PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana Konsep Manajemen Keuangan Islam?
8. Bagaimana Prinsip Syariah pada Aspek Keuangan?
9. Bagaimana Keuangan Dalam Islam?
10. Apa The Global Islamic Finance?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memisahkan agama dengan permasalahan sosial politik,ekonomi dan budaya.
Penghancuran masyarakat islam yang ideal di masa keemasan islam telah dimulai
pada tahun 661.
Pelajaran yang bisa diambil dari sejarah diatas adalah bagaimana
dengan cara pemisah atau pemecahan sistem, begitu juga dengan islam secara
holistik dapat menciptakan kekacauan dalam suatu sistem , begitu juga islam
sebagai sebuah sistem. Pendikotomian kehidupan dunia dan agama salah satunya
yang membuat konsep islam tidak dapat komprehensive berperan penting dalam
relung-relung kehidupan muslim. Sayyed Qutb menyatakan bahwa islam dibuat
menjadi hal yang tidak relevan, statis dan tidak sesuai atau relevan dalam
menyelesaikan masalah dunia yang modern. Berdasarkan sudut pandang sejarah,
sangat dibutuhkan riset yang mampu menterjemahkan secara syariah yang sesuai
dengan permasalahan-permasalahan universal dan modern.
Sayyed Quth dalam tulisan Ass ad-din Assad-abadi (al-Afghani) menegaskan
bahwa:
“Agama islam adalah agama yang paling dekat dengan ilmu
pengetahuan dan tidak ada pemisah sama sekali antara ilmu, pengetahuan dan
keimanan.”
Sebagai sebuah subjek yang multidisiplin, ekonomi islam telah
dikembangkan secara bertahap oleh peneliti, akademisi, pengamat ekonomi, ahli
hukum, sejarawan dan ahli ilmu sosial, politik dan fisuf-fisuf moral.Berbagai
ilmuwan dari berbagai latar belakang keilmuan terlibat dalam mengembangkan
ekonomi islam ini. Chapra menyatakan bahwa para akademisi menggunakan
berbagai disiplin ilmudan tidak hanya berfokus pada ekonomi semata tapi dalam
merumuskan ekonomi islam ini akademisi mempertimbangkan interaksi yang
cukup panjang dan lintas waktu antara moral, intelektual, sosial, demografi dan
politik yang mana membangun manusia seutuhnya sebagai produk. Tak satupun
diantara mereka yang mampu membuat kontribusi yang berarti tanpa dukungan
dari disiplin ilmu lainnya.
Ada hal yang cukup mengherankan dan menimbulkan berbagai
banyak pertanyaan mengenai mengapa hampir semua cabang ilmu pengetahuan
4
modern mengakui kontribusi dari berbagai ilmuwan muslim dan peradaban islam
yang sering disebut dengan abad pertengahan terhadap berbagai macam ilmu
kecuali ilmu ekonomi dan keuangan. Iu ekonomi dan keuangan sepetinya tidak
mengenal kontribusi peradaban islam di bidang ini. Sehingga tidak mengherankan
bila Schumpeter, seorang penulis sejarah pemikiran ekonomi benar-benar
mengabaikan sejarah panjang kesuksesan ekonomi di era peradaban keemasan
islam. Peradaban keemasan islam adalah suatu masa dimana tidak ada kemiskinan
dan semua kebutuhan dasar setiap orang terpenuhi dengan baik. Pada saat itu juga
tidak satupun orang dianggap cukup miskinuntuk menerima sedekah.
Pada saat keemasan tersebut, tidak ada bukti adanya krisis ekonomi
dan keuangan di kurun waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, ahli ekonomi
yang memiiki pandangan kedepan banyak yang terinspirasi oleh pengalaman pada
saat zaman keemasan islam tersebut. Apalagi ratusan tahun hidup diera kapitalis
memperlihatkan ke kita bahwa dunia tidak juga menjadi tempat yang lebih baik
tapi maah lebih buruk. Oleh karena itu, banyak ahli ekonomi yang mempelajari
cara berekonomi di zaman keemasan dan menyelidiki sistem kelembagaan pada
saat itu.
5
Sedangkan manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan termasuk
kegiatanplanning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan
mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Dalam teori
manajemen syari’ah, manajemen memiliki dua pengertian (1)sebagai ilmu,
(2)rangkaian aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan terhadap sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis.
Dengan demikian dapat disimpulkan manajemen keuangan syari’ah adalah
aktivitas perusahaan termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian
terhadap kegiatan keuangan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan dan sasaran
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan kesesuaiannya pada
prinsip-prinsip syari’ah.
6
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayayaan syariah berfungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank
umum, tetapi ditingkat regional dengan berlandasan kepada prinsip-prinsip
syariah. Pada sistem konvensional dikenal dengan bank perkreditan rakyat. Bank
pembiayayaan rakyat syariah merupakan bank yang khusus melayani masyarakat
kecil dikecamatan dan pedesaan.
7
(SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dengan instrumen antara lain
Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang operasionalnya diatur
oleh BI sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya diatur oleh DSN MUI.
c. Perusahaan Asuransi
Asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah pihak/orang melalui investasi
dalam bentuk aset/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah
akad, yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (prjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap),
barang haram dan maksiat. Prusahaan asuransi syariah, reasuransi syariah dan
broken asuransi dan reasuransi syariah juga telah ikut memarakkan usaha
pransuran di Indonsia.
d. Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiataanya mengelola dana
pensiun dari perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Penghimpunan
dana pensiun melalui iuran yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana
yang terkumpul oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan menginvestasikannya
ke berbagai sektor yang menguntungkan. Prusahaan yang mengelola dana pensiun
dapat dilakukan leh bank atau perusahaan lainnya. Dana pensiun syariah di
Indonesia, baru hadir dalam bentuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang
diselenggarakan oleh beberapa DPLK bank dan asuransi syariah.
e. Perusahaan Modal Venture
Perusahaan modal venture merupakan pembiayaan olh perusahan-
perusahaan yang usahanya mengandung risiko tinggi. Perusahaan jenis ini relatif
masih baru di Indonesia. Usahanya lbih banyak memberkan pembiayaan tanpa
jaminanyang umumnya tidak dilayani oleh lembaga keuangan lainnya. Perusahaan
modal venture syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
f. Lembaga Pembiayaan
8
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan yang mencakup sebagai
berikut:
1) Lembaga Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan pembiayaan daam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
embayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
2) Perusahan Anjak Piutang (Factoring)
Anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka
pendek suatu perusahan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan
prinsip syariah Anjak Piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil
ujrah. Wakalah bil ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil)
kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan
pemberian keuntungan (ujrah).
3) Perusahaan Kartu Plastik
Salah satu kegiatan sistem pembayaran yang saat ini telah berkembang pesat
adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) atau disebut pula
dengan kartu plastik. Belakangan ini, alat pembayaran yang menggunakan kartu
baik menggunakan kartu kredit, ATM, kartu debit, kartu prabayar sebagai produk
bank atau lembaga keuangan nonbank disebut juga dengan kartu plastik.
4) Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk
mengadakan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
5) Perusahaan Pegadaian
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang
menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah
tersebut digadaikan, kemudian ditaksir olah pihak oleh pihak pegadaian untuk
9
menilai besarnya nilai jaminan. Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih
dilakukan pemerintah sedangkan pegadaian syariah dalam menjalankan
operasionalnya berpegang pada prinsip syariah. Pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dilakukan dalam bentuk rahn. Pegadaian syariah
hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama bank syariah dengan perum
pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di beberapa kota di Indonesia.
Disamping itu, ada pula bank syariah yang menjalankan kegiatan pegadaian
syariah sendiri.
6) Lembaga Keuangan Syariah Mikro
a) Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ)
Melalui BAZ dan LAZ ini diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa
terkonsentrasi pada sebuahlembaga resmi dan dapat disalurkan secara lebih
optimal.
b) Lembaga Pengelola Wakaf
Peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahtaraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
c) BMT
BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul mal
wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang berperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah Baitul mal wat Tamwil (BMT) yaitu balai usaha terpadu
yang isinya berintikan bayt almal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
10
D. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG MANAJEMEN KEUANGAN
SYARIAH
11
pendek yang melibatkan pembelian aktiva lancar guna untuk mendukung operasi
perusahaan.
2. Memutuskan alternatif pembiayaan (financial decision)
Yaitu keputusan keuangan tentang dari mana ana untuk membeli aktiva
tersebut berasal. Ada dua macam dana atau modal : Modal asing, contohnya
obligasi , hutang bank, modal sendiri seperti laba di tahan, dan saham. Keputusan
dana berjangka panjang akan membawa dampak pada stuktur modal (capital
structure) perusahaan. Setruktur modal ialah perbandingan antara modal sendiri
dengan hutang (biasanya hutang jangka panjang) perusahaan. Sedangkan contoh
dari keputusan pendanaan jangka pendek dapat meliputi hutang jangka pendek
seperti hutang wesel dan hutang dagang.[2]
3. Kebijakan dalam pembagian dividen (dividend decision)
Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan
kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen
keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan disimpan
diperusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan.
12
2. Aktivitas pengelolaan dana, dalam hal ini dalam menginvestasikan uang
juga harus memperhatikan prinsip “uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan”, dapat dilakukan secara langsung atau melalui
lembaga intermediasi seperti Bank Syariah dan Reksadana Syariah. (QS. Al
Baqarah: 275)
3. Aktivitas penggunaan dana, harta yang diperoleh seharusnya digunakan
untuk memperbanyak amal seperti halnya infaq, waqaf, shadaqah serta zakat. (QS.
Al Dzariyaat: 19) & (QS. Al Baqarah: 254).
Secara umum, pemikiran dan keilmuan dalam ilmu manajemen yang telah
dijalankan berates-ratus tahun lalu oleh para ilmuwan didunia ini merupakan hasil
pemikiran panjang dan komprehensif yang patut diapresiasai. Telah banyak hasil
pemikiran para ahli dan pelaku manajemen yang telah membuktikan banyak hasil
selama ini dan menjadi dasar berkembangnya keilmuan manajemen sampai saat
ini. Pertanyaan muncul disini apakah perlu ada cabang keilmuan manajemen
yang islami? Kalau kita mengenal ilmu manajemen islami sebagai suatu rumpun
ilmu apakah manajemen syariah sebgai rumpun ilmu yang berbeda dengan ilmu
manajemen konvensional? Meskipun ilmu itu bersifat universal dan rahmatan
lil’alamin kalau tidak melanggar aturan-aturan agama dalam hal ini agama islam.
Tidak mungkin apakah ada embel-embel nama islam atau tidak selama
substansinya islami akan diterima secara universal dan dapat dijadikan ilmu yang
perlu dipelajari dan dikembangkan.
Begitu juga ilmu manajemen keuangan yang harus dilihat substansinya
apakah menjadi rahmatan lil’alamin atau tidak. Kriteria kebermanfaatan bagi
seluruh alam merupakan dasar apakah ilmu tersebut perlu dipelajari dan
dikembangkan dan itupun berlaku bagi pengelolaan / manajemen keuangan. Tidak
salah apabila Rasululloh SAW bersabda bahwa terdapat 3 hal yang akan terus
mengalir mengikuti seorang umat meskipun merekan telah meninggal yaitu doa
anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah yang mengalir terus
13
menerus (beberapa ulama bersepakat bahwa wakaf adalah bentuk amal jariyah
yang selalu mengalir selama aset wakaf tersebut selalu memberi manfaat bagi
umat ). Ilmu yang bermanfaat merupakan indikator bagi muslim untuk selalu
mempelajari dan mengamalkannya tanpa atau dengan menggunakan symbol atau
nama-nama Islam dibelakangnya.
Atas dasar pemikiran tersebut ilmu manajemen yang biasa kita terima pun
selama substansinya sesuai dan tidak melanggar ajaran Al Qur’an dan Al Hadist
dapat dipelajari dan diambil sebesar-besarnya manfaat. Kalau kita mengenal
manajemen keuangan sebagai suatu rumpun ilmu apakah manajemen keuangan
islam dapat menjadi suatu rumpun ilmu baru yang berbeda dengan konvensional?
Ada beberapa hal dalam pengelolaan keuangan yang selama ini kita pelajari yang
berbeda dengan manajemen keuangan islam.
Penerimaan dan pembayaran bunga/interest/riba merupakan pembeda
dalam sistem keuangan islam dengan sistem keuangan konvensional yang
memiliki banyak sekali konsekuensi-konsekuensinya dalam transaksi keuangan
dan juga struktur produk-produk pebankan syariah, pasar modal syariah dan juga
instrumen keuangan syariah lainnya. Terdapat beberapa prinsip-prinsip islam yang
tertulis dalam Al Qur’an dan hadist yang akan mempengaruhi konsep pembagian
risiko (risk sharing), hak-hak individu, tugas-tugas individu, property rights, dan
berbagai instrument dalam kontrak-kontrak keuangan yang ada. Selain itu semua
sistem keuangan Islam tidak hanya terbatas pada produk perbankan syariah tapi
juga meliputi struktur modal, pasar modal, dan seluruh tipe lembaga keuangan.
Dalam filosofi dari suatu sistem keuangan islam jauh lebih luas daripada
sekedar pelarangan riba/interest tetapi juga merupakan interaksi berbagai macam
faktor produksi dan perilaku ekonomi. Sistem keuangan islam juga
menitikberatkan kepada etika bisnis, moral, perilaku sosial, dan dimensi
keagamaan untuk memperkuat persamaan dan keadilan untuk masyarakat yang
lebih baik secara keseluruhan.
Dapat disimpulkan bahwa suatu sistem keuangan islam melarang riba,
menentukan tingkat hasil (rate of return) di depan atau di awal transaksi dan
mengurangi instrumen keuangan berbasis hutang. Sebaliknya sistem keuangan
14
Islam ini mengusung keberanian untuk memulai konsep berbagi risiko (risk
sharing), menggalakkan kewirausahaan (entrepreneurship), menekan perilaku-
perilaku spekulasi/perjudian, dan mematuhi akad/kontrak yang telah di buat.
15
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS.Al
Baqarah 2; 275)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)”.(Qs. Ar Ruum 30; 39)
Berdasarkan prinsip tersebut diatas maka dalam perencanaan,
pengorganisasian, penerapan dan pengawasan yang berhubungan dengan
keuangan secara syariah adalah :
Setiap upaya-upaya dalam memperoleh harta semestinya memperhatikan
cara-cara yang sesuai dengan syariah seperti perniagaan/jual beli,
pertanian, industri, jasa-jasa.
Obyek yang diusahakan bukan sesuatu yang diharamkan
Harta yang diperoleh digunakan untuk hal-hal yang tidak dilarang/mubah
seperti membeli barang konsumtif, rekreasi dan sebagainya. Digunakan
untuk hal-hal yang dianjurkan/sunnah seperti infaq, waqaf, shadaqah.
Digunakan untuk hal-hal yang diwajibkan seperti zakat.
Dalam hal ingin menginvestasikan uang juga harus memperhatikan prinsip
“uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan”,
dapat dilakukan secara langsung atau melalui lembaga intermediasi seperti
bank syariah.
16
I. KEUANGAN DALAM ISLAM
BAB III
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
18
http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/03/definisi-manajemen-
keuangan.html
http://mag.co.id/manajemen-keuangan-syariah/
http://yantiekosy.blogspot.com/2014/10/manajemen-keuangan-syariah.html
https://www.kompasiana.com/mahrusjunaidi/5500c38ba33311981450ffb6/manaje
men-keuangan-syariah
https://en.wikipedia.org/wiki/Global_Islamic_Finance_Report
19