Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIR EKONOMI ISLAM INDONESIA

Muhammad Faiz Alifatul Laili Masfiah Dimas Nur Cahyono


Institut Al Falah Assunniyyah Kencong Jember
muhammadfais4300@gmail.com alifatulmaafiah3@gmail.com
cahyonod399@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam. Dan melihat bahwa
adanya ekonomi islam menerapkan konsep nilai-nilai agama islam. Isi tulisan ini menjelaskan
bagaimana pemikiran ekonomi islam dari berbagai para pemikir speprti Ahmad Muflih Saifuddin,
Sofyan Syafri Harahap, Iwan Triyuwono, Syafi’I Antonio, Muhammad, Adimarwan Karim serta
konsep lembaga keuangan dalam al-qur an lembaga keuangan pada zaman Rasulullah saw dan
lembaga keuangan syariah modern. Hasil dari tulisan ini juga diketahui bahwa penerapan lembaga
keuangan islam baik dari dulu hingga sampai sekarang tetap memperhatikan sisi atau unsur
keislaman yang menjadikan unsur umat islam. Tidak ada yang membedakan lembaga keuangan
islamam pada yaman dulu hingga zaman sekarang yang membedakan hanya masa kepemimpinan
dalam penerapan ekonomi islam yang dikaji antara hukum ekonomi islam dengan isu-isu
kontemporer atau kajian empiris pada waktu tersebut.
Keyword: perkembangan ekonomi islam, konsep lembaga keuangan dalam al qur’an, lembaga
keuangan syariah modern

1. Pendahuluan
Ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
kerakyatan yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Sistem ekonomi Islam atau koperasi berbeda
dengan kapitalisme, sosialisme, dan negara kesejahteraan. Islam berbeda dari kapitalisme dalam
hal menolak eksploitasi pekerja miskin oleh kapitalis dan melarang akumulasi kekayaan. Selain
itu, dalam pandangan Islam, ekonomi adalah kondisi kehidupan yang diperlukan dan proposisi
dengan aspek ibadah yang diterapkan pada etika dan moralitas.
Salah satu hal yang terabaikan dalam pembahasan pemikiran ekonomi adalah para ulama
seringkali mengabaikan kontribusi para ulama. Hal ini karena para pemikir ekonomi Barat tidak
secara eksplisit mengacu pada referensi yang diambil dari buku-buku klasik tentang studi Islam.
Josep Schumpeter menyebut ini sebagai "kesenjangan besar" dalam sejarah 500 tahun para pemikir
ekonomi (Euis Amalia: 2005, 69). Sejarah pemikiran ekonomi dimulai pada abad ke- SM, -36- .
Kebangkitan baru muncul pada abad ke-13 ketika Thomas Aquinas muncul dari sekolah skolastik.
Karena adanya, pemikiran ekonomi para cendekiawan Muslim tidak begitu dikenal. Tercatat pada
abad 6 M - 13 M tokoh-tokoh Islam banyak melahirkan karya- karya di bidang ekonomi. Misalnya
saja, Abu Yusuf yang hidup pada tahun 731-798 Masehi. Beliau meletakkan prinsip-prinsip
perpajakan yang berabad-abad kemudian, karyanya dalam bidang perpajakan dianggap sebagai
canon of taxation. Contoh lainnya adalah Ibnu Taiymiyah (1263-1328 Masehi) yang menjelaskan
perihal mekanisme pasar dan harga dalam bukunya Majmu’ Fatawa. Selain karena faktor “Great
Gap” di atas, redupnya pemikiran ekonomi Islam ditengarai akibat kolonialisme. Pada awal abad
19 dan 20 negara-negara Muslim menghadapi tantangan-tantangan politik dan sosial yang berat,
yaitu perjuangan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

2. Pembahasan

Perkembangan ekonomi islam di Indonesia


Dalam pengertian ekonomi Islam, ekonomi Islam adalah ilmu sosial, dan ilmu ini
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam. Sistem ekonomi
Islam atau koperasi berbeda dengan kapitalisme, sosialisme, dan negara kesejahteraan. Konsep
ekonomi syariah diperkenalkan kepada masyarakat oleh bank Muamalat Indonesia pada tahun
1991, diikuti oleh lembaga keuangan lainnya. Saat itu sosialisasi ekonomi syariah dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah. Setelah dilakukan evaluasi bersama, diketahui bahwa sosialisasi sistem
ekonomi Islam tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan secara terstruktur dan berkelanjutan.

Khususnya di Indonesia, lembaga ekonomi berbasis syariah semakin mengakar dalam


perekonomian domestik dalam beberapa tahun terakhir. Mereka lahir setelah krisis berkelanjutan
yang disebabkan oleh runtuhnya sistem moneter kapitalis Indonesia. Sejak Bank Muamalat
didirikan pada tahun 1991 sebagai bank pelopor untuk menerapkan sistem Syariah, banyak bank
Syariah sekarang memiliki kesepakatan atau perjanjian Syariah dengan bank yang menggunakan
sistem ini, yang berarti keduanya diamati di bank. distribusi 1.

Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara resmi dimulai dengan


adanya Lokakarya Perbankan MUI pada tahun 1990, disusul dengan lahirnya Undang-Undang
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang menyelenggarakan perbankan dengan prinsip bagi hasil.
Berdirinya bank bagi hasil Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 mengantarkan era sistem
perbankan ganda di Indonesia. Dari tahun 1992 hingga 1998, hanya ada satu bank umum syariah
dan beberapa Bank Pertanahan Syariah (BPRS) sebagai pemain di industri perbankan syariah.
Pada tahun 1998, diundangkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan untuk memberikan landasan hukum
yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Selain itu, Undang-Undang Bank
Indonesia No. 23 Tahun 1999 yang diundangkan pada tahun 1999 memungkinkan Bank Indonesia
untuk memenuhi prinsip-prinsip Syariah dalam menjalankan fungsi utamanya. Kedua undang-

1
Rahman, Abdul dkk, 2015, Pendidikan Agama Islam, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto
undang ini mengantarkan era baru dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang
ditandai dengan pertumbuhan industri yang pesat.

Pada tahun 1990-an, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia relatif lambat. Namun,
tahun 2000-an melihat gelombang perkembangan yang sangat pesat dalam hal pertumbuhan aset,
omset dan jaringan kantor untuk bank syariah dan lembaga keuangan. Sistem keuangan Islam telah
muncul sebagai salah satu segmen keuangan dengan pertumbuhan tercepat, diperkirakan sebesar
20% dari 2008 hingga 2012. Bank syariah saat ini mengelola aset senilai $600 miliar. Diperkirakan
akan mencapai $ 1 triliun dalam beberapa tahun ke depan. Pertumbuhan pesat juga terlihat dari
segmen sistem keuangan syariah. Misalnya, reksa dana syariah telah mencapai sekitar US$300
miliar dan diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dalam dekade berikutnya. Pada tahun 2007,
pasar sukuk global mengalami pertumbuhan yang luar biasa, tumbuh lebih dari 70%. Sukuk yang
baru diluncurkan mencapai rekor tertinggi sekitar $47 miliar, membawa pasar global untuk sukuk
mencapai lebih dari $100 miliar. Pada saat yang sama, muncul universitas-universitas yang
mengajarkan ekonomi Islam. Hal ini karena salah satu pilar pendidikan nasional adalah relevansi
pendidikan, interaksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan, yang sangat penting. Tujuannya
agar pendidikan relevan dengan kebutuhan masyarakat dari segi sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Sektor ekonomi, industri dan pendidikan harus menunjukkan sinergi positif untuk saling
mendukung pembangunan. Industri dapat mengambil manfaat dari sinergi positif dan memperkuat
komunitas pendidikan. Perguruan tinggi dapat menghasilkan berbagai inovasi melalui penelitian
dan pengembangan (R&D), mendukung pertumbuhan ekonomi industri, dan menciptakan pasar
untuk produk bermasalah. Perguruan tinggi agama Islam memainkan peran penting dalam arah
pengembangan ekonomi syariah dengan memasukkan sumber daya mereka dan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ini.

Pemikiran ekonomi islam di indonesia

A.M Saefuddin

Menurut A.M. Saefuddin, suatu sistem ekonomi tertentu, dalam hal ini sistem ekonomi
Islam, harus terdiri dari seperangkat nilai dan, menurut kerangka standar tersebut, dapat
membentuk kerangka organisasi kegiatan ekonomi meningkat. Di satu sisi, norma nilai ini
didasarkan pada pandangan filosofis tentang kegiatan ekonomi, dan di sisi lain, interaksi nilai-nilai
ini membentuk norma nilai fundamental dan instrumental untuk kegiatan ekonomi yang
diinginkan. oleh sistem. A. M. Safuddin merumuskan beberapa pasal tentang harta sebagai nilai
fundamental dalam konsep ekonomi Islam. Ada beberapa ketentuan mengenai nilai dasar harta.
Pertama, properti tidak memiliki kendali mutlak atas sumber daya ekonomi, melainkan memiliki
utilitasnya sendiri. Seorang Muslim yang tidak mengambil keuntungan dari sumber daya yang
ditetapkan oleh Allah kehilangan hak atas sumber daya tersebut. Kedua, selama hidupnya di dunia,
harta hanya terbatas pada masa hidupnya, dan ketika orang itu meninggal, menurut aturan Islam
harus dibagikan kepada ahli warisnya. Sumber daya ini menjadi milik publik atau pemerintah.
Sumber milik umum antara lain sumber air minum, hutan, laut dan isinya, udara dan ruang
angkasa. Mengenai masalah riba dan riba, A.M. Sehudin menganggap riba adalah riba.Menurutnya
Dan sistem ekonomi riba hanya akan merugikan dan krisis ekonomi. Sistem ekonomi riba adalah
bencana bagi mereka yang tidak hanya merusak iman dan moralitas, tetapi juga kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat yang disebabkan oleh keserakahan, keserakahan, keegoisan,
penipuan dan sifat spekulatif. Sahudin meyakini Islam tidak akan menerima pembentukan sistem
ekonomi riba dimanapun. Islam sebagai sistem yang lengkap memperkuat keseluruhan sistem
ketika melarang riba tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi, sosial dan kemanusiaan tanpa
kecuali. Sebagai contoh, dalam perbankan, penghapusan segala bentuk riba dicapai bukan dengan
menutup bank-bank yang ada, tetapi dengan menghapus praktik-praktik riba. Menurut A, tentang
Zakat. M. Safuddin Zakat adalah nilai penting dalam ekonomi Islam, dan AM Safuddin percaya
bahwa zakat yang dikendalikan negara mendorong produktivitas yang terkait dengan distribusi
pendapatan. Diyakini bahwa dengan mengumpulkan zakat pendapatan, negara dapat membawa
manfaat yang lebih besar untuk tujuan pembangunan yang lebih luas dapat menjadi alat yang
berorientasi pada solusi dan berkelanjutan.
Berdasarkan beberapa manfaat zakat, AM Saefuddin berpendapat bahwa zakat harus
digunakan sebagai alat untuk pembangunan ekonomi, terutama di daerah-daerah yang penerapan
zakatnya sudah meluas. Untuk mencapai dan membangun sistem yang mampu mengiringi
pembangunan kemandirian ekonomi dengan zakat, A.M Saefuddin mengusulkan tiga langkah
strategis, yaitu: pertama, akses keuangan yang bebas, khususnya akses keuangan yang luas dan
tanpa jaminan bagi mereka yang tidak mampu. Tujuannya adalah untuk menciptakan
kewirausahaan, bukan hanya ketersediaan lapangan kerja. Tujuannya bukan hanya untuk
mengangkat status orang miskin menjadi muzakki, tetapi idealnya harus lebih dari itu, yaitu
menjadi benar-benar mandiri secara ekonomi. Kedua, pengelolaan zakat harus menerapkan prinsip
bagi hasil (PLS). Semua pendanaan yang diberikan untuk strategi pertama dibuat secara ketat
dengan prinsip-prinsip PLS yang memastikan pembagian risiko dan manfaat yang adil. uang,
sistem PLS memastikan sinergi pergerakan uang dengan perkembangan ekonomi secara nyata.
Hal ini memastikan penerapan prinsip PLS secara penuh dalam perekonomian akan
menghasilkan kontribusi turunan berupa lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Ketiga, mengoptimalkan zakat dan menjadikannya sebagai jaring pengaman investasi.
Kerjasama antara lembaga Amil Zakat (LAZ) dan lembaga keuangan syariah (LKS) sangat
penting. LAZ dapat menjadi penjamin uang bagi LKS untuk disalurkan sebagai zakat hasil. LAZ
mengasuransikan dana LKS terhadap kerugian investasi selama penyaluran. Selain itu, A.M.
Safuddin menerbitkan pidato tentang kewajiban membayar zakat di Indonesia, yang berlaku untuk
Muslim maupun non-Muslim. Zakat sangat konstruktif untuk kemaslahatan negara dan masyarakat
luas karena dapat dijadikan sebagai instrumen utama kebijakan keuangan nasional.
Syafi’i Antonio
Pemikiran Syafi‟i Antonio tentang sistem ekonomi, khususnya perbankan, setidaknya
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang bersumber dari latar belakang pendidikannya sendiri, termasuk perjuangannya
yang simultan dengan wacana Barat dan Timur serta kunjungannya ke berbagai belahan dunia
Islam mengenai perbankan syariah, membuatnya ingin mendirikan bank syariah di negaranya
sendiri. dari Islam) telah mempengaruhi lembaga keuangan syariah, sehingga Undang-Undang No.
7 Tahun 1992 diundangkan dan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Dasar Hukum Perbankan Syariah
di Indonesia telah diperbarui. Ditambah dengan disintegrasi pemahaman konvensional tentang
ekonomi atau matinya ekonomi, dan pencarian sistem ekonomi alternatif lainnya. Pemikiran
Syafi'i Antonio tentang Konsep Perbankan.

Sofyan Syafri Harahap

Pemikiran sofyan syafri harahap nampaknya lebih tertuju pada kajian akuntansi syariah,
baik mengenai sistem maupun etika profesi akuntan. Menurutnya neraca maupun laporan laba rugi
hanya mampu mencatat transaksi yang melibatkan uang dan belum mampu mencatat berbagai
nikmat yang bersifat “intangible” seperti kemampuan intelektual, kualitas spiritual, moral, tingkat
ketaqwaan. Bahkan nikmat-nikmat yang tidak dijual seperti nyawa, udara, kesehatan, dan sumber
alam lainnya yang disediakan oleh Allah SWT secara Cuma Cuma tidak pernah masuk dalam buku
jurnal maupun laporan keuangan akuntansi kapitalis.

Pemikiran Sofyan Syafri Harahap tentang Akuntansi Syariah Argumentasi dan Kritik Sofyan
Syafri Harahap terhadap Akuntansi Konvensional Perkembangan masyarakat tampaknya
mengarah kepada asalnya "back to nature" atau "back to basic" katanya. Naisbitt menerjemahkan
fenomena ini dalam buku Megatrend 2000 yang dituliskannya berdasarkan hasil penelitian dengan
memakai teori kecenderungan statistik. menyebutkan bahwa masyarakat di tahun 2000 dan
seterusnya semakin mengalami peningkatan "religiousity", semangat keagamaan. Artinya
masyarakat akan kembali memberikan perhatian kepada ajaran agamanya.

