Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rehan Kurniawan

NIM : 200901025

Dosen : Prof. Badaruddin, M.Si / Doni Saputra, S.Sos., M.Si

Mata Kuliah : Sosiologi Ekonomi

Hari/Tanggal : Senin, 2 Oktober 2022

Pukul :-

TUGAS
Pandangan Tokoh Sosiologi Klasik (Karl Marx, Emille Durkheim, Max Weber)
1. Karl Marx
Secara umum, teori ekonomi digunakan untuk menganalisis apa yang terjadi sebagai
akibat dari kebijakan pemerintah terhadap perekonomian Dalam bukunya “Das Kapital”, Karl
Marx menulis pendapatnya tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi bekerja. Dia membagi
pertumbuhan ekonomi masyarakat menjadi tiga tahap: feodalisme, kapitalisme dan sosialisme.
Di masa feodal, orang masih terobsesi dengan sistem ekonomi yang sangat tradisional. Selama
periode ini, pemilik tanah atau kontraktor memiliki tingkat tawar-menawar yang relatif lebih
tinggi daripada pekerja. Tingkat evolusi berikutnya dipicu oleh kebutuhan akan efisiensi dan
perkembangan teknologi yang mengarah dari masyarakat feodal ke tahap industri kapitalisme.
Tahap kapitalisme ini tidak membawa banyak keuntungan bagi para pekerja.
Karl Marx, ketika merumuskan teorinya, selalu didasarkan pada pembagian berikut. Ada
dua kelompok: asosiasi pemilik tanah dan organisasi nirlaba. Pemilik tanah, masyarakat pemilik
modal, dan orang yang bukan pemilik modal. Paradigma teori ini adalah bahwa semua kelas
masyarakat muncul disebabkan oleh adanya kepentingan dan konflik di sana. 2 poin Itulah nilai
tenaga kerja dan nilai produktivitas tenaga kerja. Karl Marx berpendapat bahwa kemampuan
seorang wirausahawan dapat diukur dari bagaimana mereka berperilaku. Akumulasi modal dan
maksimalkan nilai lebih pekerja. Peningkatan signifikan dalam penciptaan nilai dan keuntungan
oleh pengusaha pengusaha. Sementara itu, pekerja semakin dieksploitasi oleh sistem produksi
seperti itu dengan persaingan pasar, pengembangan teknologi (mesin produksi), segala upaya
untuk meningkatkan dan pengusaha juga terus berusaha untuk memaksimalkan keuntungan.
Kondisi ini memaksa pengusaha dan pelaku ekonomi untuk meningkatkan kualitas, output
dengan meningkatkan input produksi.
Pembagian sebagian keuntungan perusahaan di bidang alat-alat produksi dilakukan
semata-mata dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Dimana teknologi dan mesin produksi menjadi solusi tepat untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Di sisi lain, pada akhirnya akan menggusur sektor-sektor yang kurang efisien dan
produktif yang cenderung stagnan, hingga berujung pada pengangguran yang masif.
Di bawah sistem sosialis ini, produksi atau konsumsi sumber daya yang sebelumnya
hanya dikendalikan oleh pengusaha atau pemilik modal digantikan oleh kepemilikan bersama
atas sumber daya tersebut. Masyarakat yang dahulu kapitalis dengan sifat individualis telah
digantikan oleh sistem sosialis dan semua warga negara dianggap memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Di sisi lain, semua ide dan kesimpulan yang dikemukakan oleh Karl Marx cenderung
memiliki tingkat subjektivitas pribadi. Tidak dapat disangkal bahwa pandangan Marx cenderung
berarti bahwa ia memiliki kebencian terhadap sistem kapitalis yang berlaku saat itu Selain itu,
pada kenyataannya, deskripsi dan kritik Karl Marx terhadap sistem kapitalis juga berkontribusi
pada pertumbuhan dan perkembangan sistem kapitalis yang konstan. Secara tidak langsung
melalui kritik-kritik tersebut, kaum kapitalis terus mengkaji dan mengevaluasi gerak-gerik dan
manuver-manuver kegiatan ekonomi mereka. Sehingga semua sisi negatif dan negatif dari sistem
kapitalis yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dihindari dan kapitalisme dapat terus berfungsi
dan berkembang.
2. Max Weber
Ekonomi dalam konteks Marxisme deterministik diperlakukan sebagai ‘basis’ yang
sepenuhnya mempengaruhi ‘suprastruktur’ yang terdiri dari nilai, ideologi, politik, dst. Weber
berpandangan lain. Menurutnya, nilai atau ide (yang dalam Marxisme deterministik ditempatkan
pada suprastruktur) juga bisa mempengaruhi perubahan ekonomi (yakni, mode produksi)
masyarakat. Marxisme deterministik yang menganggap bahwa perkembangan kapitalisme
modern di Eropa sebagai akibat dari faktor-faktor ekonomi (yakni, relasi, alat, dan mode
produksi). Kita lihat ketika Weber menteorikan bahwa etika Protestan (sebagai “ide”) dapat
mengubah struktur masyarakat dengan menumbuhkembangkan kapitalisme modern di Eropa.
Yang dimaksud Weber sebagai etika Kristen Protestan, khususnya dari kelompok puritan
seperti Calvinis, Pietis, Metodis, dan Baptisan, ialah satu etos kerja yang berorientasi pada dunia,
yang meliputi kerja keras untuk meminimalisasi penggunaan keuntungan sembari mengejar
akumulasi profit dan investasi keuntungan. Pengembangan ajaran itu termanifestasi menjadi
doktrin bahwa kekayaan seseorang di dunia menjadi bukti keselamatan mereka di akhirat.
Implikasinya, orang-orang saleh harus bekerja lebih keras agar menghasilkan keuntungan dan
kekayaan untuk memastikan diri mereka bahwa mereka termasuk bagian dari orang-orang yang
diselamatkan itu.
Bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan menjadi satu etos yang tertuang dalam
prinsip-prinsip Protestan seperti, “setiap jam yang tidak digunakan untuk bekerja adalah satu jam
yang hilang untuk pelayanan bagi kemuliaan Tuhan”, atau “waktu adalah uang sehingga tidak
boleh disia-siakan”. “Membuang waktu pada prinsipnya adalah dosa yang paling mematikan”.
Maka pada era itu, menginvestasikan kembali laba dan surplus menandakan kesetiaan pada
rancangan agung Tuhan (predestinasi) sekaligus kesaksian bahwa semua kekayaan berasal dari
tangan Tuhan dan harus digunakan untuk membangun kerajaan Tuhan yang makmur. Oleh
karena itu, meskipun kekayaan telah didapatkan dalam skala besar, menikmatinya justru menjadi
perbuatan yang tercela. Kekayaan secara etis menjadi buruk apabila membawa seseorang pada
kehidupan mewah atau untuk kesenangan diri sendiri. Mereka akan membatasi konsumsi
(terutama barang mewah) atau tidak akan mengeluarkan uang lebih besar dari hutang yang
mereka miliki. Mereka mengejar kekayaan bukan sebagai sarana untuk kepuasan atau memenuhi
kebutuhan materialnya, melainkan spiritualitasnya.
3. Emile Durkheim
Emile Durkheim (1858-1917) memberikan sumbangan terhadap sosiologiekonomi
melalui mekanisme pembagian kerja. Menurutnya, pembagian kerjamemiliki fungsi yang lebih
luas dari pandangan para ekonom. Pembagian kerjamerupakan sarana utama untuk menciptakan
kohesi dan solidaritas sosial dalammasyarakat modern. Tingginya tingkat pembagian kerja dan
peranan yang berbeda dari setiap kelompok sehingga terbagi dua sistem pembagian kerjamenurut
solidaritasnya, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organic.
Pembagian kerja merupakan sarana utama untuk menciptakan kohesi dansolidaritas
dalam masyarakat modern. Tingkat pembagian kerja dan peran yang berbeda dari setiap orang
anggota masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya penggantian basis ikatan (penyatuan) atas
dasar kesamaan (solidaritas mekanis)dengan dasar ketidksamaan (solidaritas organis).
Teori stuktural fungsional menjelaskan bagaimana fungsi dari struktur.Setiap struktur
baik struktur mikro, meso maupun maksro akan tetap ada selamastruktur tersebut memiliki
fungsi. Seperti yang dicontohkan oleh Herbert Gans(1972) dalam Damsar (2009) yang
menemukan 15 fungsi kemiskinan bagimasyarakat di Amerika, seperti salah satunya sebagai
penyedia tenaga bagi pekerjaan kasar di masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru
yangdikehendaki orang miskin, menguatkan norma-norma sosial terutama yang ada di
masyarakat.
Teori stuktural fungsional menjelaskan bagaimana fungsi dari struktur.Setiap struktur
akan tetap ada selama struktur tersebut memiliki fungsi. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa
setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Jika tidakfungsional maka
struktur tersebut tidak akan ada atau akan hilang dengansendirinya.
Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian- bagian atau elemen-
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalamkeseimbangan. Perubahan yang terjadi
pada suatu bagian tersebut akan membawa perubahan terhadap bagian yang lain. Di dalam suatu
struktur, kedudukan bersifatsederajat, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Semua kedudukan
mempunyaifungsinya sendiri dan menyumbangkan pengaruhnya terhadap sistem.
Pada masyarakat modern, saling ketergantungandirefleksikan dalam bentuk moralitas dan
mentalitas kemanusiaan adan dalamsolidaritas itu sendiri.ada saat yang sama, Durkheim
memerkenakan kondisi yangterjadi berua adanya integrasi dari difenesnsiasi yang aabia tidak
berjaan dengansemurna yaitu apabila terjadi kegagalan daam pengaturan organ yang membentuk
batang tubuh suatu mastyarakat.
Seperti dicontohkan pada masyarakat industrialmodern dimana terjadi pertumbuhan
ekonomi yang begitu cepat dan tidak diikutioleh hokum dan pengaturan yang tepak untuk
menjaga kedamaian aka akanmenghasilkan anomi ekonomi sehingga adapat mengakibatkan
penderitaan padamasyarakat. Durkheim yang menjelaskan tentang “kesadaran” yang dimulai
darikesadaran kolektif yang melampui batas-batas kesadaran individu.
REFERENSI

 http://repo.uinsatu.ac.id/21986/6/BAB%20III.pdf
 http://www.pojokwacana.com/garis-besar-pemikiran-karl-marx/
 KRITIK KARL MARX TERHADAP KAPITALISME DAN PENGERTIAN
EKONOMI SOSIALISME Dewi/90100118101
 http://repo.uinsatu.ac.id/21986/6/BAB%20III.pdf
 https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/article/viewFile/375/378
 https://media.neliti.com/media/publications/62113-ID-perspektif-dan-peran-sosiologi-
ekonomi-d.pdf
 https://crcs.ugm.ac.id/antara-protestantisme-dan-kapitalisme-membaca-ulang-weber/
 https://www.academia.edu/37718627/
PENGARUH_TEORI_STRUKTURAL_FUNGSIONAL_TERHADAP_PERUBAHAN_
EKONOMI_PEDESAAN_pdf

Anda mungkin juga menyukai