KELOMPOK 10
Anggota :
S1 EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
Rancang Bangun Ekonomi Mikro Islam
Kitab-kitab di atas itu adalah yang berhasil dicatat oleh Ibn Nadim hingga tahun
1047M. Setelah tahun tersebut, banyak lagi pemikir Muslim yang lahir dan menyumbangkan
pemikiran-pemikiran ekonominya, misalnya Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111), Ibn
Taimiyah (1283-1328), dan Ibn Khaldun (1332-1404). Oleh karena itu, sikap umat islami
terhadap ilmu-ilmu dari Barat, termasuk ilmu ekonomi “konvensonal”, adalah la tukadzibuhu
jamii’a, wala tushahhihuhu jami’a (jangan menolak semuanya, dan jangan pula menerima
semuanya). Maka ekonom muslim tidak perlu terkesima dengan teori-teori ekonomi barat.
Ekonom muslim perlu mempunyai akses terhadap kitab-kitab klasik islami. Di lain pihak,
fukaha islami perlu juga mempelajari teori-teori ekonomi modern agar dapat menerjemahkan
kondisi ekonomi modern dalam bahasa kitab klasik.
Kita sebagai pelaku ekonomi serta pengguna sumber daya alam yang tersedia, maka
sudah seharusnya kita mengetahui bagaimana cara yang efektif dan efisien dalam
memanfaatkan sumber daya untuk mencapai kepuasaan tanpa menghabiskan seluruh
ketersediaan sumber daya yang terbatas. Seperti dirumuskan pada pendapatan perseorangan
Y=C+S.
Berbeda dengan ekonomi konvensional yang lebih memilih melampiaskan
keinginannya dengan cara apapun. Sehingga menimbulkan dorongan tanpa batas untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber daya yang tersedia di alam. Ekonomi
konvensional mengartikan bahwa ilmu ekonomi lahir dari adanya tujuan untuk
mengalokasikan sumber daya yang langka. Karena kelangkaan ini, maka tiap individu
dihadapkan pada beberapa permasalahan. Bagaimana memproduksi, untuk siapa, bagaimana
membagi produksi dari waktu ke waktu serta mempertahakan dan menjaga tingkat
pertumbuhan produksi tersebut. Juga adanya keinginan manusia yang tidak terbatas.
Beda halnya dengan ekonomi Islam, para ekonomi Muslim menyatakan tidak
selamanya kelangkaan dan ketidakterbatasan keinginan manusia menjadi masalah dan
perdebatan ekonomi. Baqir as-Sadr berpendapat bahwa sumber daya itu hakikatnya
melimpah dan tidak terbatas. Pendapat ini didasarkan pada dalil yang menyatakan bahwa
alam semesta ini diciptakan oleh Allah dengan ukuran setepat-tepatnya.
Dalam konsepnya jika perekonomian membaik maka bunga akan turun, dampaknya
tabungan dan mata uang lokal juga akan menurun. Namun di sisi lain perekonomian akan
meningkat, seiring dengan itu permintaan dan konsumsi juga naik sehingga menaikkan laba
perusahaan dan indeks dibursa. Namun lagi-lagi terjadi dilema, karena hal ini akan
mendorong kenaikan harga dan inflasi serta menyebabkan kontraksi. Permintaan dan
konsumsi akan menurun dan seterusnya akan menurunkan daya beli dan tingkat harga. Hal
ini akan memacu inflasi. Inflasi turun, dan seterusnya siklus ini akan terus berulang antara
boom dan resesi, tanpa ada kondisi dimana terjadi keseimbangan perekonomian.
Hal inilah yang menjadi perhatian utama ekonomi Syariah. Yakni untuk membangun
keseimbangan antara sektor riil dan moneternya. Inti kajiannya bukan sekedar pengharaman
bunga atau riba, tetapi meliputi segenap sistem secara keseluruhan, baik itu fiskal ataupun
keuangan. Sudah seharusnya menjadi tugas bersama terutama mahasiswa, menjadi garda
terdepan untuk mengenalkan ekonomi mikro islam yang relavan dan dapat diterapkan oleh
masyarakat. Dan yang paling dekat untuk mahasiwa mengenalkan ekonomi mikro islam yaitu
pasar atau kepada tingkat yang lebih tinggi yaitu pengusaha, karena pengusaha identik
dengan meminjam modal kepada bank untuk usahanya.
Ekonomi Mikro Islam mengatur dalam pemenuhan kebutuhan individu secara bijak
dalam mengekspoitasi kebutuhan-kebutuhan manusia, terutama yang berkaitan dengan
sumber daya alam yang tanpa disadari beberapa sumber daya alam tidak dapat diperbaharui.
Berbeda pada konvensional sifat keserakahan dalam mengekspoitasi yang berorientasi pada
keuntungan dan mengesampingkan kemaslahatan secara berkelanjutan mempengaruhi
kestabilan ekonomi karena terlalu berorientasi pada keuntungan temporer, pada ekonomi
islam mengedepankan maslahah sedangkan pada ekonomi konvensional mengedepankan
pada utilitas. Sistem ekonomi kapitalis seperti ini rawan sekali mengalami krisis dan biasanya
selalu berulang, hal tersebut menunjukkan bahwa sistem ekonomi kapitalis ternyata tidak
dapat dipergunakan sebagai sistem ekonomi global dan dianggap telah gagal dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat ekonomi dunia. Saat sekarang ini merupakan
momentum yang tepat untuk mengevaluasi sistem ekonomi yang telah berjalan menurut
konsep barat, yang diharapkan dapat diganti dengan sistem ekonomi yang lebih berkeadilan
dan lebih bermoral. Solusi yang bisa ditawarkan adalah konsep ekonomi Islam yang sekarang
berkaca pada kesiapan individu maupun kelompok organisasi dalam penerapan sistem
ekonomi islam.