PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
yang ditanamkan oleh Islam. Dan akhirnya, kesadaran, kepedulian dan kesiapan
untuk melayani dan berkorban disaat diperlukan demi kebaikan masyarakat
keseluruhan amat sangat ditekankan. Ajaran-ajaran Islam pada umumnya dan
terutama ayat-ayat Al-Quran berulang-ulang menekankan nilai kerjasama dan kerja
kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal saleh merupakan perintah Allah yang
dinyatakan dalam Al-Quran. Baik dalam masalah-masalah spiritual, urusan-urusan
ekonomik atau kegiatan sosial, Nabi SAW menekankan kerjasama diantara umat
Muslim sebagai landasanmasyarakat Islam dan merupakan inti penampilannya.
Dalam pembahasan kali ini kita mengambil beberapa pembahasan yang
terkait dengan kaidah-kaidah pengambilan hukum-hukum sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui system ekonomi islam
2. Mengetahui fungsi pelaku ekonomi islam dalam menggerakan
pertumbuhan ekonomi
3. Mengetahui Ciri-ciri sitem ekonomi islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Nawawi, Ismail,Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: ITS Press,
2009), hlm42
3
ekonomi, yang bertujuan menciptakan alat-alat untuk memuaskan berbagai
keperluan manusia.2
3. Dr. Muhammad Abdullah al-'Arabi, ekonomi syariah merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang yang kita simpulkan dari itlaf,
Al-Quran dan As-Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita
dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.3
4. Prof. Dr. Zainuddin Ali, ekonomi syariah adalah kumpulan norma hkum
yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang mengatur perekonomian
umat manusia.
5. Menurut M.A Manan4, ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik benang bahwa ekonomi syariah
merupakan sistem ekonomi yang bersumber dari wahyu yang transendental (Al-
Quran dan As-Sunnah/ Al-Hadits) dan sumber interpretasi dari wahyu yang disebut
dengan ijtihad. Hukum-hukum yang diambil dari sumber nash Al-Quran dan Al-
Hadits yang merupakan nash qath 'i it secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak
dapat berubah kapan pun dan dimana pun), tetapi dalam hal yang berhubungan
dengan nash yang bersifat zhanni, it dapat berubah yang dipengaruhi oleh waktu,
tempat dan keadaan.
2 Syarifuddin Prawiranegara, Apa yang dimaksud Sistem Ekonomi slam, (Jakarta: Publicita, 1976),
hm. 27.
3 Ahmad Muhammad al-'Assai dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi slam:
Prinsipprinsip dan Tujuan-tujuannya (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980), hlm. II
4 M.A Manan, Ekonomi Syariah: Dari Teori ke Praktek, Penerjemah Potan Arif Harahap, (Jakarta:
PT. Intermasa, 1992), hm. 19.
4
2.2 Posisi dan Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam
Secara garis besar system matika hukum ekonomi islam dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Hukum Itiqadiyyah (akidah).
Hukum ini mengatur hubungan rohaniyah manusia dengan Yang Maha Kuasa
dalam masalah keimanan dan ketaqwaan.
2. Hukaum Khuluqiyah (ahklah)
Hukum ini mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan mahkluk
lainnya.
3. Hukum Amaliyah (syariah)
Hukum ini mengatur hubungan lahiriyah antara manusia dengan sesama dan
mahkluk lain.
Hukum muamalah dalam literature terinci kepada:
1. Hukum perdata (muamalat)
2. Hukum perkawinan (munakahat)
3. Hukum waris (al-mirats)
4. Hukum pidana (jinayat)
5. Politik (siyasah)
5
2.4 Konsep ekonomi islam, karakteristik ekonoi islam Dan penerapan nya.
Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam
tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara
keperluan kebendaan dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber
pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul,
6
tentang hukum dalam bentuk yang global dan simple itu dimaksudkan untuk
melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi jaman.
5. Elastis
Hukum islam juga bersifat elastics (lentur, luwes) karena meliputi segala bidang
dan lapangan kehidupan manusia.
6. Universal dan dinamis
Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas, tidak dibatasi oleh daerah terrentu,
seperti luang lingkup ajaran-ajaran nabi sebelumnya.
7. Sistematis
Maksudnya bahwa hukum Islam mencerminkan sejumlah doktrin yang
bertalian secara logis.
7
Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu
dewasa ini. Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita,
sebelum adanya amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan hukum yang
berkaitan dengan urusan perniagaan ataupun kontrak bisnis di lembaga-lembaga
keungan syariah kita masih mengacu pada ketentuan KUH Perdata yang ternyata
merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk Wetbook peninggalan jajahan Hindia-
Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi sejak tahun 1854.. Sehingga
konsep perikatan dalam hukum-hukum syariah tidak lagi berfungsi dalam praktek
legal-formal hukum di masyarakat.
Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan
kembali sejauh mana penerapan hukum syariah dalam setiap aktivitas kehidupan
kita, terlebih pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan
ekonomi syariah yang telah jelas disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang
menaungi hukumnya masih mengakar pada penerapan KUH Perdata yang belum
dapat dianggap syariah karena masih bersumber pada Burgerlijk Wetbook hasil
peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.
Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syariah dewasa ini
berbagai upaya-upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syariah
pada level atas untuk kemudian memuluskan penerapan hukum ekonomi syariah
secara formal pada tatanan payung hukum yang lebih diakui pada tingkat nasional.
Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek politik hukum di Indonesia. Proses
legislasi hukum ekonomi syariah pun sudah sejak lama dilakukan dan relatif belum
menemui hambatan yang secara signifikan mempengaruhi proses perjalanannya.
Hanya saja kemudian upaya-upaya ini baru sampai pada tahap perumusan Undang
Undang yang mengatur aspek-aspek ekonomi syariah secara terpisah, belum
kepada pembentukkan instrument hukum
8
1. Membuka kesempatan seluas luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab
kepemilikan dalam kepemilikan indifidu.
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
kepemilikan melalui kegiatan investasi.
3. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.
4. Larangan kegiatan monopolo serta kegiatan penupuan.
5. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa
6. Pemanfaatan barang-barang secara optimal milik umum yang dikelola
Negara.
7. Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu aja dengan
menggalakan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat
pertumuhan.
Katagori Kepemilikan
1. Kepemilikan individu (private property)
Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum yang syara yang berlaku bagi
zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang
mendapatkanya untuk memanfaatkan barang tersebut.
2. Kepemilikan umum (collective property)
Kepemilikan Umum adalah izin syari kepada suatu komonitas unuk sama-
sama memanfaatkan benda.
3. Kepemilikan Negara (state property)
9
Harta harta yang termasuk milik Negara adalah harta yang merupakan hak
seluruh kaum yang mengelolanya menjadi wewenang Negara, dimana Negara
dapat memberikan sebagian warga Negara, sesuai dengen kebijakanya.
Disebabkannya kepemilikan
1. Bekerja (Amal/kasab) seperti menghidupkan tanah mati, menggali kandungan
bumi, berburu, makelar atau samsarah,
2. Transaksi yaitu transaksi yang dilakukan oleh suatu pihak/orang dengan
orang/pihak lain
3. Warisan (takhalluf)
4. Nasioanalisme Aset-aset yaitu beralihnya kepemilikan aset-aset yang tidak
ada pemiliknya/tuanya dan aset warisan namun tidak ada yang berhak
menerimanya. Dan
5. Pemberian Negara
10
Dalam segala kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
ketentuan Allah, baik dalam hal jual beli, simpan pinjam maupun investasi.5
Dan Dalam islam konsep kepemilikan harta, harta sepenuhnya adalah milik Allah
sementara manusia sebagai khalifah atas harta tersebut. Selain itu juga islam sangat
melarang manusia melakukan tindakan Maisyir, Gharar, Haram, Dzalim, ikhtikar
dan Riba.
1. Melarang Maisyir
Maisyir adalah suatu tindakan perjudian, yang berarti seseorang ingin
mendapatkan harta tanpa harus bersusah payah. Atau suatu pekerjaan untuk
memperkaya diri sendiri, akan tetapi dengan cara merugikan pihak lain.
2. Larangan Gharar
Gharar yaitu suatu tindakan penipuan yang dapat merugikan orang lain, dimana
dalam transaksi terdapat unsur- unsur tersembunyi yang dilakukan oleh salah satu
pihak untuk mendapatkan keuntungan.
Gharar berakibat sangat buruk, yaitu akan menimbulkan kebencian pada pihak
yang bertransaksi.
4. Larangan Dzalim
Yaitu tindakan yang merugikan orang lain, maupun menyakiti orang lain
untuk maksud tertentu. Karena dalam islam, sebauan transaksi yang dilakukan
harus atas dasar saling ridho, maka islam tidak membenarkan hal ini.
5 heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan syariah, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2003) hlm 31
11
5. Larangan Ikhtikar
Yaitu suatu kegiatan penimbunan barang, untuk maksud memperoleh
keuntungan yang besar dengan cara menahan suatu barang dalam suatu keadaan
dan akan memjualnya kembali pada saat harga sedang melonjak.
6. Larangan Riba
Yaitu tambahan atas suatu transaksi yang dilakukan, biasanya dalam utang
piutang yaitu dalam bentuk bunga. Islam tidak membenarkan riba dalam bentuk
apapun, walaupun keduanya sama-sama rela, kecuali dalam bentuk bonus atau
bentuk terima kasih peminjam kepada yang meminjami.
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip
yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi[5]. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam
Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
12
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
6 Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm 17
7 Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm 22
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Islam merupakan
ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur
berdasarkan attran agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam
Masalah ekonomi merupakan masalah yang umum. Oleh karena itu, seluruh
dunia menaruh perhatian yang bear terhadap permasalahan ekonomi. Dalam
pandangan slam, permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui
perubahan secara instan, diperlukan perubahan yang bersifat mendasar mulai dari
tatanan filosofi yang akan membentuk teori ekonomi slam, yang kemudian akan
membentuk prinsip-prinsip sistem ekonomi Islam sehingga pada akhirnya akan
terbentuk secara otomatis perilaku Islami dalam ekonomi.
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh
sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga
diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,
sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar
dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya
semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15