Soal:
1. Apakah sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang sama sekali baru? Jelaskan
argumentasi anda dengan mengemukakan fakta-fakta yang argumentatif, ilmiah, rasional, dan
valid! (catatan: jangan ngarang tanpa teori).
2. Dalam perspektif filsafat ilmu, ekonomi Islam memiliki bangunan ilmu yang jelas.
Jelaskan secara komprehensif tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi ekonomi Islam!
3. Apa pengertian ekonomi Islam menurut para pakar ekonomi Islam? Bagaimana
kesimpulan pengertian ekonomi Islam menurut pemahaman anda berdasarkan pengertian
ekonomi Islam yang telah dikemukakan oleh para pakar ekonomi Islam? Sebuah sistem
ekonomi selalu mempunyai dua sektor, sebutkan dan jelaskan!
4. Jelaskan sejarah perkembangan pemikiran dan praktek ekonomi Islam sejak zaman
Rasulullah hingga pada masa sekarang! Jelaskan sejarah perkembangan ekonomi Islam di era
modern!
5. Apa yang dimaksud dengan harta? Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kepemilikan!
Jelaskan bagaimana konsekuensi jenis kepemilikan tersebut dalam konteks transaksi bisnis?
6. Jelaskan paradigma dasar ekonomi Islam! Mantan Perdana Menteri Australia, Kevin
Rudd mengatakan bahwa global economic crisis ini merupakan hasil dari comprehensive
failure of extreme capitalism. Rudd mengungkapkan bahwa keserakahan dan ketakutan
(greed and fear) sebagai “twin evils” yang menjadi akar penyebab dari kehancuran sector
keuangan dunia. Dalam kondisi demikian, banyak pakar berpandangan bahwa ekonomi Islam
memiliki sesuatu yang lebih sebagai sebuah konsep ekonomi. Dimana letak kekuatan
Ekonomi Islam dalam menata perekonomian dunia?
7. Sebutkan dan jelaskan mazhab dalam ekonomi Islam! Sebutkan pokok pikiran dan tokoh
masing-masing!
Jawaban:
1. Teori ekonomi Islam sebenarnya bukan ilmu baru atau sesuatu yang diturunkan secara
mendasar dari teori ekonomi yang ada sekarang. Sejarah membuktikan para pemikir Islam
merupakan penemu atau peletak dasar semua bidang ilmu. Para ekonom muslim sendiri
mengakui, mereka banyak membaca dan dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Aristoteles (367-
322 SM) sebagi filsuf yang banyak menulis masalah ekonomi. Namun, mereka tetap
menjadikan Al Qur’an dan hadits sebagai rujukan utama dalam menulis teori-teori ekonomi
Islam.
Beberapa institusi ekonomi yang ditiru oleh Barat dari dunia Islam antara lain syirkah (serikat
dagang), suftaja (bills of exchange), hiwala (letters of credit), dar-ut Tiraz (pabrik yang
didirikan dan dijalankan negara) di Spanyol, Sicilia, Palermo, dan ma’una (sejenis private
bank) dikenal di Barat sebagai Maona. Bahkan, buku The Wealth of Nations karya Adam
Smith (1776 M) diduga banyak mendapat inspirasi dari buku al-Amwal-nya Abu Ubaid (838
M)—(Ir. H. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., 2001:14)
Karakteristik sistem ekonomi Islam adalah (i) mendialektikkan nilai-nilai spiritualisme dan
materialisme, (ii) kebebasan berekonomi dan tidak menafikan intervensi negara, (iii)
dualisme kepemilikan (Allah pemilik hakiki, dan harta kekayaan hanya titipan), (iv) menjaga
kemaslahatan individu dan kemaslahatan bersama, (v) menghindari transaksi ribawi, dan (vi)
menjadikan uang sebagai medium of exchange, bukan komoditi.
