Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang bebas, tetapikebebasannya
ditunjukkan lebih banyak dalam bentuk kerjasama daripada dalam bentuk kompetisi
(persaingan). Karena kerjasama meupakan tema umum dalamorganisasi sosial Islam.
Individualisme dan kepedulian sosial begitu erat terjalinsehingga bekerja demi kesejahteraan
orang lain merupakan cara yang palingmemberikan harapan bagi pengembangan daya guna
seseorang dan dalam rangkamendapatkan ridha Allah SWT. Jadi Islam mengajarkan kepada
para pemeluknyaagar memperhatikan bahwa perbuatan baik (amal slih) bagi
masyarakatmerupakan ibadah kepada Allah dan menghimbau mereka untuk berbuat
sebaik- baiknya demi kebaikan orang lain.Ajaran ini bisa ditemukan di semua bagian Al-
Quran dan ditunjukkansecara nyata dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW sendiri.
Prinsip persaudaraan (ukhuwwah) sering sekali ditekankan dalam Al-Quran maupunSunnah,
sehingga karena itu banyak sahabat menganggap harta pribadi merekasebagai hak milik
bersama dengan saudara-saudara mereka dalam Islam.Kesadaran dan rasa belas kasihan
kepada sanak keluarga dalam keluarga besar juga merupakan contoh orientasi sosial Islam
yang lain, karena berbuat baik (beramal salih) kepada sanak keluarga semacam itu tidak
hanya dihimbau tetapi juga diwajibkan dan diatur oleh hukum (Islam).
Kerukunan hidup dengan tetanggasangat sering ditekankan baik dalam Al-Quran
maupun Sunnah; di sini kita jugamelihat penampilan kepedulian sosial lain yang ditanamkan
oleh Islam. Danakhirnya, kesadaran, kepedulian dan kesiapan untuk melayani dan berkorban
disaat diperlukan demi kebaikan masyarakat keseluruhan amat sangat ditekankan.Ajaran-
ajaran Islam pada umumnya dan terutama ayat-ayat Al-Quran berulang-ulang menekankan
nilai kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal saleh merupakan
perintah Allah yang dinyatakan dalam Al-Quran. Baik dalam masalah-masalah spiritual,
urusan-urusan ekonomik atau kegiatan sosial.Nabi SAW menekankan kerjasama diantara
umat Muslim sebagai landasan masyarakat Islam dan merupakan inti penampilannya.
b. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem ekonomi syariah ?
2. Apa ciri-ciri sistem ekonomi syariah ?
3. Apa manfaat negara-negara yang menggunakan sistem ekonomi syariah?
4. Apa bentuk-bentuk sistem ekonomi syariah ?

c. Tujuan dan Kegunaan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem ekonomi syariah.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri sistem ekonomi syariah.
3. Untuk mengetahui manfaat negara-negara yang menggunakan sistem ekonomi syariah.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sistem ekonomi syariah.

BAB II SISTEM EKONOMI SYARIAH

a. Definisi/Pengertian Sistem Ekonomi Syariah Menurut Beberapa ekonom Islam

Muhammad Abdul Mannan


"Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalahekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam".
M.M Metwally

"Ekonomi Syariah dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim(yan
g beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti AlQuran,Hadits Nabi,Ijmadan Qi
yas".
Hasanuzzaman

"Ilmu ekonomi Syariah adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syaria
h yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta
kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat
"
B. CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI SYARIAH
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Quran, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Quran dan Sunnah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen,
konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana
diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah
menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti kelebihan. Dalam Al Quran
surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
c. Manfaat Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah berbeda dengan ekonomi konvensional. Perbedaan yang paling


mendasar adalah konsep yang diberikan oleh kedua sistem ekonomi tersebut. Kalau konsep
ekonomi konvensional lebih mengutamakan bunga sebagai keuntungannya, berbeda dengan
konsep ekonomi syariah yang lebih mengutamakan sistem bagi hasil. Ekonomi islam dapat
memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya, memberikan keadilan, kebersamaan,
kekeluargaan dan transparan untuk setiap pelakunya.
Manfaat dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem ini dapat menumbuhkan rasa
kekeluargaan, kebersamaan, menghapus kemiskinan, mendapatkan keadilan, tidak
menguntungkan seseorang, transparan dan dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi
masyarakat baik muslim maupun non-muslim.
Konsep ekonomi syariah selalu mengedepankan kejujuran, transparasi dan keadilan
yang membuat sistem ini tumbuh pesat. Perekonomian dengan menggunakan sistem
ekonomi syariah ini masih di pandang sebelah mata di Indonesia, sesungguhnya sistem ini
bisa menjadikan satu alternatif untuk keluar dari masalah krisis global. Keunggulan-
keunggulan dari sistem ekonomi syariah tersebut dilirik oleh banyak ahli ekonomi di negara-
negara maju seperti negara-negara Eropa. Negara-negara tersebut adalah Inggris, Perancis,
Jerman bahkan negara adidaya, Amerika Serikat. Inggris bahkan sudah mendirikan Unit
Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS). Inggris tercatat sebagai negara yang
memiliki bank syariah terbanyak di antara negara Barat lainnya. Kini, lebih dari 26 bank di
Inggris menawarkan produk keuangan syariah. Saat ini terdapat lima bank murni syariah di
Inggris, sementara 17 bank lainnya seperti Barclays, RBS, dan Lloyds Banking Group telah
memiliki unit usaha syariah.
Aset dari perbankan syariah Inggris telah mencapai 18 miliar dolar AS (12 miliar
pounds) melebihi aset bank syariah seperti di negara-negara Islam seperti, Pakistan,
Bangladesh, Turki, dan Mesir. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding negara-negara
lainnya. Hal tersebut menyebabkan Inggris menduduki peringkat delapan dalam aset
perbankan syariah di seluruh dunia.
Perkembangan sistem keuangan Islam di Inggris tidak terlepas dari dukungan
pemerintahannya. Dukungan tersebut diantaranya adalah keleluasaan pajak untuk kredit
rumah dan kemudahan perdagangan sukuk.
Warga Inggris banyak yang memindahkan kredit rumahnya dari bank konvensional ke
bank Syariah dengan alasan mereka tertarik dengan transparansi dan stabilitas perbankan
syariah.
Selain Inggris, Perancis saat ini juga akan mengembangkan ekononomi syariah.
Hadirnya sejumlah investor dari negara-negara Teluk dan Qatar Islamic Bank (QIB)
menandai dimulainya investasi bank syariah di negeri ini. Bank-bank tersebut diantaranya
ialah Qatar Islamic Bank, Kuwait Finance House dan Al Baraka Islamic Bank of Bahrain.
Hal ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah Perancis yang sangat menyetujui bahkan
bersedia untuk membuat penyesuaian peraturan hukum untuk perbankan syariah.
Negara adidaya Amerika Serikat pun, setelah mengetahui keunggulan dari Bank
Syariah juga mulai melirik prinsip kerja dari sistem keuangan Islam ini. Penerapan prinsip
syariah ini diterapkan di sebuah bank kecil di Michigan, AS bernama University Islamic
Financial. University Islamic Financial memiliki dua tipe pembiayaan, yaitu penjualan
dengan cicilan dan sewa. Upah yang didapat dari pembiayaan tersebut sebanding dengan
pembayaran bunga pada pinjaman tradisional.
Itulah kebaikan dari sistem keuangan Islam. Suatu sistem yang diberikan dan diridhoi
Ilahi, Allah SWT, yang memberi kemaslahatan bagi umat manusia di Bumi ini. Sistem yang
menyelamatkan masalah keuangan dunia dari krisis global. Inilah jawabannya, dengan
menerapkan sistem keuangan Syariah. Semoga sistem keuangan ini terus berkembang dan
menjadi sistem keuangan dunia.
d. Bentu-Bentuk Sistem Ekonomi Syariah
1. CARA PEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM (AL-MILKIYAH)
Sistem Ekonomi Islam berbeza sama sekali dengan sistem ekonomi kufur buatan manusia.
Sistem ekonomi Islam adalah sempurna kerana berasal dari wahyu, dan dari segi pemilikan,
ia menerangkan kepada kita bahawa terdapat tiga jenis pemilikan:-

Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral dalam bentuk pepejal, cecair dan gas
termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di
dalam perut bumiatau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif tenaga
serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan
(dikelola) oleh Daulah Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada
rakyat
Hak Milik Negara meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara
syarie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan
aktiviti industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara membelanjakan
perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat
Hak Milik Individu: selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh
dimiliki oleh individu secara syarie dan setiap individu itu perlu membelanjakannya secara
syarie juga.
2. CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL
MILKIYAH)
Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki mencakup dua
kegiatan, iaitu:-.
1) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)
Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki.
Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahawa
harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi
sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah
dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan
hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk
membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain.
2) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang
telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib
terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam
telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli,
kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan.
Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti
riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah hak
negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat. Meskipun
menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun Allah SWT
telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum tersebut
dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola
dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum
yang telah dijelaskan oleh syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara (Daulah
Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta
hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah
memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-masing
kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu
ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan
oleh syara.

