Anda di halaman 1dari 23

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka membahas kajian literatur terkait kesesuaian sentra industri kreatif
kerajinan. Literatur yang dibahas meliputi teori kesesuaian, industri kreatif, industri kreatif
subsektor kerajinan dan sentra industri yang pada akhir pembahasan bab ini akan menghasilkan
variabel yang akan digunakan dalam penelitian berupa kriteria-kriteria yang harus dimiliki
suatu industri agar dapat dikatakan sesuai sebagai sentra industri kreatif kerajinan.

2.1 Definisi Kesesuaian


Kesesuaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata se—su—ai yang
berarti— pas (tentang ukuran), sepadan, selaras, atau sejalan (tentang buah pikiran). Kesesuaian
berarti perihal sesuai; keselarasan (tentang pendapat, paham dan sebagainya); serta kecocokan.
Menurut Hastuti et al. (2009) kesesuaian (compliance) adalah keadaan pemenuhan persyaratan
yang berasal dari standar, peraturan perundangan dan peraturan pelaksana. Pendapat yang tidak
jauh beda juga muncul dari Rouse M. (2015) yang mendefinisikan kesesuaian (compliance)
sebagai suatu keadaan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan, spesifikasi atau proses
untuk menjadi sesuatu. Kesesuaian (compliance) menurut businessdictionary.com terjadi
apabila sertifikasi atau konfirmasi bahwa pelaku, produsen atau pemasok poduk telah
memenuhi persyaratan yang berlaku dari undang-undang, aturan, dan peraturan yang telah
ditetapkan, standar yang telah ditentukan atau persyaratan kontrak.
Berdasarkan uraian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi kesesuaian yang
menjadi panutan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang memenuhi pedoman yang telah
ditetapkan meliputi aturan perundangan, standar serta teori yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.2 Industri
Industri merupakan salah satu kegiatan pada sektor ekonomi yang terus berkembang dari
waktu ke waktu. Pergeseran era industri khususnya di Indonesia telah dimulai pada era
Industrialisasi abad ke-18 yaitu pada tahun 1826. Didukung oleh kekayaan alam yang
melimpah, industrialisasi di Indonesia berkembang sangat cepat. Perkembangan tersebut
memberikan dampak positif yakni penyerapan tenaga kerja dan peningkatan produksi massal.
Dewasa ini, Era Industrialisasi yang hanya sekedar mengolah kekayaan alam sudah mulai
berubah pada era ekonomi baru yaitu era ekonomi kreatif dikarenakan masuknya teknologi dan
informasi yang merubah cara pandang manusia menjadi lebih kreatif.

12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.1 Definisi Industri
Definisi Industri menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan
atau barang jadi menjadi barang yang bernilai tinggi. Menurut Abdurachmat dan Maryani
(1997) industri adalah usaha maupun kegiatan mengubah atau mengolah barang mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan
industri pengolahan (termasuk jasa industri) adalah kegiatan pengubahan barang jadi/setengah
jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang memiliki nilai lebih tinggi dengan
maksud untuk dikomersilkan/ dijual.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi/setengah dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai barang menjadi lebih tinggi dengan maksud untuk dijual/
dikomersilkan.
2.2.2 Klasifikasi Industri
Industri diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berikut merupakan beberapa klasifikasi
industri berdasarkan aspek tertentu:.
a. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian (Abdurachmat dan Maryani, 1997)
Industri berdasarkan cara pengorganisasiannya dipengaruhi oleh beberapa aspek yakni
modal, bahan baku, tenaga kerja, produk dan pemasaran. Berikut merupakan jenis industri
berdasarkan cara pengorganisasiannya:
- Industri Kecil, modal yang digunakan relatif kecil dengan tenaga kerja kurang dari 10
orang dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Lokasi pemasaran industri
kecil masih berskala lokal.
- Industri menengah, modal yang digunakan relatif besar dengan tenaga kerja antara 10-
200 orang dan sudah mulai menggunakan teknologi yang maju walaupun masih terbatas.
Pemaran produk industri menengah berskala regional.
- Industri besar, modal yang digunakan sangat besar dengan tenaga kerja yang banyak dan
terampil dilengkapi dengan teknologi canggih dan modern. Pemasaran produk mencapai
skala nasional dan internasional.
b. Klasifikasi industri berdasarkan industri prioritas (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional)
Industri prioritas adalah industri yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan
dalam persaingan di pasar internasional dan memiliki faktor produksi yang tersedia cukup
di Indonesia, terdiri atas beberapa kelompok industri yakni:

13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Basis Industri Manufaktur, terdiri atas beberapa kelompok industri meliputi industri
material dasar (industri besi dan baja, industri semen, industri keramik dan lainnya),
industri permesinan (industri peralatan listrik, mesin listrik serta industri mesin dan
peralatan umum), dan sebagainya.
- Industri agro, meliputi cabang industri pengelohan seperti industri kelapa sawit, industri
karet, industri kakao, industri kayu dan barang kayu, industri kertas, industri pengolahan
susu dan sebagainya.
- Industri alat angkut, meliputi industri yang menghasilkan moda transportasi seperti
industri kendaraan bermotor, industri perkapalan, industri kedirgantaraan, industri
perkeretaapian dan sebagainya.
- Industri elektronika dan telematika, meliputi industri yang menghasilkan pendukung
informasi telekomunikasi dan teknologi seperti industri elektronik, perangkat keras
telokomunikasi, industri komputer, industri perangkat lunak dan sebagainya.
- Industri kreatif dan penunjang tertentu yaitu industri yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai tambah hasil dari eksplorasi pengetahuan dan kreativitas yang menghasilkan suatu
produk yang bernilai jual tinggi meliputi industri multimedia, kerajinan, barang seni dan
fashion.
- Industri kecil dan menengah tertentu, meliputi industri pengolahan berskala kecil dan
menengah seperti industri batu mulia dan perhiasan, industri gerabah dan keramik hias,
industri makanan ringan dan sebagainya.

2.3 Industri Kreatif


Industri kreatif adalah bagian penting dalam komponen modern post-industrial
knowledge-based economies. Industri kreatif banyak memberikan manfaat pada peningkatan
ekonomi wilayah dengan mengadopsi kebudayaan lokal sebagai komponen utama identitas
industri kreatif itu sendiri (UNESCO, 2006). Industri kreatif di Indonesia menurut Departemen
Perdagangan RI (2008) dapat memberikan kontribusi pada beberapa aspek kehidupan,
diantaranya meningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan inovasi dan kreativitas anak
bangsa, penggunaan sumber daya terbarukan, dampak sosial yang positif dan tentunya
peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
2.3.1 Definisi Industri Kreatif
Menurut Montgomerty (dalam Kuncoro, 2002), industri kreatif adalah kegiatan ekonomi
yang dibangun oleh pekerja yang kreatif pada sektor budaya. Sependapat dengan Montgomerty,
Caves (dalam Kuncoro, 2002), menerjemahkan industri kreatif sebagai industri yang

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menyediakan barang dan jasa yang berkaitan dengan nilai budaya (cultural goods and services).
Sementara itu, UNIDO (2007) mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang
menghasilkan produk artistik dan kreatif bersifat nyata atau tidak nyata berbasis pengetahuan
dan pelayanan yang baik melalui eksplorasi potensi lokal sehingga berpotensi untuk
meningkatkan pendapatan. Pendapat UNIDO tersebut senada dengan UNTCAD dalam
Creative Economy Report 2008 mendefinisikan Industri kreatif sebagai siklus kreasi, produksi
dan distribusi dari pelayanan yang baik melalui kreativitas dan pengetahuan sebagai dasar
utama. Ada pula definisi industri kreatif menurut UK Creative Industries Task Force (CITF)
(1998, dalam Liu, 2015) adalah industri yang memiliki keaslian dalam mengeksplorasi potensi
lokal melalui kreativitas, keterampilan serta kekayaan intelektual.
Dari beberapa teori tentang definisi industri kreatif di atas, dapat disimpulkan bahwa
industri kreatif adalah suatu industri penghasil produk kreatif dengan eksplorasi potensi lokal
berbasis kreativitas, keterampilan, pengetahuan, pelayanan yang baik dan bernilai budaya.
2.3.2 Kriteria Industri Kreatif
Untuk dapat dikatakan sebagai industri kreatif suatu industri harus memenuhi beberapa
kriteria. Lubis (2008) menetapkan tiga elemen yang menjadi persyaratan pembentukan industri
kreatif yakni tersedianya tenaga kerja yang terampil, ketersediaan bahan baku lokal, dan
ketersediaan pasar. UNIDO (2007) menyebutkan beberapa input/masukan yang harus tersedia
dalam industri kreatif yaitu:
- Kreativitas, yaitu kumpulan orang yang bekerja untuk menciptakan keberagaman produk
kreatif sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif industri kreatif.
- Keterampilan, yaitu kemampuan, bakat serta keahlian yang dimiliki pekerja industri kreatif
untuk mengolah bahan baku, seni dan budaya hingga menjadi produk kreatif yang bersaing
pada bisnis ekonomi kreatif.
- Teknologi, yaitu kemampuan pelaku usaha untuk menerapkan teknologi dalam usaha
peningkatan mutu produk dapat dilakukan dalam proses produksi, pencarian informasi
maupun pemasaran produk kreatif.
Sementara itu, terdapat beberapa hal yang menjadi elemen penting dalam industri kreatif
menurut Departemen Perdagangan RI (2008) dalam Buku Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025. Elemen tersebut merupakan kriteria yang harus dimiliki industri kreatif agar
mampu meningkatkan inovasi dan daya saing. Adapun elemen tersebut terdiri dari:
- Sumber daya manusia, industri kreatif harus memiliki sumber daya manusia yang terampil
dan terlatih untuk menumbuhkan pengetahuan dan kreativitas.
- Produk kreatif, yaitu hasil produksi suatu kreativitas pelaku usaha. Produk ini muncul dari
inovasi pelaku usaha untuk menciptakan produk yang kreatif bermuatan lokal.

15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Teknologi, yaitu kumpulan teknik, metode atau aktivitas yang meningkatkan nilai budaya.
Teknologi yang dimaksud dapat dilakukan dalam kegiatan kreasi, produksi, kolaborasi,
mencari informasi, distribusi ataupun sarana sosialisasi.
- Sumber daya, yaitu input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah. Sumber
daya tersebut berupa ketersediaan lahan maupun sumber daya alam yang menjadi input
penunjang dalam proses produksi
- Institusi, yaitu suatu tatanan sosial yang didalamya terkandung kebiasaan, aturan serta
hukum yang berlaku seperti peraturan perundangan.
- Lembaga keuangan, yaitu lembaga yang berperan menyalurkan dana kepada pelaku industri
dalam bentuk modal maupun kredit/pinjaman.

Berdasarkan teori definisi serta kriteria industri kreatif di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kriteria yang harus dimiliki suatu industri agar dapat dikatakan sesuai dengan industri
kreatif dapat dilihat dari sintesis teori antara definisi dan kriteria industri kreatif yang
diselaraskan. Berikut merupakan sintesis kriteria industri kreatif:

16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Sintesis Industri Kreatif


Dept.
Mongomerty & UK CITF UNIDO UNTCAD Lubis Sintesis
Perdagangan Alasan
Caves (1998) (2007) (2008) (2008) Industri Kreatif
(2008)
Barang jasa Produk berbudaya Produk kreatif Produk kreatif berbudaya Produk kreatif bernilai budaya
berbudaya lokal merupakan komponen utama yang
dihasilkan dari suatu industri kreatif
Pekerja kreatif Kreativitas Kreativitas tenaga Kreativitas Sumber daya Sumber daya manusia Masukan utama dari industri kreatif
kerja manusia kreatif (tenaga kerja kreatif adalah sumber daya manusia kreatif
Keterampilan Keterampilan Tenaga kerja dan terampil pengetahuan) mencakup keterampilan, kreativitas
tenaga kerja terampil dan pengetahuan yang dimiliki
Kekayaan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan tenaga kerja (pekerja kreatif) untuk
intelektual menciptakan produk kreatif
Pelayanan yang Pelayanan yang Pelayanan yang baik Good services berkaitan dengan
baik baik kemampuan pengusaha untuk
meningkatkan kepuasan konsumen
Teknologi Teknologi Teknologi Selain bernilai budaya, industri
kreatif perlu didukung oleh
teknologi modern agar dapat
meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan
Potensi lokal Ketersediaan Sumber daya alam Sumber daya Sumber daya adalah input industri
bahan baku lokal (bahan baku lokal dan kreatif dalam proses produksi dan
Ketersediaan keteredian lahan lahan) penciptaan nilai tambah berupa
lahan bahan baku lokal serta ketersediaan
lahan suatu daerah
Institusi Institusi Peraturan dalam institusi berkaitan
dengan campur tangan pemerintah
untuk pengembangan industri
kreatif
Lembaga Lembaga Keuangan Modal yang diberikan lembaga
keuangan keuangan merupakan awal
pegangan dalam pengembangan
industri kreatif
Ketersediaan pasar Ketersediaan Pasar Ketersediaan pasar adalah
komponen yang mampu membuat
industri kreatif bertahan dan
diterima oleh konsumen
Sumber: Mongomerty & Caves; UK CITF, 1998; UNIDO, 2007; UNTCAD, 2008; Lubis, 2008; Dep. Perdagangan, 2008; dan Peneliti, 2016

17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.3.3 Subsektor Industri Kreatif
Industri yang ada pada ekonomi kreatif dapat dikelompokkan kepada dua kelompok
besar, yaitu industri kreatif yang masih membutuhkan input berwujud (tangible-based) dalam
memproduksi karyanya dan karya kreatif yang sepenuhnya menggunakan input produksi tidak
berwujud (intangible-based). Departemen Perdagangan RI mengklasifikasikan industri kreatif
menjadi 14 jenis subsektor industri berbasis kreativitas yaitu terdiri:
a. Periklanan, berkaitan dengan jasa periklanan sebagai komunikasi satu arah dengan
menggunaan media tertentu, meliputi riset pasar, iklan luar ruang, kampanye, tampilan iklan
di media cetak maupun elektronik
b. Arsitektur, berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan, biaya konstruksi,
konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi menyuluruh dari level makro hingga
level mikro
c. Pasar Barang Seni, berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka
serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi seperti alat musik, kerajinan, lukisan dan film
melalui lelang, galeri, toku, pasar swalayan dan internet.
d. Kerajinan, berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dihasilkan oleh
tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal hingga finishing produknya. Bahan baku
kerajinan biasa berasal dari potensi lokal seperti kulit, rotan, emas, perak, kayu, kaca, kain,
marmer, kapur atau besi.
e. Desain, berkaitan dengan kreasi desain grafis, interior produk, industri, pengemasan dan
konsultasi indentitas perusahaan
f. Fesyen, berkaitan dengan desain pakaian, mulai dari alas kaki hingga aksesoris mode
lainnya dengan memproduksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi terkait produuk
fesyen serta distribusi produk fesyen
g. Video, film dan fotografi, berkaitan dengan kreasi produk video, film dan jasa fotografi,
serta distribusi rekaman video termasuk penulisan skrip, sinematografi dan sebagainya
h. Permainan interaktif, berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan
komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi
i. Musik, berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritelrekaman suara, hak cipta
rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik,
penyanyi, dan komposisi musik
j. Seni pertunjukan, berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten
seperti produksi pertunjukan, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik
tradisional, musik teater dan sebagainya

18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
k. Penerbitan dan percetakan, berkaitan dengan penulisan konten dan penerbitan buku,
jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.
l. Layanan komputer dan perangkat lunak, berkaitan dengan pengembangan teknologi
informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem,
desain dan analisis sistem dan sebagainya.
m. Televisi dan radio, berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran,
dan transmisi televisi dan radio
n. Riset dan pengembangan, terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu
dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan
Apabila dikelompokkan dalam kategori intangible dan tangible, ke-14 subsektor industri
kreatif di atas dapat diposisikan berdasarkan substansi masing-masing subsektor, yaitu dapat
dilihat pada matriks berikut ini:

Substansi Dominan dalam Subsektor Industri Kreatif

Gambar 2.1 Matriks Kelompok Industri Kreatif di Indonesia


Sumber: Dinas Perdagangan RI, 2010

2.4 Industri Kreatif Subsektor Kerajinan


Setiap subsektor industri kreatif memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Hal
tersebut dilihat dari kekhasan karya yang dihasilkan dari masing-masing subsektor. Salah satu
subsektor industri kreatif yang paling berkembang di Indonesia adalah subsektor kerajinan.
Kerajinan dapat didefinisikan sebagai bentuk keterampilan tenaga kerja yang berkualitas
didorong pemanfaatan material khusus dimodifikasi secara internal maupun eksternal
(Adamson and Sennette, 2007 dalam Banks 2010). Dalam konteks industri kreatif, subsektor
kerajinan menghasilkan produk bersubstansi budaya dan desain dan diproduksi secara
tradisional tanpa menghilangkan kekhasan produk (Banks, 2010 dan UNIDO, 2007).
2.4.1 Definisi Industri Kreatif Subsektor Kerajinan
UNESCO berpandangan bahwa industri kerajinan merupakan industri dengan penghasil
produk artisanal (kerajinan) yang diproduksi oleh pengrajin dengan memanfaatkan keahlian
19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tradisional sebagai bentuk warisan budaya. Industri kerajinan menggunakan bahan baku dari
sumber daya alam untuk menciptakan produk kreatif dengan fitur khas yaitu budaya. Menurut
UNIDO (2007) industri kreatif kerajinan adalah kegiatan ekonomi yang mengasilkan produk
berbasis tradisi, budaya serta sejarah dibalik penciptaan konten. Input yang dibutuhkan dalam
industri kreatif kerajinan terdiri dari budaya, kreativitas pelaku usaha, inovasi produk, bahan
baku dan teknologi.
Sementara itu menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, hal yang paling
penting dari industri kreatif subsektor kerajinan adalah keahlian pengrajin, karena melalui
pengetahuannya kerajinan ini dapat diteruskan keahliannya secara turun-temurun ke orang lain
sehingga tidak hilang ditelan waktu (RPJMN Ekonomi Kreatif 2015-2019). Kerajinan yang
dihasilkan juga tidak lepas dari nilai budaya dan bahan baku alam. Oleh karena itu, Industri
kreatif kerajinan di Indonesia dipahami sebagai suatu barang yang secara terus menerus
dihasilkan karena bersifat turun temurun dan memproduksi bahan baku yang berkelanjutan.
2.4.2 Komponen Industri Kreatif Subsektor Kerajinan
Setiap kegiatan industri memiliki rantai nilai, tak terkecuali dengan industri kreatif pada
subsektor kerajinan. UNIDO (2007) menuturkan bahwa industri kreatif kerajinan memiliki tiga
komponen utama untuk dapat membentuk rantai nilai, yaitu inputs, manufacturing and
marketing.
a. Inputs, adalah rantai nilai awal sebulum terciptanya produk kerajinan kreatif mencakup
sejarah, budaya, tradisi, bahan baku mentah, keterampilan pengrajin, infrastruktur, teknologi
dan tentunya kreativitas.
b. Manufacturing, adalah proses produksi bahan baku mentah menjadi produk kerajinan.
Proses produksi yang dilakukan tergantung kepada teknik produksi yang dilakukan.
c. Marketing, atau pemasaran adalah komponen terakhir dari rantai nilai industri kreatif
kerajinan. Ketersediaan pasar untuk produk kerajinan merupakan komponen yang paling
penting agar perputaran roda rantai nilai dapat terus berlanjut.
Sementara itu, menurut Departemen Perdagangan (2008) industri kreatif subsektor
kerajinan adalah kegiatan yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk oleh
tenaga pengrajin, antara lain berasal bahan baku mentah seperti, batu alam, kulit, rotan, bambu,
kayu, logam, kaca, kain, marmer, tanah liat dan sebagainya. Berdasarkan bahan baku (raw
material), produk kerajinan dikategorikan menjadi:
- Keramik (tanah liat, erathen ware, pottery, stoneware, porcelain)
- Logam (emas, perak, perunggu, besi, tembaga)
- Serat alam (bambu, akar-akaran, rotan)
- Batu-batuan (batu mulia, semi precious stone, jade)
20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Tekstil (katun, sutra, linen)
- Kayu (kertas dan lacquer ware)

Setelah diuraikan pemahaman mengenai definisi dan komponen industri kreatif pada
subsektor kerajinan kemudian dilakukan sintesis terhadap teori industri kreatif subsektor
kerajinan. Sintesis industri kreatif subsektor kerajinan bertujuan untuk mendapatkan komponen
industri kreatif subsektor kerajinan dengan cara menyelaraskan teori yang sudah dijabarkan.
Sintesis industri kreatif subsektor kerajinan ini menggunakan metode akumulasi, yaitu dengan
mengambil keseluruhan komponen industri kreatif subsektor kerajinan yang telah disintesikan.
Berikut merupakan penyajian sintesis industri kreatif kerajinan:
Tabel 2.2 Sintesis Industri Kreatif Subsektor Kerajinan
Sintesis
RPJMN
Dept. Industri
Ekonomi UNIDO
UNESCO Perdagangan Kreatif Alasan
Kreatif (2007)
(2008) Subsektor
2015-2019
Kerajinan
Produk Produk Produk Produk kreatif Produk kreatif bernilai budaya
kreatif berbudaya berbudaya berbudaya merupakan komponen utama yang
berbudaya dihasilkan dari suatu industri kreatif
Kreativitas Kreasi Sumber Daya Masukan utama dari industri kreatif
pengrajin pengrajin Manusia kerajinan adalah sumber daya
(kreativitas dan manusia pengrajin yang terdiri dari
keahlian keahlian dan kreativitas yang
pengrajin) dimiliki untuk menciptakan produk
Keahlian Keahlian Masyarakat kerajinan
tradisional pengrajin pengrajin
Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam
dari alam alam mentah mentah alam kegiatan industri ini adalah bahan
baku mentah yang berasal dari alam
supaya kontinuitas bahan baku
terjaga
Infrastruktur Infrastruktur Infrastruktur yang dimaksud adalah
untuk mendukung proses industri
yang berlangsung hingga produk
dapat sampai ke konsumen
Teknologi Teknologi Selain bernilai budaya, industri
kreatif kerajinan perlu didukung
oleh teknologi agar dapat
meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan
Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan pasar adalah
pasar pasar komponen yang mampu membuat
industri kreatif kerajinan mampu
bertahan dan diterima oleh
konsumen
Sumber: UNESCO; RPJMN Ekonomi Kreatif 2015-2019; UNIDO, 2007;
Dep. Perdagangan, 2008; dan Peneliti, 2016

21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.5 Sentra Industri
Sentra adalah suatu fenomena lokasi yang memunculkan paradigma baru yaitu geografi
ekonomi (geographical economics) (Fujita & Thisse, 1996, dalam Kuncoro, 2003). Dalam
konsep tersebut industri cenderung beraglomerasi di daerah dengan potensi yang dapat
dimanfaatkan seperti pada kumpulan industri skala kecil dan menengah di beberapa bagian
Eropa Barat (Bettacini, 1990; Tambunan 1999 dalam Kuncoro, 2003). Konsentrasi lokasi
industri pada sentra memberi banyak keuntungan bagi pelaku industri yaitu perkembangan
ekonomi yang lebih pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar serta peningkatan
produksi dibandingkan industri kecil menengah diluar sentra (Tambunan, 1999).
2.5.1 Konsep Aglomerasi
Aglomerasi awalnya merujuk dari dua macam eksternalitas ekonomi yang dinamakan
penghematan lokalisasi (localization economies) dan penghembatan urbanisasi (urbanization
economies) (Henderson, 1988; O’Sullivan, 1996 dalam Kuncoro, 2002). Aglomerasi menurut
Montgomery (1988 dalam Kuncoro, 2002) didefinisikan sebagai konsentrasi spasial dari
aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan yaitu guna melakukan penghematan akibat lokasi yang
berdekatan (economies of proximity). Sependapat dengan Montgomery, Markusen (1996 dalam
Kuncoro, 2002) menyatakan bahwa suatu lokasi yang tidak mudah berubah akibat adanya
penghematan eksternal bagi semua perusahaan yang letaknya dekat dengan perusahaan lain
atau penyedia jasa dapat juga disebut juga kawasan aglomerasi. Adapun tiga faktor yang
mendorong terjadi penghematan aglomerasi yakni pengelompokkan pasar tenaga kerja, biaya
komunikasi dan transportasi yang lebih murah (Fogarty & Garofalo, 1988 dalam Kuncoro
2002). Paradigma tersebut menjelaskan mengapa aktivitas ekonomi khususnya industri,
cenderung berkonsentrasi dan membentuk kumpulan di beberapa daerah atau disebut juga
dengan sentra industri (industrial district) (Marshall, 1919 dalam Kuncoro, 2002). Dengan
demikian, secara umum dapat disimpulkan teori konsep aglomerasi didefinisikan sebagai
konsentrasi spasial sebagai bentuk penghematan lokasi berupa kumpulan perusahaan atau
penyedia jasa yang berada pada lokasi yang berdekatan atau disebut juga sebagai sentra industri.
2.5.2 Definisi Sentra Industri
Alfred Marshall (1919 dalam Kuncoro, 2002) mengemukakan teori Marshallian
Industrial District didefinisikan bahwa sentra industri (industrial districts) adalah industri
produksi tertentu yang berada pada lokasi yang berdekatan. Menurut Taufiq (2004) definisi
sentra adalah pusat kegiatan usaha terdapat pelaku usaha yang memanfaatkan bahan baku atau
sarana yang sama dan menghasilkan produk yang sejenis pada suatu lokasi tertentu. JICA
(2004) menyebutkan bahwa kebanyakan sentra industri kecil menengah adalah suatu
aglomerasi UKM dengan jalinan sosial yang rawan dan adanya yang berada dalam keadaan

22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak aktif maupun pada tahap bertahan hidup. Marshall (1920 dalam Marijan, 2005)
memperbarui pernyataan penelitiannya tentang sentra industri dan menyebutkan bahwa di
dalam sentra industri terdapat industri kecil menengah yang berada di dalam suatu wilayah yang
berdekatan (geographical proximity), tenaga kerja dengan ketrampilan khusus (labour pool)
dan adanya pertukaran informasi dan gagasan (knowledge spill-over).
Dengan demikian, sentra industri dapat didefinisikan sebagai kumpulan industri kecil
menengah yang berada di dalam suatu wilayah membentuk jalinan sosial antar industri yang
didalamnya terdapat tenaga kerja terampil, pemanfaatan bahan baku dan sarana yang sejenis.
2.5.3 Kriteria Sentra Industri
Suatu industri harus memiliki beberapa kriteria untuk dapat dikatakan sebagai sentra
industri. Menurut Subagyo (2008) suatu industri dapat dikatakan sentra industri apabila
memiliki kriteria sebagai berikut:
- Perkumpulan industri yang berada pada lokasi yang berdekatan
- Perkumpulan industri yang menghasilkan jenis produk yang serupa atau sejenis
- Tersedianya fasilitas dari pemerintah yang dapat digunakan oleh semua pelaku usaha
- Keseragaman keahlian penduduk yang sudah lama dimiliki serta turun temurun
- Terdapat kerjasama antar pelaku usaha dalam pengadaan bahan baku/penjualan
Pendekatan sentra industri juga dapat diadopsi dalam pengembangan sentra usaha kecil
menengah (UKM). Dalam Permen KUKM Nomor 23/PER/M/.KUKM/XI/2005 ditetapkan
kriteria sentra UKM terdiri dari:
- Terdapat minimal 20 industri kecil menengah dalam satu lokasi
- Mempunyai prospek pasar yang baik
- Mempunyai jaringan kemitraan dalam pengadaan bahan baku maupun pemasaran
- Menyerap tenaga kerja minimal 40 orang dalam satu kawasan sentra
- Mengutamakan bahan baku lokal (dalam negeri)
- Menggunakan teknologi tepat guna
- Tersedia sarana dan prasarana pendukung
Kementerian Perindustrian Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI)
menyebutkan dalam penetapan lokasi Sentra IKM harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Terdapat kebijakan kawasan sebagai kawasan peruntukan industri (KPI) menurut Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
- Ketersediaan lahan
- Aksesibilitas terhadap bahan baku
- Aksesibilitas tenaga kerja

23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Memiliki potensi pasar dan permodalan
- Tersedianya infrastruktur penunjang

Setelah diurakan pemahaman mengenai definisi dan kriteria sentra industri kemudian
dilakukan sintesis terhadap teori tersebut. Sintesis sentra industri bertujuan untuk mendapatkan
kriteria sentra industri dengan cara menyelaraskan teori yang sudah dijabarkan. Sintesis sentra
industri ini menggunakan metode akumulasi, yaitu dengan mengambil keseluruhan kriteria
sentra industri yang telah disintesikan. Berikut merupakan penyajian sintesis sentra industri:

24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 2.3 Sintesis Sentra Industri
Marshall Permen KUKM
Subagyo Kementerian Sintesis Kriteria
(1919 & Taufiq (2004) JICA (2004) 23/PER/M/KUK Alasan
(2008) perindustrian Sentra Industri
1920) M/XI/2005
Kedekatan Aglomerasi Perkumpulan Aglomerasi Industri Agolomerasi adalah perkumpulan industri yang
Geografis IKM Industri berada pada suatu lokasi yang berdekatan
Industri berdekatan
Aksesibilitas Aksesibilitas terhadap Sumber bahan baku yang dekat akan mengurangi
terhadap bahan bahan baku biaya transportasi
baku
Aksesibilitas Aksesibilitas tenaga Tempat tinggal tenaga kerja yang dekat dapat
tenaga kerja kerja memudahkan tenaga kerja untuk menjangkau sentra
industri
Ketersediaan lahan Ketersediaan lahan Ketersediaan lahan merupakan input proses produksi
guna mewadahi kegiatan industri
Pemanfaatan Bahan baku lokal Bahan baku lokal Bahan baku lokal merupakan input proses produksi
bahan baku dalam meningkatkan nilai produksi industri
Sarana sama Pemanfaatan Sarana prasarana Infrastruktur Sarana Prasarana Terdiri atas sarana (fasilitas) serta prasarana
fasilitas pendukung penunjang penunjang (jaringan) yang sama, dapat mendukung kegiatan
bersama produksi maupun distribusi industri
Produk sejenis Produk serupa/ Jumlah industri Industri sejenis Industri sejenis pada suatu sentra adalah industri
sejenis sejenis yang mengahasilkan produk sejenis
Pertukaran Jalinan sosial Kerjasama Kemitraan bahan Kerjasama Kerjasama/kemitraan dibutuhkan untuk
informasi & penyediaan baku (penyediaan bahan baku memudahkan pelaku usaha dalam penyediaan bahan
gagasan bahan baku dan pemasaran) baku maupun pemasaran. Kerjasama tersebut dapat
Kerjasama Kemitraan berupa pertukaran informasi/gagasan antar sesama
penjualan pemasaran pelaku usaha atau pihak lain
Tenaga kerja Keahlian Tenaga kerja terampil Tanpa keahlian, tenaga kerja tidak akan terampil
terampil penduduk memproduksi barang/jasa pada suatu industri
Arahan kawasan Arahan Kawasan Agar sesuai dengan kebijakan dari pemerintah
Peruntukan Peruntukan industri setempat, suatu kawasan sentra industri harus
industri (KPI) (KPI) memiliki arahan sebagai kawasan peruntukan
industri
Prospek pasar Potensi pasar Potensi pasar Suatu kegiatan industri khususnya pada sentra
baik industri harus memiliki potensi pasar yang baik agar
memiliki daya saing yang baik
Permodalan Permodalan Modal dibutuhkan industri untuk dapat memulai
usaha atau mengembangkan usaha yang telah ada
Jumlah tenaga Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja dalam suatu sentra industri
kerja harus berjumlah minimal 40 pekerja
Teknologi tepat Teknologi tepat guna Teknologi yang tepat guna dapat mendukung
guna peningkatan mutu dan jumlah produksi pada sentra
industri
Sumber: Marshal, 1919 & 1920; Taufiq, 2004; JICA, 2004; Subagyo, 2008; Permen KUKM 23/PER/M/KUKM/XI/2005; Kementerian Perindustrian; dan Peneliti, 2016

25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.6 Sentra Industri Kreatif Kerajinan
Untuk mendapatkan variabel penelitan yaitu kriteria sentra industri kreatif kerajinan,
sebelumnya perlu dilakukan sintesis antar teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Sintesis
tersebut berasal dari dari hasil eksplorasi teori terkait industri kreatif, industri kreatif subsektor
kerajinan dan teori sentra industri.
2.6.1 Sintesis Industri Kreatif Kerajinan
Setelah dilakukan sintesis terhadap kriteria industri kreatif dan industri kreatif subsektor
kerajinan, selanjutnya dilakukan sistesis kriteria industri kreatif kerajinan Sintesis Industri
Kreatif Kerajinan bertujuan untuk mendapatkan kriteria industri kreatif kerajinan dengan cara
menyelaraskan teori terkait industri kreatif dan industri kreatif subsektor kerajinan. Sintesis
industri kreatif kerajinan ini menggunakan metode akumulasi, yaitu dengan mengambil
keseluruhan kriteria industri kreatif kerajinan yang telah disintesikan. Berikut merupakan
penyajian sintesis kriteria industri kreatif kerajinan:
Tabel 2.4 Sintesis Kriteria Industri Kreatif Kerajinan
Sintesis Industri Sintesis Kriteria
Sintesis Industri
Kreatif Subsektor Industri Kreatif Alasan
Kreatif
Kerajinan Kerajinan
Produk kreatif Produk kreatif Produk kreatif Produk kreatif bernilai budaya merupakan
berbudaya berbudaya berbudaya komponen utama yang dihasilkan dari suatu
industri kreatif kerajinan
Sumber daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber daya manusia kreatif adalah masukan
manusia kreatif Manusia (kreativitas Manusia Kreatif utama keberlangsungan industri kreatif
(Tenaga kerja kreatif, dan keahlian tenaga - Tenaga kerja kerajinan mencakup kreativitas, keterampilan
tenaga kerja terampil, kerja) kreatif dan pengetahuan tenaga kerja. Pada tenaga
pengetahuan) - Tenaga kerja kerja terampil adalah tenaga kerja yang
terampil memiliki keahlian sebagai pengrajin
- Pengetahuan
Pelayanan yang baik Pelayanan yang Good services berkaitan dengan kemampuan
baik pengusaha untuk memikat konsumen
Teknologi Teknologi Teknologi Pemanfaatan teknologi yang tepat dapat
membantu meningkatkan mutu produk
kerajinan
Sarana Prasarana Infrastruktur Sarana Prasarana Ketersediaan sarpras sebagai media untuk
Penunjang penunjang menunjang kegiatan industri kreatif kerajinan

Sumber daya Bahan baku alam Sumber daya Sumber daya terdiri atas ketersediaan bahan
(bahan baku lokal - Bahan baku lokal baku lokal dan ketersediaan lahan sebagai input
dan ketersediaan - Ketersediaan lahan proses industri
lahan)
Institusi - Institusi Institusi memuat kebijakan pengembangan
industri kreatif kerajinan yang berasal dari
lembaga pendukung baik pemerintah, swasta
atau swadaya
Lembaga keuangan - Lembaga keuangan Lembaga ini berperan menyalurkan dana dalam
bentuk modal maupun kredit/ pinjaman
Ketersediaan pasar Ketersediaan pasar Ketersediaan pasar Untuk mampu bertahan dan diterima oleh
konsumen industri kreatif kerajinan
membutuhkan ketersediaan pasar
Sumber: Sintesis Teori oleh Peneliti, 2016

26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.6.2 Sintesis Sentra Industri Kreatif Kerajinan
Sintesis Sentra Industri Kreatif Kerajinan bertujuan untuk mendapatkan variabel dan sub
variabel kriteria sentra industri kreatif kerajinan dengan cara menyelaraskan hasil sintesis sentra
industri dan industri kreatif kerajinan. Sintesis sentra industri kreatif kerajinan ini menggunakan
metode reduksi, yaitu dengan memadankan keseluruhan hasil sintesis dari kriteria sentra
industri maupun industri kreatif kerajinan kemudian dipilih kriteria yang sesuai dengan ranah
perencaaan wilayah dan kota serta kriteria yang memiliki proporsisi teori lebih dari dua sumber
untuk nantinya menjadi variabel dari kriteria sentra industri kreatif kerajinan. Berikut
merupakan penyajian sintesis kriteria sentra industri kreatif kerajinan:

27
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.5 Sintesis Kriteria Sentra Industri Kreatif Kerajinan


Variabel Sub Variabel
Sintesis Industri Sintesis Sentra
Sentra Industri Sentra Industri Alasan Dasar
Kreatif Kerajinan Industri
Kreatif Kerajinan Kreatif Kerajinan
Produk kreatif - Produk kreatif - Produk kreatif berbudaya adalah suatu hasil produksi industri Montgomerty & Caves;
berbudaya berbudaya kreatif khususnya pada subsektor kerjinan, sehingga menjadi UNIDO (2007); Depdag
kriteria penting dalam sentra industri kreatif kerajinan (2008)
- Industri sejenis Industri sejenis - Sentra industri merupakan kumpulan industri yang menghasilkan Subagyo (2008);
produk sejenis sehinga kriteria sentra industri tidak bisa lepas Taufiq (2004)
dari adanya industri sejenis/serupa pada suatu lokasi tertentu
Sumber Daya Tenaga kerja terampil Sumber Daya Manusia Tenaga kerja kreatif Industri kreatif harus memiliki sumber daya manusia kreatif yaitu UNTCAD (2008);
Manusia Kreatif Kreatif tenaga kerja yang terampil, kreatif dan berpengetahuan luas Lubis (2008); UNIDO
- Tenaga kerja kreatif Tenaga kerja terampil (2007);
- Tenaga kerja Pengetahuan Depdag (2008)
terampil
- Pengetahuan
Teknologi Teknologi tepat guna Teknologi - Teknologi akan menigkatkan produktivitas dan mutu produk RPJMN Ekonomi
sehingga mampu membentuk sentra industri kreatif yang berdaya Kreatif 2015-2019;
saing UNIDO (2007)
Infrastruktur Sarana Prasarana Sarana Prasarana - Sarana prasarana penunjang terdiri dari fasilitas bersama dan Subagyo (2008);
penunjang Penunjang infrastruktur bersama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku Permen KUKM;
industri Kementerian
Perindustrian
Sumber daya Bahan baku lokal Sumber daya Bahan baku lokal Pemanfaatan bahan baku lokal adalah kreasi pengrajin dalam Lubis (2008); UNIDO
- Bahan baku lokal menggali potensi lokal, proses produksi industri perlu dipenuhi (2007); Depdag (2008);
- Ketersediaan lahan Ketersediaan lahan Ketersediaan lahan dengan ketersediaan bahan baku lokal yang terjamin Permen KUKM (2005)
kecukupannya
- Arahan Kawasan Arahan Kawasan - Lokasi sentra industri harus berada dalam kawasan peruntukan Kementerian
Peruntukan industri Peruntukan Industri industri menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Perindustrian
(KPI) (KPI) Kab/Kota
Institusi - Institusi - Institusi memuat kebijakan pengembangan industri kreatif Depdag (2008)
kerajinan yang berasal dari lembaga pendukung baik pemerintah,
swasta atau swadaya
Lembaga Keuangan - Lembaga Keuangan - Lembaga ini berperan menyalurkan dana dalam bentuk modal Depdag (2008)
maupun kredit/ pinjaman
Ketersediaan pasar Potensi pasar Ketersediaan pasar - Ketersediaan pasar yang baik menandakan bahwa potensi produk Lubis (2008);
industri kreatif dapat diterima oleh masyarakat/konsumen baik Kementerian
sehingga dapat mendukung keberlangsungan sentra industri Perindustrian
- Aglomerasi Industri Aglomerasi Industri - Dalam sentra industri terdapat kelompok industri kecil menengah Marshall (1919 &
yang berada di suatu lokasi yang berdekatan (geographical 1920); JICA (2004);
proximity) membentuk suatu aglomerasi industri Subagyo
(2008)

28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Variabel Sub Variabel


Sintesis Industri Sintesis Sentra
Sentra Industri Sentra Industri Alasan Dasar
Kreatif Kerajinan Industri
Kreatif Kerajinan Kreatif Kerajinan
- Aksesibilitas terhadap Aksesibilitas Aksesibilitas terhadap Aksesibilitas industri ditinjau dari sumber daya yang digunakan Kementerian
bahan baku bahan baku dalam kegiatan industri yaitu terdiri dari tenaga kerja dan bahan Perindustrian;
- Aksesibilitas tenaga Aksesibilitas tenaga kerja baku Black (1981)
kerja
- Kerjasama Kerjasama Kerjasama penyediaan Interaksi yang terjadi dalam sentra industri membentuk Subagyo (2008); JICA
- Penyediaan bahan bahan baku keterkaitan antar pelaku industri atau dengan lembaga terkait. (2004)
baku Kerjasama Pemasaran Keterkaitan tersebut membentuk kerjasama dalam bidang
- Pemasaran penyediaan bahan baku atau pemasaran
Pelayanan yang baik - Pelayanan yang baik - Sebagai strategi untuk memikat konsumen dan merupakan ciri Montgomerty and
dari pelayanan terhadap konsumen produk industri kreatif Caves; UNIDO (2007)
- Permodalan - - Pemodalan masuk dalam ruang lingkup variabel lembaga -
keuangan terkait kemudahan peminjaman modal untuk usaha
baru atau pengembangan usaha
- Jumlah tenaga kerja - - Masuk dalam ruang lingkup variabel lain yang berkaitan dengan -
tenaga kerja (Sumber Daya Manusia Kreatif)
Sumber: Sintesis Teori oleh Peneliti, 2016

29
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.6.3 Definisi Operasional
Setelah diperoleh variabel penelitian, selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai
definisi operasional dari masing-masing variabel. Pembahasan definisi operasional ini
dimaksudkan agar dapat menjadi dasar pijakan dalam memperoleh data melalui teknis
operasional di lapangan. Berikut merupakan pemahaman definisi operasional masing-masing
variabel penelitian terkait kriteria sentra industri kreatif kerajinan, yaitu sebagai berikut:
a. Produk kreatif berbudaya
Munandar (2012 dalam Sarijani, 2015) definisi kreativitas berdasarkan dimensi produk
berarti produk yang dihasilkan merupakan konten baru/orgininal atau penggabungan produk
yang inovatif. Sementara itu, produk berbudaya (lokal) berarti produk yang memiliki bentuk
maupun wujud berciri khas khusus dari wilayah produksi (Ratnasari et al, 2012). Dengan
demikian, suatu produk yang memiliki nilai kreatif berbudaya dapat terpenuhi apabila
produk telah memiliki orisinalitas, inovasi serta ciri khas khusus berupa budaya lokal pada
wilayah produksi.
b. Industri sejenis
Industri pada sentra industri kreatif kerajinan adalah industri sejenis yang
mengelompok dalam satu lokasi. Menurut Waugh (2009) untuk membentuk distribusi titik
secara mengelompok (clustered) minimal perlu terdapat 30 titik usaha dalam satu lokasi.
Dengan demikian, variabel industri sejenis dapat dioperasionalkan menjadi terdapat minimal
30 titik industri yang menghasilkan produk sejenis dalam satu lokasi.
c. Sumber Daya Manusia Kreatif
Industri kreatif harus memiliki sumber daya manusia kreatif yaitu tenaga kerja yang
terampil, kreatif dan berpengetahuan luas (Departemen Perdagangan RI, 2008). Penilaian
sumber daaya kreatif berasal dari kemampuan yang dimiliki individu dalam hal kreativitas,
keterampilan dan pengetahuan.
- Tenaga Kerja Kreatif, menurut Bakhtiar, et al (2009) tenaga kerja kreatif adalah tenaga
kerja yang memiliki tingkat penghasilan baik, senang dalam bekerja, memiliki ide-ide
dan mampu menciptakan/mengembangkan produk baru yang inovatif serta memiliki
komunikasi yang baik dengan pekerja lain maupun konsumen.
- Tenaga Kerja Terampil, menurut Sarbiran (1993, dalam Samsudi, 1998) tenaga kerja
terampil adalah tenaga kerja yang bekerja dengan prosedur kerja yang sesuai, ketepatan
waktu kerja dan kualitas hasil kerja yang terkontrol.
- Pengetahuan, menurut Ardiana (2010) pengusahaan ilmu dan teknologi yang diperoleh
dari pembelajaran, pelatihan dan pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan tenaga
kerja dapat diukur dengan pendidikan tenaga kerja, keikutsertaan dalam pelatihan tenaga

30
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kerja, pemahaman tentang produk, konsumen, promosi dan strategi pemasaran yang
dimiliki tenaga kerja.
d. Teknologi
Pemanfaatan teknologi dapat dilihat dari keberadaan pemanfaatan teknologi dalam
proses produksi, pencarian informasi maupun pemasaran (Zimmerer et al, 2008). Dengan
demikian, variabel teknologi dapat terpenuhi apabila terdapat pemanfaatan teknologi yang
diterapkan pada proses produksi, pencarian infromasi dan pemasaran.
e. Sarana Prasanara Penunjang
Bappenas (2012) menyebutkan salah satu input utama dalam pengembangan industri
pengolahan adalah penyediaan sarana prasarana untuk menunjang kebutuhan produksi dan
distribusi. Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
disebutkan bahwa sarana prasarana penunjang industri paling sedikut terdiri dari jaringan
energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air, jaringan
pengolahan limbah dan jaringan transportasi. Sementara itu, menurut Azizah (2014) sarana
yang dapat memberikan peningkatan terhadap hasil produksi industri kecil adalah showroom
dan konveksi. Menurut Subagyo (2008) sarana prasarana penunjang yang terdapat dalam
sentra tersebut, disediakan oleh pemerintah untuk dapat dimanfaatkan bersama (fasilitas
bersama). Dengan demikian, variabel sarana prasarana penunjang dapat terpenuhi apabila
telah tersedia sarana prasarana produksi dan distribusi untuk kegiatan industri yang terdiri
dari showroom, konveksi, jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan
sumber daya air, jaringan pengolahan limbah dan jaringan transportasi.
f. Sumber Daya
Sumber daya berupa ketersediaan lahan maupun bahan baku yang menjadi input
penunjang dalam proses produksi (Departemen Perdagangan RI, 2008).
- Bahan baku lokal dapat diukur dari terpenuhinya kebutuhan jumlah bahan baku yang
digunakan serta keterjangkauan harga bahan baku sebagai input produksi (Afiah, 2009).
Sementara itu, menurut UNIDO (2007) pemanfaatan bahan baku alam sebagai input
dalam industri kerajinan juga merupakan bagian dari penggunaan bahan baku lokal.
Dengan demikian, sub variabel bahan baku lokal dapat terpenuhi apabila pemanfaatan
bahan baku untuk proses produksi adalah bahan baku lokal, terpenuhinya kebutuhan
bahan baku dan terjangkaunya harga bahan baku.
- Ketersediaan lahan, untuk mendukung pengembangan industri perlu diketahui
ketersediaan lahan guna serta kebutuhan lahan kawasan industri. Menurut Muta’ali
(2015) penyediaan lahan untuk kawasan industri harus mempertimbangkan daya dukung
lahan sehingga diperoleh kebutuhan perkembangan lahan yang lebih baik. Dengan

31
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
demikian, ketersediaan lahan dapat terpenuhi apabila daya dukung lahan yang terdapat
pada suatu kawasan mampu mendukung kebutuhan lahan yaitu ketersediaan lahan lebih
besar dari kebutuhan lahan.
g. Arahan Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
Lahan pengembangan sentra industri ditinjau menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota diarahkan sebagai lahan yang memiliki peruntukan sebagai
Kawasan Peruntukan Industri (KPI) (Kementerian Perindustrian, -). Dengan demikian
variabel arahan KPI ini dapat terpenuhi apabila suatu kawasan memiliki arahan sebagai
Kawasan Peruntukan Industri merurut RTRW Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh
kota/kabupaten setempat.
h. Institusi
Institusi memuat program yang berasal dari lembaga terkait untuk mengembangkan
sentra industri kreatif kerajinan. Lembaga tersebut terdiri dari lembaga pendidikan dan
pelatihan, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga pemerintahan (DepDag RI, 2008).
Dengan demikian, variabel institusi dapat terpenuhi apabila terdapat program
pengembangan industri yang berasal dari lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga
swadaya masyarakat serta lembaga pemerintahan.
i. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan dalam industri kreatif adalah lembaga yang berperan memberikan
penyaluran pendanaan dalam bentuk peminjaman modal disertai dengan kemudahan
prosedur dalam pelaksanaanya (DepDag RI, 2008). Dengan demikian, variabel lembaga
keuangan terpenuhi apabila terdapat penyaluran dana dalam bentuk peminjaman modal oleh
lembaga keuangan serta kemudahan prosedur dalam peminjaman modal tersebut.
j. Ketersediaan pasar
Ketersediaan pasar dapat dilihat dari luasnya jangkauan yang dilayani (Wibowo dalam
Abdullah 2010). Jangkaun pasar dibedakan berdasarkan luasnya pemasaran yang dijangkau
suatu industri. Menurut RPJMN Ekonomi Kreatif 2015-2019 salah satu tujuan peningkatan
pertumbuhan industri kreatif, adalah terciptanya produk dan jasa kreatif yang dapat bersaing
pada pasar nasional/internasional. Dengan demikian variabel ketersediaan pasar dapat
terpenuhi apabila jangkauan pemasaran produk yang dilayani suatu industri dapat
menjangkau pasar nasional/internasional.
k. Aglomerasi Industri
Dalam sentra industri terdapat industri kecil menengah yang berada di dalam suatu
wilayah yang berdekatan (geographical proximity) membentuk suatu aglomerasi industri.
Ciri utama sentra industri adalah konsentrasi geografis yaitu industri yang berada pada lokasi

32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang berdekatan dan membentuk suatu kelompok produsen (UNIDO, 2013). Aglomerasi
industri dapat diukur melalui analisis tetangga terdekat. Analisis Tetangga Terdekat
merupakan analisis yang melihat penyebaran suatu benda diukur berdasarkan jaraknya dari
benda yang letaknya berdekatan. Menurut Hagget (dalam Bintarto dan Hadisumarno, 1982)
terdapat 3 buah pola penyebaran yaitu (1) pola mengelompok (clustered), (2) pola acak
(random) dan (3) pola seragam (regular). Dengan demikian, suatu wilayah dapat dikatakan
teraglomerasi apabila pola penyebaran titik industri yang dihasilkan dari perhitungan
tetangga terdekat adalah pola mengelompok (clustered).
l. Aksesibiltias
Aksesibilitas merupakan ukuran kinerja antara tata guna lahan dengan sistem
transportasi. Pada kasus industri, para milik industri lebih memperhatikan aksesibilitas
terhadap bahan baku dan tenaga kerja (Black, 1981)
- Aksesibilitas terhadap bahan baku, menurut Tamin (2000) aksesibilitas dapat
dinyatakan dengan jarak. Penetapan kedekatan jarak antara lokasi usaha dengan bahan
baku didasari pendapat Zulkarnaen dan Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa
kedekatan jarak lokasi bahan baku dengan lokasi usaha dapat menggunakan jarak yang
dihasilkan dari rata-rata dari total jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten.
Dengan demikian, aksesibilitas terhadap bahan baku dapat dilihat dari kedekatan jarak
bahan baku dengan lokasi usaha yaitu dari perhitungan jarak rata-rata ibu kota kecamatan
dengan ibu kota kabupaten.
- Aksesibilitas tenaga kerja, menurut Tamin (2000) aksesibilitas dapat dinyatakan dengan
waktu. Untuk mengetahui aksesibilitas tenaga kerja dalam penelitian ini dilihat
berdasarkan waktu tempuh tenaga kerja dari tempat tinggal menuju tempat kerja dengan
cara berjalan kaki (Jayadinata, 1999) Dengan demikian, aksesibilitas tenaga kerja dapat
diukur dengan mengetahui waktu tempuh yang digunakan pekerja untuk menuju ke
tempat kerja dengan cara jalan kaki.
m. Kerjasama
Kerjasama antara sesama pengusaha atau pihak lain dalam pengadaan bahan baku atau
pemasaran (Tambunan, 2012)
- Kerjasama penyediaan bahan baku, menurut Tambunan (2012) kerjasama penyediaan
bahan baku adalah kegiatan usaha oleh pelaku usaha yang dilakuan dengan pelaku usaha
lain dalam satu kawasan atau dengan lembaga pemerintahan/swasta dalam bentuk
penyediaan bahan baku.

33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Kerjasama pemasaran, menurut Tambunan (2012) kerjasama pemasaran kegiatan
usaha oleh pelaku usaha yang dilakuan dengan pelaku usaha lain dalam satu kawasan atau
dengan lembaga pemerintahan/swasta dalam hal pemasaran.
n. Pelayanan yang baik
Kualitas pelayanan dapat diukur dari kepuasan dan kenyamanan yang dirasakan
konsumen, semakin baik pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha, maka semakin besar
loyalitas konsumen terhadap perusahaan tersebut (Atmaja dan Cahyadi dalam Aryani, 2010).
Dengan demikian, persepsi kenyamanan serta kepuasan yang dirasakan konsumen dapat
menginterpretasikan pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha.

34

Anda mungkin juga menyukai