Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagi seorang muslim, menjalankan syari’at Islam
yang kaffah merupakan suatu kewajiban yang tidak
bisa ditawar lagi. Semua ajaran, Islam merupakan
suatu integritas yang saling menguatkan dan tidak
berupaya untuk melemahkan kehidupan muslim yang
taat karena semuanya datang dari wahyu. Tak
terkecuali ekonomi Islam yang sebenarnya bukan lagi
sebagai alternatif, tapi memang harus menjadi
pendangan hidup semua muslim dalam kegiatan
perekonomiannya karena memegang prinsip dasar
tauhid, keadilan, nubuwwah, khilafah, dan ma’ad
(hasil).
Sejarah membuktikan, pengalaman krisis demi krisis
yang menimpa ekonomi dunia dalam satu abad
terakhir ini seharusnya telah menyadarkan kepada
kita bahwa bobroknya ekonomi telah menjalar
menjadi persoalan yang semakin kompleks. Diawali
dengan terjadinya malapetaka yang besar (great
depression) pada tahun 1930-an, kemudian disusul
dengan terjadinya krisis di Amerika Latin di dekade
1970-an, akhirnya muncul kembali pada krisis
moneter di Asia pada pertengahan tahun 1997-an,
kemudian krisis muncul dari negara adidaya Amerika
Serikat tahun 2008 yang memicu keuangan di seluruh
penjuru dunia, dan yang terbaru krisis ekonomi
terparah di dunia yang terakhir adalah pandemi
COVID-19 yang berlangsung hampir 2 tahun di
seluruh dunia. Bahkan, Internasional Monetary Fund
(IMF) dan Bank Dunia, bahkan sudah mengatakan
bahwa krisis ekonomi akibat COVID-19 merupakan
yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Krisis ekonomi kapitalis ini telah menimbulkan
banyak penderitaan di bidang ekonomi khususnya
pada pendapatan yang terus menurun, kelaparan,
kerusuhan dan meningkatnya kriminalitas. Ini semua
terjadi karena mereka hanya mengutamakan pemilik
modal dan memperlakukan layaknya motor penggerak
dan yang pada akhirnya merekalah yang akan
menikmati segala berkah dan keuntungan, sedangkan
para pekerja hanya sebagai pelengkap penderitaan
saja.
Atas dasar kebutuhan solutif inilah mereka mulai
beralih pada konsep syari’at Islam dalam ruang
lingkup ekonomi. Seperti sejarah yang berulang,
sebab dasar genjarnya kajian ulang ekonomi islam di
Barat bukan dari kewajiban bersyari’at Islam secara
kaffah melainkan pelarian menuju perlindungan
konsumen muslim dan non muslim yang mencari
investasi lebih beretika dan produk keuangan yang
adil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sistem Ekonomi Islam?
2. Bagaimana prinsip Sistem Ekonomi Islam?
3. Apa itu negara ASEAN?
4. Bagaimana perkembangan Ekonomi di ASEAN?
5. Bagaimana penerapan Sistem Ekonomi Islam di
ASEAN?
6. Apa manfaat penerapan Sistem Ekonomi Islam
di ASEAN?
7. Apa saja tantangan dan hambatan penerapan
Sitem Ekonomi Islam di ASEAN?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Sistem Ekonomi Islam
2. Mengetahui bagaimana prinsip Sistem Ekonomi
Islam
3. Mengetahui dan memahami tentang negara
ASEAN
4. Mengetahui perkembangan Ekonomi di ASEAN
5. Mengetahui bagaimana penerapan Sistem
Eknomi Islam di ASEAN
6. Mengetahui manfaat penerapan Sistem Ekonomi
Islam di ASEAN
7. Mengetahui tantangan dan hambatan dalam
menerapkan Sistem Ekonomi Islam di ASEAN.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Ekonomi Islam
Sistem Ekonomi Islam disebut juga debgan Sistem
Ekonomi Syariah. Sistem ekonomi Islam adalah suatu
sistem ekonomi yang berlandaskan atas syariat atau
norma-norma yang telah diajarkan di agama Islam. Jadi
segala macam kegiatan ekonomi didasarkan atas Alquran
maupun hadis.
Sistem ekonomi Islam disebut juga dengan sistem ekonomi
syariah. Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem
ekonomi yang berlandaskan atas syariat atau norma-
norma yang telah diajarkan di agama Islam. Jadi segala
macam kegiatan ekonomi didasarkan atas Alquran maupun
hadis. Kegiatan ekonominya sebenarnya sama dengan
sistem ekonomi lainnya, seperti jual beli, simpan pinjam,
dan aktivitas perekonomian lainnya, tetapi yang
membedakan adalah pedomannya, di mana sistem
ekonomi ini benar-benar berpegang teguh pada syariat
Islam. Sistem perekonomian Islam diterapkan dengan
tujuan untuk membuat umat Islam terhindar dari aktivitas
perekonomian yang dilarang oleh syariat Islam , seperti
riba, zalim, ikhtiar, dan lain sebagainya. Sistem ekonomi
ini disebut sudah diterapkan sejak abad 20, tetapi
sebenarnya prinsip-prinsip ekonomi Islam sudah terbentuk
sejak agama Islam muncul di dunia.