Dalam sudut pandang lain oleh Sofyan Syafri Harahap dalam karyanya yang sama Teori Akuntansi
mengungkapkan bahwa kendatipun secara de facto kita sudah melihat entitas bisnis syariah telah
berdiri dan telah menggunakan akuntansi syariah, masih ada anggapan bahwa tidak ada akuntansi
syariah Islam itu. Mereka menilai kalaupun ada, sama saja dengan akuntansi konvensional atau
akuntansi kapitalis yang kita kenal. Kalaupun berbeda, hanya dalam tingkat istilah ataupun dalam
hal penekanan dalam etikanya. Oleh karena itu, kita tidak perlu repot cukup mengisi akuntansi
kapitalis itu dengan nilai-nilai Islam. Pengetahuan terhadap Islam ini mutlak perlu untuk melihat
akuntansi dalam persepektif islam pentingnya pencatatan, keterangan maupun keadilan yang telah
islam tegaskan dalam al-qur’an surat al-baqarah 282 mengharuskan setiap kita umtuk mencatat
segala aktifitas transaksi, mela Membaca tulisan- tulisan adimarwan, paling tidak pendekatan serta
yang dia pakai dalam membangun keilmuan ekonomi Islam. Pendekatan yang pakai bisa dipetakan
jadi pendekatan sejarah, pendekatan fiqh serta ekonomi. Pendekatan sejarah sangat kental dalam
bermacam tulisan Adiwarman. Dalam tiap tulisannya( paling utama novel). Adiwarman senantiasa
berupaya menarangkan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah Islam
klasik, paling utama pada masa Rasulullah. Tidak hanya itu dia pula mengelaborasi pemikiran-
pemikiran sarjana besar muslim klasik serta berupaya merefleksikannya dalam konteks kekinian,
pasti saja bagi perspektif ekonomi. Menjajaki penjelasan Dawam Raharjo, sesungguhnya terdapat
2 berbagai sejarah ekonomi; awal, sejarah pemikiran ekonomi yang merefleksikan evolusi
pemikiran tentang ekonomi( pada sesuatu periode tertentu); kedua, sejarah perekonomian sesuatu
bangsa ataupun warga. Sejarah pemikiran ekonomi membagikan sesuatu cerminan terdapatnya
perbandingan ideologis yang memberi warna ekonomi sesuatu warga, tokoh, ataupun bangsa, serta
karenanya bisa diambil muatan nilai ataupun prinsip- prinsip bawah di dalamnya untuk
pengembangan teoritis, sedangkan sejarah perekonomian diperlukan berkaitan dengan perencanaan
strategi pembangunan sesuatu warga. Dari sejarah ekonomi, baik pemikiran ataupun
perekonomian, bisa diambil banyak pelajaran kala hendak memastikan arah serta strategi
pembangunan ataupun buat tidak mengulang kesalahan yang terjalin pada masa kemudian.

Spesialnya sejarah pemikiran ekonomi, bisa dibedakan jadi 2 berbagai; ialah sejarah yang
menguraikan evolusi pemikiran di mana sesuatu pemikiran mengkaji beberpa tokoh ekonomi serta
pemikir Islam. Dengan basis sejarah ini, nampaknya Adiwarman berupaya menciptakan landasan
pangkal sejarah yang kokoh untuk bangunan teori ekonomi yang dia susun.

Tidak hanya pendekatan sejarah, Adiwarman pula memakai pendekatan fiqh. Dalam
pemikirannya, fiqh tidak cuma berdialog pada aspek ubudiyah semata. Fiqh berdialog aspek sosial
warga yang lebih luas, paling utama kala dibingkai dalam wadah fiqhul waqiiy( figh kenyataan).
Dalam format yang demikian, fiqh lebih merupaka sesuatu reaksi atas problematika kontemporer
selaku sesuatu upaya menciptakan jawaban serta pemecahan yang pas untuk sesuatu warga tertentu
dalam konteks tertentu pula. Sebab itu Adiwarman senantiasa berpegang pada adagium" li kulli
magam, magal. Wa likulli magal, magam".( Tiap keadaan perlu ungkapan yang pas. Serta tiap
ungkapan, perlu waktu yang tepat pula).kukan pembukuan, dan tidak melakukan
kecurangan. Kapitalis mengklaim bahwa akuntansi dilahirkan lucas pacioli namun jelas melalui
sejarahnya islam lebih dulu menurunkan ayat al-qur’an yang kita singgung tadi kendatipun
demikian akuntansi kapitalis atau yang kita kenal dengan akuntansi konvensional banyak memiliki
kelemahan.

Iwan Triyuwono
Terkait dengan teori dan pembahasan yang peneliti lakukan bahwa pemikiran Iwan
Triyuwono tentang akuntansi kelembagaan ekonomi syariah, melahirkan 2 konsep pemikirannya,
yaitu: 1. Shari'ah enterprise theory Beberapa kajian telah dilakukan di bidang akuntansi syariah
baik dalam tataran konseptual maupun praktis. Namun, kajian tersebut belum masuk pada konsep
teoritis akuntansi syariah. Shari'ah enterprise theory yang dijelaskan Slamet merupakan aksioma
terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsepnya adalah Allah sebagai pencipta
dan pemilik tunggal dari sumber daya yang ada di dunia ini. Maka yang berlaku dalam Shari'ah
enterprise theory adalah Allah sebagai sumber amanah utama, karena Dia adalah pemilik tunggal
dan mutlak.

Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh stakeholders pada prinsipnya adalah amanah dari Allah
yang di dalamnya melekat sebuah tanggungjawab untuk menggunakan dengan cara dan tujuan
yang ditetapkan olch Sang Pemberi Amanah.75 Tentu sangat beralasan jika penggunaan sumber
daya tersebut baik secara individual dan kolektif dibatasi, karena memang pada hakikatnya
stakeholders hanya memiliki hak guna. Namun, pembatasan tersebut bukan ditujukan untuk
kepentingan Allah, tetapi ditujukan pada manusia yang mempunyai hak atas sumberdaya tersebut.
Difirmankan oleh Allah, Artinya: Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat (QS Al-Nur (24):56). Artinya: Mereka bertanya
kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apakah saja harta yang kamu
nafkahkan hendaklah diberikan pada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang yang
miskin dan orangorang yang ada dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui (QS Al-Baqarah (2): 215). Artinya: (Berinfaklah) kepada
orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka yang tidak dapat (berusaha) di
bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-
minta (QS Al-Baqarah (2): 273).

Muhamad

Syari'ah mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik, sosial
dan filsafat moral. Dengan kata lain, syari'ah berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia, termasuk di dalamnya dalam hal akuntansi. Tujuan utama syari'ah adalah mendidik setiap
manusia, memantapkan keadilan, dan merealisasikan keuntungan bagi setiap manusia di dunia
maupun di akhirat. Syari'ah mengatur setiap aspek kehidupan umat muslim, baik politik, ekonomi,
dan sosial, dengan menjaga keyakinan, kehidupan, akal dan kekayaan mereka. Basis syari'ah
adalah kebijakan dan kesejahteraan masyarakat di dunia dan di akhirat kelak.

Muhamad menjadikan syari'ah sebagai paradigma alternatif. Akuntansi adalah suatu kejadian yang
tidak hanya statis, akuntansi berkembang mengikuti pola evolusi masyarakat. Sebagaimana yang
pernah terjadi, yaitu berkembang dari pernyataan aspek agama menuju pada upaya pemisahan
agama dengan ekonomi, berubah dari agama menuju. berkembang dari ekonomi murni menjadi
ekonomi sosio-ekonomi.

Adiwarman Karim

a. Fundamentalis-Intelektual-Profesional
Bersama Sebagian tokoh ekonomi Islam Indonesia yang lainnya, seperti A.M. Saefudin,
Karnaen Perwataatmaja, M. Amin Aziz, Mohammad Syafi'i Antonio, Zainal Arifin, Mulya
Siregar, Riawan Amin dan sebagainya, oleh Dawam Rahadjo, Adiwarman dimasukkan
dalam kelompok pemikir fundamentalis dalam bidang ekonomi Islam. Sebutan
fundamentalis didefinisikan dalam konteks pola-pola pemikiran, Ilham serta gagasan
dalam memperjuangkan syari'at Islam. Dalam hal ini fundamentalisme berkembang dalam
wajahnya yang tidak monolit atau menunjukkan gejala tunggal. Sebaliknya,
fundamentalisme menampakkan ciri majemuk atau plural; seperti islam radikal, paham
salafiyah, gerakan revivalis, Islam ekstrim, islam politik atau islamis yang walaupun tidak
identik sepenuhnya, namun punya pengertian yang tumpah tindih. Kelompok Islam
fundamentalisme, dengan beragam sebutan yang disandangnya, memiliki kesamaan ciri
khas, yaitu cita-cita tegakkanya syari'at Islam. Meskipun demikian, dalam hal metode atau
cara perjuangannya, mereka tidak satu kata dan terbelah menjadi dua aliran besar.
Sebagian memilih menempuh cara-cara revolusioner (karenanya mereka disebut kelompok
fundamental radikal), sebagian yang lain mencoba berkompromi dengan penguasa dan
mengedepankan jalur demokrasi-parlementer. Ada juga yang membedakan pola gerakan
fundamentalisme Islam menjadi;
1) "Islam politik" yang menempuh jalan mencapai kekuasaan sebagai alat untuk
menegakkan syari'at: dan
2) "Islam cultural yang memilih jalur budaya dan Yang pertama bertujuan menegakkan
syari'at Islam sekaligus negara Islam, sementara yang kedua bertujuan menciptakan
masyarakat Islam, peradaban Islam, atau masyarakat madani.

b. Pendekatan dan Metode yang digunakan

Membaca tulisan- tulisan adimarwan, paling tidak pendekatan serta yang dia pakai dalam
membangun keilmuan ekonomi Islam. Pendekatan yang pakai bisa dipetakan jadi pendekatan
sejarah, pendekatan fiqh serta ekonomi. Pendekatan sejarah sangat kental dalam bermacam
tulisan Adiwarman. Dalam tiap tulisannya( paling utama novel). Adiwarman senantiasa
berupaya menarangkan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah Islam
klasik, paling utama pada masa Rasulullah. Tidak hanya itu dia pula mengelaborasi pemikiran-
pemikiran sarjana besar muslim klasik serta berupaya merefleksikannya dalam konteks
kekinian, pasti saja bagi perspektif ekonomi. Menjajaki penjelasan Dawam Raharjo,
sesungguhnya terdapat 2 berbagai sejarah ekonomi; awal, sejarah pemikiran ekonomi yang
merefleksikan evolusi pemikiran tentang ekonomi( pada sesuatu periode tertentu); kedua,
sejarah perekonomian sesuatu bangsa ataupun warga. Sejarah pemikiran ekonomi membagikan
sesuatu cerminan terdapatnya perbandingan ideologis yang memberi warna ekonomi sesuatu
warga, tokoh, ataupun bangsa, serta karenanya bisa diambil muatan nilai ataupun prinsip-
prinsip bawah di dalamnya untuk pengembangan teoritis, sedangkan sejarah perekonomian
diperlukan berkaitan dengan perencanaan strategi pembangunan sesuatu warga. Dari sejarah
ekonomi, baik pemikiran ataupun perekonomian, bisa diambil banyak pelajaran kala hendak
memastikan arah serta strategi pembangunan ataupun buat tidak mengulang kesalahan yang
terjalin pada masa kemudian.

Spesialnya sejarah pemikiran ekonomi, bisa dibedakan jadi 2 berbagai; ialah sejarah yang
menguraikan evolusi pemikiran di mana sesuatu pemikiran mengkaji beberpa tokoh ekonomi
serta pemikir Islam. Dengan basis sejarah ini, nampaknya Adiwarman berupaya menciptakan
landasan pangkal sejarah yang kokoh untuk bangunan teori ekonomi yang dia susun

Tidak hanya pendekatan sejarah, Adiwarman pula memakai pendekatan fiqh. Dalam
pemikirannya, fiqh tidak cuma berdialog pada aspek ubudiyah semata. Fiqh berdialog aspek
sosial warga yang lebih luas, paling utama kala dibingkai dalam wadah fiqhul waqiiy( figh
kenyataan). Dalam format yang demikian, fiqh lebih merupaka sesuatu reaksi atas
problematika kontemporer selaku sesuatu upaya menciptakan jawaban serta pemecahan yang
pas untuk sesuatu warga tertentu dalam konteks tertentu pula. Sebab itu Adiwarman senantiasa
berpegang pada adagium" li kulli magam, magal. Wa likulli magal, magam".( Tiap keadaan
perlu ungkapan yang pas. Serta tiap ungkapan, perlu waktu yang tepat pula).

C. Pokok-Pokok Pikiran

Berdialog tentang ekonomi Islam, sepanjang ini definisi yang kerap ditemui merupakan"
ekonomi yang berasaskan al- Quran serta as- Sunnah". Kerapkali definisi semacam itu
tidak diiringi dengan uraian yang tuntas. sehingga terkesan kalau ekonomi islam
merupakan ekonomi apa saja yang dibungkus dengan alasan alasan
dari ayat- ayat ataupun vertenti Untuk banyak golongan, uraian yang hanya itu tidak
sanggup membagikan jawaban yang memuaskan. Karena dapat jadi ekonomi konvensional
bisa dikatakan islam()) selama bisa dilegitimasi oleh ayar tertentu, serta seperti itu yang
oleh Adiwarman diucap dengan pemaksaan hadis- hadisSadar hendak perihal itu,
Adiwarman menawarkan penafsiran ekonomi Islam selaku ekonomi yang dibentuk di atas
nilai- nilai umum Islam Nilai- nilai yang dia iktikad merupakan tauhid( keesaan),
adl( keadilan), khilafah( pemerintahan), nubuwwah( kenabian) serta maad( return). Secara
pendek korelasi prinsip- prinsip tersebut bisa dipaparkan selaku berikut: Tauhid konsep
kresaan Tuhan membagikan arah untuk pelakon ekonomi bahw seluruh suatu merupakan
kepunyaan Allah, manusia cumalah pemegang amanah Sebab ina terdapat sistem
pertanggung jawaban untuk tiap aksi ekonomi Pada kesimpulannya, dalam skala makro
prinsip pertanggungjawaban tersebur mendesak terwujudnya keadilan ekonomi dalam
sesuatu warga Hendak namun, buat bisa merealisasikan keadilan tersebut dibutuhkan
terdapatnya intervensi khilafah( pemerintah) selaku regulator. Contoh terbaik
terlaksananya sistem regulasi yang dijalankan pemerintah dalam maslah ekonomi ini bisa
merujuk pada struktur sosial ekonomi pada masa Nabi( nubuwwah), paling utama masa
Madinah. Tujuan akhir dari seluruh kegiatan ekonomi yang tersusun secara apik lewat
sistem tersebut tidak lain.

Prinsip- prinsip di atas, kala ditarik dalam konteks ekonomi jadi bawah inspirasi buat
menyusun teori- teori serta proposisi ekonomi Islam. Kelima prinsip di atas butuh
diderivasikan lagi jadi proposis proposisi ekonomi Islam yang meliputi; multiple
Ownership, freedom to act, dan sual justice. Multiple ownership( kepemilikan multijenis
ialah derivasi dari rinsip tauhid, dimana manusia selaku pemegang amanah di muka bumi
diberi hak serta tanggung jawab yang sama dalam mengelola sumber energi yang ada.
Namun kebebasan manusia buat mengeksploitasi sumber energi dibatasi oleh sesuatu
tujuan bersama, ialah terciptanya keadilan sosial( serial justice) serta kesejahteraan( return,
maa yang menyeluruh. Sedangkan proposisi kebebasan berupaya( freedom to membrikan
motivasi kepada pelakon ekonomi dalam berupaya, baik dalam kapasitasnya
selaku orang ataupun pemerintah selaku pemegang regulasi, sebagaimana dipraktekkan
pada masa Nabi.

