PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pengembangan Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta Balai Pustaka Edisi III Cet. 2
2002 hal 1076)“.
Dalam garis besarnya ilmu Ekonomi dibagi atas tiga disiplin ilmu,
yaitu :
1. Ilmu Ekonomi Umum yaitu ilmu yang mempelajari upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kemakmuran. Adapun yang
2
Ramadhan, Islam musuh bagai sosialisme dan kapitalisme, Penerbit Wahyu Press, 2003 hal
40.
4
A. Pengertian.
Pengertian ekonomi Islam menurut Halide adalah kumpulan dasar-
dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
ada hubungannya dengan urusan ekonomi. 3) Moh. D. Ali, Sistem Ekonomi Islam
Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah ; Prenada Media 2003, hal 411-412.
lak-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi
perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan . Mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunianya . Sungguh Allah maha
mengatahui segala sesuatu “ (Q.S. 4 ayat 32).
1. Kebebasan berusaha.
Allah SWT telah memberikan tuntunan agar manusia
memanfaatkan karunia berupa bumi dan isinya yang telah diberikan oleh
Allah SWT, untuk manusia agar mencari anugerah Allah. Allah SWT
berfirman (Q.S. 26 : 15) :
“Dialah Zat yang menjadikan bumi ini mudah buat kamu, oleh karena
itu berjalanlah dipermukaannya dan makanlah dari rezekinya.”
Islam tidak membatasi bentuk dan macam usaha seseorang
untuk memperoleh harta sesuai dengan kemampuan, kecakapan, dan
keterampilan masing-masing seperti pertanian, perikanan, perkebunan
atau perdagangan dan sebagainya. Usaha untuk menggerakkan anggota
badan merupakan sarana alami seseorang untuk memperoleh harta.
Harta yang dihasilkan dari suatu usaha atau karya merupakan
harta yang terpuji dalam pandangan Islam. Hal ini disebutkan oleh Nabi
Muhammad SAW, ketika beliau ditanya tentang pekerjaan apa yang
paling baik, maka jawab beliau pekerjaan seseorang dengan tangannya
sendiri dan semua jual beli yang mabrur (paling halal dan paling
berkesan). (H.R. Ahmad, Thabrani dan Ibnu Umar); (Sayid Sabiq ; Fiqhi
Sunnah).
2. Pengharaman Riba’.
Riba menurut pengertian bahasa berarti Az-Ziadah (tambahan).
Yang dimaksud riba dal kitab Fiqh ialah tambahan atas modal, baik
penambahan itu sedikit maupun banyak.
16
Jadi, Bai’u Al-Gharar ialah jual beli yang tidak pasti hasil-
hasilnya karena bergantung kepada hal yang akan datang atau kepada
sesuatu yang belum diketahui yang kadang terjadi, kadang-kadang
tidak.
Contoh dari jual beli ini seperti : menjual bibit binatang yang
masih ada dalam tulang rusuk binatang jantan, menjual burung yang
sedang terbang, menjual ikan yang masih dalam air atau menjual buah-
buahan yang masih hijau kecuali jika buah itu dipetik seketika itu juga.
4. Pengharaman penyalahgunaan pengaruh untuk mencari harta.
Islam mengharamkan usaha seseorang untuk mendapatkan
harta dengan jalan menyalahgunakan kekuasaan atau pengaruhnya.
Imam Buchari meriwayatkan bahwa suatu hari : Ibn Al-
Lutaibah menghadap Rasulullah SAW sehubungan dengan hasil
kerjanya yang oleh Rasulullah ia telah ditugaskan untuk memungut
zakat dari Bani Sulaiman, maka dibagilah olehnya hasil zakat ini
menjadi dua dan ia berkata kepada Nabi : “yang ini untuk anda sekalian
adapun ini adalah hadiah-hadiah yang diberikan orang padaku.”
Marahlah Rasulullah SAW, beliau berdiri seraya berpidato
kepada semua orang sabdanya sesudah memuji Allah SWT, Amma
Ba’du : Sesungguhnya aku telah mempekerjakan beberapa orang dari
kalian untuk mengemban tugas beberapa perkara yang Allah kuasakan
kepadaku. Maka datanglah seorang kalian, dan katanya yang ini untuk
anda sekalian, adapun yang ini adalah hadiah-hadiah yang diberikan
kepadaku, mengapa tidak duduk saja dia dirumah bapaknya atau
dirumah ibunya, lalu nantikanlah diberikan ia hadiah atau tidak? Demi
Allah yang diriku ada pada kekuasaannya , tidak seorangpun bisa
mengambil dari hak ini sedikit juga kecuali ia akan datang kelak dihari
qiamat dengan memikulnya diatas tengkuknya. Kemudian Nabi SAW
mengeluarkan semua hadiah yang telah diberikan kepada Ibn Al-
Lutaibah, lalu dimasukkan kedalam gudang perbendaharaan.
18
PENUTUP
a. Kesimpulan :
Kalau kita cermati sesungguhnya sistem ekonomi Islam secara garis
besar telah termaktub dan tertera secara jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul. Dalam sistem ekonomi Islam dalam mencari rizki harus dapat
membedakan rizki yang halal dan yang haram. Islam tidak membenarkan
umatnya untuk mencari kekayaan semau-mau mereka dengan jalan apa saja
yang dikehendaki mereka. Akan tetapi Islam memberikan perbedaan kepada
mereka antara jalan-jalan yang sah untuk mencari rizki, karena mengingat akan
kemaslahatan masyarakat.
Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan
terlepas dari sistem ekonomi kapitalis, ekonomi sosialis dan komunis.
Kalau kita mau menoleh sejarah umat Islam di Indonesia maka kita
akan mengenal bahwa pemerintah penjajahan Belanda yang notabene adalah
kafir dan penganut paham kapitalis dan sekuler telah lama meninabobokan para
ulama Indonesia agar tidak mengurus masalah duniawi (ekonomi), karena
mereka khawatir akan membawa umat Islam (pribumi) memberontak dan akan
mengusir penjajah Belanda dari bumi pertiwi dan kenyataannya umat Islamlah
sebagai pribumi yang tampil digaris depan mengusir penjajah.
Akan tetapi hasil tipudaya penjajah ini termakan juga oleh kaum
muslimin sehingga banyak kalangan masyarakat dalam menilai/memahami
persoalan ekonomi sebagai persoalan dunia yang lepas dari persoalan agama.
Akibatnya persoalan perekonomian umat kurang mendapat perhatian dalam
kajian keislaman, jarang sekali para pakar Islam didalam ceramah dan tulisan-
tulisan yang membahas masalah ekonomi.
Bahkan dapat kita rasakan di masyarakat bahwa sistem ekonomi
kapitalis dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia merupakan hal yang
sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam sudah terbiasa
bertransaksi dengan Bank-Bank Konvensional dengan sistem bunganya dan
tidak lagi terlintas dalam hati apakah bunga tersebut termasuk riba atau bukan
23
DAFTAR PUSTAKA
- Sayid Sabiq ; Fiqh Sunnah, Darul Kitab Al-Arabi Beirut, 11983 M-1403H