SOSIALIS
Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang paling menguasai belantara
keilmuwan ekonomi. Bahkan dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi ini merupakan satu-satunya
sistem yang sekarang menguasai hampir seluruh muka bumi. Hampir tidak ada negara yang tidak
menerapkannya, demikian juga hampir tidak ada fakultas ekonomi di universitas-universitas di
dunia yang tidak mengajarkannya.
Ekonomi sebagai sebuah disiplin ilmu lahir setelah terbitnya buku magnum opusnya
Adam Smith yang berjudul The Wealth of Nations. Walaupun sebagian kalangan menganggap
benih-benih sistem ekonomi kapitalis telah ada sejak terjadinya revolusi industri, atau setelah
tampuk-tampuk perekonomian diambil alih oleh masyarakat borjuis dari genggaman orang-orang
feodal.
Smith dikenal sebagai penemu dan perumus suatu realitas yang disebut “pasar”, lembaga
yang di dalamnya bertemu penawaran dan permintaan, penjual dan pembeli. Pasar adalah suatu
sistem yang mengatur bekerjanya kegiatan produksi dan industri barang-barang atau yang
mengatur hubungan orang dengan orang, dan orang dengan masyarakat dalam kegiatan produksi
dan industri. Smith menganggap bahwa pemikiran ekonomi mengenai harga, produksi dan
industri, perdagangan, pendapatan dan lainnya, didasarkan pada bekerjanya lembaga pasar yang
diatur oleh suatu “tangan-tangan gaib” (invisible hands) yang bisa mengatur dengan sendirinya.
Dari situ, timbul suatu intervensi yang memaksa, seperti pemerintah misalnya, dianggap akan
merusak “hukum-hukum alam” yang wajar. Lebih lanjut, menurut Smith kesejahteraan umum
akan lebih cepat tercapai, jika setiap orang, setiap individu, dibiarkan secara bebas berusaha
tanpa campur tangan siapapun. Dengan demikian, orang yang berbuat akan didiorong oleh
kepentingan pribadi, sehingga dengan sendirinya produksipun akan sempurna dan mengikat.
Dari sinilah, kita mengetahui bahwa sistem ekonomi kapitalis dikenal adanya prinsip-prinsip
kebebasan individu tanpa batas, adanya kelas-kelas dan eksploitasi kaum proletar yang berlebih,
serta adanya pasar bebas.
Di sisi lain, sejak tahun 1970-an, telah berkembang dengan pesatnya wacana mengenai
Ekonomi Islam yang diikuti dengan didikuti oleh pertumbuhan kelembagaan ekonomi, terutama
di bidang finansial. Ekonomi Islam mengklaim diri sebagai sistem ekonomi alternatif, baik
terhadap sistem kapitalisme maupun sosialisme. Walaupunpun demikian, terkesan dari praktek
bahwa apa yang disebut sebagai sistem ekonomi Islam itu sebagai suatu varian dari atau
subordinat baru pada lawan sistemnya, yaitu kapitalis sosialis.
Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa
permasalahan ekonomi adalah masalah rusaknya distribusi kekayaan di tengah masyarakat.
Menurut Islam, pandangan sistem ekonomi kapitalis yang menyamakan antara pengertian
kebutuhan (need) dengan keinginan (want) adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta.
Keinginan (want) manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari
waktu ke waktu. Sementara itu, kebutuhan manusia adalah kebutuhan yang sifatnya merupakan
kebutuhan pokok dan ada kebutuhan yang sifatnya pelengkap yakni berupa kebutuhan sekunder
dan tersier.
Dari sedikit penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa sistem ekonomi Islam mempunyai
perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi manapun termasuk kapitalis maupun sosialis.
Perbedaan itu tidak hanya mencakup falsafah ekonominya, namun juga pada konsep pokoknya
serta pada tataran praktisnya. Walaupun terdapat perbedaan yang fundamental antara sistem
ekonomi Islam dengan sistem kapitalis, tetapi tidak dipungkiri oleh banyak kalangan dalam
implementasinya seringkali dijumpai beberapa persamaan.
Kritik atas implementasi ekonomi Islam sendiri muncul oleh sebagian kalangan
membanding-bandingkan antara keduanya. Seperti misalkan, kalau melihat antara praktek bank
biasa dan bank syariah kecuali dalam satu hal, yaitu soal bunga. Jika bank konvensional
memungut bunga, maka bank syariah menolak praktek bunga, meskipun ada sejumlah kiat yang
dilakukan untuk meraih fee (=bunga?) dengan cara yang tak bertentangan dengan ajaran Islam.
Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis yang memberikan
kebebasan serta hak pemilikan kepada individu dan menggalakkan usaha secara perorangan.
Tidak pula dari sudut pandang sosialis, yang menghapuskan semua hak individu menjadikan
mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi Islam membenarkan sikap
mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya merusak masyarakat. Pemilihan sikap yang
terlalu mementingkan diri sendiri di kalangan anggota masyarakat dapat dilakukan dengan
melalui pengadaan moral dan undang-undang. Di satu sisi pemahaman konsep ekonomi di
kalangan masyarakat berubah dan diperbaiki melalui pendidikan moral serta yang lain, beberapa
langkah tertentu yang legal diambil untuk memastikan sifat mementingkan diri golongan
kapitalis tidak sampai ke tahap yang menjadikan mereka tamak serta serakah, dan bagi si miskin,
tidak merasa iri hati, mendendam dan kehilangan sikap toleransi. Bagian yang terpenting dari
prinsip-prinsip tersebut yang perlu bagi orginisasi ekonomi dalam masyarakat untuk mencapai
tujuan yang telah dinyatakan tadi ialah hak pemilikian individu, yang perlu untuk kemajuan
manusia bukan saja senantiasa dijaga dan terpelihara tetapi terus didukung dan diperkuat.
Hubungan antara individu dalam sistem ekonomi Islam cukup tersusun sehingga saling
membantu dan kerjasama diutamakan dari persaingan dan permusuhan sesama mereka. Untuk
tujuan tersebut, sistem ekonomi Islam bukan saja menyediakan individu kemudahan dalam
bidang ekonomi dan sosial bahkan juga memberikan mereka juga pendidikan moral dan latihan
tertentu yang membuat mereka merasa bertanggungjawab untuk membantu rekan-rekan sekerja
dalam mencapai keinginan mereka atau sekurang-kurangnya tidak menghalangi mereka dalam
usahanya untuk hidup.
Artinya: “Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya saja di kalangan
kamu.”
Islam menganjurkan suatu sistem yang sangat sederhana untuk peningkatan ekonomi
masyarakat yang membolehkan anggotanya melakukan proses pembangunan ekonomi yang
stabil dan seimbang, bebas dari kelemahan sistem kapitalis dan sosialis. Sistem ekeonomi Islam
menyediakan peluang-peluang yang sama dan memberikan hak-hak alami kepada semua (yaitu
hak terhadap harta dan bebas berusaha), dan pada saat yang sama menjamin keseimbangan
dalam distribusi kekayaan, semata-mata untuk tujuan memelihara kestabilan dalam sistem
ekonomi. Hak akan harta milik perseorangan dan kebebasan tidak diberikan tanpa batasan seperti
dalam sistem kapitalis, tetapi diimbangi dengan batas-batasan moral dan undang-undang. Secara
keseluruhan langkah-langkah tersebut mengakibatkan kekayaan senantiasa beredar secara terus
menerus di kalangan orang banyak dan tidak terakumulasi hanya pada pihak-pihak tertentu saja.
Setiap individu mendapat bagian yang sewajarnya serta adil dan negara menjadi semakin
makmur.
Dengan demikian dalam sistem ekonomi Islam tidak terdapat individu-individu yang
menjadi pengelola kekayaan negara ataupun sebaliknya semua individu secara paksa diletakkan
pada tingkat ekonomi yang sama. Tetapi, kondisi tersebut diperbaiki supaya setiap individu tanpa
mengganggu individu yang lain, dapat memperoleh kekayaan yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhannya dengan cara yang baik. Individu akan mengeluarkan pendapatannya secara lebih
ekonomis tanpa mengganggu keseimbangan ekonomi masyarakat keseluruhan. Dalam sistem
tersebut, tidak ada kemungkinan untuk beberapa individu mengambil kesempatan
mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sementara mayoritas rakyat dibiarkan susah payah
dalam memenuhi keperluan pokok hidupnya.
Sumber: https://www.kompasiana.com/muhammadquthb/5590c34d957a61e617a6fb3b/ekonomi-
islam-atau-kapitalisme-religius-sebuah-kritik-impelementasi,
https://alfitrie.wordpress.com/2017/03/08/sistem-ekonomi-islam-dan-pandangannya-terhadap-
sistem-ekonomi-kapitalis-dan-sosialis/