Tidak hanya prinsip- prinsip di atas, teciptanya sistem ekonomi Islam pula membutuhkan
sesuatu tatanan norma ataupun hukum yang jadi payung serta jaminan untuk
keberlangsungannya. Dalam sebutan Adiwarman, sistem norma ataupun hukum ini diucap
selaku akhlak ekonomi Islam. Buat menarangkan bangunan teori yang dirancang oleh
Adiwarman di atas bisa disederhanakan dalam ilustrasi berikut ini: Akhlak, Multiple
Ownership, Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, maad: Freedom to Act, Sosial justice,
Norma ekonomi Islam, Prinsip- prinsip ekonomi Islam,
Teori Ekonomi Islam.
Prinsip- prinsip di atas, kala ditarik dalam konteks ekonomi jadi bawah inspirasi buat
menyusun teori- teori serta proposisi ekonomi Islam. Kelima prinsip di atas butuh
diderivasikan lagi jadi proposis proposisi ekonomi Islam yang meliputi; multiple
Ownership, freedom to act, dan sual justice. Multiple ownership( kepemilikan multijenis
ialah derivasi dari rinsip tauhid, dimana manusia selaku pemegang amanah di muka bumi
diberi hak serta tanggung jawab yang sama dalam mengelola sumber energi yang ada.
Namun kebebasan manusia buat mengeksploitasi sumber energi dibatasi oleh sesuatu
tujuan bersama, ialah terciptanya keadilan sosial( serial justice) serta kesejahteraan( return,
maa yang menyeluruh. Sedangkan proposisi kebebasan berupaya( freedom to membrikan
motivasi kepada pelakon ekonomi dalam berupaya, baik dalam kapasitasnya selaku orang
ataupun pemerintah selaku pemegang regulasi, sebagaimana dipraktekkan pada masa
Nabi.

Tidak hanya prinsip- prinsip di atas, teciptanya sistem ekonomi Islam pula membutuhkan
sesuatu tatanan norma ataupun hukum yang jadi payung serta jaminan untuk
keberlangsungannya. Dalam sebutan Adiwarman, sistem norma ataupun hukum ini diucap
selaku akhlak ekonomi Islam. Buat menarangkan bangunan teori yang dirancang oleh
Adiwarman di atas bisa disederhanakan dalam ilustrasi berikut ini: Akhlak, Multiple
Ownership, Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, maad: Freedom to Act, Sosial justice,
Norma ekonomi Islam, Prinsip- prinsip ekonomi Islam, Teori Ekonomi Islam.

Lembaga keuangan dalam Al - Qur’an

Lembaga keuangan saat ini adalah lembaga yang keberadaannya diperhitungkan oleh
banyak orang yang berbeda. Kepentingan lembaga keuangan mempengaruhi keberadaannya oleh
setiap orang dari berbagai kepentingan. Keberadaan lembaga keuangan mempengaruhi
keberlangsungan sistem sosial. Lembaga keuangan memiliki banyak mandat dan kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan setiap orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga keuangan akan
selalu mencari keunggulan dalam pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yang tercermin
dari banyaknya lembaga keuangan yang bermunculan dan bersaing untuk mendapatkan
keuntungan melalui strategi yang telah ditetapkan. Lembaga keuangan sudah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW, pada subbab pembahasan disini penulis ingin menyoroti bagaimana
lembaga keuangan dilihat dari sudut pandang Al-Qur'an, dari Klasik hingga modern.
Pertama, lembaga keuangan dari sudut pandang Al-Qur'an, lembaga keuangan tidak benar-
benar disebutkan dalam Al-Qur'an dan juga dalam hadits disebutkan sebagai bank. Namun,
lembaga keuangan telah dipraktekkan sejak zaman kuno di bawah Nabi Muhammad. Ditinjau dari
Al-Qur'an, perbankan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama adalah pembiayaan (funding),
yang kedua adalah pembiayaan (produk untuk menyalurkan dana) dan yang ketiga adalah layanan
(produk). Lebih lanjut penjelasan dari funding atau penghimpunan dana ini dibagi lagi dengan dua
hal. Yaitu wadi’ah dan mudharabah. Wadiah merupakan simpanan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan deposit baik barang atau dana kepada pihak lain yang bukan pemiliknya, hal itu diperkuat
dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 283 yang bebunyi “Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya.” Serta hadits riwayat dari Abu Daud dan AtTirmidzi
“Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu”. Jika wadi’ah itu simpanan (deposit), maka pejelasan
untuk mudharabah sendiri memiliki dua jenis yaitu tabungan mudharabah dan juga deposit
mudharabah.
Tabungan mudharabah merupakan penarikan dan penyetoran pada tabungan dilakukan
dengan janji yang telah disepakati bersama antara pemilik tabungan dengan pihak bank. Yang
berbeda dengan bank konvensional, pada tabungan mudharabah ini simpanan tidak diberikan
bunga sebagai pembentuk laba bagi bank syari’ah, akan tetapi diberikan dengan bentuk
sistemhasil. Sistem bagi hasil yang dimaksud seperti Tabungan Idul Fitri, Tabungan Idul Adha,
Tabungan Haji, Tabungan Pendidikan, Tabungan Kesehatan, dan lain-lain. sedangkan untuk
deposito mudharabah sedikit ada perbedaan dengan deposito dari wadi’ah, yang mana deposito
mudharabah simpanan pemilik dan hanya dapat diambil dalam jangka waktu tertentu. Produk dari
deposito mudharabah dengan jangka waktu sekitar 1,3,6,9,12,24 bulan.
Kemudian untuk tahapan penyaluran dana (financing) bank atau lembaga keuangan
syariah memiliki beberapa tahapan metode seperti jual beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman dan
juga investasi khusus. Setelah itu, penjelasan dari jual beli ini dibagi lagi dalam tiga kategori yang
pertama murabahah, murabahah sendiri pengertian dari jual beli barang dagangan yang
menerapkan tambahan harga sebagai keuntungan dan telah diketahui oleh pembeli, dengan proses
ini merupakan yang tidak lepas dari Al-Qur’an pada Q.S Al-Baqarah ayat 275 yang mana Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan” kemudian dalam prespektif klasik lembaga keuangan syariah telah hadir
dengan berbagai perubahan sesuai dengan masa pemimpin pada saat itu. Yang pertama praktik
adanya lembaga syariah yaitu diterapkan oleh Nabi Muhammad saw, kemudian stelah nabi
Muhammad saw, wafat maka Pratik dari lembaga syariah diteruskan oleh para sahabat nabi. Setiap
paktik dalam lembaga syariah memiliki perbedaan dalam menjalankan lembaga keuangan syariah.
Stelah nabi
Nabi Muhammad saw. wafat maka pertama digantikan oleh masa Abu Bakar. Abu Bakar
sendiri memiliki nama lengkap Abdulla bin Abu Quhafah al-Tamimi. Abu Bakar sendiri memipin
tidak terlau lama, hanya dua tahun dan dalam masa kepemimpinan Abu Bakar banyak menghadapi
persoalan seperti kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang dalam membayar zakat.
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua
tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Namun tunjangan
tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan
6000 dirham pertahun. Setelah selesai kepimpinan Abu Bakar, maka dilanjutkan lagi dengan
kepemimpinan Umar bin Khattab. Umar bin Khattab menjalankan kepemimpinan selama sepuluh
tahun dan banyak
mengeluarkan kebijakan-kebijakan termasuk dibidang perekonomian pemerintah.
Sedangkan keuangan lembaga syariah menurut prespektif modern yaitu Aspek
modernisasiEkonomi Islam kini terlihat jelas ada pendapat ahli ekonomi muslim yang menentang
riba. Musyawarah yang paling baik adalah riba dan nasHukum yang bajik dilarang, tetapi ekonomi
Islam melihat pinjaman riba tidak dapat dicegah karena riba adalah sama dengan "bunga" dan
"penggunaan" (layanan / jatuh tempo). Dalam sistem ekonomi saat ini, yang dikenal sebagai
"bunga", keduanya dalam sistem keuangan ini, para ilmuwan menyamakannya dengan bunga
diketahui bahwa ini dilarang dalam Islam karena riba seperti yang diharapkan, ini dilarang untuk
bunga dan riba, bunga sederhana tidak termasuk dalam kategori riba. Tambahan, Muhammad
Kamal Azhar menjelaskan bahwa ada minat yang besar untung, bukan riba, dari pinjaman bunga
pinjaman konsumen jika jumlahnya tidak termasuk dalam kategori riba.

Kesimpulan

Ekonomi Islam adalah teori ekonomi yang menitikberatkan pada ruang lingkup visi
keagamaan Islam, yang mencirikan perekonomian secara keseluruhan, selalu mengutamakan
kepentingan yang tidak didasarkan pada unsur-unsur Islam. Institut Ekonomi dan Keuangan juga
ada pada masa pemerintahan Raja Nabi Muhammad SAW. Kota Madinah adalah tempat Nabi
Muhammad SAW membimbing dan mempraktekkan kekuatan ekonomi tahun yang tertulis dalam
Al-Qur'an Islam, yaitu sebelum Nabi Muhammad SAW tahun, sebelum gejolak dan ketimpangan
pada tahun. Kota ini merupakan kota ekonomi pertama yang dipimpin oleh Nabi Muhammad pada
tahun. Madinah dalam kegiatan ekonomi.

Apalagi pemikiran ekonomi Indonesia mengalami pengalaman yang sama dengan periode
klasik Nabi Muhammad SAW yang memegang kepentingan pada masa pemerintahannya.
Perspektif Alquran tentang lembaga keuangan sebenarnya dieksplorasi tidak hanya dalam kegiatan
ekonomi, tetapi juga dalam kegiatan amal untuk Muslim yang mengamalkan hukum Islam. Al-
Qur'an mempelajari lembaga keuangan Islam dari tiga kategori. Lembaga Keuangan Syariah juga
belajar bagaimana mendapatkan keuntungan dan transaksi yang dilakukan tidak menimbulkan
dosa. Selain itu, Lembaga Keuangan dari Perspektif Klasik menegaskan bagaimana lembaga
keuangan dioperasikan dengan benar dari perspektif Al-Qur'an, tetapi masih termasuk studi
empiris. Terapkan perspektif lembaga keuangan syariah modern seperti yang dijelaskan dalam Al-
Qur'an, tetapi hindari riba dan segala sesuatu yang dekat dengan dosa.
Daftar Pustaka

Muamalat Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 2.2 (2017), 35–51.

Dewi Maharani and Taufiq Hidayat, ‘Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Perspektif Al-Qur’an’,

Malia: Journal of Islamic Banking and Finance, 4.1 (2020), 50 <https://doi.org/10.21043/malia.v4i1.8448>.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah

Ahmad dwi haryoso, “Studi Pemikiran Syafi’i Antonio tentang Murabahah Perspektif Hukum Islam”
(Semarang: IAIN Walisongo, 2005), hal. 46-47

Rahman, Abdul dkk, 2015, Pendidikan Agama Islam, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai