tentang
Oleh:
Dosen Pembimbing:
Dra. Hulwati, M. Hum, Ph.D
Dr. Aidil Novia, MA
PROGRAM PASCASARJANA
1443H/2021 M
A. PENDAHULUAN
Sistem ekonomi dunia saat ini bersifat sekuler, di mana terjadi pemisahan
antara kehidupan agama dengan kehidupan duniawi termasuk di dalamnya
aktivitas ekonomi. Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak
mengenal pembedaan antara ilmu agama dengan ilmu duniawi. Hal ini terbukti
bahwa pada masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa, justru terjadi masa
keemasan dan kejayaan Islam. Di mana terjadi pembaharuan dan perkembangan
pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan
pengembangan keilmuan sampai saat ini, seperti ilmu aljabar. Ilmuwan muslim
klasik memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu agama dan ilmu
yang bersifat duniawi. Proses perpaduan ilmu pengetahuan tersebut menjadikan
umat Islam berjaya ketika negara-negara Barat mengalami masa kegelapan.
Ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya yang langka
dalam proses maksimalisasi produksi maupun maksimalisasi utilitas individu.
Ekonomi konvensional berbasis pada peningkatan efisiensi dalam perekonomian
dengan mendasarkan penetapan segala sesuatu berdasarkan mekanisme yang
terjadi di pasar, namun hal ini berakibat pada penumpukan modal dan kekayaan
pada sekelompok individu atau kelompok yang memiliki kekuatan akses dan
jaringan. Hal inilah yang kemudian menimbulkan beberapa permasalahan yang
mengakibatkan perlunya perbaikan menyeluruh terhadap sistem ekonomi yang
ada. Fakta memperlihatkan bahwa berbagai teori dalam ekonomi terutama
berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam masyarakat tidak mampu
mewujudkan ekonomi yang berkeadilan dan membawa kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat. Realitas di lapangan, perekonomian yang ada justru hanya
menguntungkan bagi si pemilik modal, hal inilah yang menjadikan ekonomi
konvensional mendapatkan kritik atas berbagai konsepnya yang hanya
menguntungkan bagi si pemilik modal semata. Para sarjana dan ilmuwan muslim
mulai sadar betapa pentingnya mengintegrasikan antara keilmuan dengan agama
dan akan mampu menjadi suatu sinergi yang mampu mengembalikan kejayaan
Islam seperti pada masa dark ages di Barat di abad 21 ini. Hal ini terlihat salah
satunya dari perkembangan ekonomi Islam pada masa sekarang. Islam
memandang aktivitas ekonomi secara positif, semakin banyak manusia terlibat
dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik pula selama tidak terjadi
penyimpangan tujuan dan prosesnya dengan ajaran Islam. Islam merupakan suatu
agama yang memberikan tuntunan pada seluruh aspek kehidupan, baik hubungan
manusia dengan Tuhan maupun hubungan antar sesama manusia makhluk Tuhan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai alasan mengapa
kita harus mempelajari Ekonomi Islam, masalah dasar ekonomi dan sumber daya
ekonomi, kebutuhan dan keinginan, kelangkaan dan pilihan, serta rancang bangun
Ekonomi Islam.
B. MENGAPA HARUS EKONOMI ISLAM
Ekonomi Islam sampai sekarang masih diperdebatkan, khususnya oleh
para ekonom sendiri. Pertanyaan yang sering muncul adalah apa itu ekonomi
Islam dan mengapa harus disebut ekonomi Islam? Jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menimbulkan perdebatan yang panjang apabila dalam
menjawabnya hanya cukup mendefinisikan apa itu ekonomi Islam, melainkan
harus dijawab pula dengan merunut perkembangan secara historis kelahiran ilmu
dan sistem ekonomi itu sendiri. Perkembangan lahirnya ilmu ekonomi sebagai
ilmu yang mempelajari perilaku dan etika dalam aktivitas ekonominya dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kronologis Lahirnya Sistem dan Ilmu Ekonomi1
Ilmu ekonomi pada awalnya adalah merupakan pemikiran para filsuf yang
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran etika dan moral bagi manusia dalam
aktivitas memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemikiran-pemikiran tersebut
didasarkan pada nilai-nilai etika dan moral yang bersumber dari kitab-kitab suci,
perenungan, pengalaman historis dan nilai religius lainnya yang diyakini
kebenaranya. Pemikiran para filsuf tersebut kemudian dijabarkan secara naratif
(kualitatif) atau pada awal perkembangannya pendekatan yang digunakan
hanyalah pendekatan kualitatif dengan mengandalkan kamampuan imajinasi dan
kualitatif normatif para filsuf.
1
Muhamad Nafik Hadi Ryandono, MENGAPA EKONOMI ISLAM?, Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan Volume 8, Nomor 2, Oktober 2007: 183-197
Perkembangan lebih lanjut berdasarkan pada pemikiran para filsuf yang
menggunakan pendekatan kualitatif tersebut mulai didukung dengan pendekatan
kuantitatif. Dua pendekatan ilmiah tersebut dikembangkan oleh para intelektual
(cendekiawan) yaitu tidak hanya melalui pemikiran saja, melainkan didukung
oleh penelitian dengan metodolgi ilmiah untuk membuktikan kebenaran secara
empirik. Hasil dari pemikiran yang dibuktikan dengan penelitian ilmiah tersebut
maka lahirlah konsep-konsep yang kemudian berkembang menjadi teori-teori
ilmu ekonomi.
Berdasarkan uraian di atas semakin menjelaskan bahwa ilmu ekonomi
adalah ilmu etika moral (moral science) tentang perilaku manusia dalam usahanya
untuk menenuhi keinginan dan kebutuhan hidup yang relatif tidak terbatas,
sedangkan sumberdaya untuk memenuhinya bersifat langka (scarcity). Etika
moral yang digunakan tersebut bersumberkan pada nilainilai (ideologi) dan
agama. Apabila nilai-nilai yang mendasari adalah nilai kapitalis maka lahirlah
sistem ekonomi kapitalis, dan apabila dasarnya nilai-nilai sosialis maka lahirlah
sistem ekonomi sosialis. Apabila nilai-nilai yang mendasarinya adalah nilai-nilai
Islam maka lahirlah ekonomi Islam, serta apabila nilai-nilai yang mendasarinya
adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila maka lahirlah ekonomi
Pancasila. Maka jelaslah apa yang membedakan antara sistem ekonomi yang satu
dengan sistem ekonomi lainnya adalah nilai-nilai yang mendasarinya.
Pada era selanjutnya dan yang akan datang akan terus berkembang ilmu
ekonomi yang lebih spesifik lagi misalnya ilmu ekonomi mikro (manajemen
akuntansi dan sebagainya) dan ilmu ekonomi makro (ekonomi pembangunan,
ekonomi regional, ekonomi internasional dan sebagainya). Apabila sistem
ekonomi Islam berkembang, maka akan berkembang pula baik dalam tataran teori
maupun praktek seperti ekonomi mikro Islam, ekonomi makro Islam, perbankan
Islam, ekonomi moneter Islam, manejemen dan akuntansi Islam dan sebagainya.
Pertanyaan apa itu ekonomi Islam dan mengapa disebut ekonomi Islam?
sekarang ini sudah terjawab maka tidak relevan lagi apabila mempertentangkan
lagi. Sistem ekonomi Islam terbentuk dan lahir karena keyakinan dan faham yang
dianut oleh para penganut Islam yang dipraktekan dalam sistem ekonomi. Begitu
juga sistem ekonomi lainnya terbentuk dan lahir karena keyakinan dan faham
yang dianut oleh para penganut sistem ekonomi tersebut. Ekonomi Islam ada
bukan hanya diperuntukan untuk penganut Islam saja melainkan untuk
kemaslahatan semua umat manusia, karena Islam diturunkan sebagai rahmatan lil
’alamin seperti disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain surat : Al-Anbiyaa’:107.
5
e-Modul Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki pendidikan
yang cukup tinggi serta ahli dalam keahlian tertentu seperti dokter,
dosen, konsultan, dan arsitek.
3. Modal
Modal merujuk pada modal fisik atau barang modal, yakni alat buatan
manusia membantu proses produksi. Mereka mencakup alat yang sederhana
seperti cangkul hingga yang lebih kompleks seperti mesin perakitan mobil.
Contoh lainnya adalah peralatan produksi, kendaraan logistik, dan komputer.
4. Keahlian Kewirausahaan
Kewirausahaan mewakili kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko
dalam menyatukan dan mengorganisasikan sumber daya lainnya untuk
menghasilkan barang dan jasa. Keahlian kewirausahaan meliputi
kemahirannya mengorganisasi berbagai sumber atau faktor produksi secara
efektif dan efisien sehingga usahanya berkembang dan berhasil.6
D. KEBUTUHAN DAN KEINGINAN
Pada dasarnya, kebutuhan dan keinginan itu sangat berbeda. Kebutuhan
merupakan suatu hal yang harus dipenuhi, apabila ditunda pemenuhannya dapat
mengganggu kehidupan manusia. Sedangkan keinginan adalah suatu hal yang
apabila tidak dipenuhi tidak akan mengancam keberlangsungan kehidupan
manusia. Adapun keinginan seseorang dalam mendapatkan barang ataupun jasa
bisa dikelompokkan sebagai berikut.
a. Keinginan seseorang yang diikuti dengan kemampuannya dalam melakukan
pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka inginkan.
b. Keinginan seseorang yang tidak diikuti dengan kemampuannya dalam
melakukan pembelian terhadap barang dan jasa yang sangat mereka inginkan.7
Jenis kebutuhan seseorang sangatlah banyak dan juga beragam. Demikian
pula berkat kecanggihan teknologi menyebabkan kebutuhan manusia tidak hanya
6
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),
hlm. 6-7.
7
Ibid, hlm. 5.
beragam, akan tetapi terus bertambah tanpa ada habisnya. Adapun penggolongan
kebutuhan dapat digolongkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut.
a. Kebutuhan menurut intensitasnya
Pada jenis kebutuhan inilah kita bisa melihat mendesak atau tidaknya
kebutuhan tersebut. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga, antara lain
diuraikan berikut ini.
1) Kebutuhan Primer
Adalah kebutuhan yang pemenuhannya harus segera dipenuhi, jika
kebutuhan itu tidak bisa terpenuhi saat itu juga maka akan mengancam
kelangsungan hidup manusia. Contoh kebutuhan misalnya sandang,
pangan, papan dan juga lainnya.
2) Kebutuhan Sekunder
Adapun kebutuhan sekunder seringkali juga disebut sebagai sebuah
kebutuhan kultural. Di mana kebutuhan itu dapat muncul secara bersama-
sama dengan tingkat peradaban manusia yang semakin meningkat.
Kebutuhan sekunder ini pemenuhannya setelah kebutuhan primer sudah
terpenuhi. Adapun contoh kebutuhan sekunder, misalnya: siraman rohani,
rekreasi, pendidikan, olah raga, dan lain sebagainya.
3) Kebutuhan Tersier
Sebenarnya jenis kebutuhan ini hanya ditujukan bagi kesenangan hidup
manusia. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan tersier merupakan kebutuhan
akan barang mewah. Dengan demikian kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi
tentu tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup manusia. Jenis
kebutuhan tersier seperti kebutuhan akan barang mewah.
b. Kebutuhan menurut sifatnya
Dalam melihat kebutuhan ini kita dapat melihat dari sudut pandang
dampak atau pengaruhnya terhadap jasmani dan rohani manusia.
1) Kebutuhan jasmani, merupakan kebutuhan yang secara alamiah dapat
dirasakan oleh jasmani manusia. Beberapa contoh dari kebutuhan jasmani
antara lain: makan, minum, baju dan lainnya.
2) Kebutuhan rohani, merupakan kebutuhan yang sangat berhubungan erat
dengan kepuasan batin yang dirasakan manusia. Kebutuhan ini harus
terpenuhi dalam rangka memenuhi keinginan jiwa dan spiritualnya.
Setelah kebutuhan rohani ini terpenuhi, maka akan tercipta rasa bahagia
bagi orang yang bersangkutan. Beberapa contoh kebutuhan rohani antara
lain: beribadah, rekreasi ke tempat wisata, mengejar dan mewujudkan
mimpi yang dimiliki, berkumpul bersama keluarga atau orang tercinta dan
juga lainnya.
c. Kebutuhan menurut waktu pemenuhannya
Kebutuhan ini dapat dibedakan berdasarkan waktu sekarang dan waktu
yang akan datang. Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang tidak dapat
ditunda pemenuhannya, misalnya: makan pada waktu sangat lapar, minum
obat disaat sakit. Apabila kebutuhan sekarang tidak dipenuhi saat itu juga,
maka akan mengancam kehidupan manusia. Kebutuhan pada waktu yang akan
datang, yaitu kebutuhan yang pemenuhannya dapat ditunda pada waktu yang
akan datang. Berbeda dengan kebutuhan sekarang, kebutuhan pada waktu
yang akan datang justru tidak akan mengancam kelangsungan hidup manusia
apabila tidak dapat dipenuhi saat itu juga. Hal ini dapat dicontohkan dari:
tabungan pendidikan anak, tabungan pensiun, asuransi kesehatan keluarga dan
lainnya.
d. Kebutuhan menurut wujudnya
Adapun kebutuhan menurut wujudnya meliputi kebutuhan material
dan kebutuhan immaterial. Kebutuhan material merupakan kebutuhan yang
dapat dilihat dan diraba langsung, misalnya: HP, makanan, pakaian, rumah
dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan immaterial adalah kebutuhan yang
tidak dapat dilihat dan diraba langsung, akan tetapi dapat dirasakan
manfaatnya. Beberapa contoh dari kebutuhan immaterial ini meliputi:
kesehatan, kasih sayang, pendidikan dan sebagainya.
e. Kebutuhan menurut subyek yang membutuhkan
Subjek dalam hal ini orang atau pihak yang secara langsung
membutuhkan barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian kebutuhan ini bisa kita bedakan menjadi beberapa
kebutuhan di bawah ini.
1) Kebutuhan individu, yaitu suatu kebutuhan yang hanya dapat dirasakan
oleh setiap individu yang membutuhkan. Seperti yang kita ketahui bahwa
kebutuhan antara individu yang satu dengan lainnya berbeda. Dapat kita
lihat bahwa kebutuhan seorang petani petani dan dokter tentu akan
mengalami perbedaan yang sangat mencolok.
2) Kebutuhan masyarakat, dapat kita sebut sebagai kebutuhan bersama
(kelompok), di mana pada kebutuhan tersebut alat-alat pemuas kebutuhan
dipergunakan secara bersama-sama. Contohnya adalah semua sarana
publik yang ada di masyarakat, seperti jalan raya dan sarana umum yang
lain.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kebutuhan manusia dapat
berupa barang dan jasa. Adapun jenis barang bisa digolongkan sebagai berikut.
1) Barang Ekonomi
Merupakan suatu barang yang dalam memperolehnya membutuhkan kerja
keras atau pengorbanan, contohnya: barang hasil industri dan sebagainya. Kita
bisa membedakan barang ekonomi dengan barang konsumsi, contohnya:
aneka makanan dan minuman dan juga barang modal, contohnya: pabrik dan
mesin.
2) Barang Cuma-Cuma
Merupakan barang yang bisa dinikmati setiap orang tanpa perlu melaksanakan
aktivitas produksi. Manusia tinggal menikmatinya saja tanpa diperlukan
pengorbanan. Contoh barang yang diperoleh secara cuma-cuma ini antara
lain: sinar matahari, udara di sekitar kita, air hujan dan lain-lain.8
E. KELANGKAAN DAN PILIHAN
8
Syafaatul Hidayati, Teori Ekonomi Mikro, (Pamulang: Unpam Press, 2019), hlm. 4-7.
Kelangkaan atau scarcity berlaku sebagai akibat dari ketidakseimbangan
antara kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat atau yang disedikan oleh alam. Di satu pihak, dalam setiap
masyarakat selalu terdapat keinginan yang relatif tidak terbatas untuk menikmati
semua jenis barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sementara
di pihak lain, sumber-sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dapat
digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut, relatif terbatas. Oleh
karenanya masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barang
yang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka perlu membuat dan menentukan
pilihan.
Para ilmuwan konvensional memiliki pandangan bahwa manusia dan
masyarakat senantiasa memiliki keinginan yang akan dijadikannya sebagai
sebuah kebutuhan, baik itu berupa barang (goods) maupun jasa (services). Dalam
rangka memenuhi kebutuhan tersebut itulah, yang selanjutnya akan disebut
sebagai problem atau masalah yang selanjutnya akan dianggap sebagai masalah
yang paling mendasar dalam perekonomian, yaitu terbatasnya sarana pemenuhan
kebutuhan manusia yang disediakan oleh alam ini. Pandangan terhadap masalah
kelangkaan ini, selanjutnya dikuatkan dengan kenyataan bahwa kebutuhan
manusia dan masyarakat terhadap barang dan jasa ternyata bersifat tidak terbatas.
Artinya, ilmuwan ekonomi memandang bahwa kebutuhan manusia jika harus
diungkapkan secara jujur, ternyata tidak akan pernah ada habisnya.9
Kelangkaan dalam bidang ekonomi bisa disebabkan karena jumlah
kebutuhan manusia lebih besar daripada jumlah barang pemuas kebutuhan. Selain
karena faktor meningkatnya jumlah populasi manusia, faktor lain yang
menyebabkan adanya kelangkaan yaitu rusaknya alam yang menyediakan sumber
daya atau memang alam yang menyediakan sumber daya jumlahnya sangat
terbatas.
Menurut ilmu ekonomi, kelangkaan mengandung dua makna yaitu:
9
Asriadi, Masalah Kelangkaan Dalam Kerangka Ekonomi Islam, UIN Alauddin Makassar.
langka karena jumlahnya tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah
kebutuhan.
langka karena untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan.
Kelangkaan menyebabkan setiap manusia dituntut untuk bisa berfikir
cermat. Oleh karena semua kebutuhan dalam hidup tidak dapat dipenuhi semua,
maka mereka harus memilih berbagai alternatif agar dapat tetap memenuhi
kebutuhan hidup. Tujuannya tak lebih agar sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan secara effisien dan maksimal oleh manusia.
Adapun pilihan yang harus diambil antara lain pilihan dalam
mengkonsumsi dan pilihan dalam memproduksi.
a. Pilihan dalam mengkonsumsi
Sebuah pilihan hendaknya perlu didasari atas pertimbangan yang matang
baik dalam segi penggunaan sumber-sumber daya ekonomi maupun dalam
segi mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Manusia harus mampu
memanfaatkan potensi sumber daya ekonomi yang dimilikinya agar mampu
mendatangkan manfaat serta kepuasan yang maksimal. Bila dilakukan dengan
matang, maka hal ini dapat menentukan kwalitas dan jumlah barang yang
nantinya dapat dibeli.
b. Pilihan dalam memproduksi
Pilihan dalam memproduksi pada umumnya harus diambil oleh
perusahaan yang memproduksi alat pemuas kebutuhan dan pemerintah. Dalam
memproduksi, sebuah perusahaan harus mampu membuat pilihan yang tepat
terkait barang apa yang akan diproduksi, alat apa yang harus digunakan serta
sumber daya ekonomi apa yang dapat digunakan sebagai bahan baku. Pilihan
ini harus diambil oleh produsen agar memperoleh keuntungan secara
maksimal dan menekan biaya produksi sekecil mungkin.10
Manusia melakukan pilihan agar dapat tercapai tingkat kesejahteraan yang
paling tinggi. Perbuatan manusia untuk mencukupi kebutuhannya dengan alat
pemuas yang terbatas disebut perbuatan ekonomi. Pada intinya, masalah ekonomi
10
https://www.siswapedia.com/kelangkaan-dan-pilihan-sumber-daya-ekonomi/
adalah bagaimana menggunakan sumber-sumber ekonomi yang terbatas
jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan sebaik-baiknya. Untuk menyikapi
berbagai pilihan kebutuhan dapat digunakan tindakan yang rasional yaitu prinsip
ekonomi, artinya berusaha dengan alat yang tersedia/terbatas untuk memperoleh
hasil yang sebesar-besarnya.11
Dalam ekonomi Islam, sumber ekonomi ciptaan Allah yang terdiri dari
tanah, buruh, modal dan entrepreneurship itu tidak terbatas jumlahnya. Dengan
kata lain, konsep kelangkaan (scarcity) yang ada dalam ekonomi konvensional itu
ditolak oleh ekonomi Islam. Karena kalau kita mengatakan sumber daya ekonomi
itu langka dan terbatas, maka secara tidak langsung kita mengatakan bahwa Allah
Yang Maha Perkasa itu lemah dan tidak berdaya. Berikut ini adalah beberapa
firman Allah SWT yang menegaskan bahwa Allah telah menciptakan sumber
daya ekonomi yang tidak terbatas baik yang bersumber dari langit, darat, dan
bahkan dari lautan untuk digunakan secara optimal dalam membangun ekonomi
umat, dapat kita lihat dalam ayat berikut:
ۖ ُهَّللا اَّلِذي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َو َأْن َز َل ِمَن الَّس َم اِء َم اًء َف َأْخ َر َج ِبِه ِمَن الَّث َمَر اِت ِر ْز ًقا َلُك ْم
َو َس َّخ َر َلُك ُم اْلُفْلَك ِلَت ْج ِر َي ِفي اْل َب ْح ِر ِبَأْم ِر ِهۖ َو َس َّخ َر َلُك ُم اَأْلْن َه اَر
“Adalah Allah swt yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai“; (Q.S. Ibrahim: 32).12
َو َء اَت ٰى ُك م ِّمن ُك ِّل َم ا َس َأْل ُتُموُهۚ َو ِإن َت ُع ُّد و۟ا ِنْع َم َت ٱِهَّلل اَل ُتْح ُصوَه ٓاۗ ِإَّن ٱِإْلنَٰس َن َلَظ ُلوٌم
َك َّفاٌر
“…dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak mampulah kamu
menghitungnya…” (Q.S. Ibrahim: 34).
11
Ismawanto, Ekonomi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X, (Jakarta: : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm. 10.
12
https://www.ibec-febui.com/konsep-scarcity-dalam-ekonomi-islam/
Dalam riwayat lain, Allah SWT juga berfirman:
َو َم ا ِم ْن َداَّبٍة ِفي اَأْلْر ِض ِإاَّل َع َلى ِهَّللا ِر ْز ُقَها َو َيْع َلُم ُم ْس َتَقَّر َها َو ُم ْس َتْو َدَع َهاۚ ُك ٌّل ِفي ِكَتاٍب ُمِبيٍن
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
(Q.S. Hud: 6).
اَّلِذ ي َلُه ُم ْلُك الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َلْم َيَّتِخ ْذ َو َلًدا َو َلْم َيُك ْن َلُه َش ِر يٌك ِفي اْلُم ْلِك َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء َفَقَّد َرُه َتْقِد يًر ا
“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.” (Q.S Al-Furqan: 2).
Langit dan bumi adalah milik Allah SWT, Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatunya dan tidak memiliki tandingan. Alam semesta diciptakan
dengan ukuran-ukuran yang tepat dan seimbang, tidak kurang dan tidak
lebih. Alam semesta secara alami dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup di
dalamnya jika dijaga dan dipelihara dengan baik. Jika kita memperhatikan Firman
Allah SWT yang telah dijelaskan di atas, menjelaskan bahwa alam semesta
telah diciptakan dengan ukuran yang setepat-tepatnya. Dengan kata lain,
sumber daya atau kekayaan alam pada hakikatnya sudah cukup memenuhi
kebutuhan manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Namun yang menjadi
masalah disini adalah terkait kemampuan dan kesadaran manusia untuk
mengelola, mengeksplorasi, menjaga, dan memelihara sumber daya yang
tersedia dengan baik.13
Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal, yakni: Tauhid
(Keimanan), ‘Adl (Keadilan), Nubuwwah (Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), dan
Ma’ad (Hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-
proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.14
Lima nilai universal memiliki fungsi seperti pondasi, yaitu menentukan kuat
tidaknya suatu bangunan. Tauhid (Keimanan), memiliki arti bahwa semua yang kita
lakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat
kelak. ‘Adil (keadilan), memiliki arti bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil dan tidak menzalimi pihak lain demi memperoleh keuntungan
pribadi. Nubuwwah (kenabian), menjadikan sifat dan sikap nabi sebagai teladan dalam
melakukan segala aktivitas di dunia. Khilafah (pemerintahan), peran pemerintah adalah
memastikan tidak ada distorsi sehingga perekonomian dapat berjalan dengan
13
Rahmad Annam, Hakikat Ekonomi Islam Tentang Kelangkaan Sumber Daya Ekonomi Dan
Kebutuhan Manusia (Era Globalissasi Dan Industrialisasi), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Padangsidimpuan.
14
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014),
hlm. 34.
baik. Ma’ad (hasil), dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh di dunia juga menjadi laba di
akhirat.
Bagian kedua memiliki fungsi sebagai tiang yang merupakan turunan dari nilai-
nilai universal. Multitype Ownership (kepemilikan multijenis) merupakan turunan dari
nilai tauhid dan ‘adl. Islam mengakui kepemilikan pribadi, negara maupun kepemilikan
campuran, namun pemilik primer tetap Allah SWT. Freedom to act (kebebasan bertindak
atau berusaha) merupakan turunan dari nilai nubuwwah, ‘adl dan khilafah. Nilai ini
memiliki arti bahwa setiap manusia memiliki kebebasan untuk bermuammah. Dalam
bermuammalah, manusia diwajibkan untuk meneladani sifat rasul (siddiq, amanah,
fathanah, tabligh). Selain itu tetap harus menjunjung tinggi nilai keadilan dan taat
terhadap aturan yang berlaku dalam pemerintahan agar tidak terjadi distorsi dalam
perekonomian. Social Justice (keadilan sosial) merupakan turunan dari
nilai khilafah dan ma’ad. Nilai ini memiliki arti bahwa pemerintah bertanggung jawab
atas pemenuhan kebutuhan pokok dan terciptanya keseimbangan sosial sehingga tidak
terjadi ketimpangan antara kaya dan miskin.
Seperti fungsi atap dalam sebuah bangunan, nilai yang berfungsi untuk
melindungi bangunan dari ancaman dari luar adalah akhlak. Akhlak merupakan sikap
manusia dalam bertingkah laku yang diharapkan sesuai dengan teori dan sistem ekonomi
Islam.15
G. Penutup
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Berbagai sektor kehidupan
diatur dalam Islam, termasuk dalam kegiatan perekonomian. Sebagai suatu
cabang ilmu, Ekonomi Islam memiliki beberapa dasar yang berbeda dari ekonomi
konvensional seperti masalah kelangkaan dan sumber daya alam. Selain itu,
ekonomi Islam juga memiliki rancang bangun yang terdiri atas landasan, tiang
dan atap. Landasan terdiri atas Tauhid (keimanan), ‘adil (keadilan), nubuwwah
(kenabian), khilafah (pemerintah), dan ma’ad (hasil). Tiang dari rancang bangun
ekonomi Islam, yang terdiri atas multitype ownership (kepemilikan multi jenis),
15
Ibid, hlm. 35-45.
freedom to act (kebebasan berusaha), dan social justice (kesejahteraan sosial).
Seluruh landasan dan tiang ini dipayungi dengan atap akhlak.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman, 2014, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sukirno, Sadono, 2008, Mikroekonomi Teori Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Ismawanto, Ekonomi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X, (Jakarta: : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009)
https://www.kompasiana.com/nasrun03/58a44ed52123bdb33b565cd8/kenapa-harus-
ekonomi-islam
https://qazwa.id/blog/kenapa-harus-ada-ekonomi-islam/
https://www.ibec-febui.com/konsep-scarcity-dalam-ekonomi-islam/
https://www.siswapedia.com/kelangkaan-dan-pilihan-sumber-daya-ekonomi/