Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG     

             Manajemen merupakan hal yang penting yang dapat mempengaruhi


hampir seluruh aspek kehidupanManajemen juga berfungsi mengurangi
hambatan-hambatan dalam mencapai suatu tujuan. Manajemen keuangan syari’ah
mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun ini,
karena hal ini bisa menunjukan bahwasannya masyarakat membutuhkan sistem
ekonomi termasuk sistem keuangannya yang lebih terpercaya dan berdasarkan
prinsip-prinsip syari’ah.

             Manajemen keuangan syari’ah sangat berpengaruh bagi masyarakat


karena dengan produk-produk syari’ah masyarakat merasa lebih aman dan
nyaman karena manajemen keuangan syari’ah lebih menyentuh pada sektor riil.
Dari ulasan diatas, sebagai penulis kami mencoba memaparkan bagaimana
definisi, ruang lingkup dan landasan hukum dari manajemen keuangan syari’ah
itu sendiri sehingga diharapkan baik penulis, rekan mahasiswa, maupun
masyarakat bisa lebih memahami mengenai manajemen keuangan syari’ah.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sistem Ekonomi Islam?


2. Apa Definisi Manajemen Keuangan Syariah?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Manajemen Keuangan ?
4. Bagaimana Sejarah dan Latar Belakang Manajemen Keuangan?
5. Apa Fungsi Manajemen Keuangan Syariah?
6. Apa Kegiatan Manajemen Keuangan Syariah?

1
7. Bagaimana Konsep Manajemen Keuangan Islam?
8. Bagaimana Prinsip Syariah pada Aspek Keuangan?
9. Bagaimana Keuangan Dalam Islam?
10. Apa The Global Islamic Finance?

C.    TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui & memahami Sistem Ekonomi Islam


2. Mengetahui & memahami Definisi Manajemen Keuangan Syariah
3. Mengetahui & memahami Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
4. Mengetahui & memahami Sejarah dan Latar Belakang Manajemen
Keuangan
5. Mengetahui & memahami Fungsi Manajemen Keuangan Syariah
6. Mengetahui & memahami Kegiatan Manajemen Keuangan Syariah
7. Mengetahui & memahami Konsep Manajemen Keuangan Islam
8. Mengetahui & memahami Prinsip Syariah pada Aspek Keuangan
9. Mengetahui & memahami Keuangan Dalam Islam
10. Mengetahui & memahami The Global Islamic Finance

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM EKONOMI ISLAM

Sistem ekonomi islam merupakan sistem yang kompleks dan dinamis


sifatnya. Berbagai faktor yang membentuk ekonomi yang islami dan dinamika
organisasi didalamnya organisasi didalamnya yang selalu berubah dari waktu ke
waktu. Sehingga tidak berlebihan, bila Nomani dan Rahnema (1994) merumuskan
sebuah disain dinamika modern mengenai sebuah masyarakat Islam yang
berdasarkan atas kepeduliaan, simpati, keadaan sosial, kebebasan, demokrasi dan
persamaan. Disain tersebut membutuhkan kombinasi teori dasar yang
menggabungkan antara keimanan, sosial politik kontemporer dan konsep
ekonomi.
Kalau dilihat dari sejarah, pada masa keemasan islam dahulu yaitu
pada periode antara Rasulullah S.A.W saat mendirikan komunitas islam di
Madinah dan kematian Imam Ali, khalifah ke empat, merupakan era ideal bagi
umat islam dimana nilai-nilai islam mampu diimplementasikan dan tercermin
pada setiap aspek perilaku umat dan interaksi antar umat periode tersebut.
Pada periode ini, praktek keagamaan setiap umat merupakan bagian
yang terintegrasi dengan baik dalam sebuah sistem islam yang berhubungan
dengan sistem sosial, politik dan ekonomi yang bercirikan nilai-nilai islam. Nilai-
nilai islam membentuk dan mengkoordinasikan setiap aspek dari kehidupan
seorang manusia baik sisi individu maupun masyarakat, material maupun
spiritual, poitik, ekonomi dan kebudayaan. Kehidupan islam yang ideal sangat
komprehensif tersirat dalam setiap aspek hidup yang tak terpisahkan satu sama
lain. Tapi sayangnya pemecahan dan pemisahan antara kehidupan dunia dan
agama dalam kehidupan individu terutama muslim mulai terjadi secara holistic
tidak lama setelah kematian khalifah ke empat. Saat itu terjadi fenomena yang
membatasi permasalahan agama hanya ke dalam ranah kehidupan pribadi dan