Pendekatan ontologis dijadikan sebagai acuan untuk menentukan hakikat dari ilmu ekonomi
Islam. Sedangkan pendekatan epistemologis dipergunakan untuk melihat prinsip-prinsip
dasar, ciri-ciri, dan cara kerja ilmu ekonomi Islam. Dan pendekatan aksiologis diperlukan
untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi Islam dalam menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari .
Secara ontologis, ilmu ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu secara bersamaan. Kedua
disiplin ilmu itu adalah ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh mu’amalat. Dengan demikian,
dalam operasionalnya ilmu ekonomi Islam akan selalu bersumber dari kedua disiplin ilmu
tersebut. Persoalan ontologis yang muncul kemudian adalah bagaimana memadukan antara
pemikiran sekular ilmu ekonomi dengan pemikiran sakral yang terdapat dalam fiqh
mu’amalat. Persoalan ini muncul mengingat bahwa sumber ilmu ekonomi Islam adalah
pemikiran manusia sedangkan sumber fiqh mu’amalat adalah wahyu yang didasarkan pada
petunjuk Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Perbedaan sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan
munculnya perbedaan penilaian terhadap problematika ekonomi manusia. Sebagai contoh,
ilmu ekonomi akan menghalalkan sistem ekonomi liberal, kapitalis, dan komunis sejauh itu
dapat memuaskan kebutuhan hidup manusia. Tetapi sebaliknya, fiqh mu’amalat belum tentu
dapat menerima ketiga sistem itu karena dia masih membutuhkan legislasi dari Al-Qur’an
dan Hadits.
Selanjutnya, dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh
melalui pengamatan (empirisme) terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudian digeneralisasi melalui premis-
premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada tahap ini, ilmu
ekonomi menggunakan penalaran yang bersifat kuantitatif . Perubahan dan keajegan yang
diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa kemudian dijadikan sebagai
teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah ekonomi. Sebagai sebuah contoh
dapat dilihat dari teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila
permintaan terhadap sebuah barang naik, maka harga barang tersebut secara otomatis akan
menjadi naik” . Teori tersebut diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti
secara konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, penemuan
teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam context of discovery .
4. M.N. Siddiqi,
ilmu ekonomi Islam adalah respon “para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan
ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al Qur’an dan As Sunnah
maupun akal dan pengalaman.”
5. M. Akram Khan,
“ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia (falah) yang dicapai
dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi.”
6. Louis Cantori,
“ilmu ekonomi Islam tidak lain merupakan upaya untuk merumuskan ilmu ekonomi yang
berorientasi manusia dan berorientasi masyarakat yang menolak ekses individualisme dalam
ilmu ekonomi klasik.
Dari beberapa pengertian diatas, maka yang dinamakan dengan ekonomi islam menurut
kami adalah suatu ilmu pengetahuan soaial yang mempelajari permasalahan ekonomi dengan
nilai-nilai islam yang mengutamakan kejujuran dan keadilan.
Sebuah ekonomi selalu mempunyai dua sektor. Menurut Tohirin [2003] misalnya:
Sektor Riil
Sektor ini menghasilkan komoditi-komoditi yang diperlukan oleh masyarakat melalui
mekanisme pasar. Sektor ini bertindak sebagai penyedia komoditi-komoditi tersebut dan
selanjutnya melalui pasar komoditi-komoditi itu akan di akses oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Sektor ini oleh karenanya merupakan sektor utama dalam
perekonomian, sementara sektor yang lain adalah sebagai pendukung sektor riil ini.
Sektor Keuangan
Dalam menjalankan aktivitasnya sektor riil dibantu oleh sektor keuangan yang berfungsi
sebagai pendukung pendanaan, financial support, sehingga diharapkan dukungan dari sektor
keuangan ini mampu Mempermudah dan memperlancar proses produksi dalam sektor riil.
Keterkaitan antara kedua sektor ini menjadi sangat penting untuk menciptakan perekonomian
yang sehat yang tercermin dari lancarnya kegiatan produksi di sektor riil. Pelaku-pelaku di
sektor ini cukup beragam, misalnya pasar uang, pasar modal, perbankan, dan lembaga
keuangan bukan bank seperti perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan, reksadana,
lembaga dana pensiun dan sebagainya [2003, 2-3].
4. Pemikiran dan praktek ekonomi Islam sejak zaman Rasulullah hingga pada masa sekarang
Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagaiseorang Rosul.
Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijkan yang menyangkutberbagai hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum(fiqih), politik (siyasah),
juga masalah perniagaan atau ekonomi(muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi
perhatian Rosululloh SAW, karena masalah ekonomimerupakan pilar penyangga keimanan
yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadikan
pedoman oleh para Khalifah sebagaipenggantinyadalam memutuskan masalah-masalah
ekonomi. Al-Qur’an dan Al-Hadistdigunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah
juga digunakan oleh parapengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara.
5. Definisi Harta
Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur”an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu
berkembang.Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas :
Pertama:memiliki unsur nilaiekonomis.
Kedua:unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.Nilai ekonomis dan manfaat
yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkanurf (kebiasaan/ adat)yang berlaku di
tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang
memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan,dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak
atau melenyapkannya.Dengan demikian tempat bergantungna statusal-mal terletak pada nilai
ekonomis(al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam
hartatergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi
patokandalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi
tujuan dari semua jenis harta.
a. Mazhab Baqir As-Sadr, dipelopori oleh : baqir as-sadr (buku : iqtishduna (ekonomi kita)),
mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak pernah sejalan dengan islam,
ekonomi tetap ekonomi, islam tetap islam.
Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang
tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia terbatas jumlahnya.
Baqir as-sadr menolak pernyataan itu, menurut mereka islam tidak mengenalkan adanya
sumber daya yang terbatas, (dalil Q.S : 54:49)
Mazhab baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang
tidak merata dan adil sebagai akibat dari sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.Istilah ekonomi islam menyesatkan dan
kontradiktif, sehingga diganti dengan iqtishad (equilibrium) atau keadaan sama, seimbang
atau pertengahan. Tokoh : baqir al-hasani, iraj toutounchian, hedayati.
b.Mazhab Mainstream, masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang
dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas.
Misal : permintaan dan penawaran beras diseluruh dunia berada pada titik equilibrium,
dibandingkan dengan tempat dan waktu tertentu terjadi kelangkaan sumber daya, contoh
negara diethiopia dan Bangladesh lebih langak dibandingkan dengan Thailand.
Pandangan mazhab ini dengan ekonomi konvensional hampir tidak adanya bedanya,
perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional adalah cara menyelesaikan
permasalahan.Tokoh-tokoh : M.Umar Chapra, M. Abdul Mannan, M. Nejatullah Sidiqi dll.
M. Umar Chapra berpendapat bahwa usaha mengembangkan ekonomi islami bukan berarti
memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh
ekonomi konvensional selama lebih dari seratus tahun terakhir.Mengambil hal-hal yang baik
dan bermanfaat yang dihasilkan oleh bangsa dan budaya non islam sama sekali tidak
diharamkan.Nabi bersabda bahwa hikmah /ilmu itu bagi umat islam adalah ibarat barang
yang hilang (dimana saja ditemukan, maka umat islamlah yang berhak mengambilnya).
c.Mazhab Alternatif Klasik, pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (ketua jurusan ekonomi
di university of southern California), Jomo (yale, cambrigde, Harvard, Malaya), Muhammad
Arif, dll. Mazhab ini mengkritik dua mazhab sebelumnya, mazhab baqir dikritik sebagai
mazhab yang berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah
ditemukan sebelumnya. Mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neo-
klasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta
niat.Mazhab ini berpendapat bahwa ekonom islam adalah tafsiran manusia berdasarkan Al-
Qur'an dan Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proporsi dan teori yang
diajukan oleh ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya.