Anda di halaman 1dari 3

Bagas putra agara

2206200336

Hukum Islam

ASAS-ASAS HUKUM EKONOMI ISLAM

A.Pengertian Hukum Ekonomi Islam

Kegiatan ekonomi lahir semenjak Nabi Adam & Siti Hawa diturunkan ke bumi sang Allah swt
puluhan ribu tahun yg silam. Dua insan pertama itulah yg pertama kali melakukan aktivitas ekonomi
menggunakan cara merogoh pribadi berdasarkan alam (food gathering) guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, terutama hal-hal yg menyangkut sandang, papan, & pangan. Setelah turunan Nabi Adam &
Siti Hawa berkembang poly, mereka melaksanakan hayati secara berpindah-pindah (nomaden) pada
rangka mencari & memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi pada ajaran Islam merupakan
bagian berdasarkan muamalah. Dilihat berdasarkan segi kriterianya, bidang muamalah masuk ke pada
grup ibadah ‘ammah, pada mana anggaran rapikan pelaksanaannya lebih poly bersifat generik.

Aturan-anggaran yg bersifat generik dimaksud lalu sang para ulama disimpulkan pada kaidah
shul yg berbunyi:“al-ashlu fi al-mu’amalah ali-ibahah hatta yadulla al-dalil ‘ala tahrimiha” (aturan
berdari pada muamalah merupakan boleh selama nir terdapat dalil yg mengharamkannya).

Ekonomi sebagai kebutuhan dasar pada memenuhi kesejahteraan insan, pada ekonomi
konvensional. Kesejahteraan diartikan menjadi kepuasan diri sebesar-besarnya sedang pada ekonomi
Islam kesejahteraan diartikan menjadi kesuksesan hayati pada global pada menjalankan tugasnya
menjadi khalifah buat beribadah pada Allah. Tiga hal ini sebagai dasar primer pada menjalankan
ekonomi Islam.1

Sebenarnya para ahli Islam sudah mulai membahas ekonomi Islam semenjak abad pertama
Islam diajarkan Rasulullah saw. Imam Abu Yusuf (w. 798 M), al-Hariri (1054- 1122 M), Muhammad bin
Hasan Tusi ( w. 1274 M), Ibnu Taimiyah (w. 1328 M) & Ibnu Khaldun (1332-1406 M) adaleh
cendekiawan Muslim penyumbang perkembangan ilmu ekonomi.2 Ada kesan yg sangat bertenaga
bahwa Islam nir mempunyai konsep yg utuh & konkrit mengenai ekonomi bagi sebagian pakar
ekonomi konvensional.

Padahal sejarah pertanda bahwa ilmuwan muslim dalam era klasik sudah poly menulis &
menyelidiki ekonomi Islam nir saja secara normatif, namun pula secara realitas & ilmiah menggunakan
metodologi yg sistematis. Selain nama-nama ilmuwan muslim pada atas, masih poly ditemukan karya-
karya yg spesifik membahas bagian eksklusif berdasarkan ekonomi Islam, misalnya Kitab Al-Kharaj
karya Abu Yusuf (w. 182 H/798 M), Kitab Al-Kharaj karya Yahya bin Adam (. 203 H), Kitab Al-Kharaj
karya Ahmad bin Hanbal (w. 221 M), Kitab Al- Amwal karya Abu Ubayd (w. 224 H), Al-Iktisab fi al Rizqi
karya Muhammad Hasan Asy- Syaibani (w. 234 H).3

Berdasarkan fakta sejarah di atas terlihat bahwa pemikiran ekonomi Islam di zaman klasik
sangat maju dan berkembang sebelum para ilmuwan Barat membahasnya di abad 18- 19 M. Fakta ini
harus diperhatikan para ahli ekonomi kontemporer tidak saja ekonomi muslim tapi juga yang
nonmuslim di seluruh dunia. Gagasan ekonomi Islam menurut para penganjurnya dimaksudkan
sebagai alternatif terhadap sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang bukan saja dianggap tidak
sejalan dengan ajaran Islam, namun juga gagal memecahkan berbagai problem ekonomi yang
dihadapi terutama oleh negara-negara Dunia Ketiga. Sistem ekonomi Islam ini diharapkan dapat
mencegah ketidakadilan dalam penerimaan dan pembagian sumber-sumber materi agar dapat
memberikan kepuasan pada semua manusia, dan memungkinkan orang muslim menjalankan
kewajiban kpada Allah dan masyarakat.4

Sebelum hingga pada pengertian ekonomi Islam, terlebih dahulu disampaikan mengenai
pengertian ekonomi secara generik, karena pengertian secara umum sangat berkaitan dengan
pengertian tentang ekonomi Islam/syariah. Menurut Paul Anthony Samuelson sebagaimana dikutip
oleh Ely Masykuroh, yang dimaksud dengan ilmu ekonomi adalah ilmu yang membicarakan tentang
studi mengenai cara-cara manusia dan masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya, dengan atau tanpa
menggunakan uang untuk menggunakan sumber-sumber produktif langka yang dapat mempunyai
kegunaan-kegunaan alternatif, untuk memproduksi berbagai barang dan mendistribusikannya untuk
dikonsumsi, baik waktu sekarang maupun akan datang, untuk berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat.5 Menurut Sulaiman sebagaimana dikutip oleh Sholahuddin, definisi lain yang juga
diterima oleh sebagian besar pakar ekonomi Barat menempatkan ekonomi sebagai ilmu yang
menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi dan memakai barang dan jasa dalam
masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya.6

B.Sumber Ekonomi Islam

Adapun sumber-sumber hukum ekonomi Islam itu adalah Alquran, Sunnah dan Ijtihad. Dasar-
dasar ekonomi yang dibawa oleh Alquran harus dipedomani oleh setiap kaum muslimin di setiap
tempat dan zaman. Sumber hukum ekonomi Islam yang berasal dari ijtihad. Untuk mendapatkan
ketentuan-ketentuan hukum muamalah (ekonomi syariah) yang baru yang timbul seiring dengan
kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat, sangat diperlukan pemikiran-pemikiran baru yang biasa
dikenal dengan ijtihad. Sumber ijtihad inilah yang memegang peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan fikih Islam, terutama sekali dalam bidang muamalah (ekonomi). Tidak terlalu
berlebihan kiranya jika mengatakan bahwa sumber ijtihad yang paling banyak dibutuhkan diperlukan
dalam hukum muamalah (ekonomi).7

C.Asas-asasum Ekonomi Islam

Asas-asas ekonomi Islam yang digunakan untuk membangun sistem ekonomi terdiri dari8:

• Asas pemilahan ibadah dan muamalah.

• Asas tauhid (monotheism).

• Asas ketiga terkait dengan posisi dan fungsi manusia.

• Asas keadilan

• Asas persaudaraan dan kerja sama (ta’awun).

• Asas keseimbangan (tawazun).

Tujuan dan Prinsip Ekonomi Islam

Secara umum tujuan-tujuan itu dapat digolongkan sebagai berikut9:

1. Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama dan luas bagi semua orang

Untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.

2. Memberantas kemiskinan absolut dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi


semua

Individu masyarakat.

3. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan, dan meningkatkan


kesejahteraan

Ekonomi. Islam memandang posisi ekonomi manusia tidak statis.

Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam

Apabila diperhatikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup
ekonomi Islam meliputi: bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi
syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berjangka menengah syariah, sekuritas syariah,
pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah.

Anda mungkin juga menyukai