Manusia berserikat dalam 3 hal yaitu air, padang rumput, dan
api.
[III]
Yang juga termasuk setiap peralatan yang digunakan untuk
mengelola fasilitas umum, seperti alat pengebor air yang
dibutuhkan oleh masyarakat umum, beserta pipa-pipa yang
digunakan untuk menyulingnya (menyalurkannya). Demikian
juga peralatan yang digunakan sebagai pembangkit listrik yang
memanfaatkan air milik umum (PLTA), tiang-tiang, kabel-kabel,
dan stasiun distribusinya.
b. Segala sesuatu yang secara alami, mencegah untuk dimanfaatkan
hanya oleh individu secara perorangan; seperti, jalanan, sungai,
laut, danau, mesjid, sekolah-sekolah negeri, dan lapangan umum.
Sabda Rasulullah saw:
III Riwayat Abu Dawud No 3016, Ahmad No 22004, Ibnu Majah 2463 (CD Kutubut Tisah), Al Baihaqi (6/150), Abu
Ubaid (728) dengan kata an ns menggantikan almuslimn, Abu Nuaim dalam marifatis shahbah.
Tidak ada pagar pembatas kecuali bagi Allah dan Rasul-Nya.
[IV]
(HR. Bukhori, Abu Dawud, Ahmad)
Makna hadits ini adalah, tidak ada hak bagi seorangpun untuk
memberikan batasan atau pagar (mengkapling) segala sesuatu
yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.
c. Barang tambang yang depositnya sangat besar. Dalilnya, adalah
hadits riwayat Ibnu Majah (2466) dan Ad Darimi (2494) dengan
sanad hasan, dari Abyadh bin Hamal bahwa ia telah meminta
kepada Rasul saw untuk mengelola tambang garam disuatu
daerah yg tidak berair (dekat bendungan marib). Rasulullah
memberikannya. Setelah ia pergi, Al Aqra` bin Habis At Taimi
berkata;
"Wahai Nabiyullah, sesungguhnya aku telah mendatangi garam
itu pada masa Jahiliyah, yaitu dilahan yang tidak ada airnya, lalu
orang-orangpun datang dan mengambilnya. Garam tersebut
seperti air yang tidak habis-habisnya." Nabi shallallahu alaihi
wasallam lalu meminta agar pemberian garam kepadanya
dibatalkan,
Rasul bersikap demikian karena sesungguhnya tambang
garam tersebut adalah barang tambang seperti air mengalir yang
tidak terbatas depositnya.
c. Kepemilikan Negara (al-milkiyyah al-daulah)
Kepemilikan negara adalah setiap harta yang pengelolaannya
diwakilkan pada khalifah sebagai kepala negara. Jenis-jenis harta
tersebut adalah seperti; ghanimah (rampasan perang), jizyah (pajak
untuk orang kafir), kharj, pajak, harta orang-orang murtad, harta
orang yang tidak memiliki ahli waris, panti-panti dan wisma-wisma
bagi aparat pemerintahan yang dibuka oleh daulah Islam, dan tanah-
tanah yang dimiliki oleh negara.
2. Asas Pengelolaan Kepemilikan
Pengelolaan kepemilikan adalah tata cara yang seorang muslim
wajib terikat dengan tata cara tersebut tatkala ia mempergunakan harta.
Syariat Islam telah membatasi tata cara ini dengan hukum-hukum syara;
IV
dalam dua perkara, yaitu; pengembangan kepemilikan dan pengeluaran
harta.
1) Pengembangan Kepemilikan ( )
Islam telah mensyariatkan hukum-hukum tertentu bagi
pengembangan kepemilikan, baik dalam perdagangan, pertanian,
ataupun industri. Dalam urusan perdagangan Islam telah
memperbolehkan jual-beli, ijaarah (upah mengupahi) dan syirkah
(perseroan). Selain itu, Islam telah mengharamkan riba, penimbunan
(ihtikaar), penipuan, perjudian, dan lain-lain.
Dalam masalah pertanian, Islam membolehkan untuk memiliki
tanah untuk ditanami. Di sisi lain, Islam telah mengizinkan mengambil
tanah tersebut dari pemiliknya jika ia tidak mengelolanya selama 3
tahun berturut-turut.
Dalam persoalan industri, Islam membolehkan seorang muslim
memiliki pabrik, memproduksi, dan menjual hasil-hasil produksinya.
Akan tetapi produk tersebut terbatas pada hal-hal (benda/barang) yang
dihalalkan.
2) Pengeluaran Harta (infaaq ul maal)
Syara telah menetapkan beberapa cara untuk mengeluarkan harta,
yang antara lain adalah:
a) Zakat, sebagai kewajiban bagi setiap individu yang terkena beban
kewajiban ini.
b) Membelanjakan harta untuk keperluan dirinya dan untuk orang-
orang yang harus di beri nafkah seperti istri, kedua orang tua, anak-
anak, yang hukumnya adalah wajib.
c) Silaturahim dengan saling memberi hadiah, yang hukumnya adalah
sunnah.
d) Shodaqoh untuk orang-orang fakir dan orang-orang yang
membutuhkan, yang hukumnya adalah sunnah.
e) Mengeluarkan harta untuk keperluan jihad, yakni membeli senjata,
mempersiapkan tentara, sebagaimana yang pernah dilakukan para
shahabat Nabi shahabat saat perang Tabuk dan perang lainnya,
yang dalam hal ini hukumnya adalah fardhu kifayah.
Selain itu, Islam telah mengharamkan beberapa macam cara
pengeluaran harta, yakni:
a) Israaf (melampaui batas) dan tabdzr (mubadzir), yakni
mengeluarkan harta dalam hal yang diharamkan dan dalam rangka
kemaksiatan.[3]
b) Risywah (sogok), yaitu pemberian harta kepada orang-orang yang
memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu urusan tertentu
diantara urusan-urusan rakyat, seperti pegawai pemerintahan dan
para penguasa, agar mereka (orang yang memiliki wewenang)
melaksanakan urusan tersebut (padahal seharusnya urusan tersebut
wajib dilaksanakan tanpa mendapatkan imbalan).
c) Kikir (al bukhl) dan pelit (taqtiir), yakni tidak mengeluarkan harta
yang diwajibkan atas seorang muslim. Misalnya tidak
mengeluarkan zakat dan nafkah yang wajib baginya untuk
ditunaikan kepada orang yang kesusahan. Firman Allah swt:
]
[
Dan orang-orang tidak (pula) kikir dan adil (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara demikian (TQS. Al Furqaan: 67).
Pengeluaran harta oleh daulah Islam dilakukan pada sebuah
kondisi yang mengharuskan negara melakukan tugas-tugas wajib bagi
kaum muslim secara keseluruhan, misalnya memberi makan orang-orang
yang menderita kelaparan, sebagaimana yang pernah terjadi pada m ar
ramadh (tahun paceklik) di masa Umar bin Khaththab.
3. Asas Distribusi
Terdapat 3 cara, yaitu:
1) Kewajiban Zakat.
2) Negara mendistribusikan hartanya kepada individu rakyat yang
membutuhkan tanpa imbalan, seperti sebidang tanah yang diberikan
kepada orang yang mampu (kuat) untuk mengelolanya
(menanaminya), dan mengeluarkan harta kepada mereka (orang yang
membutuhkan) yang diambil dari harta kharaaj dan jizyah.
3) Syariat Islam melarang penimbunan emas dan perak dalam
kapasitasnya sebagai alat tukar --harga untuk membeli barang dan
jasa--, agar uang tetap terinvestasikan di dalam lapangan pertanian,
perdagangan dan industri. Dengan demikian, niscaya pengangguran
akan dapat dihapuskan, sekaligus akan sangat membantu
pendistribusian kekayaan.
4) Islam telah menetapkan aturan mengenai pembagian harta warisan di
antara para ahli waris. Dengan demikian, niscaya akan dapat
terdistribusikan bentuk-bentuk kekayaan yang berskala besar. Allahu
Taala Alam.
B. Lembaga Sistem Ekonomi Islam
Lembaga keuangan di Indonesia yang berbasis syariah Islam disebut LKS
dibedakan menjadi dua yaitu LKS Bank dan LKS yang bukan bank.
Komponen yang termasuk dalam kategori lembaga keuangan syariah
adalah:
1) Bank Umum Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip prinsip syariah.
Pengertian bank syariah sebenarnya telah diatur dalam Undang-undang.
Pasal 2 PBI No. 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, memberikan definisi bahwa
Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum yang diperkenankan adalah perseroan
terbatas atau PT.
Dalam buku yang berjudul Manajemen Bank Syariah, secara garis besar
hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut di tentukan oleh
hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar akad. Bersumber dari lima
dasar konsep inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank
syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah untuk dioperasionalkan.
Kelima konsep tersebut adalah : (1) sistem simpanan, (2) bagi hasil, (3) margi
keuntungan, (4) sewa, (5) jasa (fee).
Kegiatan utama perbankan syariah tersebut harus menggunakan prinsip
dasar bank syariah yang ditetapkan, yaitu: Mudharabah, Musyarakah,
Wadiah, Murabahah, Salam, Istishna, Ijarah, Qardh, Rahn,
Hiwalah/Hawalah, dan Wakalah. Prinsip-prinsip dasar ini Insya Allah akan
kami jelaskan pada artikel selanjutnya agar lebih memahami pengertian bank
syariah secara mendalam.
2) BPR Syariah (Badan Perkreditan Rakyat Syariah)
BPRS menurut UU perbankan No.7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan
bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka
tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Bentuk bentuk penyaluran dan dana BPR Syariah
Pembiayaan Mudharabah bank menyediakan modal bagi nasabah
(pengusaha) kemudian dikelola keuntungan yang diperoleh akan dibagi
(perjanjian bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan.
Pembiayaan musyawarah bank dan pengusaha bersama sama
membiayai suatu proyek dan dikelola secara bersama sama.
Keuntungan akan dibagi sesuai dengan penyertaan masing masing
pihak.
Pembiayaan Baiu Bithaman Ajil, bank menyediakan dana untuk
pembelian sesuatu barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabah guna
mendukung usaha atau proyek yang sedang di usahakan.
3) BMT (Baitul Mal Wattamwil)
Prinsip operasional BMT tidak jauh berbeda dengan BPRS yakni
menggunakan 3 prinsip:
a) Prinsip bagi hasil mudharabah, musyarakah, muzaroah dan muzaqah
b) Sistem jual beli
c) Sistem non profit contoh Qordul Hasan
4) Asuransi Syariah
Asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para
partisipan/anggota/peserta mendonasikan/menghibahkan sebagian atau
seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi
musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta. Peranan
perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi
serta investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada
perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya
tolong menolong atau saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling
toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :
"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan
saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"
Prinsip Prinsip Asuransi Syariah
Haramnya praktik asuransi dalam Islam sudah banyak digaungkan oleh para
ulama-ulama di Indonesia maupun mancanegara. Hal ini dikarenakan adanya
:
Gharar : terlihat dari unsur ketidakpastian tentang sumber dana yang
digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang polis
Maysir yaitu unsur judi yang digambarkan dengan kemungkinan adanya
pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak lain
Riba karena menggunakan sistem bunga.
Asuransi Syariah memiliki prinsip yang berbeda dengan lembaga
konvensional. Prinsip prinsip tersebut antara lain :
1. Saling Membantu dan Bekerjasama
.Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran (QS.Al Maidah:2)
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong
sesamanya (HR.Abu Daud)
Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebutuhannya. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud)
2. Saling melindungi dari berbagai macam kesusahan seperti
membiarkan uang mengganggur dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.(QS.4:29)
3. Saling bertanggung jawab
4. Menghindari unsur gharar, maysir dan riba
Islam menekankan aspek keadilan, suka sama suka dan kebersamaan
menghadapi menghadapi resiko dalam setiap usaha dan investasi yang
dirintis. Aspek inilah yang menjadi tawaran konsepuntuk menggantikan
gharar, maysir dan riba yang selama ini terjadi di lembaga
konvensional.
5) Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah merupakan salah satu bentuk layanan dari Perum
Pegadaian yang diterapkan dengan konsep syariah. Konsep syariah
maksudnya segala transaksi dan pengaturan dalam pelayanannya
berlandaskan pada aturan Islam. Layanan syariah ini dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim dan
menginginkan transaksi yang sesuai dengan aturan Islam. Dengan begitu,
masyarakat Muslim pun bisa merasa nyaman dan aman serta tidak takut lagi
dengan hal yang berbau riba dalam melakukan transaksi di Pegadaian.
Secara umum, sistem pembiayaan Pegadaian Syariah tidak jauh beda dengan
Pegadaian yang bersifat konvensional. Hanya saja ada beberapa transaksi
yang harus dilakukan agar sesuai dengan syariat Islam. Kalau di Pegadaian
konvensional, biasanya menggunakan bunga, tapi kalau Pegadaian Syariah
menggunakan ijaroh atau ujroh. Dari ijaroh atau ujroh inilah Pegadaian
Syariah mendapatkan keuntungan.
6)Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan
efek syariah perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan,
serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya dimana semua produk dan
mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum
muamalat islam.
7) Reksadana Syariah
Reksadana Syariah mengandung pengertian sebagai reksadana yang
pengelolaanya dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam.
Misalnya tidak menginvestasikan pada saham saham atau obligasi dari
perusahaan yang pengelolaanya atau produknya bertentangan dengan syariat
islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging
babi, roko dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan
persenjataan serta bisnis hiburan yang berbau maksiat.
8) Koperasi Syariah
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan
rakyat kecil. Nilai nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan,
kekeluargaan dan kesejahteraan bersama koperasi dalam islam disebut
syirkah. Syirkah adalah salah satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun
dan syarat syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan
perserikatan dagang. Dalam koperasi syariah ada 2 prinsif dasar yaitu syirkah
mufawadah dan syirkatul inan.1. Syirkah mufawadhah adalah perkongsian
antara 2 orang atau lebih, dengan masing masing pihak memberikan
kontribusi dana (simpanan pokok) wajib yang sama. Sedangkan simpanan
suka rela tergantung pada masing masing anggota.2. Syirkatul inan yaitu
perkongsian 2 orang atua lebih dengan kontribusi dana dari masing masing
anggota kongsi bervarias. Dana itu dikembangkan bersama sama dan
pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.
C. Perbedaan Sistem Ekonomi Islam Dan Sistem Ekonomi Konvensional
Sumber (epistimology) dan tujuan kehidupan Ekonomi islam
berazaskan pada Al-Quran dan Al-Sunnah serta ijtihad, perkara
perkara asas muamalah dijelaskan dalam bentuk suruhan dan
larangan. Suruhan dan larangan tersebut bertujuan untuk membangun
keseimbangan rohani dan jasmani manusia yang berazaskan tauhid.
Ekonomi konvensional lahir berdasarkan pemikiran manusia yang
bisa berubah berdasarkan waktu sehingga tidak bersifat kekal dan
selalu membutuhkan perubahan perubahan, bahkan terkadang
mengabaikan aspek etika dan moral tergantung untuk kepentingan apa
dan siapa.)
Masalah kelangkaan dan pilihan Dalam ekonomi konvensional
masalah ekonomi timbul karena adanya kelangkaan sumber daya yang
dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Dalam islam,
islam kelangkaan sifatnya relatif bukan kelangkaan yang absolut dan
hanya terjadi pada 1 dimensi ruang dan waktu tertentu saja dan
kelangkaan tersebut timbul karena manusia tidak memiliki
kemampuan untuk mengelola sumber daya yang telah diciptakan
allah.
Konsep harta dan kepemilikan Semua harta adalah milik allah, milik
allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah maha
kuasa atas segala sesuatu. Dalam islam kepemilikan pribadi, baik
atas barang konsumsi ataupun barang modal sangat dihormati
walaupun hakikatnya tidak mutlak dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan orang lain adalah ajaran islam.
Sementara itu dalam ekonomi kapitalis, kepemilikan bersifat mutlak
dan pemanfaatannya bebas, sedangkan dalam ekonomi konvensional
lainnya (khusus di kalangan sosialis) justru sebaliknya, kepemilikan
pribadi tidak diakui, yang ada kepemilikan negara. Salah satu
karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam
perekonomian lain adalah zakat.
Konsep bunga Suatu system ekonomi islam harus bebas dari bunga
(riba) karena riba merupakan pemerasan kepada orang yang terdesak
atas kebutuhan. Dalam islam system yang diterima adalah system bagi
hasil (profit sharing) system ini berorientasi pemenuhan kemaslahatan
hidup umat manusia sedangkan dalam system konvensional adanya
riba. Pada system riba yang selalu diuntungkan adalah orang yang
punya modal akhirnya yang kaya makin kaya. Perbedaaan kaya dan
miskin sangat jauh jurang pemisahanya yang menimbulkan
kesenjangan yang sangat tinggi.
D. Manfaat Penggunaan Sistem Ekonomi Islam
Mengamalkan ekonomi islam jelas mendatangkan manfaat yang besar
bagi ummat islam itu sendiri, pertama mewujudkan integritas seorang muslim
yang kaffah, sehingga islam tidak lagi parsial. Bila ummat islam masih
bergelut dan mengamalkan ekonomi ribawi, berarti keislamannya belum
kaffah sebab ajaran ekonomi islam dibatalkan.
BAB III
PENUTUP
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu
merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya
yang langka, yang sejalan dengan ajaran islam, tanpa membatasi kebebasan
individu ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekonomi logis.
Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1) Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik
yang absolute atas semua yang ada
2) Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik
yang sebenarnya.
3) Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing
Allah, oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung
memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya
yang lebih beruntung.
4) Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5) Kekayaan harus diputar.
6) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7) Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan
konflik antar golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang
setelah kematiannya kepada para ahli warisnya.
8) Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.
Ekonomi Islam merupakan racikan resep ekonomi yang digali dari Al-
Quran dan Hadits. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan
kandungan ajaran Al-Quran. Namun, kita perlu merumuskan praktik-praktik
ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tetapi tidak menyalahi
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA
Arka, Ari. 2013. Sistem Ekonomi Islam. [online]
http://laliumah.blogspot.com/2013/01/29/system-ekonomi-islam .
diakses tanggal 16 Maret 2014
An-Nabhani,Taqyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif
Islam. Surabaya : Risalah Gusti.
Karim, M.A S.E, Adiwarman. Ir.. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Jakarta : The International Institut of Islamic Thought Indonesia.
Sholahuddin, M. S.E, M.Si. 2007. Asas-asas Ekonomi Islam. Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada.
Taufik, M. 2010. Asas Asas Sistem Ekonomi Islam. [online]
http://mtaufiknt.wordpress.com/2010/06/19/asas-asas-sistem-
ekonomi-islam/ . Diakses Tanggal 16 Maret 2014