Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

INDUSTRI KREATIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat II

Dosen Pengampu : Dr. Abid Rohman, S.Ag, M.Pd.I

Kelompok 6

Disusun oleh :

1. Cindy Aprilia Palupi G71219037

2. Dike Wijayanti G71219040

3. Frisca Yunita Sari G71219046

4. Ristika Apriliana G71219054

5. Shofianisa Kusuma Kholidah Fauziah G71219057

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Industri Kreatif”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pemberdayaan Ekonomi II serta memberikan penjelasan mengenai penerapan yang benar.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen kami Bapak Dr. Abid Rohman,
S.Ag, M.Pd.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemberdayaan
masyarakat.

Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan guna memperbaiki kekurangan dari makalah ini. Kami harap
makalah yang berjudul “Industri Kreatif”. ini dapat dipahami oleh para pembaca sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembacanya. Akhir kata kami ucapkan sekian
dan terimakasih.

Surabaya, 17 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................4
A. Pengertian Ekonomi Kreatif .............................................................................................4
B. Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia...............................................................................6
C. Karakteristik Ekonomi Kreatif ........................................................................................ 11
D. Strategi Ekonomi Kreatif ................................................................................................ 11
E. Norma Dalam Industri Kreatif ........................................................................................ 13
F. Kelebihan dan Hambatan Dalam Industri Kreatif ............................................................ 14
G. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia ................................................................. 16
H. Penerapan Ekonomi Kreatif Di Indonesia ....................................................................... 20
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 23

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat di


Indonesia, pemerintah telah membuat kebijakan. Kebijakan tersebut diwujudkan dengan cara
memprioritaskan sektor industri. Selain mengandalkan dari sektor industri sebagai sumber
ekonomi, kebijakan pertumbuhan ekonomi juga menggunakan Sumber Daya Manusia
yang kreatif. SDM yang kreatif tersebut memicu adanya daya jual yang didapatkan
pemerintah dari suatu produk atau jasa yang tidak lagi ditentukan oleh kualitas bahan baku
dan sistem produksi, namun dinilai dari pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi
melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Keadaan ini disebut era ekonomi baru
yang mengutamakan informasi dan kreativitas yang dikenal dengan sebutan Industri Kreatif
atau Ekonomi Kreatif. Dimana hal tersebut diaktifkan oleh sektor industri yang bersangkutan
di bidangnya masing-masing. Industri kreatif ini adalah pengembangan konsep yang
didasarkan pada modal kreativitas yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perpindahan dari Era Pertanian ke Era
Industrialisasi, yang kemudian diikuti oleh munculnya Era Informasi yang disertai dengan
banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi maupun globalisasi ekonomi, dan
telah membawa peradaban baru bagi manusia.

Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan,
serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan
menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi
kreatif memiliki definisi sebagai sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi,
distribusi, pertukaran serta konsumsi barang dan jasa yang memiliki nilai kultural, artistik,
dan hiburan. Ekonomi kreatif bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif. 1 Upaya
untuk mengembangkan ekonomi kreatif membutuhkan syarat-syarat dasar. Syarat dasar
tersebut diantaranya adalah adanya kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam
industri kreatif yaitu cendekiawan (intellectuals), Bisnis (business), dan pemerintah
(government). Tanpa disertai kolaborasi dari ketiga elemen tersebut, kemungkinan
pengembangan ekonomi kreatif tidak dapat berjalan selaras, efisien dan saling tumpang

1
Siti Munawaroh, (2010), “Mandiri Dengan Ekonomi Kreatif”, Jantra, V(9), Hlm.763

1
tindih. Setiap aktor memiliki peran dalam industri kreatif. Namun aktor tersebut tidak bisa
berjalan sendiri, tetapi membutuhkan peran dari aktor lainnya.

Industri Kreatif pada saat ini dapat dikatakan sebagai industri yang sangat berkembang
dan memiliki nilai jual yang dapat membantu kesejahteraan ekonomi pelaku industri kreatif
itu sendiri. Perkembangan industri ekonomi kreatif di Indonesia dari tahun ke tahun cukup
menunjukkan peningkatan angka yang sangat signifikan, sebab industri ekonomi kreatif ini
telah mempunyai perencanaan dan juga penataan yang cukup baik untuk dapat memasarkan
produk mereka di dalam Negeri maupun di Luar Negeri. Berkembangnya ekonomi ke arah
industri kreatif ini adalah salah satu wujud dari optimisme aspirasi untuk mendukung Master
plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dalam
mewujudkan visi Indonesia menjadi negara yang maju. Di dalamnya telah ada pemikiran-
pemikiran, cita-cita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan industri kreatif,
di banyak negara di dunia sekarang ini, dipercayai dapat memberikan kontribusi bagi
perekonomian bangsanya secara signifikan. Indonesia pun mulai dikembangkan bahwa
berbagai subsektor dalam industri kreatif memiliki potensi untuk dikembangkan, karena
Bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang kreatif dan kaya akan warisan
budaya. 2

Dalam makalah ini penulis akan membahas pengertian ekonomi kreatif, sejarah, karakter,
strategi, norma, tantangan, kelebihan dan perkembangan industri kreatif di Indonesia.
Diharapkan dalam penjelasan makalah ini mampu mengetahui dan memahami komponen
dari industri kraetif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja pengertian dari ekonomi kreatif ?


2. Bagaimana sejarah awal munculnya ekonomi kreatif ?
3. Apa saja karakter ekonomi kreatif ?
4. Apa saja strategi ekonomi kreatif ?
5. Bagaimana norma ekonomi kreatif ?
6. Apa tantangan dan kelebihan ekonomi kreatif ?

2
Ahmad Kamil, (2015), “Industri Kreatif Indonesia: Pendekatan Analisis Kinerja Industri”, Media Trend, 10(2),
Hlm.166

2
7. Bagaimana perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia ?
8. Bagaimana penerapan ekonomi kreatif di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari ekonomi kreatif.


2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah awal munculnya ekonomi kreatif.
3. Untuk mengetahui dan memahami karakter ekonomi kreatif.
4. Untuk mengetahui dan memahami strategi ekonomi kreatif.
5. Untuk mengetahui dan memahami norma ekonomi kreatif.
6. Untuk mengetahui dan memahami tantangan dan kelebihan ekonomi kreatif.
7. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan ekonomi kretif di Indonesia.
8. Untuk mengetahui dan memahami penerapan ekonomi kreatif di Indonesia.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Kreatif

Istilah ekonomi kreatif berkembang dari konsep modal berbasis kreatifitas yang dapat
berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Menurut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam Agung Pascasuseno (2014), “ekonomi kreatif merupakan
ekonomi gelombang ke4 yang mana kelanjutan dari ekonomi gelombang ketiga dengan
orientasi pada kreatifitas, budaya, serta warisan budaya dan lingkungan.”

Terdapat pergeseran orientasi gelombang ekonomi dalam sejarah manusia. Dimulai dari
perubahan era pertanian ke era industrialisasi, setelah itu terbentuk era informasi yang diikuti
oleh penemuan-penemuan bidang teknologi informasi. Pergeseran gelombang ini telah
membawa peradaban yang baru dan semakin berkembang bagi manusia.

Industrialisasi menciptakan suatu pola kerja,pola produksi dan pola distribusi yang lebih
murah dan lebih efisien. Adanya perkembangan seperti penemuan baru di bidang tekonologi
informasi dan komunikasi seperti adanya internet, email, google, playstore, dan sebagainya
semakin mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-
teknologi baru Dampak yang muncul akibat dari fenomena perubahan gelombang ini adalah
munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Kondisi ini menutut
perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se-efisien mungkin
guna mempertahankan eksistensinya.

Negara-negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa hanya
mnegandalkan bidang industry sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi mereka harus
lebih mengandalkan sumber daya manusia yang kreatif karena kreativitas manusia ini berasal
dari daya pikirnya yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi
daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1990-an
dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dan popular
dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industry yang disebut industry
kreatif.

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep untuk merealisasikan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yang berbasis kreativitas. Pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya

4
terbarukan, bahkan tidak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat, talenta dan kreativitas. Nilai
ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kretif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau
sistem produksi seperti pada era industry, tetapi lebih pada era pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industry tidak dapat
lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja,
tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi.

Mengutip dari Cetak Biru Ekonomi Kreatif 2025, ekonomi kreatif merupakan suatu
penciptaan nilai tambah (ekonomi, sosial, budaya, lingkungan) berbasis ide yang lahir dari
kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis pemanfaatan ilmu pengetahuan,
termasuk warisan budaya dan teknologi. Kretivitas tidak sebatas pada karya yang berbasis
seni dan budaya, namun juga bisa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, engineering dan
ilmu telekomunikasi. Terdapat 3 hal pokok yang menjadi dasar dari ekonomi kreatif, antara
lain:

a. Kreativitas (Creativity)
Dapat dijabarkan sebagai suatu kapasitas atau kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang unik, fresh, dan dapat diterima umum. Bisa juga untuk
mneghasilkan ide baru atau praktis sebagai solusi dari suatu masalah, atau melakukan sesuatu
yang berbeda dari yang sudah ada (thinking out of the box). Seseorang yang memiliki
kreativitas dan dapat memaksimalkan kemampuan itu, bisa menciptakan dan menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri beserta orang lain.
b. Inovasi (Innovation)
Suatu transformasi dari ide atau gagasan dengan dasar kreativitas dengan memanfaatkan
penemuan yang sudah ada untuk mengahasilkan suatu produk ataupun proses yang lebih
baik, bernilai tambah, dan bermanfaat. Sebagai contoh inovasi cobalah lihat youtube dengan
kata kunci “lifehack”. Di video itu diperlihatkan bagaimana suatu produk yang sudah ada,
kemudian di-inovasikan dan bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai jual lebih tinggi dan
lebih bermanfaat.
c. Penemuan (Invention)
Istilah ini lebih menekankan pada menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya
dan dapat diakui sebagai karya yang mempuyai fungsi yang unik atau belum pernah

5
diketahui sebelumnya. Pembuatan aplikasi-aplikasi berbasis android dan iOS juga menjadi
salah satu contoh penemuan yang berbasis teknologi dan informasi yang sangat memudahkan
manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Istilah Ekonomi Kreatif mulai ramai diperbincangkan sejak John Howkins, menulis buku
“Creative Economy, How People Make Money from Ideas”. Howkins mendefinisikan
Ekonomi Kreatif sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan.
Atau dalam suatu kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan, seseorang
yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang relative tinggi. 3

Ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan
kraetivitas dengan mengandalkan pada ide dan stock of knowledge (bekal pengetahuan) dari
sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
Robert Lucas, pemenang Nobel dibidang Ekonomi, mengatakan bahwa kekuatan yang
menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari
tingkat produktifitas klister orang orang bertalenta dan orang orang kreatif atau manusia
manusia yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya.

Kreativitas mencerminkan pemikir yang divergen yaitu kemapuan yang dapat


memberikan bermacam macam alternatif jawaban. Kreativitas dapat digunakan untuk
memprediksi keberhasilan belajar. Namun sebenarnya setiap orang adalah kreatif. Untuk
mendapatkan orang yang demikian perlu adanya latihan dan bimbingan dari orang tua
ataupun guru.4

B. Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia

Pada tahun 2005, mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan
tentang pentingnya mnegembangkan industry pada sektor yang bersumber pada kerajinan
dan kreativitas bangsa. Setelah itu pada tahun 2006, Menteri perdagangan RI saat itu, Dr.
Mari Elka Pangestu meluncurkan program Indonesia Design Power di jajaran Departemen

3
Rohmat Aldy Purnomo. “Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia”, Ziyad Visi Media, Surakarta: 2016 hal
6-10
4
Rusydi, Noviana. “Pengaruh Penerapan Ekonomi Kreatif Terhadap Kreativitas Remaja Di Kota Lhokseumawe
(Studi Kasus Pada Seni Tari Sanggar Cut Meutia)”, Jurnal Visioner Dan Strategis, Vol 5, No. 1 (2016) Hal 52

6
Perdagangan RI, suatu program pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing
produk-produk Indonesia dipasar domestic maupun luar negeri. Program Indonesian Design
Power menitikberatkan pada pengembangan sektor jasa, dan dapat memberikan ruang bagi
pelaku dan industry kreatif. Setelah itu, istilah Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif mulai
sering diperbincangkan masyarakat Indonesia. Tepat satu tahun setelah program Indonesian
Power Design berjalan, terdapat agenda Pekan Produk Budaya Indonesia dengan tema
“Bunga Rampai Produk Budaya Indonesia Untuk Dunia”. Program Indonesian Design Power
ini terus berjalan dan juga pada tahun 2008 diluncurkan buku studi pemetaan industry kreatif
Indonesia. Buku tersebut merupakan buku pertama di Indonesia yang membahas tentang
potensi dan pemetaan sektor industry kreatif di Indonesia.

Setelah itu, disahkannya Inpres No.6/2009 pada tahun 2009 serta dicanangkan sebagai
Tahun Indonesia Kreatif oleh Presiden SBY. Pada tahun yang sama, Pameran Virus Kreatif
yang mencangkup sektor industry kreatif dan Pameran Pangan Nusa yang mengenalkan
industry pangan di Indonesia diselenggarakan dan berjalan sukses. Hal ini menjadi bukti
bahwa perkembangan Industri Kreatif di Indonesia mengarah pada tren yang positif. Pada
tahun 2010, dibuat suatu platform digital yang Bernama Ekonomi Kreatif Indonesia
(indonesiakreatif.net) yang berfungsi untuk wadah bagi masyarakat Indonesia untuk
mengetahui perkembangan industry kreatif di Indonesia. Disisi lain, mulai adanya sosialisasi
yang semakin intens dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam perihal
pembuatan data eksportir, importir, para pengusaha, kalangan asosiasi dan para pelaku
industry kreatif serta lembaga pendidikan formal maupun non formal.

Perkembangan lainnya ialah pembuatan cetak biru “Rencana pengembangan Industri


Kreatif Nasional 2025”. Dimuat pula rencana pengembangan 14 sub-sektor industry kreatif
tahun 2009-2015 (Inpres No. 6 Tahun 2009) yang mendukung kebijakan Pengembangan
Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Prioritas pada periode tahun 2009-2014 mencakup 7
kelompok industry kreatif, yaitu arsitektur, feashion, kerajinan, layanan computer dan
perangkat lunak, periklanan, permainan interaktif serta riset pengembangan. Tekad
pemerintah dipertegas dalam pidato Presiden RI di pembukaan Pameran Pekan Budaya
Indonesia di Jakarta, yang tengah bersiap-siap menyambut era ekonomi kreatif ini, dimana
kepala negara menyebutnya sebagai ekonomi gelombang ke 4.

7
Saat ini, sub sektor ekonomi kreatif sudah bertambah satu sektor, yaitu sektor
kuliner. Total sampai saat ini sub sektor ekonomi kreatif ada 15 sub sektor ekonomi
kreatif di Indonesia ditetapkan berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha
Industri Indonesia (KBLI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik dan sumber data
lainnya seperti komunitas kreatif, Lembaga Pendidikan dan pelatihan yang dirilis di
media elektronik maupun media cetak.5 Saat ini sub sektor di Indonesia, ada 16 sub
sektor ekonomi kreatif yang dikembangkan. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perpres No. 6 tahun 2015 tentang Badan Ekonomi
Kreatif telah mengklasifikasi ulang sub sektor ekonomi kreatif dari 15 sub sektor menjadi
16 seb sektor.6

Ekonomi kreatif yang berkembang di Indonesia mengalami dua kali proses revisi,
pada awal tahun berdiri, ekonomi kreatif terbagi menjadi 15 sub sektor. Pada
pengembangan rencana ekonomi kreatif 2015-2019, 15 subsektor tersebut menjadi 18
subsektor dengan memisahkan subsector film, video, fotografi, dan animasi. Delapan
belas ekonomi kreatif yang dikembang di Indonesia antara lain:

1) Animasi, kegiatan kreatif yang berkaitan animasi berbasis komputer dengan teknik
pembuatan yang dapat ditayangkan di semua jenis media, yaitu: animasi layar lebar, animasi
serial TV, animasi iklan, animasi web, dan animasi game, selama pembuatannya masih
menggunakan komputer maupun gabungan antara komputer dan manual
2) Arsitektur, kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain interior, arsitektur lanskap, teknik
sipil, dan teknik layanan bangunan. Secara spesialis, ilmu ini dapat dikembangkan pada
teknik iluminasi, teknik akustik, teknik Façade, spesialis fasilitas, dan Experiential Graphic
Design.
3) Desain, kegiatan kreatif ini berkaitan dengan desain komunikasi visual, desain produk, dan
desain interior. Subsektor ini memiliki keterkaitan dengan subsektor lain, seperti: penerbitan,
periklanan, animasi, permainan interaktif, arsitektur, film, video, fotografi, desain kemasan,
kerajinan, dan mode

5
Rohmat Aldy Purnomo. “Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia”, Ziyad Visi Media, Surakarta: 2016 hal
14-16
6
Carunia Mulya Firdausy, “Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia”, 33.

8
4) Fotografi, kegiatan kreatif ini difokuskan pada fotografi profesional, yaitu fotografi
jurnalistik, fotografi komersial, dan fotografi seni, yang meliputi seluruh genre dalam
fotografi, yang didorong untuk untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing profesi
fotografer Indonesia.
5) Musik, kegiatan kreatif ini lebih menekankan pada pengembangan industri musik yang
diharapkan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi pelaku yang terlibat di dalamnya
dan memberikan kualitas hidup bagi penikmatnya. Kegiatan ini menyasar pada artis, penulis
lagu, penulis lirik, penata musik, komposer, produser, sound engineer, music director, dan
session player
6) Kerajinan, kegiatan kreatif ini berkaitan dengan kerajinan seni dan desain. Kerajinan seni
mencangkup pada limited edition craft dan individual craft berbentuk 2 dimensi (ukir, relief,
lukisan ukiran), sedangkan kerajinan desain mencangkup pada mass craft, limited
editioncraft, dan individual craft berbentuk 3 dimensi (furniture, keris, perhiasan, toys,
busana adat, kitchenwave, dan lain-lain)
7) Kuliner, kegiatan kreatif ini memiliki 2 ruang lingkup, yaitu bidang jasa kuliner dan barang
kuliner. Jasa kuliner meliputi restoran dan jasa boga, sedangkan barang kuliner meliputi
specialty foods.
8) Mode, kegiatan kreatif ini berkaitan dengan jenis proses, volume produksi, jenis produk,
fungsi produk, dan segmen pasar. Fokus pengembangan mode adalah produk yang ready-to-
wear, baik deluxe maupun mass production
9) Penelitian dan pengembangan, kegiatan kreatif ini di ditekankan pada penelitian terapan dan
pengembangan. Keterterapan ilmu dapat disasarkan pada bidang sosial, humaniora, sains,
dan teknologi & rekayasa.
10) Penerbitan, kegiatan kreatif ini tidak hanya terfokus pada penerbitan buku, melainkan
penerbitan media berkala, piranti lunak, permainan interaktif, atau penerbitan lainnya seperti
musik, video, maupun film dan animasi.
11) Perfilman, kegiatan kreatif ini mencangkup media perekaman dan media pertunjukan yang
digunakan, narasi dalam film, format pembuatannya, genre, serta durasi dari film itu sendiri.
12) Periklanan, kegiatan kreatif ini tidak hanya terbatas pada pemasaran produk/jasa tetapi juga
berkembang menjadi pemasaran sosial, sarana membangun citra suatu perusahaan/individu
(image marketing), kampanye politik dan juga membangun relasi dengan masyarakat

9
13) Permainan interaktif, kegiatan kreatif ini mencangkup pada kategori permainan interaktif
dengan platform: arcade, PC berbasis client dan media sosial serta mobile, untuk semua
genre dengan tujuan ditekankan pada kategori educational, advertising, serious, dan casual.
14) Seni pertunjukan, kegiatan kreatif ini berkaitan dengan seni pertunjukan itu sendiri,
perkembangan atau genre, pengelolaan kelompok, gubahan bentuk, serta berdasarkan bentuk
penyajian dan konsumsi. Seni pertunjukan disajikan sebagai produk seni yang dipentaskan
untuk dinikmati/dikonsumsi sebagai produk seni, bukan sebagai jasa seni.
15) Seni rupa, kegiatan kreatif ini berkaitan dengan seni rupa modern dan kontemporer yang
berdasar pada nilainilai seni murni, dengan menyertakan Seni Rupa Tradisional sebagai
sektor yang menjadi inspirasi, melingkupi: seluruh lingkup akademis, yaitu seni terapan dan
seni murni; dan lingkup produk, baik itu sebagai karya seni maupun sebagai produk
pengetahuan.
16) Teknologi informasi, kegiatan kreatif ini dikelompokkan berdasarkan kelompok industri,
kelompok jenis layanan dan produk serta jenis layanan dan produk yang terkait dengan
industri teknologi informasi. Fokus pengembangan antara lain: produk perangkat lunak dan
jasa terkait perangkat lunak.
17) Televisi dan radio, kegiatan kreatif ini berfokus pada pengembangan konten, bukan pada
kegiatan penyiarannya. Ruang lingkup konten televisi mencakup empat kategori besar, yaitu
berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan, sedangkan konten
radio mencakup: berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan music
18) Video, kegiatan ini memiliki ruang lingkup yang dapat ditinjau berdasarkan model bisnis dan
pengelolaannya, tujuannya, dan genre dari konten video tersebut. Pengembangan video
difokuskan pada video komersial, video dan media baru, dan video dokumentasi. 7

7
Suparmin, Pairun Roniwijaya, dkk. “Eksplorasi Sub-Sub Sektor Industri Kreatif Di Pusat-Pusat Keramaian
Kabupaten Kulon Progo”, Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers UNISBANK Ke 3
(SENDI_3), (2017), Hal. 715-716

10
C. Karakteristik Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif didefinisikan sebagai "Era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian,
ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas
dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi
utama dalam kegiatan ekonominya." Tercatat beberapa hal yang menjadi karakteristik dari
ekonomi kreatif8:

1. Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu
cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat
mendasar.
2. Berbasis pada ide atau gagasan.
3. Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.
4. Konsep yang dibangun bersifat relatif.

D. Strategi Ekonomi Kreatif

Dalam menciptakan sebuah karya kreatif dan mengembangkannya di era digital saat ini
tentunya dengan jumlah pesaing didunia industri kreatif yang mulai banyak bermunculan,
membuat sebuah usaha harus tetap survive dengan memiliki starategi-strategi yang yang
mampu menjadikan karyanya tidak tertinggal dan terus mampu untuk bersaing. Maka setiap
industri kreatif harus memiliki dan siap dengan beberapa strategi usaha yaitu sebagai berikut:

1. Memperluas jaringan antar reseller (membuka agen) untuk memudahkan promosi


2. Membina hubungan baik dengan reseller dan pelanggan
3. Membuat laporan keuangan sehingga mempermudah proyeksi penjualan
4. Meng-update produk mengikuti perkembangan zaman (up to date)

Dalam pembuatan atau perencanaan strategi ekonomi kreatif diperlukan adanya suatu
analisis. Analisis tersebut merupakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis

8
Shinta Ratnawati, “Ekonomi Kreatif Dan Kaizen,” Jurnal REKOMEN (Riset Ekonomi Manajemen) 1, no. 2 (2018):
57–66, https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/rekomen/article/view/713/817#.

11
perusahaan perlu pertimbangan faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun
faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman. Oleh karena itu perlu adanya
pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis SWOT

a. Strength (Kekuatan) adalah sumber daya, keterampilan atau keunggukan-keunggulan


lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh
perusahaan dan nantinya dapat memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan
dipasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan
pasar, hubungan pembeli-pemasok dan faktor-faktor lain
b. Weakness (Kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat efektif perusahaan.
Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan, pemasaran dan
citra merek dapat menjadi sumber kelemahan.
c. Opportunity (Kesempatan) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting yang merupakan salah
satu sumber peluang adalah identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan
pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan
pembeli yang dapat memberikan peluang bagi perusahaan.
d. Threat (Ancaman) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang
diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-menawarkan pembeli, perubahan teknologi, serta peraturan
baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman keberhasilan suatu perusahaan.

Untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya
menggunakan Matrik SWOT, yaitu alat pencocokan yang mengembangkan empat tipe strategi
yaitu SO, WO, ST dan WT. Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum
dalam matrik SWOT yang dikembangkan oleh Kearns sebagai berikut 9:

a) STRATEGI S-O (Strengths – Opportunities)

9
Imma Rokhmatul Aysa, “Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Di Era Digital; Studi Kasus Zydnaa Edukasi
Jombang,” Jurnal At Tamwil 2, no. 2 (2020): 121–138.

12
Yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
b) STRATEGI W-O (Weaknesses – Opportunities)
Yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mempertahankan
peluang
c) STRATEGI S-T (Strengths – Treaths)
Yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
d) STRATEGI W-T (Weaknesses – Treaths)
Yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

E. Norma Dalam Ekonomi Kreatif

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 10 tentang Ekonomi Kreatif bertujuan untuk


mengoptimalkan kreativitas sumber daya manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu
pengetahuan, dan/atau teknologi. Pengelolaan Ekonomi Kreatif dan potensinya perlu
dilakukan secara secara sistematis, terstruktur, dan berkelanjutan. Melalui pengembangan
Ekosistem Ekonomi Kreatif yang memberikan nilai tambah pada produk Ekonomi Kreatif
yang berdaya saing tinggi, mudah diakses, dan terlindungi secara hukum. Sebagaimana Pasal
33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
bahwa "Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional".

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif memiliki tujuan untuk:

1. Mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan perkembangan kebudayaan,


teknologi, kreativitas, inovasi masyarakat Indonesia, dan perubahan lingkungan
perekonomian global.
2. Menyejahterakan rakyat Indonesia dan meningkatkan pendapatan negara.
3. Menciptakan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang berdaya saing global.
4. Menciptakan kesempatan kerja baru yang berpihak pada nilai seni dan budaya bangsa
Indonesia serta sumber daya ekonomi lokal.

10
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019

13
5. Mengoptimalkan potensi Pelaku Ekonomi Kreatif.
6. Melindungi hasil kreativitas Pelaku Ekonomi Kreatif.
7. Mengarusutamakan Ekonomi Kreatif dalam Rencana Pembangunan Nasional.

F. Kelebihan dan Hambatan Dalam Ekonomi Kreatif

Terdapat enam kelebihan dalam mengembangkan ekonomi kreatif, yaitu:

1. Inovasi dan perkembangan pesat, munculnya kreativitas di bidang ekonomi tidak


membatasi kemampuan seseorang dalammenjalankan dunia usaha. Banyak ide-
ide baru yang terus bermunculan, yang tentunyamemudahkan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhannya.Seperti yang Anda lihat hari ini, Anda bahkan tidak
perlu khawatir tentang memasak,cukup pesan melalui smartphone Anda.
Inovasi ini merupakan hasil dari keberadaanekonomi kreatif.
2. Membuka Lapangan Kerja, jika inovasi baru bermunculan dalam dunia bisnis,
maka secara langsung akanmenciptakan produk baru yang dijual. Produk ini
memerlukan ahli untuk memproduksi danmemasarkannya.Tidak masalah jika satu
usaha hanya memerlukan beberapa karyawan saja karena ditempat lain juga tumbuh
usaha baru. Hal inilah yang dapat membuka lapangan kerja baru dan secara otomatis
mengurangi angka pengangguran. Dengan berkurangnya pengangguran,
tingkat ekonomi masyarakatsemakin meningkat.
3. Manusia Semakin Kreatif, perkembangan ekonomi menuntut manusia sebagai pelaku
ekonomi menjadi lebih kreatifdan inovatif. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi
yang kreatif, manusia akan berusaha lebih keras menemukan ide baru yang lebih
unik dan berbeda dengan yang lain. Sehingga, mereka dapat bersaing di dunia bisnis
dengan produk yang mereka miliki.Dengan demikian manusia sekarang lebih kreatif
untuk memenuhi kebutuhan dan tidaktertinggal dengan yang lain.
4. Persaingan yang kompetitif, semakin berkembang perekonomian maka semakin
banyak pengusaha baru yangmasuk ke dunia ekonomi. Mereka berlomba-lomba
menciptakan bisnis hingga menjadipengusaha sukses.Dengan lahirnya pebisnis
baru ini, akan semakin banyak pesaing atau kompetitor.Membuat persaingan
bisnis secara alami menjadi kompetitif.

14
5. Kualitas produk semakin baik, manfaat lain dari pengembangan ekonomi kreatif
adalah perubahan kualitas produk.Karena persaingan untuk produk yang sama di
pasar, produk yang telah ada sejak lama sekarang memiliki kualitas yang lebih tinggi.
Selain itu, tingginya kesadaran masyarakat akan produk yang aman dan
berkualitas,daripada produk murah yang bisa rusak, membuat para pelaku bisnis
ekonomi kreatif berusaha mencari ide untuk mencapai tujuan tersebut.Dalam
mengelola kualitas suatu produk, kita juga harus memperhatikan manajemen
Persediaan produk. Dengan membangun sistem manajemen kargo yang baik,
Kualitas produk yang Anda miliki juga akan tetap terjaga. Salah satu caranya adalah
dengan menggunakan aplikasi stok di software Jurnal, yang sangat mudah
digunakan.
6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi , pertumbuhan bisnis berbagai departemen
selalu mempengaruhi pertumbuhan sistem ekonomi. Ekonomi kreatif melahirkan
banyak bisnis baru, pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik dan lebih
baik, karena semua koneksi ekonomi dapat terwujud. Hasilnya, kesejahteraan
masyarakat juga meningkat.

Selain kelebihan, terdapat pula beberapa kendala atau hambatan yang ditemui dalam
Ekonomi kreatif, yaitu :

1. Pengembangan industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya


daya tarik industri, adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis industri
kreatif yang belum matang, serta risiko usaha yang harus dihadapi.
2. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama
disebabkan infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung
pertunjukan belum memenuhi standar, mahalnya mesin produksi, mahalnya
piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset konten, dan
kurangnya aktivitas pengarsipan konten.
3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam
dan luar negeri, terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap
kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional,
terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi, belum

15
diterapkannya sistem pembayaran online, dan rendahnya monitoring terhadap
royalti, lisensi, hak cipta.
4. Lemahnya institusi industri kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya
payung hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri
kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif, apresiasi yang rendah dan pembajakan
yang tinggi, dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan baik.
5. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan
belum sesuainya skema pembiayaan dengan karakteristik industri kreatif yang
umumnya belum bankable, high risk high return, cash flow yang fluktuatif, serta
aset yang bersifat intangible.
6. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku,
kurangnya riset bahan baku, kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta
standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

G. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia dapat dilihat dengan menggunakan


analisis sektor industri kreatif.

1. Potensi Pasar dalam Negeri maupun Luar Negeri


Potensi pasar domestik sangat besar. Namun terdapat kondisi dimana potensi pasar
belum terlayani dengan optimal karena apresiasi masyarakat terhadap seni, budaya,
desain masih kurang dan lokasi pasar secara geografis masih sulit dijangkau.
Potensi pasar luar negeri juga sangat besar. Akan tetapi jangkauan ke pasar luar negeri,
dan pemahaman mengenai perilaku konsumen luar negeri harus terus ditingkatkan.
Konsumen asing relatif memiliki apresiasi tinggi terhadap produk/jasa yang memiliki
konten lokal dan bernilai seni, hal in terutama disebabkan apresiasi pasar luar negeri lebih
baik dalam hal originalitas seni, budaya dan desain. Sub sektor industri kreatif yang
potensial menembus pasar luar negeri antara lain: musik, arsitektur, kerajinan, pasar
barangseni, seni pertunjukan, fashion, dan permainan interaktif.

16
Beberapa fakta yang diperoleh terkait dengan kondisi pekerja pada 14 subsektor
industri kreatif adalah sebagai berikut :
a. Sebagian besar sub-sektor industri kreatif merupakan industri yang menarik untuk
tempat berkarir, karena menjanjikan penghasilan yang cukup besar, misalnya:
subsektor permainan interaktif, arsitektur, layanan komputer & piranti lunak,
riset, & pengembangan dan periklanan.
b. Pekerja industri kerajinan sebagian merupakan pekerja paruh waktu, dimana
sebagian waktunya digunakan sebagai pekerja di sektor pertanian. Hal ini
menyulitkan subsektor ini dalam hal meningkatkan kapasitas produksinya
c. Meskipun industri film makin kuat, namun pekerja film masih minim,
dikarenakan ketidakyakinan memilih berkarir di industri film
d. Seni pertunjukan merupakan salah satu subsektor kurang menjanjikan jika
dipandang dari penghasilan yang diperoleh oleh pekerja seni di subsektor seni
pertunjukan ini
2. Sisi Industri
a. Jumlah perusahaan dalam industri dan hambatan masuk ke industri
1) Industri kreatif yang membutuhkan capital expenditure cukup tinggi
adalah industri televisi dan film. Sedangkan industri periklanan
membutuhkan operational expenditure yang tinggi. Hambatan memasuki
industri yang membutuhkan capital dan operational expenditure yang
tinggi, membuat jumlah perusahaan cenderung lebih sedikit dibandingkan
pada sub-sektor industri kreatif lain
2) Otonomi dan pemerintah daerah yang cenderung ingin memiliki stasiun
televisi daerah cukup membantu dalam menambah jumlah stasiun televisi.
b. Faktor yang mempengaruhi berjalannya Industri
Sebaran industri sangat dipengaruhi oleh lokasi bahan baku, lokasi pekerja
terampil, dan lokasi pasar. Industri-industri kreatif yang menghasilka barang,
sepeti kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, diharapkan berada dalam
satu lokasi geografis yang berdekatan dengan industri yang terkait (ke arah hulu
maupun ke arah hilir) serta dekat dengan bahan baku atau pasarnya.

17
Hal ini tentunya akan meminimalisir biaya, waktu, dan transportasi yang
akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri. Ini
menyebabkan ketiga industri ini tersebar hampir di seluruh Indonesia.
c. Analisis Kondisi Industri
Beberapa kondisi industri pendukung dan bahan baku, terutama pada sub-
sektor industri kreatif yang menghasilkan barang tangibles antara lain:
1) Jumlah bahan baku yang besar, merupakan keunggulan komparatif
Indonesia
2) Kurangnya budidaya bahan baku mengurangi efisiensi
3) Riset bahan baku masih kurang, menghambat efisiensi dan inovasi
4) Penyelundupan masih marak, menyebabkan kelangkaan bahan baku
3. Analisis Cuaca Usaha dan Persaingan Industri Kreatif
Ada beberapa hal yang dapat dianalisis mengenai cuaca usaha dan persaingan pada
industri kreatif untuk mengetahui perkembangan ekonomi kreatif, dimana secara umum
seperti:
a. Regulasi bahan baku. Hal ini dikhususkan untuk mengemukakan sub-sektor
industri kreatif yang mengandalkan sumber daya alam, seperti penerbitan dan
percetakan, fashion dan kerajinan. Kelangkaan dan tingginya biaya bahan baku
merupakan isu sentral.
b. Regulasi impor dan ekspor. Analisis ini melihat pada lambatnya administrasi
ekspor dan impor, maraknya impor ilegal, proteksi terhadap produk impor
(substitusi impor) kemudahan ekspor dan larangan ekspor bahan baku
c. Prosedur administrasi. Selain administrasi ekspor dan impor tersebut, isu yang
menonjol adalah lama dan tingginya biaya administrasi perijinan, pengurusan
HKI dan pendirian usaha
d. Penyelundupan diduga tengarai menjadi salah satu penyebab kelangkaan-
kelangkaan bahan baku
e. Pembajakan dan HKI. Sebagai industri yang kental dengan hak cipta, desain,
paten dan merk, isu pembajakan dan HKI merupakan salah satu isu sentral dalam
industri kreatif

18
f. Pungutan-pungutan liar dirasakan mengurangi efisiensi, dan mengurangi akurasi
estimasi perhitungan keuangan. Ekonomi biaya tinggi diperkirakan terjadi karena
pungutan-pungutan ini
g. Persaingan yang sehat. Isu ini merupakan persoalan yang kompleks untuk
dibuktikan kebenarannya. Isu ini muncul terutama di industri televisi dan radio,
periklanan dan industri film, video dan fotografi
h. Pajak. Insentif pajak (tax holiday) dirasakan oleh beberapa pelaku usaha di
industri kreatif sebagai suatu yang penting, terutama untuk subsektor dengan total
keuntungan yang belum terlalu besar atau untuk para pendongkrak di luar pasar
mainstream yang belum tentu memperoleh keuntungan karena resiko kegagalan
agar produk/jasa yang ditawarkan akan dapat diterima oleh pasar (high risk)
i. Sub-sektor industri kreatif yang mengutamakan padat karya (labour intensive),
seperti fashion, percetakan besar, televisi, dan beberapa perusahaan kerajinan.
Aturan tenaga kerja Indonesia memang bertujuan melindungi tenaga kerja dengan
lebih baik. Labour market flexibility yang merupakan preferensi pengusaha
menjadi terkekang. Pengusaha pemerintah dan serikat pekerja sudah berusaha
duduk bersama menyempurnakan aturan tenaga kerja, namun terdapat beberapa
faktor yang tak kunjung dicapai hingga kini. 11

Dalam industri kreatif ini, Pemerintah Indonesia yang dibawahi oleh Departemen
Perdagangan RI telah berhasil memetakan 14 sektor industri kreatif antara lain:
periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, video, film
dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
layanan komputer dan perangkat lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan.
Kontribusi ekraf terhadap PDB tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp 990,4 triliun. Angka
tersebut mengalami kenaikan dari 2016 sebesar Rp 894,6 triliun, dan naik dari Rp 852
triliun pada tahun 2015. Lapangan pekerjaan yang telah diciptakan mampu menyediakan
pekerjaan untuk 16,4 juta orang tahun 2017 yang mengalami kenaikan dari 16.2 juta di
tahun 16,96 juta pekerja di tahun 2015.

11
Rochmat Aldy P., Ekonomi Kreatif Pilar Pembangunan Indonesia, (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2016), hlm.82-89

19
Data statistik ekonomi kreatif yang dikeluarkan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)
dan BPS menunjukkan PDB yag mengalami kenaikan dari Rp 784,82 triliun menjadi Rp
922,59 triliun atau mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2017, ekraf tumbuh
sebesar 4,95%, menunjukkan peningkatan dengan 2016 dengan 4,41%. Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) juga memprediksikan pertumbuhan produk domesti bruto (PDB) sektor
industri kreatif pada tahun 2018 bisa mencapai hingga 6,25% sehingga mampu menyerap
hingga 16,7 juta tenaga kerja.12

H. Penerapan Ekonomi Kreatif Di Indonesia

Studi Kasus pada Bukalapak.com

Bukalapak merupakan salah satu pasar daring (online marketplace) terkemuka di


Indonesia yang dimiliki dan dijalankan oleh PT. Bukalapak. Seperti halnya situs layanan jual
- beli daring (online) dengan model bisnis consumer-to-consumer (C2C), Bukalapak
menyediakan sarana penjualan dari konsumen-ke-konsumen di mana pun. Siapa pun bisa
membuka toko daring untuk kemudian melayani calon pembeli dari seluruh Indonesia baik
satuan ataupun dalam jumlah banyak. Pengguna perorangan ataupun perusahaan dapat
membeli dan menjual produk, baik baru maupun bekas, seperti sepeda, ponsel, perlengkapan
bayi, gawai (gadget), aksesoris gawai, komputer, sabak (tablet), perlengkapan rumah tangga,
busana, elektronik, dan lain-lain.

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky pada awal tahun 2010 sebagai divisi agensi
digital bernama Suitmedia yang berbasis di Jakarta. Namun, Bukalapak baru berstatus
sebagai sebuah Perseroan Terbatas (PT) pada September 2011 dan dikelola oleh manajemen
yang dipimpin oleh Achmad Zaky sebagai CEO (Chief Executive Office) dan Nugroho
Herucahyono sebagai CTO (Chief Technology Officer).

Setelah berdiri kurang lebih setahun, Bukalapak mendapat penambahan modal dari
Batavia Incubator (perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi
Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group). Di tahun 2012, Bukalapak menerima
tambahan investasi dari GREE Ventures yang dipimpin oleh Kuan Hsu. Pada bulan Maret

12
Asri Noer Rahmi, 2018, “Perkembangan Industri Ekonomi Kreatif dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian di
Indonesia”, Seminar Nasional Sistem Informasi, hlm.1392-1393

20
2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE
Ventures. Tidak berselang lama dari pemberitaan tersebut, di tanggal 18 Maret 2014
Bukalapak pun meluncurkan aplikasi selular untuk Android. Aplikasi yang dikenal dengan
mobile Bukalapak(https://play.google.com/store/apps/details?id=com.bukalapak.android)
tersebut diciptakan khusus untuk para penjual untuk mempermudah penjual dalam
mengakses lapak dagangannya dan melakukan transaksinya melalui smartphone.

Pada sistem pembayaran transaksi yang dimiliki Bukalapak adalah jaminan keamanan
transaksi jual beli dalam sistem pembayaran yang dikenal juga dengan BukaDompet
(https://guide.bukalapak.com/buyer/4). Pengguna Bukalapak awal mulanya terkenal dari para
penghobi sepeda. Hadir secara bersamaan dengan trend sepeda lipat dan fixed gear yang
berlangsung dari kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung yang kemudian menyebar ke
berbagai kota lainnya di Indonesia. Kedekatan dengan komunitas sepeda tidak bisa
dipungkiri karena Bukalapak besar karena adanya komunitas sepeda yang waktu itu tahun
2011 sedang meledak. Menurut pernyataan Zaky yang dirilis
startupbisnis(http://startupbisnis.com/bagaima na-bukalapak-com-didirikan/) kedekatan
dengan dunia sepeda ini terjadi tanpa disengaja. Bukalapak juga dianggap oleh komunitas
sepeda khususnya para pedagang sepeda yang menghancurkan harga pasar. Banyak toko
sepeda yang memprotes keberadaan Bukalapak karena menawarkan harga terlalu miring,
inilah salah satu yang memicu pertumbuhan pengguna di bukalapak.com.

Dalam satu hari, Bukalapak dikunjungi lebih dari 2 juta kunjungan. Hingga saat ini,
Bukalapak memiliki 7 juta yang dijual oleh para pengguna (per Desember 2015) dan berada
pada posisi 11 situs besar di Indonesia berdasarkan Alexa. Bukalapak.com memberikan bukti
pada Indonesia bahwa jual beli saat ini dapat lebih kreatif, dengan mengkombinasikan aspek
ekonomi dan teknologi. Selain memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, perdagangan di
Indonesia pun semakin meningkat dan berkembang. Perkembangan platform digital di
Indonesia seperti bukalapak.com menjadi salah satu bukti bahwa industri kreatif sudah dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia. 13

13
Rochmat Aldy Purnomo, S.E., M.Si., Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia, Ziyad Visi Media, Surakarta,
2016, 90

21
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep untuk merealisasikan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yang berbasis kreativitas. Pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya
terbarukan, bahkan tidak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat, talenta dan kreativitas. Nilai
ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kretif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau
sistem produksi seperti pada era industry, tetapi lebih pada era pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju.

Dimulai pada tahun 2005, mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono
menyatakan tentang pentingnya mengembangkan industry pada sektor yang bersumber pada
kerajinan dan kreativitas bangsa. Hingga saat ini perkembangan industri kreatif sangat
diperhatikan. Salah satu bentuk peran pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan ekonomi
kreatif yaitu dengan diterbitnya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 sebagai perlindungan
pada pelaku ekonomi kreatif. Terdapat pula karakteristik dari ekonomi kreatif yaitu
diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, seperti
cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat
mendasar, Berbasis pada ide atau gagasan, Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai
bidang usaha, Konsep yang dibangun bersifat relatif.

Diperlukan startegi dalam menghadapi ekonomi kreatif yaitu melalui analisis SWOT
yang digunakan untuk mengendalikan hambatan dan kendala – kendala dalam industri
kreatif, diketahui pula bahwa terdapat beberapa kelebihan yang salah satunya mampu
merubah tingkat perekonomian Indonesia. Saat ini industri ekonomi di Indonesia
berkembang secara bertahap yang mampu dilihat melalui beberapa sektor, potensi yang
dimiliki, dan subjek pelaku. Penulis sangat tertarik dengan kasus Bukalapak yaitu platform
E-commerce di Indonesia yang mampu memberikan dampak besar bagi ekonomi kreatif
yaitu perkembangan platform digital di Indonesia seperti bukalapak.com menjadi salah satu
bukti bahwa industri kreatif sudah dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kamil, 2015, “Industri Kreatif Indonesia: Pendekatan Analisis Kinerja Industri”, Media
Trend, 10(2)

Aysa, Imma Rokhmatul. 2020. “Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Di Era Digital; Studi
Kasus Zydnaa Edukasi Jombang.” Jurnal At Tamwil 2, No. 2

Asri Noer Rahmi, 2018, “Perkembangan Industri Ekonomi Kreatif dan Pengaruhnya terhadap
Perekonomian di Indonesia”, Seminar Nasional Sistem Informasi

Carunia Mulya Firdausy, “Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia”

Dokumen Undang – Undang RI Nomor 22 tahun 2019

Rohmat Aldy Purnomo. 2016 . “Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia”. Surakarta :
Ziyad Visi Media

Rusydi, Noviana. 2016. “Pengaruh Penerapan Ekonomi Kreatif Terhadap Kreativitas Remaja Di
Kota Lhokseumawe (Studi Kasus Pada Seni Tari Sanggar Cut Meutia)”, Jurnal Visioner
Dan Strategis, Vol 5, No. 1

Siti Munawaroh, (2010). Mandiri Dengan Ekonomi Kreatif. Jantra, V(9)

Suparmin, Pairun Roniwijaya, dkk. 2017. “Eksplorasi Sub-Sub Sektor Industri Kreatif Di Pusat-
Pusat Keramaian Kabupaten Kulon Progo”, Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin
Ilmu & Call For Papers UNISBANK Ke 3 (SENDI_3)

23

Anda mungkin juga menyukai