a. Latar Belakang
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang bebas, tetapikebebasannya
ditunjukkan lebih banyak dalam bentuk kerjasama daripada dalam bentuk kompetisi
(persaingan). Karena kerjasama meupakan tema umum dalamorganisasi sosial Islam.
Individualisme dan kepedulian sosial begitu erat terjalinsehingga bekerja demi kesejahteraan
orang lain merupakan cara yang palingmemberikan harapan bagi pengembangan daya guna
seseorang dan dalam rangkamendapatkan ridha Allah SWT. Jadi Islam mengajarkan kepada
para pemeluknyaagar memperhatikan bahwa perbuatan baik (amal slih) bagi
masyarakatmerupakan ibadah kepada Allah dan menghimbau mereka untuk berbuat
sebaik- baiknya demi kebaikan orang lain.Ajaran ini bisa ditemukan di semua bagian Al-
Quran dan ditunjukkansecara nyata dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW sendiri.
Prinsip persaudaraan (ukhuwwah) sering sekali ditekankan dalam Al-Quran maupunSunnah,
sehingga karena itu banyak sahabat menganggap harta pribadi merekasebagai hak milik
bersama dengan saudara-saudara mereka dalam Islam.Kesadaran dan rasa belas kasihan
kepada sanak keluarga dalam keluarga besar juga merupakan contoh orientasi sosial Islam
yang lain, karena berbuat baik (beramal salih) kepada sanak keluarga semacam itu tidak
hanya dihimbau tetapi juga diwajibkan dan diatur oleh hukum (Islam).
Kerukunan hidup dengan tetanggasangat sering ditekankan baik dalam Al-Quran
maupun Sunnah; di sini kita jugamelihat penampilan kepedulian sosial lain yang ditanamkan
oleh Islam. Danakhirnya, kesadaran, kepedulian dan kesiapan untuk melayani dan berkorban
disaat diperlukan demi kebaikan masyarakat keseluruhan amat sangat ditekankan.Ajaran-
ajaran Islam pada umumnya dan terutama ayat-ayat Al-Quran berulang-ulang menekankan
nilai kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal saleh merupakan
perintah Allah yang dinyatakan dalam Al-Quran. Baik dalam masalah-masalah spiritual,
urusan-urusan ekonomik atau kegiatan sosial.Nabi SAW menekankan kerjasama diantara
umat Muslim sebagai landasan masyarakat Islam dan merupakan inti penampilannya.
b. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem ekonomi syariah ?
2. Apa ciri-ciri sistem ekonomi syariah ?
3. Apa manfaat negara-negara yang menggunakan sistem ekonomi syariah?
4. Apa bentuk-bentuk sistem ekonomi syariah ?
"Ekonomi Syariah dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim(yan
g beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti AlQuran,Hadits Nabi,Ijmadan Qi
yas".
Hasanuzzaman
"Ilmu ekonomi Syariah adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syaria
h yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta
kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat
"
B. CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI SYARIAH
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Quran, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Quran dan Sunnah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen,
konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana
diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah
menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti kelebihan. Dalam Al Quran
surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
c. Manfaat Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Ekonomi Syariah
Hak Milik Umum: meliputi mineral-mineral dalam bentuk pepejal, cecair dan gas
termasuk petroleum, besi, tembaga, emas dan sebagainya yang didapati sama ada di
dalam perut bumiatau di atasnya, termasuk juga segala bentuk tenaga dan intensif tenaga
serta industri-industri berat. Semua ini merupakan hak milik umum dan wajib diuruskan
(dikelola) oleh Daulah Islamiyah(negara) manakala manfaatnya wajib dikembalikan kepada
rakyat
Hak Milik Negara meliputi segala bentuk bayaran yang dipungut oleh negara secara
syarie dari warganegara, bersama dengan perolehan dari pertanian, perdagangan dan
aktiviti industri, di luar dari lingkungan pemilikan umum di atas. Negara membelanjakan
perolehan tersebut untuk kemaslahatan negara dan rakyat
Hak Milik Individu: selain dari kedua jenis pemilikan di atas, harta-harta lain boleh
dimiliki oleh individu secara syarie dan setiap individu itu perlu membelanjakannya secara
syarie juga.
2. CARA PENGELOLAAN KEPEMILIKAN (AT-TASHARRUF FI AL
MILKIYAH)
Secara dasarnya, pengelolaan kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki mencakup dua
kegiatan, iaitu:-.
1) Pembelanjaan Harta (Infaqul Mal)
Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta kekayaan yang telah dimiliki.
Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahawa
harta tersebut haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi
sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah
dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah (harus). Dan
hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk
membeli barang-barang yang haram seperti minuman keras, babi, dan lain-lain.
2) Pengembangan Harta (Tanmiyatul Mal)
Pengembangan harta (tanmiyatul mal) adalah kegiatan memperbanyak jumlah harta yang
telah dimiliki. Seorang muslim yang ingin mengembangkan harta yang telah dimiliki, wajib
terikat dengan ketentuan Islam berkaitan dengan pengembangan harta. Secara umum Islam
telah memberikan tuntunan pengembangan harta melalui cara-cara yang sah seperti jual-beli,
kerja sama syirkah yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian, maupun perdagangan.
Selain Islam juga melarang pengembangan harta yang terlarang seperti dengan jalan aktiviti
riba, judi, serta aktiviti terlarang lainnya.
Pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan umum itu adalah hak
negara (Daulah Islamiyah), kerana negara (Daulah Islamiyah) adalah wakil ummat. Meskipun
menyerahkan kepada negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelolanya, namun Allah SWT
telah melarang negara (Daulah Islamiyah) untuk mengelola kepemilikan umum tersebut
dengan jalan menyerahkan penguasaannya kepada orang tertentu. Sementara mengelola
dengan selain dengan cara tersebut diperbolehkan, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum
yang telah dijelaskan oleh syara'.
Adapun pengelolaan kepemilikan yang berhubungan dengan kepemilikan negara (Daulah
Islamiyah) dan kepemilikan individu, nampak jelas dalam hukum-hukum baitul mal serta
hukum-hukum muamalah, seperti jual-beli, gadai (rahn), dan sebagainya. As Syari' juga telah
memperbolehkan negara (Daulah Islamiyah) dan individu untuk mengelola masing-masing
kepemilikannya, dengan cara tukar menukar (mubadalah) atau diberikan untuk orang tertentu
ataupun dengan cara lain, asal tetap berpijak kepada hukum-hukum yang telah dijelaskan
oleh syara.
a. Simpulan
b. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adanya makalah mengenai Penerapan sistem ekonomi syariah ini, akan membahas
selebihnya mengenai hal sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan sistem ekonomi di Indonesia
b. Menelaah permasalahan ekonomi di Indonesia
c. Menerapkan sistem ekonomi syariah di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Akan tetapi dalam praktiknya Soekarno menerapkan sistem ekonomi komando, selama
periode orde lama ( 1945-1966 ), perekonomian Indonesia tidak berjalan mulus, bahkan
sangat buruk yang juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik di dalam negeri yang
dicerminkan antara lain oleh terjadinya beberapa pemberontakan disejumlah daerah,
termasuk di Sumatra dan Sulawesi, pada decade 1950-an yang nyaris meruntuhkan sendi-
sendi ekonomi nasional.
Pada masa itu,prinsip-prinsip individualism, pesaingan bebas, dan perusahan swasta/pribadi
sangat ditentang karena oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya prinsip-prinsip
tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme. Keadaan ini semakin membuat
Indonesia sulit mendapat dana dari Negara-negara Barat baik dalam bentuk pinjaman maupun
penanaman modal asing (PMA), sedangkan Indonesia sangat membutuhkan hal itu. Pada
tahun 1963, Seokarno menyampaikan konsep ekonomi yang dikenal dengan sebutan
Deklarasi Ekonomi, akan tetapi tidak dapat dilaksanakan karena tidak dapat dukungan dari
partai-partai politik termasuk parta komunis, dan pada akhirnya deklarasi tersebut dilupakan
dan Indonesia tetap berlaku pada sistem ekonomi komando.
c) Sistem Ekonomi Pada Masa Orde Baru Hingga Sekarang
Pada masa orde baru lahir tahun 1966, sistem ekonomi berubah total. Berbeda dengan
pemerintah orde lama, dalam era Soeharto ini paradigm pembangunan ekonomi mengarah
pada sistem ekonomi pasar bebas ( demokrasi ekonomi ), dan politik ekonomi diarahkan pada
upaya-upaya dan cara-cara menggerakkan kembali roda ekonomi.
Pemerintahan orde lama meninggalkan berbagai masalah serius bagi pemerintah orde baru,
termasuk kelangkanaan bahan pangan dan pasokan bahan baku yang nyaris terhenti,
hiperinflasi, produksi dalam negeri yang nyaris terhenti, kerusakan infrastruktur yang parah,
terkurasnya cadangan devisa, tingginya tunggakan utang luar negeri (ULN), deficit APBN
yang sangat besar dan krisis neraca pembayaran.
Hasil dari usaha-usaha pemerintah orde baru untuk menghidupkan kembali roda
perekonmian nasional dengan sistem ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan-kebijakan
ekonomi di segala sektor dengan tujuan dan target yang telaah ditetapkan di dalam Repilita
cukup mengagumkan, terutama dilihat pada tingkat makro. Sistem ekonomi Indonesia
cenderung semakin kapitalis atau sistem ekonomi pasar semakin luas diterapkan sejak era
reformasi pada tahun 1998 hingga sekarang pada masa pemerintahan SBY.
2.2 Permasalahan Ekonomi di Indonesia
Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan
ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan
kesejahteraan masyarakat. Beberapa permasalahan ekonomi Indonesia sebagai berikut.
1. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan selama satu periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala
masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada modal dari investasi pihak
asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan
harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan
menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga minyak
menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi
berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat.
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan sebagai akibat berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil.
Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-barang kebutuhan pokok secara umum.
Akibatnya, masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga taraf hidupnya menurun.
Berdasarkan data BPS bulan Maret 2012 jumlah penduduk yang berada dalam garis
kemiskinan berjumlah sekitar 29,13 juta orang (11,96%). Jumlah ini berkurang sebanyak 0,89
juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya angka kemiskinan
ditunjang adanya penurunan harga komoditas makanan sedikit lebih besar dibandingkan
peranan komoditas bukan makanan.
3. Pengangguran
Secara umum pengangguran diartikan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
Pengangguran merupakan rantai masalah yang dapat menimbulkan beberapa permasalahan
pada suatu negara. Pengangguran disebabkan jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang
dengan jumlah lapangan kerja/kesempatan kerja. Akibatnya, banyak angkatan kerja yang
tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan pengangguran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun 2012
mencapai 120,4 juta jiwa. Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan Februari 2012
sebanyak 7,61 juta jiwa turun dari tahun sebelumnya sebanyak 7,7 juta jiwa. Hal ini
diharapkan sebagai indikasi yang baik mengenai perbaikan keadaan ketenagakerjaan di
Indonesia. Untuk mencapai harapan tersebut, pemerintah perlu mengusahakan kebijakan di
bidang ketenagakerjaan, misalnya perbaikan kualitas tenaga kerja / sumber daya manusia,
menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong tumbuhnya investasi dan modal, menyediakan
informasi lapangan pekerjaan, serta memberikan pelatihan dan keterampilan bagi tenaga
kerja.
4. Kesenjangan Penghasilan
Penghasilan digunakan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam
masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam masyarakat terdapat kelompok
masyarkat dengan penghasilan tinggi dan kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah.
Masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya mulai
dari kebutuhan primer, sekunder, hingga tersier. Sementara itu, kelompok masyarakat yang
memiliki penghasilan rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun
kebutuhan yang paling dasar.
Perbedaan kelompok masyarakat dengan penghasilan tertentu menimbulkan permasalahan
kesenjangan penghasilan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah dalam memeratakan
penyaluran distribusi pendapatan. Hal ini dilakukan untuk meratakan kemampuan masyarakat
dalam menikmati hasil pembangunan. Selain itu, upaya pemerintah dalam meratakan
penghasilan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dan kecemburan sosial masyarakat.
5. Inflasi
Berdasarkan data BPS, inflasi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 3,79%. Inflasi yang terjadi
di Indonesia disebabkan tingginya permintaan agregat, sementara permintaan barang dan jasa
tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dan kenaikan biaya produksi. Inflasi ditandai
oleh kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Hal ini akan menimbulkan
penurunan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa. Inflasi berdampak pada lesunya
kegiatan perekonomian, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah,
melemahnya nilai rupiah, dan ketidakstabilan perekonomian negara. Berdasarkan sumbernya
inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan
biaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim ekonomi
koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State).
Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap
buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca
mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi biasa, yaitu sistem ekonomi
syariah dalam memperoleh keuntungan, sistem ini menggunakan cara sistem bagi hasil
berbeda dengan sistem ekonomi liberal maupun sosial yang cenderung memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat aspek dari konsumennya.
3.2 Kritik
Dengan melihat penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam seharusnya
pemerintah mempertimbangkan untuk penerapan sistem ekonomi syariah, untuk
memperbaiki perekonomian yang dilanda berbagai masalah seperti sekarang ini.
3.3 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini pembaca kurang lebihnya dapat memahami isi dari
penjelasan mengenai Penerapan sistem ekonomi syariah . Diharapkan adanya saran yang
dapat mendukung dalam penyempurnaan makalah ini dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomisyariah.info/blog/2013/11/13/peluang-dan-kendala-pengembangan-ekonomi-
islam-di-indonesia/
http://ekonomi-syariah11.blogspot.com/2013/02/karakteristik-ekonomi-islam.html
http://ebookbrowse.com/pelaku-pelaku-ekonomi-dalam-sistem-perekonomian-indonesia-pdf-
d301457956
tambunan,tulus.2009.perekonomianindonesia.bogor:penerbitGhaliaIndonesia
http://acepdodi.blogspot.co.id/2015/08/makalah-penerapan-ekonomi-syariah-di.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang kaaffah, yang mengatur segala perilaku kehidupan
manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, urusan sosial dan ekonomi juga
diatur dalam Islam. Oleh karenanya setiap orang muslim, Islam merupakan sistem hidup (way
of life) yang harus diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh aspek
kehidupannya tanpa terkecuali.
Sudah cukup lama umat manusia mencari sistem untuk meningkatkan kesejahteraannya
khususnya di bidang ekonomi. Selama ini memang sudah ada beberapa sistem, diantaranya
dua aliran besar sistem perekonomian yang dikenal di dunia, yaitu sistem ekonomi
kapitalisme, dan sistem ekonomi sosialisme. Tetapi sistem-sistem itu tidak ada yang berhasil
penuh dalam menawarkan solusi optimal. Konsekuensinya orang-orang mulai berpikir
mencari alternatif. Dan alternatif yang oleh banyak kalangan diyakini lebih menjanjikan
adalah sistem ekonomi Islam. Karena sistem ini berpijak pada asas keadilan dan
kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem ini bersifat universal, tanpa melihat batas-batas etnis,
ras, geografis, bahkan agama.
Pada bulan Oktober tahun 2008 Al-Jazeera TV, sebuah stasiun TV terkenal di dunia yang
berkedudukan di Qatar, melakukan polling tentang sistem ekonomi yang dipercaya paling
baik untuk diterapkan di dunia. Respondennya sebanyak 29.486. Polling itu berisikan
pertanyaan,Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan apa yang anda percaya
paling baik untuk diterapkan di dunia? Hasilnya adalah 88,5% dari 29.486 responden
menjawab sistem ekonomi Islam. Sedangkan responden yang memilih sistem ekonomi
kapitalis hanya 5,0% saja, dan yang memilih sistem ekonomi keuangan komunis sebanyak
6,5%.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik.Sistem ekonomi ini
tidak hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem keuangan. Mulai dari perbankan,
pasar modal, asuransi, hingga dana pension.Pangsa pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat
luas, hal ini disebabkan karena Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sehingga
tidak diragukan penerapan sistem ini.
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam beberapa tahun terkahir ini, baik pada
tataran teoritis-konseptual (sebagai wacana akademik) maupun pada tataran praktis
(khususnya di lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank), sangat pesat.
Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan, karena ini merupakan cerminan dari
semakin meningkatnya kesadaran umat Islam dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini
refleksi dari pemahaman bahwa ekonomi Islam bukan hanya sekedar konsepsi. Ia merupakan
hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk kerangka serta perangkat
kelembagaan dan pranata ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat.
Adanya konsep pemikiran dan organisasi-organisasi yang dibentuk atas nama sistem ini
sudah tentu bisa dinilai sebagai model dan awal pertumbuhannya.
Kendati perkembangan ekonomi Islam saat ini sangat prospek namun dalam
pelaksanaannya masih menemukan berbagai kendala sekaligus tantangan, baik pada tataran
teoritis maupun pada tataran praktis, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal. Pada tataran teoritis misalnya belum terumusnya secara utuh berbagai konsep
ekonomi dalam ekonomi Islam. Sedangkan pada tataran praktis belum tersedianya sejumlah
institusi dan kelembagaan yang lebih luas dalam pelaksanaan Ekonomi Islam. Adapun dari
aspek internal adalah sikap umat Islam sendiri yang belum maksimal dalam menerapkan
ekonomi Islam. Sedangkan dari aspek eksternal adalahpraktik-praktik kehidupan ekonomi
yang sudah terbiasa dengan konsep-konsep ekonomi konvensional.
Kebangkitan ekonomi dan bisnis dibangun berdasarkan nilai-nilai Islam telah menjadi
fenomena yang menarik dalam dua dekade terakhir ini. Kesadaran untuk menghidupkan
kembali sistem ekonomi Islam merupakan jawaban atas berbagai persoalan dan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh sistem ekonomi ribawi.
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis mencoba membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dan fokus
dalam penguraiannya, pertanyaan berikut menjadi kerangka rumusan makalah yang disusun
ini:
- Bagaimana sistem ekonomi Islam itu?
- Bagaimana perkembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia?
- Apa kendala dan tantangan yang dihadapi?
- Bagaimana strategi pengembangannya?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam makalah ini, penyusun akan memaparkan tentang:
- Sistem ekonomi Islam secara global
- Perkembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia
- Kendala dan tantangan yang dihadapi
- Strategi efektif pengembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia.
BAB II
PENERAPAN SISTEM EKONOMI ISLAM
DI INDONESIA
BAB III
PENUTUP
Dari deskripsi tulisan di atas, dapat ditarik kesimpulan:
- Pesatnya pertumbuhan lembaga keuangan Syariah telah memperlihatkan bahwa upaya
pencarian teori dan sistem ekonomi Islam terus dilakukan secara konsisten. Dan ini juga
merupakan tanda bahwa konsep ekonomi Islam sudah luas dan dapat diterima dalam
masyarakat.
- Kesadaran masyarakat akan keunggulan sistem ekonomi Islam menunjukkan bahwa
paradigma berpikir masyarakat mulai kembali pada ashalah.
- Sistem ekonomi Islam sangat prospek, tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk jangka
panjang, namun ini sekaligus merupakan tantangan bagi umat Islam untuk terus-menerus
melakukan kajian, evaluasi dan mencari solusi terhadap teori, konsep dan implementasi
ekonomi Islam dalam berbagai model dan bentuknya.
http://vitamindirosat.blogspot.co.id/2013/11/penerapan-sistem-ekonomi-islam-di.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ISI 3
A. Perkembangan Ekonomi Islam 3
B. Peran Ekonomi Islam di Indonesia 6
C. Mengapa Ekonomi Islam Perli Diterapkan ? 7
D. Karakteristik Ekonomi Islam 8
E. Road Map Penerapan (2011-2021) 9
BAB III PENUTUP 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masih banyak kalangan yang melihat Islam secara parsial dimana Islam hanya
diwujudkan dalam bentuk ritualisme ibadah semata dan menganggap bahwa Islam tidak ada
kaitannya dengan dunia perbankan, pasar modal, asuransi, transaksi eksport import, dll.
Bahkan mereka beranggapan bahwa Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya
sebagai penghambat perekonomian suatu bangsa, sebaliknya kegiatan ekonomi dan keuangan
akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan
ketentuan Ilahi.
Cara pandang di atas bisa dikatakan sempit dan belum melihat Islam secara kaffah. Islam
adalah agama yang universal, bagi mereka yang dapat memahami dan melaksanakan ajaran
Islam secara utuh dan total akan sadar bahwa sistem perekonomian akan tumbuh dan
berkembang dengan baik bila didasari oleh nilai-nilai dan prinsip syariah Islam, dalam
penerapannya pada segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi ummat.
Sistem Perekonomian Islam bersifat universal artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak
terbatas pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun
zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada
kerangka kerja atau acuan norma-norma islami.
Anggapan tersebut telah terbukti dengan adanya krisis ekonomi dan moneter yang melanda
Indonesia dan Asia beberapa waktu yang lalu bahwa sistem yang kita anut dan dibanggakan
selama ini khususnya di bidang perbankan kiranya tidak mampu untuk menanggulangi dan
mengatasi kondisi yangada, bahkan terkesan sistem yang ada saat ini dengan tidak adanya
nilai-nilai Ilahi yang melandasi operasional perbankan dan lembaga keuangan lainnya sebagai
penyebab tumbuh dan berkembangnya perampok berdasi yang telah menghancurkan sendi-
sendi perekonomian bangsa Indonesia sendiri. Sebaliknya bagi dunia perbankan dan lembaga
keuangan Islam yang dalam operasionalnya bersendi pada Syariah Islam, krisis ekonomi dan
moneter yang terjadi merupakan moment positif dimana bisa menunjukkan dan memberikan
bukti secara nyata dan jelas kepada dunia perbankan Dengan bukti di atas, sudah saatnya bagi
para penguasa negara, alim ulama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk membuka mata
dan merubah cara pandang yang ada bahwa Sistem Perbankan Syariah merupakan alternatif
yang cocok untuk ditumbuh kembangkan dalam dunia perbankan Indonesia dewasa ini.
Namun disayangkan perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia terkesan lambat dan
kurang dikelola secara serius, terbukti dari data yang diperoleh dari BI Surabaya per Maret
2000 jumlah BPR Konvensional yang ada di Jawa Timur mencapai 427 sedangkan BPR
Syariah baru mencapai 6 (1,4%), dimana 5 diantaranya tergolong sehat dan 1 kurang sehat.
Kurang berkembangnya Sistem Perekonomian Islam, khususnya Perbankan Syariah di
Indonesia terletak pada umat Islam sendiri. Masih banyak umat Islam di Indonesia yang
belum paham akan ekonomi Islam ataupun tidak menjalankan sebagaimana mestinya, banyak
diantaranya yang merasa takut menjadi miskin karenanya, padahal dalam Q.S Al-Baqarah :
268 dikatakan: "Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui". Apabila perekonomian di Indonesia telah didasari oleh norma-norma Islam
tentunya tidak akan ditemukan kemiskinan ataupun penurunan taraf hidup dan perekonomian
ummat seperti yang terjadi saat ini.
BAB II
ISI
A. Perkembangan Ekonomi Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam sejarah perkembangan
ekonomi. Ekonomi Islam, berbeda dengan ekonomi-ekonomi yang lain, lahir karena dua
faktor;
Pertama; berasal dari ajaran agama yang melarang riba dan menganjurkan sedekah.
Kedua; timbulnya surplus dan yang disebut petro-dollar dari negara-negara penghasil dan
pengekspor minyak dari Timur Tengah dan negara-negara Islam. Adalah suatu kebetulan,
bahwa lading-ladang minyak terbesar di dunia dewasa ini berada di negara-negara Muslim.
Sebenarnya kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu
bank Islam pada dasawarsa kedua abad ke 20. Tapi gagasan tersebut hanya melahirkan satu
dua bank kecil yang tidak berdasarkan bunga. Sebabnya mudah dipahami, yaitu karena tiada
nya modal finansial yang mencukupi yang dimiliki kaum Muslim. Pada waktu itu juga sudah
disadari adanya doktrin sedekah atau zakat dan K.H. Ahmad Dahlan sudah punya gagasan
untuk membentuk lembaga amil (penghimpun dan pengelola) zakat. Tapi dana yang berhasil
dikumpulkan itu dibutuhkan langsung untuk dakwah dan penyantunan fakir miskin. Karena
itu belum ada gagasan untuk menjadikan dana zakat sebagai modal bank.
Gagasan penghimpunan zakat untuk modal bank baru timbul di Mesir pada awal dasawarsa
60-an. Maka pada tahun 1963, atas prakarsa seorang cendekiawan Mesir Dr. Ahmad al
Najjar, dibentuk bank pedesaan (rural bank) bersama Mir-Ghamr Bank. Bank itu
sesungguhnya cukup sukses, namun karena tersandung oleh alasan politik pada zaman
pemerintahan otoriter Jamal Abdul Nasser, bank itu ditutup pada tahun 1967. Namun
eksperimen bank Mir-Ghamr itu dihidupkan kembali dalam Nasr-Social Bank, dengan
sponsor Pemerintah untuk menolong masyarakat lemah sebagai bagian dari sosialisme Arab-
Mesir. Namun bank tersebut tidak lama umurnya karena berhenti beroperasi pada tahun 1976.
Dewasa ini, menurut International Association for Islamic Bank, jumlah bank-bank Islam di
seluruh Dunia Islam, yang mencakup 40 negara-negara Muslim maupun non-Muslim sudah
lebih dari 200 unit, padahal pada tahun 1986 baru berjumlah 35 unit, dengan aset sebesar
US$200,- miliar, di antaranya deposito sebesar US$ 80,- miliar. Di antara bank-bank itu
muncul kelompok trans-national group, yaitu Dar al Mal al Islami dan al-Baraka-Dallah
Group. Satu di antaranya adalah Islamic Development Bank (IDB), yang sahamnya dimiliki
oleh negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam). Setiap
negara Muslim punya hak untuk meminta bantuan dana dari IDB ini, di antaranya Indonesia
telah memperoleh dana melalui BMI yang memperoleh modal sehingga IDB ikut memiliki
35% saham BMI dan baru-baru ini BMI juga memperoleh dana tambahan sebesar US$ 100,-
juta guna memperkuat permodalannya. Selain itu, Reksadana Syariah yang dulu dipimpin
oleh Iwan Poncowinoto, telah memperoleh pinjaman sebesar US$ 100,- miliar dan telah
berhasil dikembalikan. Tapi secara umum Indonesia belum memanfaatkannya secara
maksimal.
Dari perjalanan perbankan dan lembaga keuangan Islam itu dapat ditarik keterangan, bahwa,
perekonomian Islam yang selama ini berkembang dimulai modal fisik (physical capital) atau
modal alam (natural capital), khususnya yang berasal dari minyak bumi. Dari hasil surplus
ekspor minyak bumi ini terbentuk modal financial (financial capital).
Namun hingga sekarang pun belum muncul gagasan untuk membangun usaha kecil dan
menengah (UKM) di Dunia Islam. Namun di Indonesia, bank-bank syariah, khususnya BMI,
telah mengarahkan 70% dananya untuk membiayai usaha UKM.
Demikian pula lembaga-lembaga perbankan syariah baru seperti Bank Syariah Mandiri
(BSM), BNI-Syariah dan Bank IFI-Syariah, telah mengarahkan sebagian besar dananya untuk
UKM.
Perkembangan penting dan khas perbankan syariah di Indonesia adalah berkembangnya Bait
al Maal wa al Tamwil dan Bait al Tamwil Muhammadiyah. Jumlahnya sekarang sudah
mendekati angka 4.000 unit dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang jumlahnya
sekitar 86 unit. Lembaga ini merupakan bentuk lembaga keuangan mikro yang sangat sukses.
Dan berbeda dengan lembaga keuangan mikro atau Grameen Bank di Bangladesh, BMT dan
BTM di Indonesia ini tumbuh dari bawah yang didukung oleh deposan-deposan kecil.
Walaupun tidak diakui sebagai bank, namun lembaga BMT-BTM ini telah menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi yang mengelola dana dari, untuk dan oleh
masyarakat. Dengan perkataan lain BMT-BTM merupakan perwujudan demokrasi ekonomi.
Apalagi sebagian besar BMT-BTM berbadan hukum koperasi yang merupakan badan usaha
yang berdasarkan asas kekeluargaan yang sesuai dengan Islam. Namun lembaga keuangan
mikro ini masih tetap kekurangan dana dibanding dengan kebutuhan dana masyarakat.
Salah satu ciri khas lembaga keuangan Islam adalah kaitannya yang erat dengan sektor riil,
sebab dalam sistem non-ribawi, penghasilan lembaga keuangan tergantung dari keuntungan,
terutama yang bersumber dari nilai-tambah yang diciptakan oleh sektor riil, khususnya
pertanian dan industri. Karena itu, maka pertumbuhan perbankan syariah dan lembaga
keuangan mikro syariah perlu ditunjang dengan pengembangan bisnis.
Indonesia dan Dunia Islam dewasa ini baru dalam taraf memperhatikan modal manusia yang
unsur utamanya adalah pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill). Modal manusia yang
dibutuhkan adalah wira swasta, tenaga teknik dan manajer. Hanya saja pengembangan SDM
ini membutuhkan waktu lama, karena itu perlu ditemukan bentuk-bentuk pendidikan yang
lebih praktis misalnya sistem magang sebagaimana dikembangkan di Jerman sejak abad
pertengahan. Pendidikan turun menurun, melalui keluarga memerlukan perhatian dan karena
itu perlu mendapatkan perhatian pemerintah.
B. Peran Ekonomi Islam di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%.
Namun, catatan angka diatas kertas tersebut berbanding jauh terhadap realita di lapangan.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 259.940.857 jiwa, Indonesia masih memiliki warga yang
menganggur sebanyak 12,8 juta jiwa dengan pendapatan perkapita sebesar US$3.542,9 yang
masih tergolong rendah. Hal itu tentunya menjadi sebuah fenomena yang cukup miris
mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA yang melimpah dan SDM yang
cukup berkualitas. Ekonomi islam yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1992
diharapkan dapat berperan penting guna memecahkan permasalahan yang hingga sampai saat
ini belum bisa diselesaikan. Berikut merupakan peran-peran ekonomi islam yang dapat
dijadikan potensi agar Indonesia dapat menjadi negara yang maju.
1. Instrumen zakat, infaq, sodaqoh dan sebagainya merupakan icon instrument yang dapat
mensejahterakan wong cilik. Potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 100 triliun. Dari dana
tersebut, bangsa ini dapat membangun ratusan sekolah dan puluhan rumah sakit. Selain itu,
instrumen ini guna menjawab amanat Pancasila dan UUD 1945, yakni menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur (redistribution with growth). Bukan makmur baru adil
(redistribution from growth) ala kapitalisme liberal.
2. Penerapan konsep jujur, adil, dan bertanggungjawab. Konsep ini merupakan syarat yang
harus terpenuhi dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Instrumen ekonomi seperti gadai,
sewa-menyewa dan perdagangan harus menonjolkan konsep ini. Penerapan konsep ini
ditujukan agar tidak ada yang dirugikan dalam kegiatan ekonomi dan menguntungkan semua
pihak yang terlibat sehingga tidak akan terjadi berbagai macam kecurangan-kecurangan yang
dapat menimbulkan konflik sosial.
3. Pelarangan riba dengan menjadikan sistem bagi hasil (profit-loss sharing) dengan
instrumen mudharabah dan musyarakah sebagai sistem kredit berikut instrumen bunganya
(Q.S Al-Baqarah:275). Bunga bank memiliki efek negatif tehadap aktivitas ekonomi dan
sosial. Secara ekonomi, bunga bank akan mengakibatkan petumbuhan ekonomi yang semu
dan akan menurunkan kinerja perekonomian secara menyeluruh serta dampak-dampak
lainnya. Dalam segi sosial pun akan membuat masyarakat terbebani akan bunga yang dirasa
begitu berat (chaos). Dengan pelarangan riba ini, diyakini bahwa pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat.
Ketiga poin tersebut merupakan secuil kecil peran ekonomi islam dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan bangsa yang hingga saat ini belum dapat diselesaikan.
C. Mengapa Ekonomi Islam Perlu Diterapkan?
Peran ekonomi islam dalam percaturan ekonomi Indonesia sangat memiliki pengaruh yang
cukup besar. Ekonomi islam perlu diterapkan dan ditingkatkan eksistensinya karena
manfaatnya yang luar biasa dalam mengatasi permasalahan bangsa dibandingkan dengan
menerapkan sistem ekonomi konvensional yang justru menjerat dan membenani masyarakat,
khususnya wong cilik. Berikut ini adalah sebuah jawaban mengapa perlu diterapkannya
ekonomi islam di Indonesia.
1. Mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim dengan persentase 85%. Jadi, sudah
sewajarnya ekonomi islam diterapkan kedalam sistem perekonomian Indonesia.
2. Ekonomi islam bersifat universal, artinya tidak hanya ditujukan untuk umat muslim saja,
melainkan bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil alamin).
3. Sudah banyak masyarakat yang telah menggunakan/menerapkan sistem ekonomi islam,
khususnya perbankan syariah.
4. Masyarakat telah merasakan secara langsung manfaat dari pelaksanaan sistem ekonomi
islam baik secara individu maupun sosial.
Apabila peluang-peluang ini dimanfaatkan secara serius dan baik, maka bukan tidak mungkin
masalah-masalah yang menjerat Indonesia selama ini akan terselesaikan.
Secara logika, dasar dan prinsip telah terbukti bahwa ekonomi islam dapat dikatakan lebih
baik dan dapat menjawab tantangan global yang rentan krisis daripada ekonomi
konvensional. Dengan menerapkan ekonomi islam, bukan tidak mungkin Indonesia bahkan
dunia dapat kebal dari krisis ekonomi dan dampak yang dihasilkannya. Untuk perkembangan
perekonomian dimasa mendatang, diharapkan ekonomi islam tidak hanya dijadikan produk
semata, melainkan menjadi the truly islamic economic which can help to solve economic
problems in this country.
D. Karakteristik Ekonomi Islam
Ekonomi sebagai suatu usaha mempergunakan sumber-sumber daya secara rasional untuk
memenuhi kebutuhan, sesungguhnya melekat pada watak manusia. Tanpa disadari,
kehidupan manusia sehari-hari didominasi kegiatan ekonomi. Ekonomi Islam pada
hakikatnya adalah upaya pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan
jasa yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt. dalam rangka memperoleh ridho-Nya.
Menurut ahli Ekonomi Islam, ada 3 (tiga) karakteristik yang melekat pada Ekonomi Islam,
yaitu :
(a) Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan Al-Sunnah;
(b) Perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai
sumber;
(c) Bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika
ekonomi komunitas muslim pada periode awal.
Berkaitan dengan hal pertama, terdapat deripatif dari karakteristik Ekonomi Islam, yaitu sbb.
:
(a) Tidak adanya transaksi yang berbasis bunga (riba).
(b) Berfungsinya institusi zakat.
(c) Mengakui mekanisme pasar (market mechanism).
(d) Mengakui motif mencari keuntungan (profit motive).
(e) Mengakui kebebasan berusaha (freedom of enterprise).
(f) Kerjasama ekonomi (Didin Hafidhuddin, 2003: 18-19).
E. Road Map Penerapan (2011-2021)
1.) Ekonomi Makro Islam
Kebijakan ekonomi makro islam yang diambil:
1. Membuat mata uang yang memiliki jaminan emas (2011-2012).
Pelaksana Bank Indonesia.
Bank Indonesia bertanggung jawab penuh atas program itu.
Sebelumnya mata uang yang belum mendapat jaminan emas ditarik sedikit demi sedikit
kemudian diganti dengan mata uang yang punya jaminan emas.
2. Menghilangkan inflasi (2012-2014).
Pelaksana Bank Indonesia.
Bank Indonesia menghilangkan intrumen bunga dalam segala transaksi keuangan.
menerapkan kebijakan fiskal islam dalam mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara.
3. Mengunakan standar emas dalam satuan hitung (2011-2012).
Pelaksana Bank Indonesia.
Program ini berjalan bersama dengan membuat mata uang yang memiliki jaminan emas.
Program ini membantu perhitungan nilai mata uang.
4. Mengoptimalkan zakat sebagai pendapatan Negara (2012-2015).
Pelaksana BAZNAS dan DPR RI.
DPR RI segera membuat aturan UU yang berhubungan dalam pengelolaan zakat (2012-2013).
Setelah aturan yang jelas sudah BAZNAS bertindak sebagai pengelola Zakat.
BAZNAS berkoordinasi dengan BAZDA dan LAZ untuk mensinergikan program.
5. Membentuk bank sentral islam (2015-2016).
Pelaksana Pemerintah Pusat RI.
Bank Indonesia diganti sistemnya dengan mengunakan sistem syariah.
6. Sistem yang dipakai adalah sistem ekonomi islam (2011-2016).
Pelaksana Pemerintah .
Pemerintah membuat Kepres dan melakukan kebijakan tentang kewajiban mengunakan sistem
ekonomi islam dalam menjalankan pemerintahan.
Pemerintah pusat dan daerah bersinergi dalam melaksanakan sistem tersebut.
Pemerintah pusat membuat program yang terencana dalam menerapan program tersebaut.
7. Membuat undang-undang sistem ekonomi Islam (2011-2012).
Pelaksana DPR RI dan Pemerintah Pusat.
UU tentang sistem ekonomi islam harus dibuat beseerta semua intrumen yang ada untuk
menunjang program tersebut.
Pemerintah membuat peraturan dalam mengejawantahkan UU tersebut.
2.) Ekonomi Mikro Islam
Kebijakan ekonomi mikro Islam yang diambil:
Mengoptimalkan UMKM (2011-2021).
Pelaksana Pemerintah, Lembaga Keuangan dan Masyarakat.
Pemerintah memberikan bantuan modal berupa hibah (2011-2021).
Lembaga keuangan member kemudahan dalam penambahan modal (2011-2016).
Masyarakat membuat pemesaran yang efektif dalam optimalisasi UMKM (2011-2015).
Sistem perbankan yang digunakan adalah sistem perbankan islam (2011-2021).
Pelaksana Pemerintah dan lembaga Keuangan.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan pengawas pelaksanaan sistem perbankan islam.
Lembaga keuangan sebagai pelaksana dan member edukasi terhadap masyarakat.
Mengunakan pasar modal syariah, pengadaian syariah, rekasadana syariah, obligasi
syariah, asuransi syariah dll (2011-2021).
Pelaksana BAPEPAM, Pegadaian, Perusahaan reksadana, Pemerintah, Perusahaan Swasta,
Perusahaan Asuransi dan Lembaga Keuangan Bank atau non Bank.
Pemerintah sebagai komandan dan pengatur agar adanya sinergisitas program.
Menghilangkan riba dalam dunia keuangan (2011-2012).
Pelaksana Pemerintah.
Pemerintah membuat aturan penghilangan bunga dalam segala transaksi.
bunga dihilangkan secara utuh dan ada hukuman yang jelas bagi yang melanggar.
BAB III
PENUTUP
Sistem ekonomi islam saat ini yang diambil sebagai contoh adalah Bank Syariah setidaknya
dengan sistim-sistimnya yang telah dijelaskan diatas telah melakukan program Ekonomi
Islam/Syariah sebagai bentuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sedikit paparan diatas mungkin membawa kita pada pertanyaan, apakah ekonomi Islam akan
mampu mengatasi problematika ekononomi, tidak hanya paradigma konvensional yang
menjadi mainstream, tetapi juga realita perekonomian yang tengah terjadi? Jawabannya
sebagian besar terletak pada apakah ekonomi Islam melakukan apa yang harus dilakukan
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan dalam pengertian yang menyeluruh,
sebagaimana tercantum dalam ajaran Islam. Hal ini memerlukan analisa multi disiplin dengan
memasukkan banyak faktor, tidak saja ekonomi, tetapi juga aspek sosiologis, politik, sejarah
dan tetap berpegang pada dimensi moral tentunya.
Karena itu dibutuhkan tidak hanya sekedar kemauan dan kemampuan pemahaman ilmu
ekonomi Islam, walaupun ini sangat penting. Dibutuhkan strategi yang terarah yang
disesuaikan dengan kondisi negara kita saat ini.
Saat ini di Indonesia pengembangan ekonomi Islam dimulai dari lembaga keuangannya yang
relative lebihwell established. Sisi akademis dan aspek legalitasnya sedikit tertinggal dari
perkembangan praktek di lapangan, walaupun sebenarnya pengkajian ini berbeda dengan
Malaysia, dimana pendidikan dan aspek legal sistem ekonomi Islam mampu mengimbangi
kecepatan pertumbuhan lembaga keuangannya.
Dengan kondisi tersebut tentu dibutuhkan strategi yang tepat dan melibatkan pihak praktisi,
akademis, ulama dan regulator untuk merancang tahapan-tahapan pengembangan lebih lanjut.
Singkatnya dibutuhkan sebuahroad map ekonomi Islam di Indonesia untuk lebih membuat
upaya pengembangannya lebih terstruktur dan terencana dengan baik.
Saat ini upaya pengembangan ekonomi Islam yang dilakukan masih bersifat parsial dan
berjalan sendiri-sendiri ditiap stake holdernya. Kondisi ini pada satu sisi menguntungkan
pada jangka pendek ketika setiap pihak dengan semangat dan kemampuannya berupaya
mengembangkan ekonomi Islam.
Lembaga Keuangan Syariah berupaya membangun industri keuangan yang stabil dan
bermanfaat. Lembaga amil zakat terus berusaha mengoptimalkan dana yang terkumpul untuk
mengurangi kemiskinan, para ahli ekonomi Islam terus mengembangkan ilmu dan teori
ekonomi Islam, dsb. Tetapi semuanya tanpa arah dan sistem yang terstruktur dengan jelas dan
baik.
Karena itu mutlak diperlukan sebuah Arsitektur Ekonomi Islam Indonesia untuk
menjadi road map pengembangan yang bersifat berkesinambungan. Para pejuang ekonomi
Islam harus duduk bersama dan merumuskan strategi yang komprehensif dalam merancang
sistem ekonomi Islam di Indonesia. Seyogyanya rencana ini dapat kita realisasikan bersama
demi kemajuan ekonomi umat agar terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
http://cacarani.blogspot.com/2011/10/pelaksanaan-ekonomi-syariah-menuju.html
http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2012/12/30/sistem-perekonomian-syariah-islam-
dalam-era-globalisasi/
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/10/10/peran-dan-peluang-ekonomi-islam-
sebagai-solusi-permasalahan-bangsa-menghadapi-tantangan-ekonomi-konvensional-
494622.html
http://fatkhurrochman.blogspot.com/2011/11/penerapan-ekonomi-islam-dalam.html
http://indonesiaindonesia.com/f/8809-penerapan-ajaran-ekonomi-islam-indonesia/
http://www.kabarislam.com/hukum-fiqih/perkembangan-perekonomian-islam-dewasa
http://sukaapaajadeh.blogspot.co.id/2013/03/pelaksanaan-perekonomian-islam-dalam.html