Disusun oleh:
1. Nailah Meliyana Dara (2010116051)
2. Ihsan Rizky Mansis (2010116056)
3. Lusi Nurul Aulia (2010116059)
4. Muhammad Faiz Alwan (2010116062)
5. Najuwa Aurel Annisa (2010116064)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas artikel yang berjudul “Sistem Ekonomi Sosialisme
dan Pandangan Islam terhadap Sistem Ekonomi Sosialisme” ini tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam. Selain itu, artikel ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Islam bagi para pembaca
dan juga penulis.
Penyusun
A. Pilar Sistem Ekonomi Sosialisme
Karl Marx menciptakan teori-teori pemikiran yang sampai saat ini dikenal dengan
sebutan marxisme. Karl Marx mencetus teori ini karena ia bertentangan dengan cara sistem
liberal yang dipelopori oleh adam Smith. Adam Smith berpendapat selama pemilik modal
diberikan kekuasaan dalam pengelolaan ekonomi, maka kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat tidak akan pernah tercapai, justru akan terjadi perbudakan dan memunculkan kelas-
kelas di dalam masyarakat. Oleh sebab itu Karl Marx merancang sistem ekonomi sosialisme
untuk mematahkan sistem ekonomi liberal.
Ekonomi sosialisme melihat bahwa semua bentuk sumber kekayaan dan alat-alat
produksi adalah milik bersama. Masyarakat individu tidak mempunyai hak kecuali pada
retribusi yang mereka peroleh sebagai bentuk layanan publik. Oleh karena itu sebagai
pengganti masyarakat, negara hadir dengan dominasi sebagai kekuatan pengontrol tunggal.
Adapun faktor munculnya sistem ekonomi sosialisme, yaitu:
1) Di lihat dari sudut kemasyarakatan. Pada sistem ekonomi kapitalis tercipta dua kelompok
masyarakat yaitu kelas pemilik modal dan kelas buruh di mana setiap kelompok berusaha
saling menjatuhkan kepentingan lawannya.
2) Di lihat dari sudut ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis berangan bahwa mereka dapat
menambah kekayaan mereka lebih dari yang sudah pernah di dapat.
3) Kenyataannya praktik sistem ekonomi ini menyebabkan terjadinya krisis produksi yang
mengakibatkan pasar menjadi statis dan tidak aktif, harga komoditas menurun drastis
yang berujung hancur.
Sistem ekonomi sosialismes dalam pelaksanaannya masih mempunyai kelemahan seperti:
1) Adanya pertentangan antara kecenderungan yang ditetapkan sistem sosialisme dengan
fitrah yang telah digariskan oleh Allah Swt, yaitu naluri untuk memiliki.
2) Perbedaan kedudukan masyarakat individu pada derajat budak/buruh dalam waktu yang
penuh dengan ketidakadilan dalam masyarakat. Hal tersebut menjadikan semangat dalam
berproduksi menjadi lemah dan lebih condong ke penyesuaian keinginan kelompok yang
menguasai pemerintahan.
3) Semakin menyempitnya sumber pendapatan negara. Hal tersebut menyebabkan
banyaknya rakyat yang hidup sengsara atau berada di bawah garis kemiskinan dan serba
kekurangan dikarenakan produksi-produksi negara yang digali dari tenaga kerja tidak
memberi kesempatan investasi dari beberapa golongan masyarakat. Kendali pengelolaan
kekayaan hanya tersentral pada sekelompok kecil penguasa.
1) Taat politik, yang mana disini dimaksudkan untuk parlemen sebagai Lembaga yang
berwenang membuat peraturan tentang konstitusi dan regulasi yang dikuasi oleh kaum
buruh atau proletar. Partai -partai membuat regulasi yang memihak kaum buruh agar
citra sistem ekonomi sosial tergambarkan.
2) Regulasi yang berkaitan dengan perekonomian atau harta masyarakat diatur oleh
pemerintah.
3) Kesetaraan ekonomi yang mana masyarakat bekerja dibawah naungan pemerintah
(pegawai) dan mendapatkan gaji bukan dari hasil keringat sendiri.
4) Jaminan social
a) Sisi kepemilikan. Dalam sistem ekonomi sosialisme ini semua kepemilikan berada di
tangan negara baik itu kekayaan maupun alat produksi. Selain itu, pengembangan diri
setiap individu menjadi sulit karena semua terkontrol oleh negara. Individu kesulitan
dalam tawar-menawar yang akhirnya mengorbankan kebebasan pribadi. Di sisi lain,
kreativitas individu dapat menimbulkan sikap apatisme dan menghilangkan semangat
hidup karena tidak adanya penghargaan dari negara.
b) Sisi materialisme. Karena sosialisme ini tidak percaya kepada agama, maka tahap
kemajuan manusia selalu ditentukan oleh setiap kekuatan ekonomi yang bertentangan,
sehingga peran Tuhan dalam sistem ekonomi ini tidak ada sama sekali.
c) Sisi kesamaan ekonomi. Dalam teorinya, sosialisme menyatakan bahwa sistem
ekonomi ini bertujuan agar setiap masyarakat memiliki kesamaan ekonomi, walaupun
pada akhirnya tidak pernah teralisaiskan.
d) Sistem ekonomi sosialis berdampak pada matinya kreativitas dan inovasi masyarakat
dalam memunculkan ide-ide perdagangan.
e) Masyarakat tidak bebas untuk memiliki sumber daya yang ada.
f) Kurangnya variasi dalam produksi barang karena pemerintah membatasi
peredarannya.
g) Sulitnya melakukan transaksi
h) Mengabaikan Pendidikan moral
Pada akhirnya negara negara yang menganut sistem ekonomi sosialis mengalami
kegagalan secara ekonomi,moral,bahkan sosial dan politik. Kegagalan ini disebabkan oleh
ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul di
pemerintahan pusat maupun daerah. Fakta juga membuktikan bahwa dalam pelaksanaannya
banyak penyelewengan yang terjadi dilakukan oleh pemerintah.
Sistem ekonomi sosialisme ini memiliki dampak baik dari sisi positif maupun sisi negatif.
Karena pemerintah disini yang mempunyai peran penting dan masyarakat tidak sepenuhnya
berkuasa. Oleh karena itu, dampak positifnya yaitu dengan adanya campur tangan pemerintah
dalam mekanisme pasar maka pemerataan kesejahteraan akan mudah tercapai, menjadikan
tidak adanya warga negara yang sangat miskin dan yang sangat kaya, ekonomi lebih stabil,
lebih tenang dan terkendali karena pemerintah yang melakukan pemertaan dalam
perekonomian. Sedangkan dari sisi negatif yaitu pertumbuhan ekonomi menjadi rendah.
Ekonomi sosialis adalah sistem ekonomi di mana dalam memproduksi barang dan jasa
bertujuan untuk digunakan secara langsung. Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis,
produksi barang dan jasa bertujuan untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, produksi dalam
ekonomi sosialis sudah terkoordisasi secara langsung dan direncanakan, serta tidak terikat
dengan siklus bisnis yang melekat pada kapitalisme. Dalam kebanyakan teori sosialis,
perencanaan ekonomi hanya berlaku untuk faktor-faktor produksi dan bukan pada alokasi
barang dan jasa yang dihasilkan untuk konsumsi dan didistribusikan melalui pasar.
B. Kritik Sosialisme terhadap Kapitalisme
Kritik terkenal dari kapitalisme telah mengimbuhkan sosialis, anarkis, komunis, dan
beberapa jenis nasionalis lainnya. Marxis telah memberikan rekomendasi kudeta dari
kapitalisme revolusioner yang akan merujuk ke sosialisme, menjadi komunisme sebelum
walhasil berubah. Banyak sosialis menganggap kapitalisme menjadi tidak membumi,
menciptakan banyak inkonsistensi dan internal paradoks, dalam produksi dan arah ekonomi
tidak direncanakan. Immanuel Wallerstein berpendapat bahwa tidak bebas tenaga kerja,
Sejarawan tenaga kerja dan cendekiawan.
Oleh para budak, tahanan, dan orang-orang lainnya dipaksa sehaluan dengan
hubungan kapitalis, pembantu dengan perjanjian. Ekonomi Marxis yang bernama Richard D.
Wolff menyatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme mementingkan keuntungan pribadi
daripada kebutuhan sosial masyarakat, dan perusahaan dalam ekonomi kapitalisme ini jarang
melibatkan para pekerja dalam memutuskan persoalan dasar dalam perusahaan.
Banyak aspek kapitalisme telah datang di bawah agresi dari gerakan anti-globalisasi,
yang terutama menentang kapitalisme korporasi. Kapitalisme ini mendapatkan kritik dari
para tokoh lingkungan bahwa sistem ekonomi kapitalisme ini kedepannya akan menguras
sumber daya alam di bumi secara besar-besaran karena sistem ini membangkitkan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan tiada habisnya. Kapitalisme bermaksud untuk
menaikkan perdagangan global, namun yang terjadi justru kemiskinan global. Para tokoh
lingkungan menyebut kerusakan alam secara besar terjadi pada awal tahun 1970-an
Dalam ekonomi kapitalisme ini memiliki prinsip Kebebasan memiliki harta secara
perseorangan lalu di kritik oleh sosialisme dan berubah menjadi pemilikan harta oleh negara
yang diterapkan pada sistem ekonomi sosialis ini. Lalu prinsip selanjutnya yang di kritik oleh
ekonomi sosialisme ini yaitu ketimpangan sosial yang dimana dalam ekonomi sosialisme
menjadi kesetaraan sosial. Kritik terhadap kapitalisme bersinggungan pada pemaparan
ketidaksepakatan dengan prinsip kapitalisme secara koherensi, sampai dengan pemaparan
ketidaksepakatan dengan hasil tertentu dari kapitalisme.
Menurut dari beberapa pandangan orang yang berlatarbelakang berbeda menganggap
bahwa sistem ekonomi kapitalisme dapat runtuh jika adanya dan mereka juga menganggap
bahwa perubahan structural dapat terjadi jika melalui reformasi politik. Sebagai kritik, kukuh
bahwa ada manfaat dalam kapitalisme, dan berhasrat untuk menyetarafkan dengan suatu
kontrol sosial, yang secara awam lewat regulasi pemerintah (misalnya kegiatan pasar sosial).
C. Pandangan Islam terhadap Ekonomi Sosialisme
Penghapusan hak individu juga termasuk dalam kegiatan ekonomi contohnya alat-alat
produksi dan juga sumber produksi yang hanya diizinkan milik bersama atau milik Negara.
Islam memandang hal ini sebagai perilaku yang merusak fitrah manusia yang sesungguhnya
karena manusia pada dasarnya mempunyai hak memliki secara pribadi, tidak semuanya
dianggap menjadi hak bersama. Berbeda dengan sistem ekonomi islam yang memberikan
kebebasan terhadap setiap individu dalam melakukan segala kegiatan ekonomi. Walaupun
islam memberikan kebebasan terhadap setiap individu, islam juga melarang adanya
penimbunan harta agar tidak terjadi kesenjangan diantara masyarakat. Dalam ekonomi islam,
batasan-batasan dalam prinsip kebebasan telah diatur dalam dasar hukum islam.
Pada sistem ekonomi sosialis ini dapat dikatakan adanya sekelompok orang yang
merampas harta-harta milik masyarakat karena hawa nafsu, Allah telah melarang kita untuk
mengikuti hawa nafs. Karena itu pada kenyataannya yang dilakukan orang-orang sosialis ini
mengingkari perintah Allah dan rasul dengan mengambil alih sumber kekayaan masyarakat
dan merampas hak milik pribadi dengan tujuan untuk meratakan masyarakat dalam
penghidupan sosial merupakan perbuatan yang batil, karena dengan bagaimanapun tidak
mungkin dapat terealisasikan.
Para penguasa dan orang-orang yang berada dalam lingkaran pemegang kekukasaan,
itulah orang-orang yang menikmati hidup dengan penuh kemakmuran, kesejahteraan.
Sementara masyarakat lapisan bawah tidak dapat merasakan hidup dengan kesejateraan,
merasa terzhalimi dan segala hal, bahkan apa yang mereka usahakan merupakan hasil dari
usaha tangan-tanganya masyarakat itu sendiri.