3
memisahkan agama dengan permasalahan sosial politik,ekonomi dan budaya.
Penghancuran masyarakat islam yang ideal di masa keemasan islam telah dimulai
pada tahun 661.
Pelajaran yang bisa diambil dari sejarah diatas adalah bagaimana
dengan cara pemisah atau pemecahan sistem, begitu juga dengan islam secara
holistik dapat menciptakan kekacauan dalam suatu sistem , begitu juga islam
sebagai sebuah sistem. Pendikotomian kehidupan dunia dan agama salah satunya
yang membuat konsep islam tidak dapat komprehensive berperan penting dalam
relung-relung kehidupan muslim. Sayyed Qutb menyatakan bahwa islam dibuat
menjadi hal yang tidak relevan, statis dan tidak sesuai atau relevan dalam
menyelesaikan masalah dunia yang modern. Berdasarkan sudut pandang sejarah,
sangat dibutuhkan riset yang mampu menterjemahkan secara syariah yang sesuai
dengan permasalahan-permasalahan universal dan modern.
Sayyed Quth dalam tulisan Ass ad-din Assad-abadi (al-Afghani) menegaskan
bahwa:
“Agama islam adalah agama yang paling dekat dengan ilmu
pengetahuan dan tidak ada pemisah sama sekali antara ilmu, pengetahuan dan
keimanan.”
Sebagai sebuah subjek yang multidisiplin, ekonomi islam telah
dikembangkan secara bertahap oleh peneliti, akademisi, pengamat ekonomi, ahli
hukum, sejarawan dan ahli ilmu sosial, politik dan fisuf-fisuf moral.Berbagai
ilmuwan dari berbagai latar belakang keilmuan terlibat dalam mengembangkan
ekonomi islam ini. Chapra menyatakan bahwa para akademisi menggunakan
berbagai disiplin ilmudan tidak hanya berfokus pada ekonomi semata tapi dalam
merumuskan ekonomi islam ini akademisi mempertimbangkan interaksi yang
cukup panjang dan lintas waktu antara moral, intelektual, sosial, demografi dan
politik yang mana membangun manusia seutuhnya sebagai produk. Tak satupun
diantara mereka yang mampu membuat kontribusi yang berarti tanpa dukungan
dari disiplin ilmu lainnya.
Ada hal yang cukup mengherankan dan menimbulkan berbagai
banyak pertanyaan mengenai mengapa hampir semua cabang ilmu pengetahuan

4
modern mengakui kontribusi dari berbagai ilmuwan muslim dan peradaban islam
yang sering disebut dengan abad pertengahan terhadap berbagai macam ilmu
kecuali ilmu ekonomi dan keuangan. Iu ekonomi dan keuangan sepetinya tidak
mengenal kontribusi peradaban islam di bidang ini. Sehingga tidak mengherankan
bila Schumpeter, seorang penulis sejarah pemikiran ekonomi benar-benar
mengabaikan sejarah panjang kesuksesan ekonomi di era peradaban keemasan
islam. Peradaban keemasan islam adalah suatu masa dimana tidak ada kemiskinan
dan semua kebutuhan dasar setiap orang terpenuhi dengan baik. Pada saat itu juga
tidak satupun orang dianggap cukup miskinuntuk menerima sedekah.
Pada saat keemasan tersebut, tidak ada bukti adanya krisis ekonomi
dan keuangan di kurun waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, ahli ekonomi
yang memiiki pandangan kedepan banyak yang terinspirasi oleh pengalaman pada
saat zaman keemasan islam tersebut. Apalagi ratusan tahun hidup diera kapitalis
memperlihatkan ke kita bahwa dunia tidak juga menjadi tempat yang lebih baik
tapi maah lebih buruk. Oleh karena itu, banyak ahli ekonomi yang mempelajari
cara berekonomi di zaman keemasan dan menyelidiki sistem kelembagaan pada
saat itu.

B. DEFINISI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno dari kata management,


yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen juga diartikan
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien.
Manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara
menciptakan dan menjaga nilai ekonomi atau kesejahteraan. Konsekuensinya,
semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan.
Dalam memperkenalkan teknik pengambilan keputusan, kita akan lebih
menekankan logika yang mendasari teknik-teknik itu.

5
Sedangkan manajemen keuangan  adalah aktivitas perusahaan termasuk
kegiatanplanning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan
mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Dalam teori
manajemen syari’ah, manajemen memiliki dua pengertian (1)sebagai ilmu,
(2)rangkaian aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan terhadap sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis.
Dengan demikian dapat disimpulkan manajemen keuangan syari’ah adalah
aktivitas perusahaan termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian
terhadap kegiatan keuangan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan  memperhatikan  kesesuaiannya pada
prinsip-prinsip syari’ah.

C. RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

      Manajemen keuangan syari’ah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh


hasil optimal yang bemuara pada keridhaan Allah SWT. Oleh sebab itu, maka
segala langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen tersebut harus
berdasarkan aturan-aturan Allah SWT. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-Quran
dan Al-Hadist. Ruang lingkup manajemen keuangan syari’ah sesungguhnya
sangatlah luas, antara lain mencakup tentang:
1. Lembaga Keuangan Bank
Keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang
lengkap, lembaga keuangan bank secara opersioanal dibina atau diawasi oleh bank
indonesia sebagai bank central diindonesia. Sedangkan pembinaan dan
pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh dewan
syariah nasional MUI. Lembaga keuangan bank terdiri dari :
a.       Bank Umum Syariah
Bank umum merupakan bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.

6
b.      Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayayaan syariah berfungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank
umum, tetapi ditingkat regional dengan berlandasan kepada prinsip-prinsip
syariah. Pada sistem konvensional dikenal dengan bank perkreditan rakyat. Bank
pembiayayaan rakyat syariah merupakan bank yang khusus melayani masyarakat
kecil dikecamatan dan pedesaan.

2. Lembaga Keuangan Non-bank


Lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga keuangan ang lebih
banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Pembinaan dan pengawasan dari
sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh dewan syariah nasional
MUI. Lembaga keuangan syariah non-bank antara lain sebagai berikut:
a.       Pasar Modal
Pasar modal mrupakan tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara
pencari dana (emiten) dengan para penanam modal (investor). Daam pasar modal
yang diperjual belikan adalah efek-efk seperti saham dan obligasi dimana jika
diukur dari waktunya modal yang diperjualbelikan adalah modal jangka panjang.
Pasar modal mencakup underwriter, broken, dealer, guarantor, trustee, custdian,
jasa penunjang. Pasar modal indonesia juga diramaikan dengan pasar modal
syariah yang diresmikan pada tanggal 14 Maret 2003 dengan berbagai aturan
pelaksanaan yang secara operasional diawasi oleh Bapepam-LK, sedangkan
pemenuhan prinsip syariahnya diatur oleh DSN-MUI.
b.      Pasar Uang
Pasar uang samahalnya dengan pasar modal, yaitu pasar tempat
memperoleh dasana dan investasi dana. Hanya bedanya modal yang ditawarkan di
pasar uang adalah berjangka waktu pendek dan di pasar modal berjangka waktu
panjang. Dalam pasar uang transaksi lebih banyak dilakukan dengan media
elektronika, sehingga nasabah tidak perlu datang secara langsung. Pasar uang
melayani banyak pihak, baik pemerintah, bank, perusahaan asuransi, dan lembaga
keuangan lainnya. Pasar uang syariah juga telah hadir melalui kebijakan Operasi
Moneter Syariah dengan instrumen antara lain Sertifikat Bank Indonesia Syariah

7
(SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dengan instrumen antara lain
Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang operasionalnya diatur
oleh BI sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya diatur oleh DSN MUI.
c.       Perusahaan Asuransi
Asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah pihak/orang melalui investasi
dalam bentuk aset/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah
akad, yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (prjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap),
barang haram dan maksiat. Prusahaan asuransi syariah, reasuransi syariah dan
broken asuransi dan reasuransi syariah juga telah ikut memarakkan usaha
pransuran di Indonsia.
d.      Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiataanya mengelola dana
pensiun dari perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Penghimpunan
dana pensiun melalui iuran yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana
yang terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan menginvestasikannya
ke berbagai sektor yang menguntungkan. Prusahaan yang mengelola dana pensiun
dapat dilakukan leh bank atau perusahaan lainnya. Dana pensiun syariah di
Indonesia, baru hadir dalam bentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang
diselenggarakan oleh beberapa DPLK bank dan asuransi syariah.
e.       Perusahaan Modal Venture
Perusahaan modal venture merupakan pembiayaan olh perusahan-
perusahaan yang usahanya mengandung risiko tinggi. Perusahaan jenis ini relatif
masih baru di Indonesia. Usahanya lbih banyak memberkan pembiayaan tanpa
jaminanyang umumnya tidak dilayani oleh lembaga keuangan lainnya. Perusahaan
modal venture syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
f.        Lembaga Pembiayaan

8
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan yang mencakup sebagai
berikut:
1)       Lembaga Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan pembiayaan daam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
embayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
2)             Perusahan Anjak Piutang (Factoring)
Anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka
pendek suatu perusahan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan
prinsip syariah Anjak Piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil
ujrah. Wakalah bil ujrah adalah  pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil)
kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan
pemberian keuntungan (ujrah).
3)      Perusahaan Kartu Plastik
Salah satu kegiatan sistem pembayaran yang saat ini telah berkembang pesat
adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) atau disebut pula
dengan kartu plastik. Belakangan ini, alat pembayaran yang menggunakan kartu
baik menggunakan kartu kredit, ATM, kartu debit, kartu prabayar sebagai produk
bank atau lembaga keuangan nonbank disebut juga dengan kartu plastik.
4)      Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk
mengadakan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
5)      Perusahaan Pegadaian
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang
menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.  Jaminan nasabah
tersebut digadaikan, kemudian ditaksir olah pihak oleh pihak pegadaian untuk

9
menilai besarnya nilai jaminan. Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih
dilakukan pemerintah sedangkan pegadaian syariah  dalam menjalankan
operasionalnya  berpegang pada prinsip syariah. Pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dilakukan dalam bentuk rahn. Pegadaian syariah
hadir di Indonesia  dalam bentuk kerja sama bank syariah dengan perum
pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa kota di Indonesia.
Disamping itu, ada pula bank syariah yang menjalankan kegiatan pegadaian
syariah sendiri.
6)      Lembaga Keuangan Syariah Mikro
a)      Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ)
Melalui BAZ dan LAZ ini diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa
terkonsentrasi  pada sebuahlembaga resmi dan dapat disalurkan secara lebih
optimal.
b)      Lembaga Pengelola Wakaf
Peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya bertujuan
menyediakan  berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahtaraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
c)      BMT
BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul mal
wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang berperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah Baitul mal wat Tamwil (BMT) yaitu balai usaha terpadu
yang isinya berintikan bayt almal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

10
D. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG MANAJEMEN KEUANGAN
SYARIAH

Berikut adalah cerita di balik munculnya manajemen keuangan Syariah


yang kita- sebagai umat islam – perlu ketahui bersama. Jadi, sebenarnya, pada
zaman Rasulullah SAW, manajemen keuangan sudah ada dan beliaulah yang
pertama kali memperkenalkan konsep baru ini ke umatnya dan juga ke kepala
negara dari berbagai negara. Semua penghimpunan kekayaan negara harus
dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan
negara.
Sumber APBN terdiri dari kharaj, zakat, khumus, jizyah, dan lainnya seperti
kaffarah dan harta waris. Konon, tempat pengumpulan dana itu disebut bait al mal
yang di masa Nabi SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan negara yang
sangat sedikit di simpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk
selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada masyarakat luas. Dana tersebut
dialokasikan untuk penyebaran ajaran islam, pendidikan dan juga kebudayaan.
Namun penerimaan negara secara keseluruhan tidak tercatat secara sempurna
karena beberapa alasan seperti minimnya jumlah orang yang membaca, menulis
dan mengenal aritmatika sederhana. Jadi bahwasanya pada zaman nabi pun sudah
ada cara manajemen keuangan Syariah.

E. FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN

1.     Menetapkan pengalokasian dana (invesment decision)


Ialah keputusan yang di ambil oleh manajer keuangan dalam
pengalokasian dana atau menginvestasikan dana tersebut untuk membeli aktiva
yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. Aktiva yang harus di
beli oleh perusahaan ialah aktiva riil dapat berupa aktiva nyata (tangible aset) atau
berupa aktiva tidak nyata (intangible). Keputusan investasi itupun di bagi menjadi
dua yaitu jangka panjang yang melibatkan pembeliaan aktiva tetap, serta jangka

11
pendek yang melibatkan pembelian aktiva lancar guna untuk mendukung operasi
perusahaan.
2.    Memutuskan alternatif pembiayaan (financial decision)
Yaitu keputusan keuangan tentang dari mana ana untuk membeli aktiva
tersebut berasal. Ada dua macam dana atau modal : Modal asing, contohnya
obligasi , hutang bank, modal sendiri seperti laba di tahan, dan saham. Keputusan
dana berjangka panjang akan membawa dampak pada stuktur modal (capital
structure) perusahaan. Setruktur modal ialah perbandingan antara modal sendiri
dengan hutang (biasanya hutang jangka panjang) perusahaan. Sedangkan contoh
dari keputusan pendanaan jangka pendek dapat meliputi hutang jangka pendek
seperti hutang wesel dan hutang dagang.[2]
3.    Kebijakan dalam pembagian dividen (dividend decision)
Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan
kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen
keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan disimpan
diperusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan.

F. KEGIATAN MANAJEMEN SYARIAH

Dalam manajemen keuangan terdiri dari tiga aktifitas, yaitu perolehan,


pengolahan, dan penggunaan dana. Adapun dalam manajemen keuangan syariah,
ketiga aktifitas itu harus berlandaskan syariah. Berikut diantaranya:
1. Aktivitas perolehan dana
Setiap upaya-upaya dalam memperoleh harta semestinya memperhatikan
cara-cara yang sesuai dengan syariah islam seperti mudharabah, musyarokah,
murobahah, salam, istiahna’, ijarah, sharf, wadi’ah, qardhul hasan, wakalah,
kafalah, hiwalah, dan rahn.
Dilarang memperoleh harta dengan cara yang haram, seperti riba’, maisir, tadlis,
gharar, ihtikar, karahah, monopoli, suap, dan jenis-jenis jual beli yang dilarang.
Dilarang bertransaksi dengan objek yang haram, seperti minuman keras, obat-
obat terlarang, dan lain sebagainya. (QS. Al Nisa’: 28)

12
2. Aktivitas pengelolaan dana, dalam hal ini dalam menginvestasikan uang
juga harus memperhatikan prinsip “uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan”, dapat dilakukan secara langsung atau melalui
lembaga intermediasi seperti Bank Syariah dan Reksadana Syariah. (QS. Al
Baqarah: 275)
3. Aktivitas penggunaan dana, harta yang diperoleh seharusnya digunakan
untuk memperbanyak amal seperti halnya infaq, waqaf, shadaqah serta zakat. (QS.
Al Dzariyaat: 19) & (QS. Al Baqarah: 254).

G. KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Secara umum, pemikiran dan keilmuan dalam ilmu manajemen yang telah
dijalankan berates-ratus tahun lalu oleh para ilmuwan didunia ini merupakan hasil
pemikiran panjang dan komprehensif yang patut diapresiasai. Telah banyak hasil
pemikiran para ahli dan pelaku manajemen yang telah membuktikan banyak hasil
selama ini dan menjadi dasar berkembangnya keilmuan manajemen sampai saat
ini. Pertanyaan muncul disini apakah perlu ada cabang keilmuan manajemen
yang islami? Kalau kita mengenal ilmu manajemen islami sebagai suatu rumpun
ilmu apakah manajemen syariah sebgai rumpun ilmu yang berbeda dengan ilmu
manajemen konvensional? Meskipun ilmu itu bersifat universal dan rahmatan
lil’alamin kalau tidak melanggar aturan-aturan agama dalam hal ini agama islam.
Tidak mungkin apakah ada embel-embel nama islam atau tidak selama
substansinya islami akan diterima secara universal dan dapat dijadikan ilmu yang
perlu dipelajari dan dikembangkan.
Begitu juga ilmu manajemen keuangan yang harus dilihat substansinya
apakah menjadi rahmatan lil’alamin atau tidak. Kriteria kebermanfaatan bagi
seluruh alam merupakan dasar apakah ilmu tersebut perlu dipelajari dan
dikembangkan dan itupun berlaku bagi pengelolaan / manajemen keuangan. Tidak
salah apabila Rasululloh SAW bersabda bahwa terdapat 3 hal yang akan terus
mengalir mengikuti seorang umat meskipun merekan telah meninggal yaitu doa
anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah yang mengalir terus

13
menerus (beberapa ulama bersepakat bahwa wakaf adalah bentuk amal jariyah
yang selalu mengalir selama aset wakaf tersebut selalu memberi manfaat bagi
umat ). Ilmu yang bermanfaat merupakan indikator bagi muslim untuk selalu
mempelajari dan mengamalkannya tanpa atau dengan menggunakan symbol atau
nama-nama Islam dibelakangnya.
Atas dasar pemikiran tersebut ilmu manajemen yang biasa kita terima pun
selama substansinya sesuai dan tidak melanggar ajaran Al Qur’an dan Al Hadist
dapat dipelajari dan diambil sebesar-besarnya manfaat. Kalau kita mengenal
manajemen keuangan sebagai suatu rumpun ilmu apakah manajemen keuangan
islam dapat menjadi suatu rumpun ilmu baru yang berbeda dengan konvensional?
Ada beberapa hal dalam pengelolaan keuangan yang selama ini kita pelajari yang
berbeda dengan manajemen keuangan islam.
Penerimaan dan pembayaran bunga/interest/riba merupakan pembeda
dalam sistem keuangan islam dengan sistem keuangan konvensional yang
memiliki banyak sekali konsekuensi-konsekuensinya dalam transaksi keuangan
dan juga struktur produk-produk pebankan syariah, pasar modal syariah dan juga
instrumen keuangan syariah lainnya. Terdapat beberapa prinsip-prinsip islam yang
tertulis dalam Al Qur’an dan hadist yang akan mempengaruhi konsep pembagian
risiko (risk sharing), hak-hak individu, tugas-tugas individu, property rights, dan
berbagai instrument dalam kontrak-kontrak keuangan yang ada. Selain itu semua
sistem keuangan Islam tidak hanya terbatas pada produk perbankan syariah tapi
juga meliputi struktur modal, pasar modal, dan seluruh tipe lembaga keuangan.
Dalam filosofi dari suatu sistem keuangan islam jauh lebih luas daripada
sekedar pelarangan riba/interest tetapi juga merupakan interaksi berbagai macam
faktor produksi dan perilaku ekonomi. Sistem keuangan islam juga
menitikberatkan kepada etika bisnis, moral, perilaku sosial, dan dimensi
keagamaan untuk memperkuat persamaan dan keadilan untuk masyarakat yang
lebih baik secara keseluruhan.
Dapat disimpulkan bahwa suatu sistem keuangan islam melarang riba,
menentukan tingkat hasil (rate of return) di depan atau di awal transaksi dan
mengurangi instrumen keuangan berbasis hutang. Sebaliknya sistem keuangan

14
Islam ini mengusung keberanian untuk memulai konsep berbagi risiko (risk
sharing), menggalakkan kewirausahaan (entrepreneurship), menekan perilaku-
perilaku spekulasi/perjudian, dan mematuhi akad/kontrak yang telah di buat.

H. PRINSIP SYARIAH PADA ASPEK KEUANGAN

1.Setiap perbuatan akan dimintakan pertanggungjawabannya.


“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang
berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman
sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga)”. (QS. As Sabaa’ 34; 31)

2.Setiap harta yang diperoleh terdapat hak orang lain.


“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS. Adz-Dzariyaat 51; 19).
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak
ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zalim”. (QS.Al Baqarah 2; 254)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS.Al Baqarah 2; 261)

3.Uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan.


“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

15
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS.Al
Baqarah 2; 275)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)”.(Qs. Ar Ruum 30; 39)
Berdasarkan prinsip tersebut diatas maka dalam perencanaan,
pengorganisasian, penerapan dan pengawasan yang berhubungan dengan
keuangan secara syariah adalah :
 Setiap upaya-upaya dalam memperoleh harta semestinya memperhatikan
cara-cara yang sesuai dengan syariah seperti perniagaan/jual beli,
pertanian, industri, jasa-jasa.
 Obyek yang diusahakan bukan sesuatu yang diharamkan
 Harta yang diperoleh digunakan untuk hal-hal yang tidak dilarang/mubah
seperti membeli barang konsumtif, rekreasi dan sebagainya. Digunakan
untuk hal-hal yang dianjurkan/sunnah seperti infaq, waqaf, shadaqah.
 Digunakan untuk hal-hal yang diwajibkan seperti zakat.
 Dalam hal ingin menginvestasikan uang juga harus memperhatikan prinsip
“uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan”,
dapat dilakukan secara langsung atau melalui lembaga intermediasi seperti
bank syariah.

16
I. KEUANGAN DALAM ISLAM

Keuangan Islam merupakan salah satu sektor ekonomi Islam yang


berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Perkembangan yang pesat ini tidak
saja didorong oleh semangat relijius dalam mengimplementasikan ajaran Islam,
tetapi juga dilatarbelakangi oleh kepentingan praktis pragmatis dalam membangun
perekonomian umat. 
  Keuangan Islam berdiri di atas  fondasi syariah Islam, karenanya ia harus
senantiasa sejalan dengan syariah (shariah compliance) baik dalam spirit maupun
aspek teknisnya.  Dalam ajaran Islam, transaksi keuangan harus terbebas dari
transaksi yang haram, berprinsip kemaslahatan (tayyib), Misalnya bebas dari riba,
gharar, riswah dan maysir.
 Secara umum dapat dikatakan bahwa keuangan Islam harus mengikuti
kaidah dan aturan dalam fiqh mu’amalah. Persyaratan-persyaratan ini akan
mengakibatkan adanya perbedaan perbedaan  yang relatif subtansial antara
keuangan Islam dan keuangan  konvensional.

J. GLOBAL ISLAMIC FINANCE REPORT (GIFR) 

Global Islamic Finance Report (GIFR)  adalah publikasi tahunan, yang


mencakup perkembangan terkini dalam industri jasa keuangan Islam
global. Diproduksi oleh Edbiz Consulting , firma penasihat Islam yang berbasis di
London, adalah publikasi global pertama dari jenisnya. Diedit oleh Profesor
Humayon Dar , ini adalah buku tahunan tertua di perbankan dan keuangan Islam
dan dianggap sebagai sumber informasi paling otentik di lapangan. GIFR juga
diakui untuk karya perintisnya pada Islamic Finance Country Index(IFCI), yang
menempati 50 negara di dunia dalam hal keterlibatan dan peran kepemimpinan
mereka dalam industri jasa keuangan Islam.

BAB III

17
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen keuangan  adalah aktivitas perusahaan termasuk kegiatan


planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan
mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Dalam teori
manajemen syari’ah, manajemen memiliki dua pengertian (1)sebagai ilmu,
(2)rangkaian aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan terhadap sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis.

Dengan demikian dapat disimpulkan manajemen keuangan syari’ah adalah


aktivitas perusahaan termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian
terhadap kegiatan keuangan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan  memperhatikan  kesesuaiannya pada
prinsip-prinsip syari’ah.

B. SARAN

Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan, sumber bacaan, serta


rujukan, sehingga berdampak  pada ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini.
Kalau ditinjau lebih dalam lagi, isi makalah ini tergolong sangat kurang. Justru
itu, untuk kesempurnanan penyusunan makalah selanjutnya, penulis sangat
berharap kritikan serta saran yang membangun agar dapat menutupi kekurangan
dan keterbatasan penyajian. 

DAFTAR PUSTAKA

18
http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/03/definisi-manajemen-
keuangan.html

http://mag.co.id/manajemen-keuangan-syariah/

http://yantiekosy.blogspot.com/2014/10/manajemen-keuangan-syariah.html

https://www.kompasiana.com/mahrusjunaidi/5500c38ba33311981450ffb6/manaje
men-keuangan-syariah

https://en.wikipedia.org/wiki/Global_Islamic_Finance_Report

19

Anda mungkin juga menyukai