Adapun di Indonesia saat ini meskipun memang tidak
menganut sistem perekonomian Islam sepenuhnya, tetapi
sejumlah perusahaan perbankan telah menyediakan
fasilitas yang menganut sistem ekonomi Islam. Fasilitas
yang menerapkan ekonomi Islam itu memberikan opsi bagi
masyarakat yang ingin menggunakan fasilitas bank, tetapi
tetap dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran
Islam.
Sistem ekonomi menjelaskan tentang distribusi kekayaan
dan kepemilikannya, serta bagaimana melakukan transaksi
terhadap kekayaan tersebut dan sebagainya. Dengan
penjelasan ini berarti mereka mengikuti pandangan hidup
tertentu (sistem ekomomi kapitalis). Oleh karena
itu,Sistem ekonomi dalam pandangan Islam tentu berbeda
dengan sistem ekonomi dalam pandangan sosialisme
maupun komunisme, dan berbeda pula dalam pandangan
kapitalis. Karena, masing-masing mengikuti pandangan
hidup ideologi tertentu, yang berbeda dengan ilmu
ekonomi. Ilmu ekonomi membahas tentang produksi dan
kualitasnya serta Bagaimana menentukan dan
memperbaiki sarana-sarananya. Hal ini bersifat universal
bagi semua bangsa, yang tidak spesifik berdasarkan
ideologi tertentu, melainkan seperti layaknya sains yang
lain.
Karena itu, ekonomi dalam pandangan orang kapitalis
bukan dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan individu serta terpenuhinya kebutuhan masing-
masing individu secara menyeluruh, melainkan terfokus
pada barang-barang yang akan memenuhi kebutuhan
mereka. Dengan kata lain, terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan secara kolektif, dengan naiknya produksi dan
bertambahnya pendapatan nasional (national income)
disuatu negara. Dengan cara tersebut, maka distribusi
pendapatan dilakukan dengan cara kebebasan kepemilikan
dan kebebasan bekerja bagi anggota masyarakat, yaitu
anggota masyarakat dibiarkan sebebas-bebasnya untuk
memperoleh kekayaan apa saja yang mampu mereka
peroleh, sesuai dengan faktor-faktor produksinya masing-
masing.
Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak
dari sudut pandang kapitalis, tidak dari sudut pandang
sosialis dan juga tidak merupakan gabungan hak
kepemilikan individu, sementara untuk kepentingan
masyarakat keseimbangan kepentingan publik dan individu
serta menjaga moralitas. Dalam ekonomi Islam
penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan
dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran
kekayaan kepada anggota masyarakat harus dilaksanakan.
Islam memperboleh seseorang mencari kekayaan
sebanyak mungkin. Islam menghendaki adanya
persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.
Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu banyak harta dikuasai pribadi. Di dalam
bermuamalah Islam menganjurkan untuk mengatur
muamalah diantara sesama manusia atas dasar amanah
jujur, adil dan memberikan kemerdekaan bermuamalah
serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang
terjadinya pengingkaran dan pelanggaran larangan-
larangan dan menganjurkan untuk memenuhi janji serta
menunaikan amanat.
Sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi tersendiri,
bukan merupakan perpaduan dan atau campuran antara
sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Sistem ekonomi
Islam menempatkan manusia bukanlah sebagai Sentral
(anthroposentrism) tetapi sebagai hamba Tuhan yang
harus mengabdi dan mengemban tugas dipercayakan -Nya
sebagai hamba (khalifah). Untuk itu, dalam kegiatan
ekonomi harus menjunjung tinggi nilai-nilai kepemilikan,
nilai-nilai keadilan, kebebasan , keseimbangan, dan
persaudaraan serta kebersamaan sesuai dengan tuntunan
ajaran agama agar tercipta sebuah tatanan hidup pribadi
dan bermasyarakat serta bernegara yang baik. Dalam
kacamata Islam ekonomi bukanlah Tujuan akhir dari
kehidupan manusia, tapi merupakan suatu kelengkapan
dalam kehidupannya, sarana untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi, penunjang dan layanan bagi akidah serta misi
yang diembannya.
B. Prinsip Ekonomi Islam
Sistem ekonomi dalam sudut pandang Islam
merupakan bentuk kesinambungan yang adil. Hal
tersebut dapat dilihat dengan jelas pada pendirian
Islam terhadap hak individu dan masyarakat. Kedua
pokok pembahasan tersebut dipaparkan dalam
neraca keseimbangan yang adil antara dunia dan
akhirat, jiwa dan hati, perumpamaan dan kenyataan.
Hal ini dapat dilihat dari Al -Quran surat Al-Qashas
ayat 77, yakni : Artinya “dan carilah pada apa yang
telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”. Selain kita dituntut untuk adil
(seimbang) antara kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam konsep sistem ekonomi Islam ada beberapa
prinsip dasar yang menjadi pembeda antara sistem
ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis dan
sosialis berikut prinsip dasar ekonomi sistem Islam.
Pertama, ekonomi sebagai penunjang aqidah dan
Aqidah sebagai asas. Di dalam ajaran Islam akidah
merupakan pondasi dasar atas segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim di dunia ini. Begitu juga
dalam praktik sistem ekonomi Islam, aqidah dijadikan
sebagai pondasi utama dalam merealisasikan sistem
ini dalam kajian sistem ekonomi Islam, semua bentuk
kegiatan ekonomi harus diorientasikan untuk
menunjang aqidah dan Aqidah dijadikan sebagai
asas dalam kegiatan perekonomian. Dalam
pandangan Islam ekonomi bukanlah Tujuan akhir dari
kehidupan manusia, tetapi merupakan suatu
kelengkapan dalam kehidupannya, sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang dan
layanan bagi aqidah serta misi yang diembannya.
Sementara itu aqidah sebagai asas memiliki arti
setiap kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi
harus didasarkan pada kaidah-kaidah Aqidah Islam .
Tidak hanya dalam urusan perekonomian, dalam
semua kehidupan manusia harus didasarkan pada
Aqidah Islam.
Kedua, nilai dasar kepemilikan. Konsep kepemilikan
dalam Islam tidak sama dengan konsep kepemilikan
dalam paham liberalisme seperti yang dikemukakan
John Lock. Bagi John Lock, setiap manusia adalah
tuan serta penguasa penuh atas kepribadiannya,
atas tubuhnya, dan atas tenaga kerja yang berasal
dari tubuhnya. Ini berarti kepemilikan yang ada pada
seseorang adalah bersifat absolut. Oleh karena itu,
untuk apa dan bagaimana dia menggunakan hartanya
sepenuhnya adalah tergantung kepada dirinya. Ini
tidak disetujui oleh Karl Marx. Pandangan tersebut,
menurut dia, sangat berbahaya karena akan
membawa kepada kehidupan yang eksploitatif dan
penuh konflik. Untuk itu, agar tercipta suatu
kehidupan yang baik (tidak ada konflik antar kelas)
kata Marx, KepemilikanIndividual terutama
kepemilikan terhadap alat-alat produksi harus
dihapus karena inilah yang menjadi biang dan
membuat kaum proletar atau buruh menderita selama
ini.
Ketiga, nilai dasar kebebasan. Dalam ekonomi
kapitalisme, individu diberi kebebasan yang seluas-
luasnya Untuk memanfaatkan atau tidak
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Juga untuk
masuk atau tidak masuk ke dalam pasar baik sebagai
produsen, distributor atau konsumen. Dalam bahasa
yang lebih ekstrem tidak ada yang bisa membatasi
kebebasan seorang individu kecuali dirinya sendiri.
Hal ini tidak dapat diterima oleh paham sosialisme
komunisme. Mereka melihat kebebasan yang seperti
itu akan membawa kepada anarkisme. Oleh karena
itu, kebebasan tersebut harus ditunjukkan untuk
kepentingan bersama. Di dalam Islam kebebasan
manusia sangat dihormati. Namun, kebebasan
tersebut bukanlah tidak ada batasnya. Hal-hal
tersebut direstriksi oleh Ahkam Al Syariah atau
hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan agama. Jika
hal itu dilanggar maka menjadi kewajiban bagi
negara untuk ikut campur.
Keempat, nilai dasar keadilan. Keadilan yaitu
memberikan setiap hak kepada para pemiliknya
masing-masing tanpa melebihkan atau mengurangi.
Persoalannya sekarang, Siapakah yang berkompeten
untuk menemukan hal tersebut? Dalam sistem
sosialisme dan komunisme, hal itu menjadi otoritas
negara, dalam sistem kapitalisme menjadi otoritas
individu. Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, hal
itu menjadi otoritas dan kewenangan Tuhan (Qs. 42;
17). Konsekuensi Konsep ini dalam kehidupan tentu
akan menimbulkan perbedaan. Misalnya dalam
sistem sosialisme komunisme yang menjadikan
kebersamaan dan kesamarataan sebagai nilai utama,
maka kebutuhan dijadikan dasar untuk menentukan
sesuatu itu adil atau tidak mereka berpendapat
bahwa suatu masyarakat akan dikatakan adil jika
kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti
kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Jika
hal itu tidak terjadi maka berarti telah terjadi praktik
kezaliman.
Kelima, nilai dasar keseimbangan. Sistem ekonomi
kapitalisme lebih mementingkan individu dari
masyarakat sehingga orang merasakan harga diri
dan eksistensinya. Orang diberi kesempatan untuk
mengembangkan segala potensi dan kepribadiannya,
akan tetapi pada umumnya, individu tersebut
terkenal penyakit egoistis, materialistis, pragmatis,
dan rakus untuk memiliki segala sesuatu. Hal itu
didorong oleh pandangan dan pola hidupnya yang
individualistis dan berorientasi kepada profit motif
sementara sistem sosialis lebih mementingkan
masyarakat dari individu. Sistem ini sangat
berprasangka buruk terhadap individu. Oleh karena
itu, pemasungan terhadap naluri ingin memiliki dan
menjadi kaya harus dilakukan. Akibat dari kedua
sistem ini terjadilah kete gangan, disharmoni, dan
ketidakseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.
Dalam Islam, masalah keseimbangan ini sangat
menjadi tekanan dan perhatian. Tidak hanya
keseimbangan antara kepentingan orang perorang
dengan kepentingan bersama, antara kepentingan
dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, akal dan
rohani, idealisme dan fakta, tetapi juga
keseimbangan dalam modal dan aktivitas, produksi
dan konsumsi serta sirkulasi kekayaan. Oleh karena
itu, Islam melarang dan mencegah terjadinya
akumulasi dan sirkulasi kekayaan hanya dengan
segelintir orang, seperti terkandung dalam makna
surah Al-Hasyr(59) :7) yang artinya supaya harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya
saja diantara kamu. Bila terjadi kesenjangan
kepemilikan yang tajam antar individu kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, maka
berarti telah terjadi praktik kezaliman.
Keenam, nilai dasar persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam paham sosialisme komunisme, persaudaraan
dan kebersamaan merupakan nilai yang utama dan
pertama. Untuk itu, agar nilai-nilai tersebut tidak
rusak dan tidak terganggu maka kepemilikan
individual yang menjadi penyebab terjadinya
perselisihan dan persengketaan harus dihapuskan
dan digantikan oleh negara. Negara yang mengatur
produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat
sehingga dengan demikian Secara teoritis tidak akan
ada kesenjangan sosial ekonomi dan permusuhan. Di
dalam paham kapitalisme liberalisme hal ini tidak
terlalu menjadi perhatian. Bagi mereka persaudaraan
akan dapat terjadi seolah-olah secara otomatis di
luar maksud para pelaku ekonomi itu sendiri, karena
perekat dari persaudaraan itu bagi mereka adalah
kepentingan. Hal ini berbeda dengan ajaran Islam.
Kebersamaan dalam Islam merupakan indikator dari
kebrimanan seseorang (QS. Al-Hujurat(49):10)
Ketujuh, distribusi kekayaan dan larangan menumpuk
kekayaan. Secara jelas Allah melarang penimbunan
kekayaan pada segelintir orang (kapital) untuk
menguasai harta. Dari QS Al.Hasyr ayat 7
menunjukkan kepada kita bahwa harta harus
didistribusikan secara merata pada semua lapisan
masyarakat. Oleh karena itu kita sebagai seorang
muslim selain harus bersikap bijak harus membuat
sebuah regulasi agar tidak hanya segelintir orang
yang bisa menikmati harta yang melimpah dan dapat
didistribusikan secara merata.
C. Latar Belakang Terbentuknya ASEAN
Kondisi internasional menjelang terbentuknya ASEAN
diwarnai oleh persaingan antara blok barat yang
dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang
dipimpin oleh Uni Soviet. Perebutan pengaruh antara
kedua negara adidaya itu juga dikenal sebagai
perang dingin. Kedua blok itu berebut pengaruh di
setiap kawasan termasuk di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu kondisi Asia Tenggara sebelum
terbentuknya ASEAN diwarnai oleh perpanjangan
konflik akibat perebutan pengaruh Blok Barat dan
Blok Timur. Jatuhnya Vietnam Utara ke tangan
komunis pada tahun 1954 ternyata telah merisaukan
Amerika Serikat sebagai pelopor blok barat, sebab
kekalahan pihak Barat itu akan membawa akibat
berjatuhnya satu persatu negara-negara di kawasan
Asia Tenggara ke tangan komunis. Akibatnya negara-
negara di Asia Tenggara pecah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok yang mendukung Amerika
dan kelompok yang mendukung Uni Soviet
pemberontakan dan penumpasan komunis yang
terjadi di Indonesia mengubah perimbangan kekuatan
antara kelompok negara yang pro Amerika Serikat
dan yang pro Uni Soviet. Hal ini disebabkan karena
akibat peristiwa tersebut Indonesia berubah dari Pro
Blok Timur menjadi pro blok barat. Kondisi ini
mendorong negara-negara Pro barat untuk
menghimpun menghadapi pengaruh Blok Timur.
Indonesia yang mulai berbalik dengan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara
tetangganya, menawarkan konsep perhimpunan
kepada negara-negara di Asia Tenggara. Konsep
tersebut disambut dingin oleh negara-negara yang
condong ke komunis, namun disambut positif oleh
negara-negara negara-negara inilah yang kemudian
membentuk ASEAN. (Wiharyonto: 2015)
Association of Southeast Asian nation ASEAN
didirikan oleh lima negara pemrakarsa, yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok.
Adapun menteri luar negeri penandatangan Deklarasi
Bangkok yang mewakili masing-masing negara yaitu
Adam Malik dari Indonesia, Narsisco Ramos dari
Filipina, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S.
Rajaratnam dari Singapura, dan thanat khoman dari
Thailand. Dari kesepakatan tersebut dicetuskanlah
Deklarasi Bangkok, sebagai berikut:
a) mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan
Asia Tenggara.
b) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
c) Meningkatkan kerjasama dan saling membantu
untuk kepentingan bersama dalam bidang
ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan
administrasi
d) Memelihara kerjasama yang erat di tengah-tengah
organisasi regional dan internasional yang ada
dan
e) Meningkatkan kerjasama untuk memajukan
pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan
Asia Tenggara.
ASEAN dapat berdiri karena ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya yaitu:
1). faktor kesamaan nasib dan sejarah.
Semua negara-negara di kawasan Asia Tenggara
sama-sama mengalami penjajahan oleh bangsa lain
kecuali Thailand Selain itu bangsa-bangsa di
kawasan Asia Tenggara sudah lama menjalin
hubungan baik.
2).faktor kedekatan geografis
Wilayah negara-negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara, saling berdekatan satu sama lain karena
itu negara-negara ini dapat menjalin suatu kerjasama
agar terciptanya hubungan yang harmonis di dalam
satu kawasan.
3).faktor strategisnya letak kawasan.
Sejak zaman dahulu, kawasan Asia Tenggara
menjadi jalur lalu lintas internasional yang ramai.
Karena letak kawasan ini memang sangat strategis
yang berdampak pada pesatnya perkembangan di
segala bidang kehidupan. Tetapi keadaan ini juga
dapat berdampak terjadinya beberapa perselisihan
diantaranya Indonesia dan Malaysia yang pernah
mengalami ketegangan politik. Selain itu, Antara
Malaysia dan Filipina juga Singapura pernah dilanda
perselisihan karena sengketa soal Wilayah Sabah
dan Serawak di bagian utara Pulau Kalimantan.
Perlahan-lahan organisasi ini mengalami kemajuan
yang cukup signifikan di bidang politik dan ekonomi,
serta disepakatinya deklarasi kawasan damai, bebas,
dan netral (zone Of Peace, freedom, and netrality
Declaration/ZOPFAN) yang ditandatangani tahun
1971. Kemudian, pada tahun 1976 lima negara
anggota ASEAN itu juga menyepakati traktat
persahabatan dan kerjasama (Treaty of Amity and
Coorperation/TAC) yang menjadi landasan bagi
negara-negara ASEAN untuk hidup berdampingan
secara damai. Hal ini mendorong negara-negara di
Asia Tenggara lainnya bergabung menjadi anggota
ASEAN (Tyas : 2015)
D. Perkembangan Ekonomi di ASEAN
Indonesia sudah memasuki era masyarakat ekonomi
ASEAN 2015, di mana dengan tujuan yang baik itu
diharapkan mampu membawa perubahan untuk
pertumbuhan ekonomi di Indonesia agar lebih baik.
Tujuan MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas
perekonomian antar negara ASEAN, artinya
meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja,
investasi dan modal. Liberalisasi arus barang artinya
akan terjadi pengurangan dan penghilangan
hambatan tarif.
Komponen arus perdagangan bebas barang tersebut
meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara
signifikan maupun penghapusan hambatan non tarif
sesuai skema AFTA. Di samping itu, perlu dilakukan
peningkatan fasilitas perdagangan yang diharapkan
dapat memperlancar arus perdagangan ASEAN
seperti prosedur kepabeanan, melalui pembentukan
dan penerapan ASEAN Single Window (ASW) yaitu
sistem elektronik kepabenan, serta mengevaluasi
skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT)
Rules of Origin (ROO) atau surat ketentuan asal
barang, maupun melakukan harmonisasi standar dan
kesesuaian (standard and conformance). (Winantyo,
2008)
Liberalisasi modal akan dilakukan dengan
meniadakan aturan administrasi yang menghambat
penanaman modal, artinya semua orang yang masuk
kawasan ASEAN dapat menanamkan modalnya di
negara ASEAN secara lebih mudah. Selain itu
adanya liberalisasi Tenaga Kerja di mana kita bebas
mencari lapangan pekerjaan tidak hanya di dalam
negeri melainkan di kawasan ASEAN.
Dengan demikian, (Pitsuwan 2009) kemajuan ASEAN
bukan lagi didominasi oleh kalangan pejabat
pemerintah dan diplomat. Hal ini dikemukakan oleh
Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan “sejak
awal disadari bahwa ASEAN tidak hanya untuk
pemerintah jika ingin ASEAN sukses dan maju dan
langgeng ASEAN juga melibatkan kalangan bisnis,
swasta, media massa, lembaga non pemerintahan,
dan tentunya kalangan masyarakat ASEAN"
(Lemhanas, 2012). Bukan hanya pada perekonomian,
perkembangan ini merambah pada tataran enam
program ASEAN sosial culture blueprint (ASCCB)
yakni : a. Human Development; b. Social Welfare
and protection;c.Human right and justice; d.
Ensuring Environmental Sustainability; e. Bulding
ASEAN identity; f. Narrowing the Develoment Gap.
Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan antar
bangsa di kawasan ASEAN menyadari pentingnya
integrasi negara-negara di Asia Tenggara. Pada
pertemuan informal para Kepala Negara ASEAN di
Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997 disepakati
ASEAN Vision 2020 yang kemudian ditindaklanjuti
dengan pertemuan di Hanoi yang menghasilkan
Hanol Plan of Action (HPA). Visi 2020 termasuk HPA
berisi antara lain: kondisi yang ingin diwujudkan di
beberapa bidang, seperti orientasi keluar, hidup
berdampingan secara damai dan menciptakan
perdamaian internasional.
Beberapa agenda kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk merealisasikan visi 2020 adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
ekonomi, lingkungan hidup, sosial, teknologi, hak
cipta intelektual, keamanan dan perdamaian, serta
turisme melalui serangkaian aksi bersama dalam
bentuk hubungan kerjasama yang baik dan saling
menguntungkan diantara negara-negara anggota
ASEAN.
E. Penerapan Sistem Ekonomi Islam di ASEAN
Penerapan sistem ekonomi Islam di ASEAN dapat
dilakukan melalui beberapa langkah strategis:
1) Regulasi dan kebijakan ekonomi
Negara-negara ASEAN dapat mengadopsi
regulasi dan kebijakan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah, termasuk
regulasi terkait perdagangan, perbankan, dan
investasi. Melalui regulasi perdagangan negara-
negara ASEAN dapat memperkuat regulasi
perdagangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi Islam. Transaksi perdagangan
harus mematuhi aturan Syariah, menghindari
riba dan praktik-praktik spekulatif yang tidak
sesuai, melalui kebijakan investasi Syariah
dapat dicapai dengan merumuskan kebijakan
investasi yang mempromosikan proyek-proyek
berbasis Syariah, seperti infrastruktur dan
sektor-sektor ekonomi lain yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam, melalui Pengembangan
Perbankan Syariah regulasi dan kebijakan
perbankan dapat diformulasikan untuk
mendukung pengembangan Perbankan Syariah.
Mendorong pendirian bank syariah, memberikan
insentif, dan memberikan regulasi yang jelas
akan memberikan dorongan bagi perkembangan
sektor ini.
Pengembangan pasar modal Syariah melibatkan
penetapan regulasi yang memfasilitasi
penciptaan instrumen keuangan syariah, dan
memperkuat perlindungan investor. Regulasi
dapat difokuskan pada upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui pengembangan
usaha mikro dan kecil yang sesuai dengan
prinsip ekonomi Islam.
2) Pendidikan dan kesadaran masyarakat
Upaya meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat
dilakukan melalui pendidikan dan kampanye
kesadaran.
3) Pengembangan institusi keuangan syariah.
Membangun dan mengembangkan institusi
keuangan syariah, seperti bank syariah dan
pasar modal Syariah, dapat menjadi langkah
kunci dalam mendukung implementasi sistem
ekonomi Islam.
4) Kerjasama regional
Negara-negara ASEAN dapat menjalin
kerjasama regional untuk mengembangkan
instrumen keuangan syariah, membagi
pengalaman, dan mendukung pertukaran
teknologi dalam konteks ekonomi Islam.

Transaksi dalam Ekonomi Islam meliputi :


a) Bank Syariah
Merupakan satu institusi keuangan yang
menjalankan operasi mengikut prinsip-
prinsip Syariah.
b) Mudrarabah
Satu bentuk kerjasama antara dua pihak
Di mana pemilik modal menyumbangkan
modal kepada orang yang melakukan
kerja dengan kesepakatan pembagian
untung. Keuntungan pula ditanggung
oleh pemilik modal.
c) Musyarakah
Satu perjanjian usaha sama antara dua
pihak untuk melakukan atau terlibat
dalam aktivitas perniagaan atau Project
tertentu dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan modal
dikeluarkan oleh kedua belah pihak.
Pembagian untung dan rugi mengikut
kadar yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
d) Murabahah
Satu transaksi antara dua pihak di mana
kedua-duanya bersetuju pada suatu
paras harga yang meliputi harga kos
barang dan juga keuntungan yang
diambil.
e) Ijarah
Kontrak untuk mendapatkan atau manfaat
tertentu yang boleh dibayar dan
dihalalkan dengan barang tertentu.
f) Wadiah
Barang atau simpanan yang diserahkan
kepada seseorang atau bank untuk
menjaganya dan boleh dikeluarkan atau
diambil pada bila-bila masa penyimpanan
dikehendaki.
g) Ar Rahnu
Meletakkan harta benda sebagai jaminan
atas hutang. Maksudnya, menjadikan
sesuatu barang sebagai jaminan bagi
sesuatu hutang dan menjadi bayaran
sekiranya tidak berkemampuan untuk
membayar utang itu nanti.
h) Ujrah
Perkataan yang diambil dari perkataan
bahasa Arab yang membawa arti bayaran
yang diberikan kepada orang yang
melakukan kerja sebagai satu ganjaran
atau upah atas apa yang dikerjakannya.
i) Qard Hassan
Pinjaman tanpa faedah. Merupakan
pinjaman kebajikan di mana peminjam
hanya perlu membayar sejumlah uang
yang dipinjamnya.
j) Hiwalah
Artinya pemindahan. Merujuk kepada
proses pemindahan uang atau hutang
daripada satu pihak ke pihak yang lain
atau dari satu akun ke akun yang lain
dan bank dapat membayar bayaran
karena perhitmatan yang diberikannya .

F. Manfaat Penerapan Sistem Ekonomi Islam di


ASEAN
Mengamalkan ekonomi Islam jelas mendatangkan
manfaat yang besar bagi umat Islam itu sendiri,
pertama mewujudkan integritas seorang muslim yang
Kaffah sehingga Islam tidak lagi partial. Bila umat
Islam masih bergelut dan mengamalkan ekonomi
ribawi berarti keislamannya belum Kaffah sebab
ajaran ekonomi Islam dibatalkan.
Ekonomi Islam adalah satu-satunya agama yang
sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan
manusia dan alam semesta kegiatan perekonomian
serta juga diatur dalam Islam dengan prinsip
ilahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya
bukan milik manusia, melainkan titipan dari Allah
SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi
kepentingan umat manusia yang pada akhirnya
semua akan kembali kepada Allah.
Penerapan sistem ekonomi Islam di ASEAN
membawa sejumlah manfaat yang signifikan bagi
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat di wilayah tersebut. Pertama, adopsi
prinsip ekonomi Islam diharapkan dapat menciptakan
keadilan ekonomi dengan meredam ketidaksetaraan
distribusi kekayaan. Prinsip-prinsip yang menolak
riba dan mendukung keberlanjutan lingkungan juga
dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih
berkelanjutan. Kedua, melalui pengembangan sektor
keuangan syariah negara-negara ASEAN dapat
meningkatkan daya saing dan menarik investasi dari
pasar global. Ketiga, penerapan zakat dan infaq
dapat berkontribusi signifikan pada pemberdayaan
masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Keempat,
prinsip-prinsip ekonomi Islam mempromosikan etika
bisnis yang baik, mengarah pada pembentukan
lingkungan usaha yang transparan dan bertanggung
jawab. Selain itu, dengan memberdayakan sektor
usaha mikro dan kecil berbasis ekonomi Islam,
masyarakat lokal dapat merasakan dampak positif
dalam menciptakan peluang kerja dan pengembangan
ekonomi lokal. Melalui Sinergi antar negara dan
komitmen bersama penerapan sistem ekonomi Islam
di ASEAN diharapkan dapat membentuk fondasi yang
kokoh untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan di seluruh kawasan.
Menurut Haslina (2022) kelebihan Ekonomi Islam
terbagi menjadi empat yaitu :
1) Pemilikan pribadi termasuk alat dan faktor
produksi sebagai Capital yang mendorong
peningkatan produksi nasional untuk
kesejahteraan masyarakat. Akumulasi kapital yang
terpusat pada selintir orang yang tidak dibenarkan
karena akan memperburuk distribusi. Adanya
kebebasan setiap individu untuk membuat
keputusan. Dalam Islam, kebebasan manusia
didasarkan atas nilai-nilai tauhid. Nilai-nilai tauhid
inilah yang membuat manusia memiliki keberanian
dan kepercayaan diri.
2) Adanya pengakuan terhadap hak kepemilikan
individu terhadap harta dan Hak untuk memiliki
harta. Dalam sistem ekonomi ini, pengakuan
terhadap hak kepemilikan dan untuk memiliki harta
sangat diakui. Namun, tentunya kepemilikan dan
cara memilikinya harus sesuai dengan cara-cara
Islam.
3) Adanya ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang
wajar dalam Islam memang diakui adanya
perbedaan ekonomi pada setiap perorangan. Akan
tetapi, pada kenyataannya ketidaksamaan tersebut
bukan didasari karena ketetapan Allah melainkan
karena ulah manusia sendiri.
4) Adanya distribusi kekayaan Islam . Dalam Islam
tidak dianjurkan untuk menumpuk kekayaan pada
sekelompok masyarakat kecil. Islam menganjurkan
untuk mendistribusikan kekayaan kepada semua
lapisan masyarakat.
G. Tantangan dan Hambatan Penerapan Sistem
Ekonomi Islam di ASEAN
Menurut yustan: meskipun dengan perkembangan
ekonomi global dan semakin meningkatkan minat
masyarakat terhadap ekonomi dan perbankan Islam
ekonomi Islam menghadapi berbagai permasalahan
dan tantangan-tantangan yang besar. Setidaknya ada
lima masalah dan tantangan yang dihadapi ekonomi
Islam saat ini
1) Masih minimnya pakar ekonomi Islam
berkualitas yang menguasai ilmu-ilmu ekonomi
modern dan ilmu-ilmu syariah secara integratif.
2) Ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan
keuangannya.
3) Perangkat peraturan, hukum dan kebijakan,
baik dalam skala nasional maupun internasional
masih belum memadai.
4) Masih terbatasnya perguruan tinggi yang
mengajarkan ekonomi Islam dan masih
minimnya lembaga training dan Consulting
dalam bidang ini sehingga SDM di bidang
ekonomi dan keuangan syariah masih terbatas
dan belum memiliki pengetahuan ekonomi
syariah yang memadai.
5) Peran pemerintah baik eksekutif maupun
legislatif masih rendah terhadap pengembangan
ekonomi syariah karena kurangnya pemahaman
dan pengetahuan mereka tentang ilmu ekonomi
Islam.
Meskipun penerapan sistem ekonomi Islam di ASEAN
menawarkan potensi manfaat yang signifikan, tantangan
dan hambatan tetap menjadi kendala yang perlu diatasi.
Salah satu tantangan utama adalah kurangnya
pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait prinsip-
prinsip ekonomi Islam. Pendidikan formal dan program
sosialisasi harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa
masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai tentang
konsep-konsep ini. Selain itu, kompleksitas konsep
Syariah juga dapat menjadi hambatan, memerlukan upaya
untuk menyederhanakan informasi agar dapat diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat. Ketidakpastian hukum dan
kebijakan terkait juga menjadi tantangan, mengharuskan
reformasi yang menyeluruh untuk menciptakan Kerangka
kerja yang jelas dan mendukung. Selanjutnya, persepsi
negatif terhadap Islam dan kurangnya dukungan pemimpin
masyarakat dapat menghambat penerimaan prinsip-prinsip
ekonomi Islam. Yang diperlukan upaya komunikasi yang
intensif untuk membangun pemahaman positif di antara
masyarakat. Selain itu, keterbatasan infrastruktur
keuangan syariah, ketidakpastian ekonomi, dan kurangnya
keterlibatan sektor swasta menjadi hambatan nyata dalam
mewujudkan implementasi sistem ekonomi Islam. Untuk
mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerapan
prinsip-prinsip ekonomi Islam di ASEAN .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya perekonomian berbasis hukum Islam ini
telah berkembang di seluruh dunia . Tidak hanya pada
negara yang masyarakatnya mayoritas hukum Islam,
perekonomian Islam juga berkembang pada negara-negara
dengan umat Islam yang minoritas atau bahkan negara
liberal perbankan syariah sebagai Primadona dalam
perekonomian Islam sudah berdiri di berbagai negara dari
beberapa puluh tahun seperti di Malaysia, Brunei
Darussalam, Indonesia, Thailand dan Singapura .
B. Saran
Bagi pembaca,hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan terkait Sistem Ekonomi Islam.
Khususnya yang berminat mengetahui lebih jauh tentang
penerapan Sistem Ekonomi Islam di ASEAN.
Bagi pemerintah, diharapakan bisa memberikan kontribusi
lebih jauh mengenai Penerapan Sistem Ekonomi di
ASEAN.
Bagi Masyarakat, diharapkan agar meningkatkan
kesadaran terkait prinsip – prinsip ekonomi Islam
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai