Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358901068

INDUSTRI KREATIF

Article · February 2022

CITATIONS READS
0 7,720

1 author:

Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
227 PUBLICATIONS 22 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 28 February 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


INDUSTRI KREATIF

LATAR BELAKANG
Perkembbangan Industri kreatif di Indonesia mengalami kemajuan yang
menggembirakan dari waktu ke wawaktu. Terungkap data pada OPUS Ekonomi Kreatif
2020, subsektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi setidaknya senilai 1.211 Triliun
Rupiah, pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Dimana pada tahun sebelumnya
hanya mencapai angka 1.105 Triliun rupiah, ha linin menunjukkan peningkatan yang
besar bagi nilai PDB.

Diera globalisasi saat ini, industri kreatif menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan
dalam upaya meningkatkan daya saing berbagai produk lokal terhadap ekspansi produk
luaran, sehingga kreatifitas dan inovasi produk menjadi hal yang tak terelakkan. Disisi
lain pemerintah turut berperan melalui upaya peningkatkan peran pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah dalam kegiatan ekspor nasional. Terkait upaya itu, produk UMKM
perlu dirancang agar dapat memenuhi standar ekspor. Situasi ini dasarkan pada kondisi
di pasar global yang menuntut produk UMKM bersaing dengan produk serupa dari
negara-negara lain. Kondisi persaingan juga berlangsung pada pasar dalam negeri,
dimana produk UMKM juga harus bertarung melawan produk impor yang dengan mudah
masuk lewat e-dagang dan untuk produk yang sama bisa lebih murah 40-60 persen dari
produk local. Persoalan utama yang menjadi kendala dalam menghadapi persaingan
adalah belum terpenuhinya kualitas dan kompetensi SDM khususnya pengetahuan
tentang kewirausahaan.

Salah satu hal yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia pada masa
kepemimpinan Presiden Jokowi adalah industri kreatif dan ekonomi kreatif. Hal ini terlihat
dari dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif sebagai sebuah lembaga pemerintah non
kementerian yang mengurus ekonomi kreatif atau industri kreatif Indonesia. Sesuai
dengan namanya industri kreatif atau jika di negeri Eropa lebih dikenal dengan istilah
industri budaya merupakan sebuah jenis industri yang mengelola kreativitas,
keterampilan, dan bakat yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan sebuah karya atau
produk yang bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat memberikan kesejahteraan dan
membuka lapangan pekerjaan.

Jika pada industri konvensional bahan baku yang akan dikelola adalah sumber daya
alam seperti misalnya hasil hutan, maka pada industri kreatif yang menjadi bahan bahan
bakunya adalah kreativitas dan pengetahuan dari manusia itu sendiri. Menurut
departemen perdagangan Republik Indonesia terdapat 15 sub-sektor industri kreatif.
Yakni seperti contohnya periklanan, kuliner, arsitektur, seni pertunjukan, pasar barang
seni, penerbitan dan percetakan, kerajinan, riset dan pengembangan, fesyen, musik,
televisi dan radio, permainan interaktif, layanan komputer dan perangkat lunak, desain,
serta video, film dan fotografi.

TINJAUAN TEORI

Industri kreatif merupakan proses untuk menciptakan sebuah karya berdasarkan


ide yang dicetuskan berkat kreativitias dari seseorang atau sekelompok orang. Industri
kreatif ini juga tidak mengeksploitasi sumber daya alam yang ada dan memberikan
lapangan kerja yang baru. Dengan demikian, industri ini sebaiknya dikembangkan secara
terus menerus sehingga semakin mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.

Sebelumnya dikatakan bahwa upaya-upaya untuk mengembangkan industri kreatif


sebaiknya terus dilakukan karena akan memberikan dukungan kepada perekonomian
Indonesia. Namun, bagaimana sebenarnya hubungan industri kreatif dengan ekonomi
kreatif? Kreativitas dan pengetahuan adalah dua aset yang krusial jika ingin menghasilkan
terobosan-terobosan baru dan memiliki daya saing yang tinggi di dalam pasar yang makin
sengit ini. Dengan memanfaatkan kreativitas yang dimiliki untuk menciptakan berbagai
produk atau jasa, pendapatan yang dapat diraup juga akan meningkat.

Jadi, dapat dikatakan bahwa industri kreatif sebenarnya adalah bagian dari ekonomi
kreatif karena industri kreatif menghasilkan berbagai produk yang memerlukan kreativitas
yang berunsur budaya dan umumnya dikerjakan di dalam kegiatan ekonomi. Tahun 2018,
tercatat bahwa industri/ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,44% terhadap
total perekonomian nasional Indonesia.

Selain bermanfaat bagi pemasukan ekonomi negara, industri ini juga menjadi wadah
untuk menumbuhkembangkan kreativitas bagi pendiri bisnis dan juga pekerjanya, serta
solusi bagi banyaknya jumlah tenaga kerja usia produktif di Indonesia, sekaligus
membantu mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Peran signifikan industri
kreatif bagi perekonomian Indonesia dapat dilihat daru berdirinya Bekraf yang menaungi
ekonomi kreatif di Indonesia. Pemerintah menaruh perhatian khusus sehingga banyak
kebijakan dibuat untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif. Dampak positifnya bagi
Indonesia membuat banyak negara juga mulai melirik industri ini.

Menurut Simatupang (2007), Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan


ketrampilan, talenta dan kreativitas yang berpontensi dalam meningkatkan
kesejahteraan. Sedangkan menurut Departemen Perdagangan RI tahun 2009, Industri
kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas, dan bakat
yang dimiliki individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri
ini akan berfokos untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu. Arti
industri kreatif menurut UK DCM Task Force : 1998, Industri kreatif adalah industri yang
berasal dari kreativitas individu yang secara potensial mampu untuk menciptakan
kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui eksploitasi dan pembangkitan daya cipta dan
kekayaan intelektual individu tersebut. Menurut Howkins : 2001, Pengertian industri
kreatif adalah industri yang mempunyai ciri-ciri keunggulan pada sisi kreativitas dalam
menghasilkan atau menciptakan berbagai desain kreatif yang melekat pada produk
barang atau jasa yang dihasilkan. Dari penjelasan beberapa ahli di atas, kita bisa tarik
sebuah kesimpulan bahwa, pengertian industri kreatif adalah suatu industri yang
menggabungkan unsur digital dan unsur kreatif pada produk dan jasanya. Industri jenis
ini pada dasarnya merupakan hasil dari produk teknologi informasi yang bisa menjadi
solusi atas masalah di kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dari kegiatan industri kreatif
ini adalah seperti OkOce, Gojek, Grab, dan Uber.
METODE

Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode kualitatif, yang disajikan dalam
diskripsi atas fenomena agar mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa.
Sehingga diperoleh penjelasan yang lebih dalam dari topik yang dibahas. Metode
kualitatif ini diharapkan dapat memberikan penekankan pada pengamatan fenomena dan
lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena yang ada. Analisis dan ketajaman
penulisan ini ditumpukan pada kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. Fokus dari
diskripsi ini adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Perhatian lebih tertuju pada
elemen suatu peristiwa, perilaku, atau fenomena.

PEMBAHASAN

Di Indonesia sendiri, sejak Badan Ekonomi Kreatif, terdapat 16 subsektor yang


ditetapkan sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif, diantaranya:

1. Kuliner. Meliputi produksi atau pembuatan kuliner khas daerah dan pemasaran
produk makanan khas daerah. Kuliner merupakan subsektor yang menjanjikan
karena memiliki pasar yang luas dan mampu bersaing dengan pasar ritel modern.
2. Fashion. Subsektor ini seputar produksi pakaian, aksesoris pakaian, konsultasi gaya,
hingga pendistribusian produk pakaian yang telah dibuat.
3. Kriya. Sektor kriya atau kerajinan meliputi proses kreasi, pembuatan, hingga distribusi
produk yang dihasilkan. Sektor ini memanfaatkan sumber daya alam (kulit, rotan,
kayu, bambu, dst.) dan buatan untuk menghasilkan karya yang berdaya jual tinggi.
4. TV dan Radio. Sektor ini berhubungan dengan produksi hingga pengemasan acara
televisi dan radio. Mulai dari penyusunan jadwal, ide-ide program berkualitas, hingga
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
5. Penerbitan. Dimulai dari proses penulisan hingga percetakan dan penyebaran produk
buku, penerbitan masih menjadi subsektor yang masih diminati meskipun produk
online sudah semakin umum dijumpai.
6. Arsitektur. Semua yang berhubungan dengan desain bangunan, perencanaan
konstruksi, pengawasan proses pembangunan, dan konservasi gedung atau
bangunan budaya warisan terhitung dalam subsektor ini. Industri arsitektur dibagi
menjadi dua level, mikro dan makro. Dikategorikan sebagai makro jika konstruksi
bangunan secara menyeluruh misalnya perencanaan tata kota, landscape, dan
sebagainya. Sedangkan, mikro lebih kepada konstruksi dan renovasi bangunan dalam
skala kecil.
7. Aplikasi dan Games Developer. Berkaitan dengan pengembangan teknologi seperti
perangkat lunak komputer, pengolahan data, desain sistem dan portal, perawatan
sistem, pembuatan website, pembuatan game (edukatif, hiburan) dan sebagainya.
Merupakan subsektor yang berkembang pesat sejalan dengan globalisasi.
8. Periklanan. Subsektor ini dimulai dari riset pasar hingga pemasangan dan penyebaran
iklan. Periklanan bisa dibuat lewat berbagai media, media cetak seperti poster,
brosur, pamflet dan media elektronik seperti televisi, radio, media sosial, dan
sebagainya.
9. Musik. Subsektor ini berkaitan dengan kreasi, komposisi, penulisan, penciptaan,
hingga produksi sebuah musik atau lagu. Perkembangan teknologi melahirkan
banyak perangkat lunak yang bisa digunakan untuk mendukung dan memudahkan
subsektor musik.
10. Fotografi. Segala proses yang berkaitan dengan produksi atau pembuatan
gambar/foto dari suatu objek, bisa jadi produk, manusia, dan sebagainya.
11. Film, Animasi, Video. Berkaitan dengan produksi suatu gambar bergerak seperti video
dan film, mulai dari proses pembuatan hingga memasarkan produk yang dihasilkan.
12. Seni Pertunjukkan. Berkaitan dengan penampilan suatu rangkain cerita baik dalam
bentuk drama yang melibatkan musik, alur cerita, dan sebagainya.
13. Desain Produk. Meliputi proses penciptaan produk baru mulai dari pencarian ide
hingga produksi produk akhir semuanya masuk ke dalam subsektor ini.
14. Seni Rupa. Meliputi perdagangan barang-barang seni yang unik dan langka serta
memiliki nilai jual yang tinggi seperti lukisan, alat musik kerajinan, dan sebagainya.
15. Desain Interior. Termasuk dalam spesifikasi subsektor arsitektur mikro, berorientasi
seputar desain tata letak dalam ruangan.
16. Desain Komunikasi Visual. Berkembang serta sejalan dengan perkembangan
teknologi informasi, seni dapat dibuat dalam bentuk digital.

Tiga subsektor ekraf yang bertumbuh pesat dan memimpin dalam industri kreatif
adalah kuliner (67,66%), fashion (15,01%), dan kriya (14,56%). Secara umum, tujuan
dari industri kreatif ialah menghasilkan sebuah karya kreatif yang bernilai ekonomi tinggi.
Jika diambil dari penjelasan mengenai sektor-sektor industri kreatif sebelumnya, dapat
ditarik beberapa contoh untuk menjelaskan industri kreatif.

Misalnya, untuk subsektor fotografi dan videografi, profesi sebagai youtuber dan
selebgram (selebriti Instagram) sedang digandrungi oleh banyak orang mulai dari anak
kecil hingga orang tua. Menjadi seorang selebgram dan youtuber memerlukan kreatifitas
yang tinggi dalam hal pembuatan konten agar dapat menarik minat masyarakat. Selain
selebgram dan youtuber, subsektor kuliner juga bertumbuh pesat. Banyak ide-ide
makanan baru yang diminati masyarakat. Sebut saja jajanan tradisional odading atau roti
bantal, klepon, peach gum, pisang nugget, dan sebagainya.

Potensi besar dari industri kreatif membuat pemerintah perlu untuk mendukung
efektivitas pertumbuhan industri ini. Beberapa kebijakan ekonomi yang diterapkan
pemerintah, antara lain:

1. Integrasi Aset dan Potensi. Lewat integrasi ini, pengelolaan aset yang maksimal
ditambah dengan potensi kreatif yang dimiliki setiap individu dapat menjadi sumber
permodalan yang menjanjikan bagi industri kreatif.
2. Meningkatkan kreativitas dan inovasi. Salah satu kendala dalam mewujudkan ide
kreatif adalah modal. Pemerintah menyediakan permodalan dan fasilitas untuk
menyalurkan ide bernilai ekonomi. Ide kreatif dan inovasi dari masyarakat dapat diolah
dengan baik dengan bantuan pemerintah. Lewat cara ini, persaingan dapat dikontrol
dan perselisihan dapat diatasi.
3. Berdirinya Bekraf. Sebagai sebuah institusi yang dibentuk presiden yang tujuan
utamanya untuk menjadi wadah, jembatan, dan fasilitator untuk mengelola ide-ide
kreatif. Institusi ini diharapkan mampu mengarahkan pertumbuhan ekonomi lewat
pengembangan ide-ide baru yang bernilai ekonomi tinggi.
4. Mendukung Kreativitas Masyarakat lewat Regulasi. Agar berjalan dengan baik,
kreativitas masyarakat harus senantiasa diregulasi. Regulasi juga mengontrol
persaingan antara pelaku industri kreatif. Contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan
yang melindungi hak cipta dan hak intelektual karena kreativitas merupakan
aset/komoditi ekonomi yang bisa diperjualbelikan.

Dari tahun ke tahun, industri kreatif terus bertumbuh dan memberikan kontribusi
ke ekonomi negara, bisa dilihat dari tabel pertumbuhan nilai ekspor ekonomi kreatif di
bawah ini. Jika dibagi per sektor industri, pertumbuhannya juga bervariatif dari tahun ke
tahun. Jika dilihat pada tahun 2010, nilai ekspor ekraf sebesar 13,51 miliar US Dollar, dan
terus menerus meningkat hingga mencapai 19,99 miliar US Dollar pada 2016. Setiap
tahun, kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia semakin dan akan
terus meningkat. Jika dibandingkan dengan ekspor di sektor komoditas nonmigas, rata-
rata ekspor industri kreatif mulai dari 2010-2016 mencapai 11,86 persen dari keseluruhan
ekspor nonmigas.

Setiap tahun, nilai pertumbuhan dan kontribusi industri kreatif/ekraf terus


meningkat. Penasaran apa saja faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan industri ini?

1. Kreativitas. Tentu saja sesuai dengan namanya, yang paling dibutuhkan dan berperan
besar dalam industri ini adalah kreativitas. Mayoritas pelaku industri kreatif yang
merupakan anak muda memiliki potensi dan kreativitas besar tanpa batas sehingga
mendorong pertumbuhan industri kreatif Indonesia.
2. Kemajuan Teknologi. Bagi pelaku industri kreatif menengah, kemajuan teknologi
berperan besar dalam mendukung industri kreatif.
3. Media Sosial. Dari kemajuan teknologi, muncul media sosial yang pertumbuhan dan
perannya memberikan potensi dan peluang besar bagi pelaku bisnis khususnya pelaku
industri kreatif. Tidak diperlukannya modal besar, biaya tambahan untuk biaya sewa
tempat menjual, memudahkan pelaku industri kreatif kecil-menengah.
KESIMPULAN

Industri kreatif atau yang dikenal dengan istilah ekonomi kreatif merupakan salah
satu sektor strategis yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian
Indonesia. Terdapat 16 subsektor dalam industri kreatif, yaitu: kuliner, fashion, kriya, TV
dan radio, penerbitan, arsitektur, aplikasi dan games developer, periklanan, musik,
fotografi, film, animasi, video, seni pertunjukkan, desain produk, seni rupa, desain
interior, dan desain komunikasi visual.Industri kreatif bermanfaat bagi Indonesia seperti
integrasi aset dan potensi, meningkatkan kreativitas dan inovasi, berdirinya bekraf, dan
mendukung kreativitas masyarakat lewat regulasi. Pertumbuhannya setiap tahun juga
selalu mengalami peningkatan.

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi dimana kekayaan intelektual,


kreativitas, ide, dan keahlian merupakan sumber utama yang digunkana sebagai
penggerak roda perekonomian. Ekonomi Kreatif berkontribusi besar dalam sektor
ekonomi dengan menyumbang pendapatan domestik bruto (PDB), jumlah ekspor
meningkat, membuka banyak lapangan usaha sehingga jumlah pengangguran menurun,
dan berdampak pula bagi sektor lain, contohnya pada sektor sosial telihat dengan
meningkatnya kualitas hidup masyarakat, pemerataan kesejahteraan ekonomi, dan
meningkatnya toleransi sosial. Meskipun konsep Ekonomi Kreatif membawa banyak
keuntungan dan berpeluang besar, namun dalam kenyataanya di lapangan masih saja
banyak kendala dan tantangan disana-sini yang menghambat jalannya konsep Ekonomi
Kreatif.
REFERENSI

Boyd, D.M., Ellison, Nicole, (2007). Sosial Network Site: Definition, History, and
Scolarship, Journal of Computer-Mediated Communication, Vol 13. No 1
https://techno.okezone.com/read/2018/03/13/207/1872093/ini-jumlah-total- pengguna-
media-sosial-di-indonesia diakses 22 April 2018
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Intern
et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker diakses pada tanggal 22 April
2018
https://zahiraccounting.com/id/blog/jenis-usaha-industri-kreatif-dan-kendalanya/
diakses 20 April 2018 pukul 19.41 WIB
https://zahiraccounting.com/id/blog/jenis-usaha-industri-kreatif-dan-kendalanya/
diakses 21 April 2018
Nasir, dan Yuslinaini, (2017), Analisis Pemetaan Industri Kreatif Subsektor Kerajinan Serta
Dampak Peningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Aceh Besar, Banda
Aceh: Jurnal Ekonomi dan Manajemen Teknologi, 1(1), 2017,11-17
Nurjanah, Siti. (2013). Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif
Penerapannya Melalui Pendidikan Tinggi. Jakarta: JMA Vol. 18 No. 2 Oktober -
November 2013
Siswanto, Tito. (2013). Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil
Menengah: Jakarta. Jurnal Liquidity. Vol. 2 No. 1, Januari- Juni 2013, hlm 80-86
Supradono , Bambang, dkk, (2011). Peran Sosial Media Untuk Manajemen Hubungan
Dengan Pelanggan Pada Layanan E-Commerce. Semarang: VALUE ADDED, Vol.7,
No.2, Maret 2011 – Agustus 2011 http://jurnal.unimus.ac.id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai