BAB II
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM
SOSIOLOGI INDUSTRI
Tujuan:
Para sarjana berusaha mencari tahu mengenai apa yang menjadi penyebab
terjadinya perubahan dan kekacauan. Mereka berusaha mencari tahu bagaimana
keteraturan dan tatanan sosial masyarakat sehingga bisa tercipta kembali seperti
sebelum terjadinya perubahan. Para ahli sosiologi berusaha mencari tahu hukum-hukum
yang menjamin terjadinya tatanan dan keteraturan sosial masyarakat. August Comte
sebagai pendiri sosiologi mengatakan bahwa masyarakat diatur oleh hukum tiga tahap,
yaitu tahap teologis, tahap matafisik, dan tahap positif. Pembagian hukum tiga tahap
tersebut berdasarkan pada cara berpikir sebagaian besar warga masyarakat. Pada tahap
teologis orang menjelaskan kejadian-kejadian di sekitaranya berdasarkan pemikiran
keagamaan. Misalnya kalau terjadi gempa bumi maka orang berpikir bahwa hal itu
disebabkan oleh dewa atau Tuhan yang marah. Orang berpikir bahwa benda-benda
memiliki kekuatan magis. Misalnya tiap-tiap benda memiliki kekuatan magisnya
sendiri-sendiri. Kekuatan-kekuatan tersebut yang menggerakkan benda-benda tersebut.
Tahap metafisik merupakan tahap peralihan dari tahap teologi ke tahap positif. Pada
tahap positif orang menjelaskan kejadian-kejadian di sekitarnya berdasarkan ilmu
pengetahuan. Misalnya, orang menjadi sakit karena terkena infeksi virus atau karena
kelebihan lemak dan kekurangan gizi. Gerhana bulan disebabkan karena bulan tertutup
bumi sehingga sinar matahari tidak mengenai bulan. Ahli sosiologi seperti Karl Marx,
Emile Durkheim, dan Max Weber juga berusaha menjelaskan perkembangan
masyarakat dari masyarakat agraris-feodal ke masyarakat industri.
Marx dapat dikatakan sebagai pelopor sosiologi industri karena menulis tentang
hubungan antara majikan dengan buruh, meskipun pada saat itu belum dikenal yang
namanya sosiologi industri. Marx berpandangan bahwa masyarakat industri kapitalis
merupakan masyarakat yang penuh dengan konflik antara para pekerja atau kaum buruh
(kaum proletar) dengan para majikan atau para kapitalis (kaum borjuis). Persaingan
antara para kapitalis yang memiliki pabrik atau perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya membuat mereka terus-menerus menekan upah para
buruhnya. Menurut Marx pekerjaan yang seharusnya bisa mengembangkan potensi diri
manusia dalam masyarakat industri kapitalis justru dianggap memperbudak manusia.
28
Titik awal pemikiran Marx adalah bahwa ada perbedaan antara manusia dan
hewan. Yang membedakan adalah kerja. Untuk bisa hidup manusia harus bekerja
Hewan tinggal mencari dan makan makanan yang disediakan oleh alam, tanpa perlu
bekerja. Dengan bekerja manusia mengubah alam fisik agar bisa menghasilkan
makanan dan perlindungan diri dari kerasnya alam (membuat pakaian atau rumah)
sehingga bisa bertahan hidup. Bagi Marx kerja memiliki pengertian yang luas. Kerja
adalah semua aktivitas mental dan fisik untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
dirinya. Marx juga berpandangan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak
bisa menjadi manusia kalau hidup sendiri.
Pertama adalah mode produksi Asia. Dalam mode produksi ini orang bekerja
dalam suatu masyarakat atau komunitas desa pada tanah-tanah milik negara dan
membayar pajak pada pemungut pajak negara. Masyarakat India dan Cina Kuno adalah
masyarakat dengan mode produksi Asia. Masyarakat Maya kuno di Amerika Latin juga
memiliki mode produksi seperti mode produksi Asia. Orang-orang atau pekerja yang
30
bekerja pada tanah-tanah negara tersebut terikat pada desanya berdasarkan tradisi atau
kebiasaan yang berlaku secara turun-menurun.
Kedua adalah mode produksi kuno atau perbudakan. Dalam mode produksi ini
hubungan-hubungan utamanya adalah hubungan antara tuan (master) dan hamba atau
budak (slave). Pada masa perbudakan (slavery) ini seorang budak terikat dan tunduk
pada tuannya. Tuan bisa menjual budaknya pada saat yang diinginkannya. Produksi
rumah tangga dalam masyarakat Roma, Yunani dan Mesir kuno pada umumnya
dilakukan oleh para budak. Ada kelompok-kelompok orang lain yang jumlahnya sangat
sedikit yaitu para pedagang atau tukang. Pedagang dan tukang adalah orang-orang yang
bebas. Para budak pada saat itu tidak dipandang sebagai manusia yang hak-haknya
harus dihormati seperti zaman sekarang.
Ketiga adalah mode produksi feodal. Mode produksi feodal ada pada masyarakat
Eropa pada zaman peertengahan. Hubungan utama dalam mode produksi feodal adalah
hubungan antara bangsawan (lord) dan petani yang terikat dengan tanah (serf) yang
dimiliki oleh bangsawan. Hubungan antara tuan dengan budaknya berbeda dengan
hubungan antara bangsawan dengan petani yang terikat dengan tanah. Hubungan budak
dengan tuannya adalah hubungan personal antara orang (tuan dan budak). Sedangkan
hubungan antara petani dengan tanahnya diikat oleh hukum tertulis. Jika bangsawan
pemilik tanahnya menjual tanahnya, petani tetap dapat mengerjakan tanah yang dimiliki
oleh pemilik (bangsawan) yang baru.
adalah para petani, tukang, pedagang. Para petaninya adalah para petani kecil atau para
petani tanpa tanah yang bekerja pada para tuan tanah.
Karena ada pembagian kerja maka muncul saling ketergantungan antar anggota
masyarakat. Petani atau peternak akan menjual kelebihan hasil pertanian atau ternaknya
dan hasil penjualannya dibelikan barang-barang yang dibutuhkannya. Para petani juga
harus membayar pajak kepada para penguasa. Dalam masyarakat feodal atau agraris,
pertanian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk mencari
keuntungan. Dalam masyarakat agraris-feodal pertukaran barang terjadi seperti ini:
Barang (C) dijual untuk mendapatkan uang (M), uang digunakan untuk membeli barang
(C). Karena orang memproduksi barang hanya untuk mencukupi kebutuhan sendiri,
maka perdagangan tidak berkembang.
Kedua, para pekerja teralienasi dari obyek kerjanya, yaitu produk atau hasil
kerjanya. Hasil kerja para pekerja tidak dimiliki oleh pekerja tetapi dimiliki oleh para
kapitalis yang telah membayar upahnya. Para kapitalis pula yang akan menggunkan
hasil kerjanya sesukanya sendiri. Para kapitalis menggunakan barang hasil kerja para
pekerja untuk dijual dengan keuntungan sebanyak mungkin. Jika pekerja ingin
menggunakan produk hasil kerjanya para pekerja harus membelinya di tempat lain.
34
Meskipun para pekerja di pabrik roti, bisa saja para pekerja tersebut kelaparan kalau
tidak bisa membelinya.
Ketiga, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi satu dengan yang
lain meski bekerja pada pada pabrik yang sama. Pekerja terasing dari teman-teman
kerjanya. Pada mulanya dalam masyarakat yang masih sederhana orang bisa dan harus
bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk menghasilkan barang kebutuhan sehari-
harinya. Dalam perusahaan kapitalis, para pekerja dipaksa untuk bekerja berdampingan
dengan para pekerja lain yang mungkin berbeda latar belakang sosialnya, yang mungkin
tidak disukainya. Para pekerja tentu lebih suka kalau bekerja dengan teman-teman yang
disukainya. Tetapi dalam perusahaan kapitalis hal itu sulit terjadi karena mereka tidak
memiliki kebebasan dan dipaksa oleh para pemiliknya untuk mengerjakan pekerjaan
tertantu. Para pekerjapun kadang-kadang harus bersaing satu dengan yang lain untuk
mendapatkan upah yang lebih tinggi. Persaingan ini bisa menimbulkan konflik atau
ketegangan antar sesama pekerja. Kadang-kadang para pemilik perusahaan kapitalis
berusaha agar para pekerja tidak bekerja sama atau berteman satu dengan yang lain
karena dianggap bisa membahayakan perusahaan. Misalnya, dengan bekerjasama atau
berteman mereka bisa mengembangkan rasa solidaritas untuk melakukan pemogokan.
Keempat, para pekerja dalam perusahaan kapitalis sering teralienasi dari potensi-
potensi dirinya atau bakatnya sebagai manusia. Manusia akan berkembang sesuai
dengan potensi-potensi atau bakat yang ada pada dirinya kalau memiliki kebebasan
untuk memilih pekerjaan. Orang yang berbakat menyanyi akan senang kalaau bekerja
sesuai dengan bakat tersebut. Dalam perusahaan atau pabrik orang bekerja seperti mesin
yang tidak mempunyai perasaan. Orang yang berbakat senang dengan biologi akan bisa
mengembangkan dirinya kalau belajar di bidang kedokteran atau pertanian. Dalam
masyarakat kapitalis karena adanya persaingan orang sering terpaksa bekerja di bidang
yang tidak sesuai dengan potensi dan bakatnya.
Durkheim mengatakan bahwa dalam masyarakat industri yang telah maju bisa
menyebabkan para anggotanya menjadi individualis karena tidak lagi memiliki
kesadaran bersama. Individualisme inilah yang bisa menyebakan terjadinya tindakan-
tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Kalau banyak orang yang melanggar
36
norma maka akan tercipta keadaan anomie, yaitu keadaan tanpa norma, yang pada
akhirnya bisa menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Hal inilah yang
menimbulkan kekhawatiran Durkheim. Meski demikian Durkheim juga memiliki
perasaan optimis bahwa dalam masyarakat industri yang maju akan muncul kelompok-
kelompok dimana para anggota masyarakat menjadi anggotanya. Kelompok-kelompok
dalam masyarakat industri maju bisa berupa kelompok-kelompok yang berdasarkan
kesamaan pekerjaan. Misalnya kelompok buruh, kelompok pekerja angkutan, kelompok
pedagang, kelompok yang memiliki minat yang sama, dsb. Dengan menjadi anggota
kelompok maka individu dalam masyarakat industri akan merasa lebih aman, mendapat
perlindungan, mendapatkan kekuatan, dan individu tidak merasa hidup sendiri. Lewat
kelompok-kelompok kecil yang ada di masyarakat norma-norma sosial dapat
ditegakkan dan lewat kelompok itu pula sanksi sosial diberikan pada yang melakukan
penyimpangan. Dalam kelompok-kelompok kecil inilah maka keinginan-keinginan
egois individu bisa ditekan atau dibatasi. Lewat kelompok-kelompok inilah norma-
norma masyarakat terjaga keutuhannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok-
kelompok inilah yang menjamin adanya keutuhan masyarakat.
Contoh dari proses rasionalisasi yang ada dalam bidang bisnis adalah restoran
Kentucky Fried Chicken dan pasar atau toko swalayan modern. Dalam restoran
Kentucky baik kentang dan daging ayam dibuat dengan potongan-potongan yang sama
ukurannya. Resep dibuat sama untuk semua retoran. Karyawannya dibagi-bagi tugasnya
(pembagian kerja) dan para kosumen yang datang antri untuk dilayani. Dengan cara
begitu, restoran bisa melayani banyak konsumen dan dengan waktu yang cepat. Toko
atau pasar swalayan modern menjual banyak sekali barang. Para pembeli diminta
melayani sendiri dengan memilih barang yang dibutuhkannya dan membawanya ke
38
kasir untuk membayar. Dengan cara seperti itu, pasar sawalayan yang besar tidak
membutuhkan banyak karyawan untuk melayai para pembeli.
Pada zaman Taylor kebanyakan orang melihat hubungan antara manajer dengan
pekerja dari sisi hubungan yang bersifat antagonistik (penuh pertentangan) dimana
manajer menginginkan hasil kerja sebanyak mungkin dari para pekerja dan membayar
upah serendah mungkin. Di pihak pekerja mengharapkan gaji sebanyak mungkin
dengan bekerja seminimal mungkin. Taylor berpendapat bahwa pertentangan antara
manajer dan pekerja bisa diatasi dengan mendisain pekerjaan sebaik mungkin sehingga
hasil kerja para pekerja sama-sama menguntungkan bagi manajer dan bagi para pekerja.
Analisis tugas pekerjaan dilakukan dengan apa yang dinamakan analisis waktu
dan gerakan (time and motion). Dalam analisis waktu dan gerak ini digunakan peralatan
seperti stopwatch dan film untuk melihat dengan teliti gerakan pelaksanaan pekerjaan
serta waktu yang dibutuhkan. Atas dasar hasil pengamatan waktu dan gerakan,
kemudian didisaian pelaksanaan pekerjaan. Tugas pekerjaan yang komplek diurai atau
dibagi-bagi menjadi bagian-bagian tugas yang sederhana. Tiap-tiap bagian tugas
tersebut dikerjakan oleh masing-masing pekerja secara individual. Dalam disain
tersebut pelaksanaan pekerjaan dibuat sesederhana mungkin sehingga dalam jangka
waktu tertentu gerakan fisik pekerja sangat sedikit.
Kalau kita melihat film atau video youtube tentang pabrik mobil, kita bisa
melihat bagaimana masing-masing pekerja hanya melaksanakan tugas pekerjaan yang
sangat sederhana, misalnya hanya memasang ban saja atau hanya mengecat saja. Tugas
40
pekerjaan yang lain dikerjakan oleh pekerja yang lain lagi. Tugas-tugas pekerjaan
tersebut dilakukan secara berurutan lewat assembly line sehingga pada akhirnya muncul
mobil yang sudah jadi. Dengan pembagian tugas pekerjaan tersebut maka produktivitas
menjadi meningkat. Kita bisa membandingkan antara seorang tukang kayu yang
membuat lemari sendiri dimana dia harus memotong-motong kayu, membuat bagian-
bagian lemari, menghaluskan kayu, merangkai bagian-bagian tersebut menjadi lemari
utuh, diberi kunci, dan akhirnya dicat. Tukang kayu tersebut mungkin dalam satu hari
hanya bisa menghasilkan satu lemari. Kemudian kita perhatikan pada pabrik mebel atau
furnitur yang juga membuat lemari, dengan cara membagi-bagi tugas untuk tiap
pekerjanya yang berjumlah 5 orang. Dalam satu hari pabrik tersebut bisa menghasilkan
20 lemari. Jadi, dengan membagi-bagi tugas maka produktivitasnya menjadi 4 kali lipat.
Ada perbedaan antara tukang kayu dengan pekerja dalam pabrik mebel yang membuat
lemari. Tukang kayu bisa membuat lemari sendiri dengan mengerjakan semua bagian
lemari dan kemudian menyatukan bagian-bagian tersebut menjadi lemari.
Sedangkan pekerja pada pabrk mebel tersebut belum tentu bisa membuat lemari karena
dia hanya bisa mengerjakan satu bagian pekerjaan saja.
41
para pekerja, mengontrol secara ketat para pekerja, jarang memberikan pujian atau
ganjaran, dan suka menghukum pekerja yang kerjanya kurang baik. Berbeda dengan
Teori X, Teori Y berpandangan bahwa:
Pendekatan psikologis terhadap para pekerja dalam bekerja dan dalam hal
produktivitas para pekerja lebih menekankan pada individu manusia dan kebutuhan-
kebutuhan yang dimiliki dan harus dipenuhi oleh setiap manusia. Pendekatan psikologis
tersebut tidak salah semuanya. Namun pendekatan psikologis terhadap perilaku para
pekerja dalam organisasi kerja, seperti perusahaan atau pabrik, tidak mencukupi karena
perilaku pekerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kelompok dan budaya masyarakat.
Itulah sebabnya pendekatan psikologis perlu dilengkapi dengan pendekatan yang lebih
sosiologis. Pendekatan yang lebih sosiologs yang akan dibahas disini adalah pendekatan
yang dipengaruhi oleh Emile Durkheim, yaitu pendekatan human relation, pendekatan
sistem, pendekatan Weberian, pendekatan Marxian, dan pendekatan interaksionis
simbolis.
kemudian berkumpul bersama-sama, maka dalam jangka waktu yang tidak lama akan
muncul sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh kelompok tersebut. Misalnya norma-norma
dan kebiasaan-kebiasaan kelompok. Durkheim menyatakan bahwa bukan saja perilaku
individu sangat dipengaruhi oleh kelompok tetapi bahkan individu sangat tergantung
pada kelompoknya. Individu tidak bisa hidup lepas dari kelompok atau masyarakat.
Tanpa hidup dalam kelompok atau masyarakat individu perilaku individu menjadi tidak
terkontrol dan menjadi egois. Individu bisa memiliki keinginan-keinginan yang
berlebihan. Keinginan-keinginan tersebut tidak selamanya bisa terpenuhi sehingga
individu bisa mengalami frustasi atau putus asa. Durkheim mengatakan bahwa biasanya
apa yang dianggap baik dan dihargai oleh individu adalah juga dianggap baik dan
dihargai oleh kelompok. Misalnya, norma-norma atau kebiasaan suatu kelompok
biasanya juga dianggap baaik, dikui dan didukung oleh para anggota kelompok. Karena
itu, biasanya para individu anggota kelompok akan mengikuti atau mematuhi norma-
norma dan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
a. Perhatian yang diberikan pada para pekerja oleh peneliti, pola-pola komunikasi
yang efektif yang dikembangkan dan kohesi sosial yang tinggi yang muncul
dalam kelompok memunculkan kebutuhan kelompok untuk berinteraksi yang
baik dan kerjasama utuk menghasilkan output yang diinginkan manajemen.
b. Organisasi atau kelompok informal mempengaruhi produktivitas. Peneliti
menemukan bahwa kehidupan suatu kelompok di antara para pekerja.
Hubungan antara pengawas dengan para pekerja cederung mempengaruhi ara
bagaimana para pekerja mengikuuti arahan-arahannya.
48
Menurut Smith (1959) pendekatan human relation mendapat beberapa kritik dari para
ahli sosiologi. Kritik tersebut menyatakan bahwa:
b. Pendekatan Sistem
sekali. Jadi semakin besar perusahaan semakin banyak bagian-bagiannya, semakin kecil
perusahaan semakin sedikit pula bagian-bagiannya. Misalnya pada perusahaan besar
akan ada bagian penelitian dan pengembanga (litbang) serta bagian humas, sedangkan
perusahaan kecil tidak memiliki bagian libang dan humas. Bahkan mungkin bagian
keuangannya tidak ada, karena perusahaan yang kecil biasanya hanya dikelola oleh
pemiliknya sendiri. Pada perusahaan kecil pemilikya mengurusi semua pekerjaan.
Agar perusahaan sebagai suatu sistem bisa bertahan hidup, maka perusahaan
tersebut harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ada banyak jenis
lingkungan dari suatu perusahaan, misalnya pemerintah, masyarakat sekitar, konsumen
produk perusahaan, penyedia bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, dan perusahaan-
perusahaan lain yang menjadi pesaingnya. Misalnya, salah satu lingkungan perusahaan
handphone adalah para konsumen handphone. Maka agar perusahaan handphone
tersebut bisa bertahan dan berkembang maka perusahaan tersebut harus bisa
menghasilkan handphone yang diminati oleh para konsumen. Kalau tidak bisa
menghasilkan handphone yang diminati oleh para konsumen maka perusahaan tersebut
bisa bangkrut. Misalnya, dulu ada handphone dengan merek Motorola dan Ericson.
Mungkin karena kedua handphone tersebut tidak diminati oleh para konsumen. Salah
satu penyebab kemunduran Motorola adalah kurang mengembangkan vers-versi baru
smartphone dan lebih memilih penjualan dengan potongan harga
(https://www.liputan6.com 14 Juli 2014). Motorola dan Ericson kalah bersaing dengan
handphone merek Samsung dan Lenovo. Mengapa Motorola dan Ericson kalah
bersaing? Mungkin hal ini disebabkan karena bagian penelitian dan pengembangan
(RD/research and development) tidak berfungsi dengan baik, atau bisa juga karena
bagian pemasarannya kurang berfungsi dengan baik. Dengan kata lain, karena kedua
bagian tersebut tidak berfungsi dengan baik maka perusahaan Motorola tidak bisa
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, yaitu para pesaingnya dan para
konsumen handphone. Pada saat ini terdapat penjualan 408.97 juta handphone dimana
penjualan yang tertinggi adalah Samsung (70.78 juta), yang kedua Apple 64.52 juta, dan
ketiga Huwai (60.40 juta). Kemudian disusul oleh Oppo, Xiaomi dan lain-lain
(detikinet, https://m.etik.com)
51
Hasil kajian Komisi Eropa menyatakan, sekitar 45% dari ekspansi perkebunan
kelapa sawit sejak tahun 2008 telah berujung pada kehancuran hutan, lahan gambut
(peatlands) dan lahan basah (wetlands) serta menghasilkan emisi gas rumah kaca secara
terus-menerus. Oleh karena itu, pemerintah Uni Eropa berencana menghapus secara
bertahap pemakaian biofuel berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)
hingga 0% pada 2030 (CNBC Indonesia, 28 Maret 2019). Hal ini memaksa perusahaan
kelapa sawit memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Kesadaran tentang diri (self) atau identitas berkenaan dengan pertanyaan siapa
saya (atau kita) atau siapa dia (atau mereka). Individu mendapatkan kesadaran tentang
dirinya lewat proses sosialisasi atau belajar sosial. Dalam proses tersebut terjadi apa
yang dinamakan internalisasi simbol yang terkait dengan dirinya sendiri dalam
hubungannya dengan orang lain sehingga kehidupan menjadi bermakna. Kesadaran
tentang diri diperoleh lewat taking the role of the other atau mengambil peranan orang
lain. Maksudnya, seseorang membayangkan bagaimana menjadi orang lain. Di samping
itu kesadaran tentang diri juga diperoleh lewat looking glass self atau melihat diri
sendiri dengan melihat bagaimana orang lain bertindak terhadap diri kita. Misalnya,
orang baru tahu kalau dirinya kurang disukai setelah melihat beberapa orang yang
menjahuinya. Lewat proses taking the role of the other dan looking glass self maka
orang bisa mengatur hubungannya dengan orang lain dan menghindari terjadinya
konflik. Interaksionis simbolis memandang bahwa ada saling ketergantungan antara
individu dan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan individu yang berinteraksi satu
dengan yang lain dengan menggunakan simbol-simbol bersama, yaitu simbol-simbol
yang maknanya dimengerti secara sama oleh semua anggota kelompok. Dikatakan ada
saling ketergantungan antara individu dan kelompok karena individu bisa
mempengaruhi kelompok dan kelompok bisa mempengaruhi individu.
identitasnya. Simbol-simbol identitas, seperti pakaian, topi atau tanda pangkat pada
dasarnya menjadi sarana untuk mendekatkan dengan orang yang sama identitasnya dan
membedakan dengan orang lain yang berbeda pekerjaan dan identitasnya. Simbol-
simbol identitas tersebut juga berguna sebagai sarana untuk memudahkan proses
interaksi orang-orang yang sama identitasnya dan antara orang-orang yang berbeda
identitasnya. Simbol-simbol identitas juga berguna sebagai sarana untuk mengontrol
perilaku seseorang. Karena simbol-simbol identitas bisa menjadi sarana untuk
mengontrol perilaku seseorang, maka simbol-simbol identitas juga bisa menjadi sarana
untuk menciptakan dan mempertahankan keteraturan dalam organisasi kerja.
Biasanya orang melihat organisasi dari struktur resminya. Pada struktur resmi
ada status atau jabatan ketua atau direktur, sekretaris, wakil ketua, bendahara, dsb. Itu
yang biasa kita lihat pada organisasi. Pada organisasi kerja atau organisasi produksi,
seperti perusahaan, juga ada struktur resminya. Tergantung besar-kecilnya perusahaan.
Pada perusahaan besar tentu ada banyak jenis status atau jabatannya. Misalnya,
disamping direktur, sekretaris dan bendahara, masih ada bagian-bagian atau divisi-
divisi. Ada bagian produksi, bagian pembelian, bagian pemasaran, bagian humas,
bagian promosi, dsb. Pada masing-masing bagian ada kepala dan karyawan
bawahannya. Orang-orang yang menduduki status atau jabatam tersebut sudah
ditentukan secara tertulis tugas-tugas dan tanggung jawab apa yang harus dilakukan.
Bukan cuma tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan tetai juga hak-hak dari
orang-orang yang menduduki jabatan juga diatur secara tertulis. Jika semua orang
bertindak dan bekerja sesuai dengan aturan maka organisasi akan berjalan dengan baik.
terpaksa. Bagi orang yang memiliki jabatan tinggi dan besar kekuasaanya mungkin akan
lebih mudah memaksakan kesepakatan, sedangkan yang jabatannya rendah dan lemah,
dengan terpaksa mengikuti kesepakatan. Pekerja yang lebih rendah dan sedikit
kekuasaannya membentuk kelompok-kelompok. Kelompok tersebut bisa mendesak
pimpinann untuk melakukan perubahan-perubahan paraturan sehingga bisa
memperlancar pelaksanaan pekerjaan atau memberikan beban kerja yang lebih sedikit.
Kesepakatan-kesepakatan tersebut merupakan bentuk negotiated order. Negotiated
order adalah keteraturan atau tatanan yang merupakan hasil dari tawar-menawar.
Tawar-menawar yang menghasilkan kesepakatan-kesepakatan tersebut tidak selalu
diungkapkan secara verbal dengan kata-kata. Sama seperti dalam kuliah. Kuliah sesuai
jadwal dimulai Jam 7 pagi. Pada awalnya dosen datang tepat pada waktunya, sedikit
saja mahasiswa yang datang tepat pada waktunya. Setelah kuliah 2 atau 3 kali tetap saja
mahasiswa yang datang cumua sedikit, akhirnya dosen datang dan kuliah mulai jam
7.30. Akhirnya mahasiswa sebagian besar datang jam 7.30. Untuk hari-hari kuliah
berikutnya kuliah dimulai jam 7.30. Meskipun dosen tidak pernah menyatakan kuliah
mulai jam 7.30, baik mahaiswa maupun dosen datang dan mulai kuliah jam 7.30. Inilah
negoitated order, aturan-aturan hasil tawar-menawar.
Dalam pandangan organisasi sebagai negoitated order kita tidak bisa melihat
organisasi hanya dengan melihat bagan organisasinya saja. Hanya dengan melihat bagan
organisasi saja kita seolah-oah sudah tahu persis siapa yang berkuasa dan siapa yang
dikuasai. Seolah-olah semuanya berjalan dengan mulus. Dengan memadang organisasi
sebagai negoitated order kita harus melihat organisasi tidak hanya dengan melihat
bagan atau struktur organisasinya saja tetapi harus melihat bagaimana kenyataan yang
sebenarnya mengenai hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan, antara satu
bagiann atau departemen dengan bagian yang lain.
d. Pendekatan Weberian
Max Weber mengatakan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang memiliki
makna dan tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan tindakan-tindakan
orang lain (individu atau kelompok). Bagi Weber tindakan dari dua orang yang secara
lahiriah nampak sama tetapi makna-makna bisa berbeda. Karena itu untuk mempelajari
56
Makna-makna kerja tersebut juga sering disebut dengan istilah orientasi kerja.
Orientasi kerja sering dipengaruhi oleh budaya masyarakat dimana para pekerja menjadi
anggotanya. Ada macam-macam orientasi kerja. Orientasi kerja ini perlu juga dipelajari
karena orientasi kerja bisa berpengaruh kepada kepuasan para pekerja di tempat kerja
(workplace)-nya. Orientasi kerja bisa mendukung pelaksanaan pekerjaan dan tujuan
perusahaan dan bisa juga bertentangan. Orientasi kerja yang tidak mendukung bisa
menurunkan produktivitas perusahaan, dan akhirnya merugikan perusahaan..
Industri kecil yang hasil produksinya tidak banyak biasanya tidak diorganasir
secara birokratis. Misalnya, industri kecil yang mempekerjakan anggota keluarga atau
orang sekampung. Dalam industri seperti ini biasanya pimpinannya adalah yang
memiliki usaha. Pada umumnya tidak atauran-aturan tertulis. Tidak ada pemisahaan
antara keuangan usaha dan keungan keluarga, sehingga sulit menghitung keuntungan
atau kerugian. Weber menganggap industri kecil seperti ini tidak dikelola secara
rasional.
George Ritzer (2019) mengatakan bahwa sebagian besar kegiatan usaha akan
mengarah pada proses rasionalisasi. Ritzer memberikan contoh mengenai restoran cepat
saji McDonald (sama seperti Kentucky Fried Chicken). Restoran McDonald dikelola
secara rasional sehingga sangat efisien. Misalnya, para pembeli diminta untuk melayani
diri sendiri dengan cara antre dan membayar begitu mendapatkan makanan yang
dipesannya. Di bagian depan restoran karyawannya melayani pembeli sambil menerima
uang, ada karyawan yang membawa makanan dari dapur (bagian belakang) ke bagian
depan, di belakang ada karyawan yang khusus memasak, dsb. Semua gerakkan
58
karyawan sudah diperhitungkan dengan sangat cermat oleh perancang restoran. Daging
ayamnya dipotong-potong dengan ukuran yang persis sama, demikian juga kentangnya.
Bumbu atau rempah-rempahnya juga diukur dengan tepat sehingga menghasilkan rasa
yang tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun. Semuanya itu
dilakukan demi efisiensi keuangan dan tenaga kerja. Pengelolaan restoran McDonald
maupun Kentucky Fried Chicken sangat berbeda dengan restoran-restoran tradisional
yang kurang dikelola secara rasional. Restoran tradisional yang banyak pengunjungnya,
kemudian pemiliknya membuka cabang di tempat lain. Tetapi, rasa makanan di restoran
cabangnya bisa berbeda dengan restoran induknya. Berbeda dengan restoran McDonald,
antara ayam goreng yang di McDonald Manado rasanya tidak berbeda dengan yang ada
di McDonald Jakarta atau Medan.
e. Pendekatan Marxian
sesuai dengan bidang yang disenanginya maka potensi-potensi yang ada dalam dirinya
bisa tumbuh dan berkembang. Seperti bijih tanaman yang jatuh di tanah yang subur,
akan tumbuh dengan subur pula tanamannya.
pangan dan papan, buruh mengharapkan kenaikan upah. Sebaliknya, untuk mendapat
banyak keuntungan para kapitalis enggan menaikkan upah. Meskipun para buruh bebas
untuk memilih pekerjaan, tetapi pada kenyataanya tidak, karena buruh mau tidak mau
tetap harus bekerja untuk bisa mempertahankan hidupnya sendiri dan keluarganya.
Buruh terpaksa harus bekerja. Menurut Marx, karena buruh tidak memiliki kebebasan
untuk memilih pekerjaan, buruh akan mengalami apa yang disebut keterasingan atau
alienasi (alienation). Ada empat bentuk alienasi yang dialami buruh:
Kata-kata Kunci:
Bacaan:
Braverman, Harry, 1974, Labor and Monopoly Capital, New York: Monty Review
Press.
Castell, P.D, 2011, “Taylorism, Fordism & Post-Fordism”, dalam The Social
Organization of Work (Salem Eds), Pasadena, California: Salem Press.
Durkheim, Emile, 1984, The Division of Labor in Society, New York: Free Press.
Gregor, Douglass C., 1960, The Human Side of Entreprise, New York: McGraw-Hill.
Hadden, Richard W., 1997, “Sociological Theory: An Introduction to Classical
Tradition,” Ontario: Broadview Press.
Maslow, Abraham, 1954, Motivation and Personality, New York: Harper & Row.
Miner, John B., 2006, Organizational Behavior 3: Historical Origins, Theoretical
Foundations and the Future, Armonk, New York: M.E. Sharpe Inc.
Ritzer, George, 2018, Classical Sociological Theory, Thousand Oaks, California: Sage
Publication.
- , 2019, The McDonaldization of Society: Into the Digital Age, Thousand
Oaks, California: Sage Publications, Inc.
Watson, Tony J., 2003, Sociology, Work, and Industry, London: Routledge.
Weber, Max, 1947, The Theory of Social and Economic Organization, New york: The
Free Press.
- , 2002, “Economy and Society: An Ouline of Interpretive Sociology”, dalam
Economic Sociology (Nicole W. Biggart, Ed.), Malden, Massachussett:
Blackwell Publihers Ltd.
Lainnya:
CNBC Indonesia, 28 Maret 2019
62