3. CARA EDARAN KEKAYAAN DI TENGAH MASYARAKAT (TAUZI'UL


TSARWAH TAYNA AN-NAAS)
Kerana edaran harta kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam
memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme edaran harta
kekayaan terwujud dalam hukum syara yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang
dan perkhidmatan bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti
ketentuan sebab-sebab kepemilikan (contohnya, bekerja) serta akad-akad muamalah yang
wajar (contohnya jual-beli dan ijarah).
Namun demikian, perbezaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan pemenuhan
terhadap suatu keperluan, boleh menyebabkan perbezaan edaran harta kekayaan tersebut di
antara mereka. Selain itu perbezaan antara masing-masing individu mungkin saja
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam edaran harta kekayaan. Kemudian kesalahan
tersebut akan membawa hanya harta kekayaan teredar kepada segelintir orang saja, sementara
yang lain kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan harta, seperti emas dan
perak.
Oleh kerana itu, syara' melarang berputarnya kekayaan hanya di antara orang-orang kaya
namun mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah SWT berfirman :
"Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu." (QS.
Al-Hasyr : 7)
Di samping itu syara' juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak (harta
kekayaan) meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahawa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih." (QS. At-Taubah : 34)

BAB III PENUTUP

a. Simpulan

Krisis ekonomi global kini mulai mengancam banyak negara di duniaPenerapan


ekonomi syariah ini tidak hanya di terapkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya
memeluk agama islam saja. Tetapi penerapan ekonomi syariah ini juga sudah mulai di lirik
oleh beberapa negara yang mayoritas penduduknya adalan non-muslim. Sebenarnya mereka
lebih mengutamakan manfaat dari penggunaan sistem ekonomi syariahnya dari pada
agamanya.
Kelebihan yang dapat di ambil dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem ini dapat
menumbuhkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, menghapus kemiskinan, mendapatkan
keadilan, tidak menguntungkan seseorang, transparan dan dapat memberikan manfaat dan
kesejahteraan bagi masyarakat baik muslim maupun non-muslim. Hanya saja kekurangan
dari ekonomi syariah yang ada di Indonesia adalah belum adanya payung hukum untuk
perlindungannya.
Konsep ekonomi syariah selalu mengedepankan kejujuran, transparasi dan keadilan
yang membuat sistem ini tumbuh pesat. Perekonomian dengan menggunakan sistem
ekonomi syariah ini masih di pandang sebelah mata di Indonesia, sesungguhnya sistem ini
bisa menjadikan satu alternatif untuk keluar dari masalah krisis global.

b. Saran

Sebaiknya menjadikan Nabi Muhammad SAW teladan dalam melakukan suatu


usaha.Tidak keluar dalam jalur peratutan al-Quran dan Hadits sebagai dasar dari sistem
ekonomi islam dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
Dalam melakukan suatu usaha hendaknya menyadari akan kewajiban mengeluarkan
zakat dan selalu berpegang kepada prinsip bahwa segala sesuatu ataupun kekayaan di muka
bumi ini hanyalah milik Allah SWT, sehingga sudah sepantasya manusia tidak bersikap
individualistik dalam mengelola hartanya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


sistem ekononomi di Indonesia mengalamai beberapa kali perubahan dari sistem ekonomi
komando yang diterapkan pada masa orde lama oleh soekarno , sistem ekonomi kapitalis-
liberal diterapkan pada masa penjajahan belanda, dan terakhir sistem ekonomi Indonesia
cenderung semakin kapitalis atau sistem ekonomi pasar semakin luas diterapkan sejak era
reformasi pada tahun 1998 hingga pada pemerintahan SBY.
Penerapan sistem-sistem ekonomi tersebut ternyata hasilnya tidak mampu memperbaiki
ekonomi di Indonesia, malah meninggalkan kemelaratan bagi rakyat Indonesia. Kemiskinan
dan pengangguran seperti lingkar setan yang tiada henti-hentinya, maka dari itu sudah
seharusnya Negara Indonesia merubah tatanan ekonominya dengan menerapkan Sistem
Ekonomi Syariah.
Sistem Ekonomi Syariah jelas akan membawa kesejahteraan bagi rakyat yang mana
bersumber atau berpacu pada al-quran dan sunnah. Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam
sangat cocok diterapkan di Negara Indonesia karena mayoritas penduduk di Indonesia adalah
islam, dan juga sistem ekonomi syariah ini memiliki tujuan yang jelas dalam menyelesaikan
permasalahn-permasalah yang ada di dunia termasuk di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a) Seperti apa sistem ekonomi di Indonesia?
b) Apa saja permasalahan ekonomi di Indonesia?
c) Bagaimana penerapan sistem ekonomi syariah di Indonesia?

1.3 Tujuan
Adanya makalah mengenai Penerapan sistem ekonomi syariah ini, akan membahas
selebihnya mengenai hal sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan sistem ekonomi di Indonesia
b. Menelaah permasalahan ekonomi di Indonesia
c. Menerapkan sistem ekonomi syariah di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekonomi di Indonesia


a) Sistem Ekonomi pada masa penjajahan Belanda
Menurut sistem ekonomi yang pernah diterapkan selama penjajahan Belanda, sejarah
ekonomi colonial hindia belanda dapat dibagi dalam tiga episode ; sistem merkantilisme ala
VOC sekitar tahun 1600-1800 yang penekanannya pada peningkatan ekspor dan pembatasan
impor; sistem monopoli Negara ala sistem tanam paksa sekitar 1830-1870; dan sistem
ekonomi kapitalis liberal sejak 1870 hingga 1945 (Mubyarto.2000). sistem ekonomi colonial
ini meninggalkan kemelaratan bagi rakyat Indonesia, namun disisi lain melahirkan budaya
cocok tanam, sistem uang, dan budaya industry. Sebenarnya belanda menjadikan Negara
indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia pada masa itu karena pengekspor
terbesar.
Akan tetapi perkembangan ekonomi yang pesat itu tidak memberi peningkatan kesejahteraan
bagi rakyat menurut data statistic 1930 yang dikemukakan oleh Prof. Mubyarto (2005) dalam
situs ekonomirakyat.com (dikutip dari Trihusodo dkk,.2005 ), dari penerimaan Hindia
belanda yang sekitar 670 juta gulden saat itu, 59,1 juta penduduk pribumi hanya kecipratan
3,6 juta gulen (0,54 %), sedangkan penduuk keturunan Tiongho yang jumlahnya sekitar 1,3
juta orang dapat 0,4 juta gulden. Sementara sisanya 665 juta gulden (99,4 % ) dinikmati oleh
warga kulit putih ( yang sebagian besar Belanda ) yang Cuma berjumlah 241.000 jiwa.
Namunada yang beranggapan bahwa warga pribumi juga mendapatkan kucuran yang relative
besar dari penghasilan Hindia Belanda yaitu pada tahun 1929nwarga pribumi menikmati
porsi lebih besar dari separuh atas 3,5 miliar pendapatan nasional ketika itu.

b) Sistem Ekonomi pada Masa Orde Lama


Pada masa Orde Lama ini Soekarno menghapus dasar-dasar pemikiran barat, termasuk sistem
ekonomi liberal-kapitalismenya kemudian menggantinya dengan menerapkan pemikiran dari
Marhaenisme, yaitu Marxisme. Tetapi pada tahun 1959 paham kapitalisme-liberalisme secara
constitutional ditolak dengan diberlakukannya lagi UUD 1945 sebagai landasan dari sistem
ekonomi nasional.
Sistem Ekonomi Indonesia dalam UUD 1945
Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 setelah
amandemen
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.****)

Akan tetapi dalam praktiknya Soekarno menerapkan sistem ekonomi komando, selama
periode orde lama ( 1945-1966 ), perekonomian Indonesia tidak berjalan mulus, bahkan
sangat buruk yang juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik di dalam negeri yang
dicerminkan antara lain oleh terjadinya beberapa pemberontakan disejumlah daerah,
termasuk di Sumatra dan Sulawesi, pada decade 1950-an yang nyaris meruntuhkan sendi-
sendi ekonomi nasional.
Pada masa itu,prinsip-prinsip individualism, pesaingan bebas, dan perusahan swasta/pribadi
sangat ditentang karena oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya prinsip-prinsip
tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme. Keadaan ini semakin membuat
Indonesia sulit mendapat dana dari Negara-negara Barat baik dalam bentuk pinjaman maupun
penanaman modal asing (PMA), sedangkan Indonesia sangat membutuhkan hal itu. Pada
tahun 1963, Seokarno menyampaikan konsep ekonomi yang dikenal dengan sebutan
Deklarasi Ekonomi, akan tetapi tidak dapat dilaksanakan karena tidak dapat dukungan dari
partai-partai politik termasuk parta komunis, dan pada akhirnya deklarasi tersebut dilupakan
dan Indonesia tetap berlaku pada sistem ekonomi komando.
c) Sistem Ekonomi Pada Masa Orde Baru Hingga Sekarang
Pada masa orde baru lahir tahun 1966, sistem ekonomi berubah total. Berbeda dengan
pemerintah orde lama, dalam era Soeharto ini paradigm pembangunan ekonomi mengarah
pada sistem ekonomi pasar bebas ( demokrasi ekonomi ), dan politik ekonomi diarahkan pada
upaya-upaya dan cara-cara menggerakkan kembali roda ekonomi.
Pemerintahan orde lama meninggalkan berbagai masalah serius bagi pemerintah orde baru,
termasuk kelangkanaan bahan pangan dan pasokan bahan baku yang nyaris terhenti,
hiperinflasi, produksi dalam negeri yang nyaris terhenti, kerusakan infrastruktur yang parah,
terkurasnya cadangan devisa, tingginya tunggakan utang luar negeri (ULN), deficit APBN
yang sangat besar dan krisis neraca pembayaran.
Hasil dari usaha-usaha pemerintah orde baru untuk menghidupkan kembali roda
perekonmian nasional dengan sistem ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan-kebijakan
ekonomi di segala sektor dengan tujuan dan target yang telaah ditetapkan di dalam Repilita
cukup mengagumkan, terutama dilihat pada tingkat makro. Sistem ekonomi Indonesia
cenderung semakin kapitalis atau sistem ekonomi pasar semakin luas diterapkan sejak era
reformasi pada tahun 1998 hingga sekarang pada masa pemerintahan SBY.
2.2 Permasalahan Ekonomi di Indonesia
Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan
ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia sebagai berikut.
1. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan selama satu periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala
masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada modal dari investasi pihak
asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan
harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan
menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga minyak
menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi
berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat.
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil.
Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang kebutuhan pokok secara umum.
Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.
Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada dalam garis
kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini berkurang sebanyak 0,89
juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya angka kemiskinan
ditunjang adanya penurunan harga komoditas makanan sedikit lebih besar dibandingkan
peranan komoditas bukan makanan.
3. Pengangguran
Secara umum pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
Pengangguran merupakan rantai masalah yang dapat menimbulkan beberapa permasalahan
pada suatu negara. Pengangguran disebabkan jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang
dengan jumlah lapangan kerja/kesempatan kerja. Akibatnya, banyak angkatan kerja yang
tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan pengangguran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun 2012
mencapai 120,4 juta jiwa. Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan Februari 2012
sebanyak 7,61 juta jiwa turun dari tahun sebelumnya sebanyak 7,7 juta jiwa. Hal ini
diharapkan sebagai indikasi yang baik mengenai perbaikan keadaan ketenagakerjaan di
Indonesia. Untuk mencapai harapan tersebut, pemerintah perlu mengusahakan kebijakan di
bidang ketenagakerjaan, misalnya perbaikan kualitas tenaga kerja / sumber daya manusia,
menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong tumbuhnya investasi dan modal, menyediakan
informasi lapangan pekerjaan, serta memberikan pelatihan dan keterampilan bagi tenaga
kerja.
4. Kesenjangan Penghasilan
Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam
masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat terdapat kelompok
masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah.
Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya mulai
dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Sementara itu, kelompok masyarakat yang
memiliki penghasilan rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun
kebutuhan yang paling dasar.
Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan permasalahan
kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah dalam memeratakan
penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini dilakukan untuk meratakan kemampuan masyarakat
dalam menikmati hasil pembangunan. Selain itu, upaya pemerintah dalam meratakan
penghasilan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat.
5. Inflasi
Berdasarkan data BPS, inflasi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3,79%. Inflasi yang terjadi
di Indonesia disebabkan tingginya permintaan agregat, sementara permintaan barang dan jasa
tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dan kenaikan biaya produksi. Inflasi ditandai
oleh kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Hal ini akan menimbulkan
penurunan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Inflasi berdampak pada lesunya
kegiatan perekonomian, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah,
melemahnya nilai rupiah, dan ketidakstabilan perekonomian negara. Berdasarkan sumbernya
inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan
biaya.

2.3 Penerapan Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia


Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim ekonomi
koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap
buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca
mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi biasa, yaitu sistem ekonomi
syariah dalam memperoleh keuntungan, sistem ini menggunakan cara sistem bagi hasil
berbeda dengan sistem ekonomi liberal maupun sosial yang cenderung memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat aspek dari konsumennya.
Tujuan dari perekonomian syariah ini adalah mensejahterakan seluruh masyarakat luas,
memberikan rasa adil, tentram, kebersamaan serta kekeluargaan serta mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Perkembangan sistem ekonomi syariah di indonesia sendiri belum sebegitu pesat seperti di
negara-negara lain, Secara sederhana, perkembangan itu dikelompokkan menjadi
perkembangan industri keuangan syariah dan perkembangan ekonomi syariah non keuangan.
Industri keuangan syariah relatif dapat dilihat dan diukur perkembangannya melalui data-data
keuangan yang ada, sedangkan yang non keuangan perlu penelitian yang lebih dalam untuk
mengetahuinya.
Sistem Perekonomian Islam bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak
terbatas pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun
zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada
kerangka kerja atau acuan norma-norma islami. Al-Quran dan Al-Hadits merupakan
landasan hukum yang lengkap dalam mengatur segala aspek kehidupan ummat, khususnya di
bidang ekonomi antara lain:
1. Islam dirancang sebagai rahmat untuk seluruh ummat, menjadikan kehidupan lebih
sejahtera dan bernilai, tidak miskin dan tidak menderita (Q.S. Al-Anbiya : 107).
2. Harta adalah amanat Allah, untuk mendapatkan dan memanfaatkannya harus sesuai dengan
ajaran Islam (Q.Q. Al-Anfal : 28).
3. Larangan menjalankan usaha yang haram (Q.S.Al-Baqarah : 273-281).
4. Larangan merugikan orang lain (Q.S.Asy-Syuara : 183).
5. Kesaksian dalam muamalah (Q.S.Al-Baqarah : 282-283), dll.
Anggapan tersebut telah terbukti dengan adanya krisis ekonomi dan moneter yang melanda
Indonesia dan Asia beberapa waktu yang lalu bahwa sistem yang kita anut dan dibanggakan
selama ini khususnya di bidang perbankan kiranya tidak mampu untuk menanggulangi dan
mengatasi kondisi yangada, bahkan terkesan sistem yang ada saat ini dengan tidak adanya
nilai-nilai Ilahi yang melandasi operasional perbankan dan lembaga keuangan lainnya sebagai
penyebab tumbuh dan berkembangnya perampok berdasi yang telah menghancurkan sendi-
sendi perekonomian bangsa Indonesia sendiri. Sebaliknya bagi dunia perbankan dan lembaga
keuangan Islam yang dalam operasionalnya bersendi pada Syariah Islam, krisis ekonomi dan
moneter yang terjadi merupakan moment positif dimana bisa menunjukkan dan memberikan
bukti secara nyata dan jelas kepada dunia perbankan khususnya bahwa Bank yang
berlandaskan Syariah Islam tetap dapat hidup dan berkembang dalam kondisi ekonomi yang
tidak menguntungkan.
Karakteristik Ekonomi Islam
Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk
memenuhi kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari,
kehidupan manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi. Ekonomi Islam pada
hakikatnya adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan
jasa yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt. dalam rangka memperoleh ridho-Nya.
Menurut ahli Ekonomi Islam, ada 3 (tiga) karakteristik yang melekat pada Ekonomi Islam,
yaitu :
(a) Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan Al-Sunnah;
(b) Perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai
sumber;
(c) Bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika
Sumber Hukum Ekonomi Islam
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah bagian dari
konsep pengetahuan, demikian pula dengan ekonomi Islam. Ada beberapa dasar hukum yang
menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi Islam.
Beberapa dasar hukum Islam tersebut di antaranya adalah :
1. Al Quran. Ini merupakan dasar hukum utama konsep ekonomi Islam, karena Al
Quran merupakan ilmu pengetahuan yang berasal langsung dari Allah. Beberapa ayat dalam
Al Quran merujuk pada perintah manusia untuk mengembangkan sistem ekonomi yang
bersumber pada hukum Islam. Di antaranya terdapat pada QS. Fuskilat: 42, QS. Az Zumar:
27 dan QS. Al Hasy:22.
2. Hadist dan Sunnah. Pengertian hadist dan sunnah adalah sebuah perilaku Nabi yang
tidak diwajibkan dilakukan manusia, namun apabila mengerjakan apa yang dilakukan Nabi
Muhammad, maka manusia akan mendapatkan pahala. Keduanya dijadikan dasar hukum
ekonomi Islam mengingat Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pedagang yang
sangat layak untuk dijadikan panutan pelaku ekonomi modern.
3. Ijma, yaitu sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat adanya
perkembangan jaman. Ijma adalah konsensus baik dari masyarakat maupun cendekiawan
agama, dengan berdasar pada Al Quran sebagai sumber hukum utama.
4. Ijtihad atau Qiyas. Merupakan sebuah aktivitas dari para ahli agama untuk
memecahkan masalah yang muncul di masyarakat, di mana masalah tersebut tidak tersebut
secara rinci dalam hukum Islam. Dengan merujuk beberapa ketentuan yang ada, maka Ijtihad
berperan untuk membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif, dengan dasar Al Quran dan
Hadist sebagai sumber hukum yang bersifat normatif.
Banyak sekali keterangan dari dalam Al-Quran yang menyinggung masalah ekonomi, secara
eksplisit maupun implisit. Bagaimana jual-beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam
meminjam dengan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian.
Semuanya dikupas secara tuntas dalam hukum dan syari'ah Islam. Dalam Islam ini yang
menjadi panutan serta tauladan dalam penerapan hukum ekonomi Islam adalah Rasulullah
Saw.
Dari namanya saja dapat kita tebak bahwa hukum ekonomi Islam pasti berpegang pada
syari'ah islam dan akan kental dengan akidah keislaman. Sistem ekonomi syariah islam
memungkinkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jujur tanpa
berlebihan dan saling membantu sesama manusia.
Sehingga diharapkan dengan menjalankan ekonomi Islam, manusia dapat menemukan sebuah
kesetiaan dan sesejatian dalam Islam yang diharapkan hal ini dapat memberikan
kesejahteraan bagi semua manusia. Cocok sekali dengan tujuan Islam yakni Islam diturunkan
untuk makhluk di bumi ini agar selamat sejahtera.

Bagaimana Ekonomi Islam Di Indonesia?


Di Indonesia saat ini telah mulai dan dilaksanakan penerapan syariah Islam dalam bentuk
aplikasi Ekonomi walaupun masih banyak kekuranganya. Hal ini dikarenakan sudah teralu
lama bangsa Indonesia menganut sistem Ekonomi konvensional yang membebaskan semua
pelaku usahanya dengan jalan apapun untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.

Mengapa Di Indonesia Dikatakan Susah dalam Penerapan Syariah Islam?


Mungkin hal ini dapat menjadikan alasan bahwa perkembangan masyarakat Islam di
Indonesia untuk dapat menerapkanEkonomi Syariah Islam dalam Ekonomi terkendala oleh
adanya penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Belanda menganggap bahwa Ekonomi
Islam dapat menghambat, mengancam dan mengubah pemikiran rakyat Indonesia dalam
melakukan kegiatan Ekonomi, padahal ketika itu pihak belanda melakukan sistem monopoli
perdagangan yang memang dalam kenyataannya hal ini (Monopoli Perdagangan) hukumnya
haram.
Karena hal itu rakyat Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat
memikirkan dan mengenali Sistem Ekonomi Islam yang pada dasarnya dilandasi oleh hukum
yang ada di Al Quran dan As-Sunah.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, seharusnya sistem ekonomi syariah
Islam ini dapat dilaksanakan dan diterapkan di Indonesia secara kafah (menyeluruh), yang
mengedepankan transparansi, keadilan dan good governance dalam pengelolaan usaha dan
asset-asset negara. Di mana praktik ekonomi yang dijalankan berpihak pada rakyat
kebanyakan dan berpihak pada kebenaran. Sehingga tidak akan ada lagi yang namanya
korupsi di negeri ini jika Syariah Islam dapat dengan benar diterapkan secara kafah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim ekonomi
koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap
buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca
mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi biasa, yaitu sistem ekonomi
syariah dalam memperoleh keuntungan, sistem ini menggunakan cara sistem bagi hasil
berbeda dengan sistem ekonomi liberal maupun sosial yang cenderung memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat aspek dari konsumennya.

3.2 Kritik
Dengan melihat penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam seharusnya
pemerintah mempertimbangkan untuk penerapan sistem ekonomi syariah, untuk
memperbaiki perekonomian yang dilanda berbagai masalah seperti sekarang ini.
3.3 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca kurang lebihnya dapat memahami isi dari
penjelasan mengenai Penerapan sistem ekonomi syariah . Diharapkan adanya saran yang
dapat mendukung dalam penyempurnaan makalah ini dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://ekonomisyariah.info/blog/2013/11/13/peluang-dan-kendala-pengembangan-ekonomi-
islam-di-indonesia/
http://ekonomi-syariah11.blogspot.com/2013/02/karakteristik-ekonomi-islam.html
http://ebookbrowse.com/pelaku-pelaku-ekonomi-dalam-sistem-perekonomian-indonesia-pdf-
d301457956
tambunan,tulus.2009.perekonomianindonesia.bogor:penerbitGhaliaIndonesia

http://acepdodi.blogspot.co.id/2015/08/makalah-penerapan-ekonomi-syariah-di.html

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang kaaffah, yang mengatur segala perilaku kehidupan
manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, urusan sosial dan ekonomi juga
diatur dalam Islam. Oleh karenanya setiap orang muslim, Islam merupakan sistem hidup (way
of life) yang harus diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh aspek
kehidupannya tanpa terkecuali.
Sudah cukup lama umat manusia mencari sistem untuk meningkatkan kesejahteraannya
khususnya di bidang ekonomi. Selama ini memang sudah ada beberapa sistem, diantaranya
dua aliran besar sistem perekonomian yang dikenal di dunia, yaitu sistem ekonomi
kapitalisme, dan sistem ekonomi sosialisme. Tetapi sistem-sistem itu tidak ada yang berhasil
penuh dalam menawarkan solusi optimal. Konsekuensinya orang-orang mulai berpikir
mencari alternatif. Dan alternatif yang oleh banyak kalangan diyakini lebih menjanjikan
adalah sistem ekonomi Islam. Karena sistem ini berpijak pada asas keadilan dan
kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem ini bersifat universal, tanpa melihat batas-batas etnis,
ras, geografis, bahkan agama.
Pada bulan Oktober tahun 2008 Al-Jazeera TV, sebuah stasiun TV terkenal di dunia yang
berkedudukan di Qatar, melakukan polling tentang sistem ekonomi yang dipercaya paling
baik untuk diterapkan di dunia. Respondennya sebanyak 29.486. Polling itu berisikan
pertanyaan,Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan apa yang anda percaya
paling baik untuk diterapkan di dunia? Hasilnya adalah 88,5% dari 29.486 responden
menjawab sistem ekonomi Islam. Sedangkan responden yang memilih sistem ekonomi
kapitalis hanya 5,0% saja, dan yang memilih sistem ekonomi keuangan komunis sebanyak
6,5%.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik.Sistem ekonomi ini
tidak hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem keuangan. Mulai dari perbankan,
pasar modal, asuransi, hingga dana pension.Pangsa pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat
luas, hal ini disebabkan karena Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sehingga
tidak diragukan penerapan sistem ini.
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam beberapa tahun terkahir ini, baik pada
tataran teoritis-konseptual (sebagai wacana akademik) maupun pada tataran praktis
(khususnya di lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank), sangat pesat.
Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan, karena ini merupakan cerminan dari
semakin meningkatnya kesadaran umat Islam dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini
refleksi dari pemahaman bahwa ekonomi Islam bukan hanya sekedar konsepsi. Ia merupakan
hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk kerangka serta perangkat
kelembagaan dan pranata ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Adanya konsep pemikiran dan organisasi-organisasi yang dibentuk atas nama sistem ini
sudah tentu bisa dinilai sebagai model dan awal pertumbuhannya.
Kendati perkembangan ekonomi Islam saat ini sangat prospek namun dalam
pelaksanaannya masih menemukan berbagai kendala sekaligus tantangan, baik pada tataran
teoritis maupun pada tataran praktis, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal. Pada tataran teoritis misalnya belum terumusnya secara utuh berbagai konsep
ekonomi dalam ekonomi Islam. Sedangkan pada tataran praktis belum tersedianya sejumlah
institusi dan kelembagaan yang lebih luas dalam pelaksanaan Ekonomi Islam. Adapun dari
aspek internal adalah sikap umat Islam sendiri yang belum maksimal dalam menerapkan
ekonomi Islam. Sedangkan dari aspek eksternal adalahpraktik-praktik kehidupan ekonomi
yang sudah terbiasa dengan konsep-konsep ekonomi konvensional.
Kebangkitan ekonomi dan bisnis dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam telah menjadi
fenomena yang menarik dalam dua dekade terakhir ini. Kesadaran untuk menghidupkan
kembali sistem ekonomi Islam merupakan jawaban atas berbagai persoalan dan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh sistem ekonomi ribawi.

B. RUMUSAN MASALAH
Penulis mencoba membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dan fokus
dalam penguraiannya, pertanyaan berikut menjadi kerangka rumusan makalah yang disusun
ini:
- Bagaimana sistem ekonomi Islam itu?
- Bagaimana perkembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia?
- Apa kendala dan tantangan yang dihadapi?
- Bagaimana strategi pengembangannya?

C. TUJUAN PENULISAN
Dalam makalah ini, penyusun akan memaparkan tentang:
- Sistem ekonomi Islam secara global
- Perkembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia
- Kendala dan tantangan yang dihadapi
- Strategi efektif pengembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia.

BAB II
PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM
DI INDONESIA

A. SEKILAS TENTANG SISTEM EKONOMI ISLAM


Ada beberapa defenisi ekonomi Islam, antara lain:
- Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan hukum syariah untuk mencegah
terjadinya ketidakadilan atas pemanfaatan dan pembuangan sumber-sumber material dengan
tujuan untuk memberikan kepuasan manusia dan melakukannya sebagai kewajiban kepada
Allah dan masyarakat.
- Menurut M. Nejatullah Siddiqi, Ekonomi Islam adalah pemikir muslim yang merespon
terhadap tantangan ekonomi pada masanya. Dalam hal ini mereka dibimbing dengan al
Quran dan Sunnah beserta akal dan pengalaman.
- Menurut Syed Nawab Heider Naqvi, Ekonomi Islam merupakan representasi perilaku
Muslim dalam suatu masyarakat Muslim tertentu.
- Menurut M.A. Manan, Ekonomi Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari
masalah ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam.
- Defenisi lain yang lebih lengkap bahwa Ekonomi Islam adalah ilmu, teori, model,
kebijakan serta praktik ekonomi yang bersendi dan berlandaskan ajaran Islam, dengan Al
Quran dan Al Hadits sebagai rujukan utama serta ijtihad sebagai rujukan tambahan.
- Dari berbagai definisi di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa Ekonomi Islam
sesungguhnya adalah bagian dari sistem hidup (way of life) itu sendiri yang telah ada
aturannya dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang hadir sebagai solusi ekonomi yang yang tak
dibatasi waktu dan tempat, di dalamnya terangkum sistem yang selama ini menjadi
perdebatan yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam
Imamudin Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan Adalah. Dalam Sistem Ekonomi
Syariah, ada landasan etika dan moral dalam melaksanakan semua kegiatan termasuk
kegiatan ekonomi, selain harus adanya keseimbangan antara peran pemerintah, swasta,
kepentingan dunia dan kepentingan akhirat dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan.
Jika Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan Sosialisme pada
kolektivisme, maka Islam menekankan empat sifat sekaligus yaitu :
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)

B. PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI ISLAM DI INDONESIA


Khusus di Indonesia Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga
ekonomi yang berbasiskan syariah semakin marak di panggung perekonomian nasional.
Mereka lahir menyusul krisis berkepanjangan sebagai buah kegagalan sistem moneter
kapitalis di Indonesia. Sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai pelopor bank yang
menggunakan sistem syariah pada tahun 1991, kini banyak bermunculan bank-bank syariah,
baik yang murni menggunakan sistem tersebut maupun baru pada tahap membuka Unit
Usaha Syariah (UUS) atau divisi usaha syariah.
Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara formal dimulai dengan
Lokakarya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990, yang selanjutnya diikuti dengan
dikeluarkannya UU No 7/ 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi kegiatan bank
dengan prinsip bagi hasil. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang menggunakan
pola bagi hasil pada tahun 1992 menandakan dimulainya era sistem perbankan ganda (dual
banking system) di Indonesia. Selama periode 1992-1998 hanya terdapat satu bank umum
syariah dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai pelaku industri
perbankan syariah. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No 10/1998 sebagai amandemen dari
UU No. 7/1992 tentang Perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi
keberadaan sistem perbankan syariah. Selanjutnya, pada tahun 1999 dikeluarkan UU No
23/1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk
dapat pula mengakomodasi prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya.
Kedua UU ini mengawali era baru dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang
ditandai dengan pertumbuhan industri yang cepat.
Sepanjang tahun 1990an perkembangan ekonomi syariah di Indonesia relatif lambat.
Tetapi pada tahun 2000an terjadi gelombang perkembangan yang sangat pesat ditinjau dari
sisi pertumbuhan asset, omzet dan jaringan kantor lembaga perbankan dan keuangan
syariah. Sistem keuangan Islam telah menjadi salah satu segmen keuangan yang
pertumbuhannya paling cepat, diperkirakan mencapai 20% mulai 2008 hingga 2012. Saat ini
ada US $600 miliar asset yang dikelola oleh perbankan Islam. Diperkitakan akan tumbuh
mencapai satu triliyun dollar AS dalam beberapa tahun mendatang. Pertumbuhan yang pesat
juga muncul dari segmen sistem keuangan Islam, misalnya Islamic mutual fund diperkirakan
telah mencapai 300 miliyar dollar AS dan diperkirakan akan mencapai tiga kali lipat pada
akhir dekade ini. Tahun 2007 pertumbuhan luar biasa terjadi pada pasar sukuk dunia yang
tumbuh lebih dari 70%. Sukuk baru yang diluncurkan telah mencapai rekor yang tinggi
sekitar 47 miliar dollar AS dan pasar sukuk dunia telah melebihi 100 miliar dollar AS.
Pada saat yang bersamaan juga mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang
mengajarkan ekonomi Islam, karena salah satu pilar pendidikan nasional adalah relevansi
pendidikan atau interaksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan yang sangat penting.
Tujuannya agar pendidikan menjadi relevan sesuai kebutuhan masyarakat baik dari aspek
sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Sektor ekonomi-industri dan pendidikan harus
memiliki sinergi positif yang saling mendorong perkembangannya. Dengan sinergi positif
medan industri diuntungkan, dan dunia pendidikan dapat diberdayakan. Pendidikan tinggi
dapat melakukan berbagai inovasi melalui Research and Development (R&D) yang
mendukung pertumbuhan ekonomi-industri dan menciptakan pasar bagi produk yang
bersangkutan. Perguruan tinggi agama Islam memiliki peran menentukan bagi arah
pengembangan ekonomi syariah dengan melibatkan sumber-sumber daya yang dimiliki dan
berkontribusi secara nyata dalam perkembangan tersebut.
Beberapa diantaranya yaitu: STIE Syariah di Yogyakarta (1997), D3 Manajemen Bank
Syariah di IAIN-SU di Medan (1997), STEI SEBI (1999) , STIE Tazkia (2000), PSTTI UI
yang membuka konsentrasi Ekonomi dan Keuangan Islam (2001), dan STIS Azhar Center
yang juga membuka konsentrasi Ekonomi Islam pada tahun 2006.
Perluasan itu juga terkait dalam bidang:
1. Pegadaian
2. Asuransi
3. Koperasi (BMT)
4. Pasar Modal Syariah (Syariah index)
5. Pasar uang
6. Multi Level Marketing
7. dan lembaga keuangan syariah lainnya.

C. KENDALA DAN TANTANGAN DALAM PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM


Meskipun dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat
masyarakat terhadap ekonomi dan perbankan Islam, ekonomi Islam menghadapi berbagai
permasalahan dan tantangan-tantangan yang besar. Dalam usia yang masih muda tersebut,
setidaknya ada lima problem dan tantangan yang dihadapi ekonomi Islam saat ini:
- pertama, masih minimnya pakar ekonomi Islam berkualitas yang menguasai ilmu-ilmu
ekonomi modern dan ilmu-ilmu syariah secara integratif,
- kedua, ujian atas kredibiltas sistem ekonomi dan keuangannya,
- ketiga, perangkat peraturan, hukum dan kebijakan, baik dalam skala nasional maupun
internasional masih belum memadai,
- keempat, masih terbatasnya perguruan Tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam dan
masih minimnya lembaga tranining dan consulting dalam bidang ini, sehingga SDM di
bidang ekonomi dan keuangan syariah masih terbatas dan belum memiliki pengetahuan
ekonomi syariah yang memadai,
- kelima, peran pemerintah baik eksekutif maupun legislatif, masih rendah terhadap
pengembangan ekonomi syariah, karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka
tentang ilmu ekonomi Islam

D. STRATEGI EFEKTIF PENGEMBANGAN SISTEM EKONOMI ISLAM DI


INDONESIA.
Setelah sebelumnya telah dipaparkan kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia, maka ke depan harus dilakukan langkah-
langkah atau strategi pengembangan untuk pengimplementasian sistem Ekonomi Islam secara
lebih optimal, diantaranya yaitu:
- Harus ada wakil yang menyuarakan sistem ekonomi Islam, khususnya di bidang politik.
- Mengadakan seminar, diskusi, sarasehan, dan forum-forum ilmiah baik secara regional,
nasional maupun internasional dengan intensif
- Penyusunan ketentuan-ketentuan sistem ekonomi Islam
- Mendorong terbentuknya Forum Komuniasi Syariah
- Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan fokus pada gerakan edukasi
dan sosialisasi yang dilakukan secara optimal dan tepat
- Penelitian preferensi dan perilaku konsumer terhadap lembaga-lembaga syariah
- Mempersiapkan teknologi informasi yang handal
- Mempersiapkan lembaga penjamin pembiayaan Syariah
- Mendorong terbentuknya Islamic Trade Center
- Memberdayakan pengawasan aspek Syariah
- Dll.

BAB III
PENUTUP
Dari deskripsi tulisan di atas, dapat ditarik kesimpulan:
- Pesatnya pertumbuhan lembaga keuangan Syariah telah memperlihatkan bahwa upaya
pencarian teori dan sistem ekonomi Islam terus dilakukan secara konsisten. Dan ini juga
merupakan tanda bahwa konsep ekonomi Islam sudah luas dan dapat diterima dalam
masyarakat.
- Kesadaran masyarakat akan keunggulan sistem ekonomi Islam menunjukkan bahwa
paradigma berpikir masyarakat mulai kembali pada ashalah.
- Sistem ekonomi Islam sangat prospek, tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk jangka
panjang, namun ini sekaligus merupakan tantangan bagi umat Islam untuk terus-menerus
melakukan kajian, evaluasi dan mencari solusi terhadap teori, konsep dan implementasi
ekonomi Islam dalam berbagai model dan bentuknya.

http://vitamindirosat.blogspot.co.id/2013/11/penerapan-sistem-ekonomi-islam-di.html
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ISI 3
A. Perkembangan Ekonomi Islam 3
B. Peran Ekonomi Islam di Indonesia 6
C. Mengapa Ekonomi Islam Perli Diterapkan ? 7
D. Karakteristik Ekonomi Islam 8
E. Road Map Penerapan (2011-2021) 9
BAB III PENUTUP 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masih banyak kalangan yang melihat Islam secara parsial dimana Islam hanya
diwujudkan dalam bentuk ritualisme ibadah semata dan menganggap bahwa Islam tidak ada
kaitannya dengan dunia perbankan, pasar modal, asuransi, transaksi eksport import, dll.
Bahkan mereka beranggapan bahwa Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya
sebagai penghambat perekonomian suatu bangsa, sebaliknya kegiatan ekonomi dan keuangan
akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan
ketentuan Ilahi.
Cara pandang di atas bisa dikatakan sempit dan belum melihat Islam secara kaffah. Islam
adalah agama yang universal, bagi mereka yang dapat memahami dan melaksanakan ajaran
Islam secara utuh dan total akan sadar bahwa sistem perekonomian akan tumbuh dan
berkembang dengan baik bila didasari oleh nilai-nilai dan prinsip syariah Islam, dalam
penerapannya pada segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi ummat.
Sistem Perekonomian Islam bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak
terbatas pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun
zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada
kerangka kerja atau acuan norma-norma islami.
Anggapan tersebut telah terbukti dengan adanya krisis ekonomi dan moneter yang melanda
Indonesia dan Asia beberapa waktu yang lalu bahwa sistem yang kita anut dan dibanggakan
selama ini khususnya di bidang perbankan kiranya tidak mampu untuk menanggulangi dan
mengatasi kondisi yangada, bahkan terkesan sistem yang ada saat ini dengan tidak adanya
nilai-nilai Ilahi yang melandasi operasional perbankan dan lembaga keuangan lainnya sebagai
penyebab tumbuh dan berkembangnya perampok berdasi yang telah menghancurkan sendi-
sendi perekonomian bangsa Indonesia sendiri. Sebaliknya bagi dunia perbankan dan lembaga
keuangan Islam yang dalam operasionalnya bersendi pada Syariah Islam, krisis ekonomi dan
moneter yang terjadi merupakan moment positif dimana bisa menunjukkan dan memberikan
bukti secara nyata dan jelas kepada dunia perbankan Dengan bukti di atas, sudah saatnya bagi
para penguasa negara, alim ulama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk membuka mata
dan merubah cara pandang yang ada bahwa Sistem Perbankan Syariah merupakan alternatif
yang cocok untuk ditumbuh kembangkan dalam dunia perbankan Indonesia dewasa ini.
Namun disayangkan perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia terkesan lambat dan
kurang dikelola secara serius, terbukti dari data yang diperoleh dari BI Surabaya per Maret
2000 jumlah BPR Konvensional yang ada di Jawa Timur mencapai 427 sedangkan BPR
Syariah baru mencapai 6 (1,4%), dimana 5 diantaranya tergolong sehat dan 1 kurang sehat.
Kurang berkembangnya Sistem Perekonomian Islam, khususnya Perbankan Syariah di
Indonesia terletak pada umat Islam sendiri. Masih banyak umat Islam di Indonesia yang
belum paham akan ekonomi Islam ataupun tidak menjalankan sebagaimana mestinya, banyak
diantaranya yang merasa takut menjadi miskin karenanya, padahal dalam Q.S Al-Baqarah :
268 dikatakan: "Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui". Apabila perekonomian di Indonesia telah didasari oleh norma-norma Islam
tentunya tidak akan ditemukan kemiskinan ataupun penurunan taraf hidup dan perekonomian
ummat seperti yang terjadi saat ini.
BAB II
ISI
A. Perkembangan Ekonomi Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam sejarah perkembangan
ekonomi. Ekonomi Islam, berbeda dengan ekonomi-ekonomi yang lain, lahir karena dua
faktor;
Pertama; berasal dari ajaran agama yang melarang riba dan menganjurkan sedekah.
Kedua; timbulnya surplus dan yang disebut petro-dollar dari negara-negara penghasil dan
pengekspor minyak dari Timur Tengah dan negara-negara Islam. Adalah suatu kebetulan,
bahwa lading-ladang minyak terbesar di dunia dewasa ini berada di negara-negara Muslim.
Sebenarnya kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu
bank Islam pada dasawarsa kedua abad ke 20. Tapi gagasan tersebut hanya melahirkan satu
dua bank kecil yang tidak berdasarkan bunga. Sebabnya mudah dipahami, yaitu karena tiada
nya modal finansial yang mencukupi yang dimiliki kaum Muslim. Pada waktu itu juga sudah
disadari adanya doktrin sedekah atau zakat dan K.H. Ahmad Dahlan sudah punya gagasan
untuk membentuk lembaga amil (penghimpun dan pengelola) zakat. Tapi dana yang berhasil
dikumpulkan itu dibutuhkan langsung untuk dakwah dan penyantunan fakir miskin. Karena
itu belum ada gagasan untuk menjadikan dana zakat sebagai modal bank.
Gagasan penghimpunan zakat untuk modal bank baru timbul di Mesir pada awal dasawarsa
60-an. Maka pada tahun 1963, atas prakarsa seorang cendekiawan Mesir Dr. Ahmad al
Najjar, dibentuk bank pedesaan (rural bank) bersama Mir-Ghamr Bank. Bank itu
sesungguhnya cukup sukses, namun karena tersandung oleh alasan politik pada zaman
pemerintahan otoriter Jamal Abdul Nasser, bank itu ditutup pada tahun 1967. Namun
eksperimen bank Mir-Ghamr itu dihidupkan kembali dalam Nasr-Social Bank, dengan
sponsor Pemerintah untuk menolong masyarakat lemah sebagai bagian dari sosialisme Arab-
Mesir. Namun bank tersebut tidak lama umurnya karena berhenti beroperasi pada tahun 1976.
Dewasa ini, menurut International Association for Islamic Bank, jumlah bank-bank Islam di
seluruh Dunia Islam, yang mencakup 40 negara-negara Muslim maupun non-Muslim sudah
lebih dari 200 unit, padahal pada tahun 1986 baru berjumlah 35 unit, dengan aset sebesar
US$200,- miliar, di antaranya deposito sebesar US$ 80,- miliar. Di antara bank-bank itu
muncul kelompok trans-national group, yaitu Dar al Mal al Islami dan al-Baraka-Dallah
Group. Satu di antaranya adalah Islamic Development Bank (IDB), yang sahamnya dimiliki
oleh negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam). Setiap
negara Muslim punya hak untuk meminta bantuan dana dari IDB ini, di antaranya Indonesia
telah memperoleh dana melalui BMI yang memperoleh modal sehingga IDB ikut memiliki
35% saham BMI dan baru-baru ini BMI juga memperoleh dana tambahan sebesar US$ 100,-
juta guna memperkuat permodalannya. Selain itu, Reksadana Syariah yang dulu dipimpin
oleh Iwan Poncowinoto, telah memperoleh pinjaman sebesar US$ 100,- miliar dan telah
berhasil dikembalikan. Tapi secara umum Indonesia belum memanfaatkannya secara
maksimal.
Dari perjalanan perbankan dan lembaga keuangan Islam itu dapat ditarik keterangan, bahwa,
perekonomian Islam yang selama ini berkembang dimulai modal fisik (physical capital) atau
modal alam (natural capital), khususnya yang berasal dari minyak bumi. Dari hasil surplus
ekspor minyak bumi ini terbentuk modal financial (financial capital).
Namun hingga sekarang pun belum muncul gagasan untuk membangun usaha kecil dan
menengah (UKM) di Dunia Islam. Namun di Indonesia, bank-bank syariah, khususnya BMI,
telah mengarahkan 70% dananya untuk membiayai usaha UKM.
Demikian pula lembaga-lembaga perbankan syariah baru seperti Bank Syariah Mandiri
(BSM), BNI-Syariah dan Bank IFI-Syariah, telah mengarahkan sebagian besar dananya untuk
UKM.
Perkembangan penting dan khas perbankan syariah di Indonesia adalah berkembangnya Bait
al Maal wa al Tamwil dan Bait al Tamwil Muhammadiyah. Jumlahnya sekarang sudah
mendekati angka 4.000 unit dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang jumlahnya
sekitar 86 unit. Lembaga ini merupakan bentuk lembaga keuangan mikro yang sangat sukses.
Dan berbeda dengan lembaga keuangan mikro atau Grameen Bank di Bangladesh, BMT dan
BTM di Indonesia ini tumbuh dari bawah yang didukung oleh deposan-deposan kecil.
Walaupun tidak diakui sebagai bank, namun lembaga BMT-BTM ini telah menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi yang mengelola dana dari, untuk dan oleh
masyarakat. Dengan perkataan lain BMT-BTM merupakan perwujudan demokrasi ekonomi.
Apalagi sebagian besar BMT-BTM berbadan hukum koperasi yang merupakan badan usaha
yang berdasarkan asas kekeluargaan yang sesuai dengan Islam. Namun lembaga keuangan
mikro ini masih tetap kekurangan dana dibanding dengan kebutuhan dana masyarakat.
Salah satu ciri khas lembaga keuangan Islam adalah kaitannya yang erat dengan sektor riil,
sebab dalam sistem non-ribawi, penghasilan lembaga keuangan tergantung dari keuntungan,
terutama yang bersumber dari nilai-tambah yang diciptakan oleh sektor riil, khususnya
pertanian dan industri. Karena itu, maka pertumbuhan perbankan syariah dan lembaga
keuangan mikro syariah perlu ditunjang dengan pengembangan bisnis.
Indonesia dan Dunia Islam dewasa ini baru dalam taraf memperhatikan modal manusia yang
unsur utamanya adalah pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill). Modal manusia yang
dibutuhkan adalah wira swasta, tenaga teknik dan manajer. Hanya saja pengembangan SDM
ini membutuhkan waktu lama, karena itu perlu ditemukan bentuk-bentuk pendidikan yang
lebih praktis misalnya sistem magang sebagaimana dikembangkan di Jerman sejak abad
pertengahan. Pendidikan turun menurun, melalui keluarga memerlukan perhatian dan karena
itu perlu mendapatkan perhatian pemerintah.
B. Peran Ekonomi Islam di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%.
Namun, catatan angka diatas kertas tersebut berbanding jauh terhadap realita di lapangan.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 259.940.857 jiwa, Indonesia masih memiliki warga yang
menganggur sebanyak 12,8 juta jiwa dengan pendapatan perkapita sebesar US$3.542,9 yang
masih tergolong rendah. Hal itu tentunya menjadi sebuah fenomena yang cukup miris
mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA yang melimpah dan SDM yang
cukup berkualitas. Ekonomi islam yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1992
diharapkan dapat berperan penting guna memecahkan permasalahan yang hingga sampai saat
ini belum bisa diselesaikan. Berikut merupakan peran-peran ekonomi islam yang dapat
dijadikan potensi agar Indonesia dapat menjadi negara yang maju.
1. Instrumen zakat, infaq, sodaqoh dan sebagainya merupakan icon instrument yang dapat
mensejahterakan wong cilik. Potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 100 triliun. Dari dana
tersebut, bangsa ini dapat membangun ratusan sekolah dan puluhan rumah sakit. Selain itu,
instrumen ini guna menjawab amanat Pancasila dan UUD 1945, yakni menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur (redistribution with growth). Bukan makmur baru adil
(redistribution from growth) ala kapitalisme liberal.
2. Penerapan konsep jujur, adil, dan bertanggungjawab. Konsep ini merupakan syarat yang
harus terpenuhi dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Instrumen ekonomi seperti gadai,
sewa-menyewa dan perdagangan harus menonjolkan konsep ini. Penerapan konsep ini
ditujukan agar tidak ada yang dirugikan dalam kegiatan ekonomi dan menguntungkan semua
pihak yang terlibat sehingga tidak akan terjadi berbagai macam kecurangan-kecurangan yang
dapat menimbulkan konflik sosial.
3. Pelarangan riba dengan menjadikan sistem bagi hasil (profit-loss sharing) dengan
instrumen mudharabah dan musyarakah sebagai sistem kredit berikut instrumen bunganya
(Q.S Al-Baqarah:275). Bunga bank memiliki efek negatif tehadap aktivitas ekonomi dan
sosial. Secara ekonomi, bunga bank akan mengakibatkan petumbuhan ekonomi yang semu
dan akan menurunkan kinerja perekonomian secara menyeluruh serta dampak-dampak
lainnya. Dalam segi sosial pun akan membuat masyarakat terbebani akan bunga yang dirasa
begitu berat (chaos). Dengan pelarangan riba ini, diyakini bahwa pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat.
Ketiga poin tersebut merupakan secuil kecil peran ekonomi islam dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan bangsa yang hingga saat ini belum dapat diselesaikan.
C. Mengapa Ekonomi Islam Perlu Diterapkan?
Peran ekonomi islam dalam percaturan ekonomi Indonesia sangat memiliki pengaruh yang
cukup besar. Ekonomi islam perlu diterapkan dan ditingkatkan eksistensinya karena
manfaatnya yang luar biasa dalam mengatasi permasalahan bangsa dibandingkan dengan
menerapkan sistem ekonomi konvensional yang justru menjerat dan membenani masyarakat,
khususnya wong cilik. Berikut ini adalah sebuah jawaban mengapa perlu diterapkannya
ekonomi islam di Indonesia.
1. Mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim dengan persentase 85%. Jadi, sudah
sewajarnya ekonomi islam diterapkan kedalam sistem perekonomian Indonesia.
2. Ekonomi islam bersifat universal, artinya tidak hanya ditujukan untuk umat muslim saja,
melainkan bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil alamin).
3. Sudah banyak masyarakat yang telah menggunakan/menerapkan sistem ekonomi islam,
khususnya perbankan syariah.
4. Masyarakat telah merasakan secara langsung manfaat dari pelaksanaan sistem ekonomi
islam baik secara individu maupun sosial.
Apabila peluang-peluang ini dimanfaatkan secara serius dan baik, maka bukan tidak mungkin
masalah-masalah yang menjerat Indonesia selama ini akan terselesaikan.
Secara logika, dasar dan prinsip telah terbukti bahwa ekonomi islam dapat dikatakan lebih
baik dan dapat menjawab tantangan global yang rentan krisis daripada ekonomi
konvensional. Dengan menerapkan ekonomi islam, bukan tidak mungkin Indonesia bahkan
dunia dapat kebal dari krisis ekonomi dan dampak yang dihasilkannya. Untuk perkembangan
perekonomian dimasa mendatang, diharapkan ekonomi islam tidak hanya dijadikan produk
semata, melainkan menjadi the truly islamic economic which can help to solve economic
problems in this country.
D. Karakteristik Ekonomi Islam
Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk
memenuhi kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari,
kehidupan manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi. Ekonomi Islam pada
hakikatnya adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan
jasa yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt. dalam rangka memperoleh ridho-Nya.
Menurut ahli Ekonomi Islam, ada 3 (tiga) karakteristik yang melekat pada Ekonomi Islam,
yaitu :
(a) Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan Al-Sunnah;
(b) Perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai
sumber;
(c) Bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika
ekonomi komunitas muslim pada periode awal.
Berkaitan dengan hal pertama, terdapat deripatif dari karakteristik Ekonomi Islam, yaitu sbb.
:
(a) Tidak adanya transaksi yang berbasis bunga (riba).
(b) Berfungsinya institusi zakat.
(c) Mengakui mekanisme pasar (market mechanism).
(d) Mengakui motif mencari keuntungan (profit motive).
(e) Mengakui kebebasan berusaha (freedom of enterprise).
(f) Kerjasama ekonomi (Didin Hafidhuddin, 2003: 18-19).
E. Road Map Penerapan (2011-2021)
1.) Ekonomi Makro Islam
Kebijakan ekonomi makro islam yang diambil:
1. Membuat mata uang yang memiliki jaminan emas (2011-2012).
Pelaksana Bank Indonesia.
Bank Indonesia bertanggung jawab penuh atas program itu.
Sebelumnya mata uang yang belum mendapat jaminan emas ditarik sedikit demi sedikit
kemudian diganti dengan mata uang yang punya jaminan emas.
2. Menghilangkan inflasi (2012-2014).
Pelaksana Bank Indonesia.
Bank Indonesia menghilangkan intrumen bunga dalam segala transaksi keuangan.
menerapkan kebijakan fiskal islam dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara.
3. Mengunakan standar emas dalam satuan hitung (2011-2012).
Pelaksana Bank Indonesia.
Program ini berjalan bersama dengan membuat mata uang yang memiliki jaminan emas.
Program ini membantu perhitungan nilai mata uang.
4. Mengoptimalkan zakat sebagai pendapatan Negara (2012-2015).
Pelaksana BAZNAS dan DPR RI.
DPR RI segera membuat aturan UU yang berhubungan dalam pengelolaan zakat (2012-2013).
Setelah aturan yang jelas sudah BAZNAS bertindak sebagai pengelola Zakat.
BAZNAS berkoordinasi dengan BAZDA dan LAZ untuk mensinergikan program.
5. Membentuk bank sentral islam (2015-2016).
Pelaksana Pemerintah Pusat RI.
Bank Indonesia diganti sistemnya dengan mengunakan sistem syariah.
6. Sistem yang dipakai adalah sistem ekonomi islam (2011-2016).
Pelaksana Pemerintah .
Pemerintah membuat Kepres dan melakukan kebijakan tentang kewajiban mengunakan sistem
ekonomi islam dalam menjalankan pemerintahan.
Pemerintah pusat dan daerah bersinergi dalam melaksanakan sistem tersebut.
Pemerintah pusat membuat program yang terencana dalam menerapan program tersebaut.
7. Membuat undang-undang sistem ekonomi Islam (2011-2012).
Pelaksana DPR RI dan Pemerintah Pusat.
UU tentang sistem ekonomi islam harus dibuat beseerta semua intrumen yang ada untuk
menunjang program tersebut.
Pemerintah membuat peraturan dalam mengejawantahkan UU tersebut.
2.) Ekonomi Mikro Islam
Kebijakan ekonomi mikro Islam yang diambil:
Mengoptimalkan UMKM (2011-2021).
Pelaksana Pemerintah, Lembaga Keuangan dan Masyarakat.
Pemerintah memberikan bantuan modal berupa hibah (2011-2021).
Lembaga keuangan member kemudahan dalam penambahan modal (2011-2016).
Masyarakat membuat pemesaran yang efektif dalam optimalisasi UMKM (2011-2015).
Sistem perbankan yang digunakan adalah sistem perbankan islam (2011-2021).
Pelaksana Pemerintah dan lembaga Keuangan.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan pengawas pelaksanaan sistem perbankan islam.
Lembaga keuangan sebagai pelaksana dan member edukasi terhadap masyarakat.
Mengunakan pasar modal syariah, pengadaian syariah, rekasadana syariah, obligasi
syariah, asuransi syariah dll (2011-2021).
Pelaksana BAPEPAM, Pegadaian, Perusahaan reksadana, Pemerintah, Perusahaan Swasta,
Perusahaan Asuransi dan Lembaga Keuangan Bank atau non Bank.
Pemerintah sebagai komandan dan pengatur agar adanya sinergisitas program.
Menghilangkan riba dalam dunia keuangan (2011-2012).
Pelaksana Pemerintah.
Pemerintah membuat aturan penghilangan bunga dalam segala transaksi.
bunga dihilangkan secara utuh dan ada hukuman yang jelas bagi yang melanggar.

BAB III
PENUTUP
Sistem ekonomi islam saat ini yang diambil sebagai contoh adalah Bank Syariah setidaknya
dengan sistim-sistimnya yang telah dijelaskan diatas telah melakukan program Ekonomi
Islam/Syariah sebagai bentuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sedikit paparan diatas mungkin membawa kita pada pertanyaan, apakah ekonomi Islam akan
mampu mengatasi problematika ekononomi, tidak hanya paradigma konvensional yang
menjadi mainstream, tetapi juga realita perekonomian yang tengah terjadi? Jawabannya
sebagian besar terletak pada apakah ekonomi Islam melakukan apa yang harus dilakukan
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan dalam pengertian yang menyeluruh,
sebagaimana tercantum dalam ajaran Islam. Hal ini memerlukan analisa multi disiplin dengan
memasukkan banyak faktor, tidak saja ekonomi, tetapi juga aspek sosiologis, politik, sejarah
dan tetap berpegang pada dimensi moral tentunya.
Karena itu dibutuhkan tidak hanya sekedar kemauan dan kemampuan pemahaman ilmu
ekonomi Islam, walaupun ini sangat penting. Dibutuhkan strategi yang terarah yang
disesuaikan dengan kondisi negara kita saat ini.
Saat ini di Indonesia pengembangan ekonomi Islam dimulai dari lembaga keuangannya yang
relative lebihwell established. Sisi akademis dan aspek legalitasnya sedikit tertinggal dari
perkembangan praktek di lapangan, walaupun sebenarnya pengkajian ini berbeda dengan
Malaysia, dimana pendidikan dan aspek legal sistem ekonomi Islam mampu mengimbangi
kecepatan pertumbuhan lembaga keuangannya.
Dengan kondisi tersebut tentu dibutuhkan strategi yang tepat dan melibatkan pihak praktisi,
akademis, ulama dan regulator untuk merancang tahapan-tahapan pengembangan lebih lanjut.
Singkatnya dibutuhkan sebuahroad map ekonomi Islam di Indonesia untuk lebih membuat
upaya pengembangannya lebih terstruktur dan terencana dengan baik.
Saat ini upaya pengembangan ekonomi Islam yang dilakukan masih bersifat parsial dan
berjalan sendiri-sendiri ditiap stake holdernya. Kondisi ini pada satu sisi menguntungkan
pada jangka pendek ketika setiap pihak dengan semangat dan kemampuannya berupaya
mengembangkan ekonomi Islam.
Lembaga Keuangan Syariah berupaya membangun industri keuangan yang stabil dan
bermanfaat. Lembaga amil zakat terus berusaha mengoptimalkan dana yang terkumpul untuk
mengurangi kemiskinan, para ahli ekonomi Islam terus mengembangkan ilmu dan teori
ekonomi Islam, dsb. Tetapi semuanya tanpa arah dan sistem yang terstruktur dengan jelas dan
baik.
Karena itu mutlak diperlukan sebuah Arsitektur Ekonomi Islam Indonesia untuk
menjadi road map pengembangan yang bersifat berkesinambungan. Para pejuang ekonomi
Islam harus duduk bersama dan merumuskan strategi yang komprehensif dalam merancang
sistem ekonomi Islam di Indonesia. Seyogyanya rencana ini dapat kita realisasikan bersama
demi kemajuan ekonomi umat agar terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
http://cacarani.blogspot.com/2011/10/pelaksanaan-ekonomi-syariah-menuju.html
http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2012/12/30/sistem-perekonomian-syariah-islam-
dalam-era-globalisasi/
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/10/10/peran-dan-peluang-ekonomi-islam-
sebagai-solusi-permasalahan-bangsa-menghadapi-tantangan-ekonomi-konvensional-
494622.html
http://fatkhurrochman.blogspot.com/2011/11/penerapan-ekonomi-islam-dalam.html
http://indonesiaindonesia.com/f/8809-penerapan-ajaran-ekonomi-islam-indonesia/
http://www.kabarislam.com/hukum-fiqih/perkembangan-perekonomian-islam-dewasa
http://sukaapaajadeh.blogspot.co.id/2013/03/pelaksanaan-perekonomian-islam-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai