mobil, kemudian para pekerja yang
lain mengerjakan pekerjaan lain dengan cara yang sama. Dengan metode produksi
seperti itu terjadi peningkatkan produktivitas perusahaan dan peningkatan upah para
pekerja. Tetapi, para pekerja banyak yang tidak bisa bertahan bekerja di perusahaan
tersebut. Banyak di antara para pekerja yang hanya bisa bertahan selama tuga hari, dan
setelah itu mengundurkan diri dari perusahaan (Volti, 2011:50).

Kata-kata Kunci:

Industri Mesin cetak


Industri primer Mesin uap
Industri sekunder Sosiologi industri
Industri tersier Paradigma fakta sosial
Industri rumah-tangga Paradigma definisi sosial
Industri kecil Paradigma perilaku sosial
Industri sedang Metode penelitian sosiologi industri
Industri besar Metode penelitiann kuantitatif
Revolusi industri Metode penelitian kualitatif
Ilmu pengetahuan
Teknologi

Bacaan:

Ayuningtias, Thessa, 2017, “Dampak Industrialisasi Pedesaan terhadap Kesejahteraan


Masyarakat,” SKRIPSI, Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Bierstedt, Robert, 1970, the Social Order, Tokyo: McGraw-Hill Kogakhusa.
Knox, J.B., 1955, “Sociological Theory and Industrial Sociology”, Social Forces, Vol.
33, No. 3.
McMichael, Philip, 2017, Social Change and Development: A Global Perspective,
London: Sage Publications Ltd.
Nolan, Patrick dan Gerhard Lenski, 2008, Humann Societies: Introduction to
Macrosociology, Boulder: Paradigm Publishers.
Ritzer, George, 1975, Sociology: A Multiple Paradigm Science, New York: Allyn &
Bacon.
25

Royce, Edward, 2015, Classical Social Theory and Modern Society, New York:
Rowman and Littlefield.
Smith, J.H., 1959, “New Ways in Industrial Sociology”, the British Journal of
Sociology, Vol. 2, No. 3.
Volti, Rudi, 2012, An Introduction to Sociology of Work and Occupations, London:
Sage Publication.
Watson, Tony J., 2003, Sociology, Work and Industry, London: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai