Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan canggihnya teknologi di era globalisasi


Makkah. Berkembang juga pergaulan kebiasaan kebudayaan semua itu perlu dikaji
ulang mana yang baik dan bermanfaat bagi kita baik untuk diri sendiri, orang lain
bangsa dan agama. Untuk itu, sebagai seorang Muslim kita harus bisa membedakan
mana yang baik dan tidaknya ushul fiqih merupakan suatu sarana untuk menjadi
Muslim sejati dengan mempelajari hukum-hukum dan tata cara dalam menjalani
hidup dalam. Sistem ekonomi Islam merupakan system ekonomi yang bebas,
tetapi kebebasannya ditunjukkan lebih banyak dalam bentuk kerjasama dari pada
dalam bentuk kompetisi (persaingan). Karena kerjasama merupakan tema umum
dalam organisasi sosial Islam. Individualisme dan kepedulian sosial begitu erat
terjalin sehingga bekerja demi kesejahteraan orang lain merupakan cara yang paling
memberikan harapan bagi pengembangan daya guna seseorang dan dalam rangka
mendapatkan ridha Allah SWT. Jadi Islam mengajarkan kepada para pemeluknya
agar memperhatikan bahwa perbuatan baik (amal slih) bagi masyarakat
merupakan ibadah kepada Allah dan menghimbau mereka untuk berbuat sebaik-
baiknya demi kebaikan orang lain. Ajaran ini bisa ditemukan di semua bagian
Al-Quran dan ditunjukkan secara nyata dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW
sendiri.
Prinsip persaudaraan (ukhuwwah) sering sekali ditekankan dalam Al-Quran
maupun Sunnah, sehingga karena itu banyak sahabat menganggap harta pribadi
mereka sebagai hak milik bersama dengan saudara-saudara mereka dalam Islam.
Kesadaran dan rasa belas kasihan kepada sanak keluarga dalam keluarga besar juga
merupakan contoh orientasi sosial Islam yang lain, karena berbuat baik (beramal
salih) kepada sanak keluarga semacam itu tidak hanya dihimbau tetapi juga
diwajibkan dan diatur oleh hukum (Islam).
Kerukunan hidup dengan tetangga sangat sering ditekankan baik dalam Al-
Quran maupun Sunnah; di sini kita juga melihat penampilan kepedulian sosial lain

1
yang ditanamkan oleh Islam. Dan akhirnya, kesadaran, kepedulian dan kesiapan
untuk melayani dan berkorban disaat diperlukan demi kebaikan masyarakat
keseluruhan amat sangat ditekankan. Ajaran-ajaran Islam pada umumnya dan
terutama ayat-ayat Al-Quran berulang-ulang menekankan nilai kerjasama dan kerja
kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal saleh merupakan perintah Allah yang
dinyatakan dalam Al-Quran. Baik dalam masalah-masalah spiritual, urusan-urusan
ekonomik atau kegiatan sosial, Nabi SAW menekankan kerjasama diantara umat
Muslim sebagai landasanmasyarakat Islam dan merupakan inti penampilannya.
Dalam pembahasan kali ini kita mengambil beberapa pembahasan yang
terkait dengan kaidah-kaidah pengambilan hukum-hukum sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu system ekonomi islam?
2. Bagaimana fungsi pelaku ekonomi islam dalam menggerakan
pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaimana Ciri-ciri sitem ekonomi islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui system ekonomi islam
2. Mengetahui fungsi pelaku ekonomi islam dalam menggerakan
pertumbuhan ekonomi
3. Mengetahui Ciri-ciri sitem ekonomi islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Ekonomi Islam

Hukum ekonomi islam adalah sebuah system ilmu pengetahuan yang


menyoroti masalah perekonomin, sama seperti konsep ekonomi konvensional
lainnya. Hanya dalam system ekonomi ini, nilai-nilai islam menjadi landasan dan
dasar dalam setiap aktivitasnya.
Ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos. Arti ekonomi adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapun
kegiatan ekonomi terbagi menjadi 3, yaitu : produksi, distribusi dan konsumsi.
Untuk mengatur ketiga jenis ekonomi tersebut, diperlukan sebuat system, yaitu
system ekonomi. Dengan adanya system, kegiatan ekonomi bias teratur.

Definisi Ekonomi Islam Menurut Para Ahli :

1. Nasution at all (2007:11) mengemukakan : Sistem ekonomi Islam adalah


suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam, yang
bersmber pada Al-Quran, As -Sunnah, Ijma dan Qiyas atau sumber lainnya.1
2. Menurut Mr. Syarifuddin Prawiranegara, Sistem Ekonomi Islam adalah
sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman
kerjanya, dipengaruhi dan dibatasi oleh ajaran-ajaran Islam. Atau Sistem
Ekonomi Islam adalah pengaruh yang dipancarkan oleh ajaran-ajaran Islam
terhadap prinsip ekonomi yang menjadi pedoman bagi setiap kegiatan

1 Nawawi, Ismail,Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya: ITS Press,
2009), hlm42

3
ekonomi, yang bertujuan menciptakan alat-alat untuk memuaskan berbagai
keperluan manusia.2
3. Dr. Muhammad Abdullah al-'Arabi, ekonomi syariah merupakan
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang yang kita simpulkan dari itlaf,
Al-Quran dan As-Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang kita
dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.3
4. Prof. Dr. Zainuddin Ali, ekonomi syariah adalah kumpulan norma hkum
yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang mengatur perekonomian
umat manusia.
5. Menurut M.A Manan4, ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik benang bahwa ekonomi syariah
merupakan sistem ekonomi yang bersumber dari wahyu yang transendental (Al-
Quran dan As-Sunnah/ Al-Hadits) dan sumber interpretasi dari wahyu yang disebut
dengan ijtihad. Hukum-hukum yang diambil dari sumber nash Al-Quran dan Al-
Hadits yang merupakan nash qath 'i it secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak
dapat berubah kapan pun dan dimana pun), tetapi dalam hal yang berhubungan
dengan nash yang bersifat zhanni, it dapat berubah yang dipengaruhi oleh waktu,
tempat dan keadaan.

2 Syarifuddin Prawiranegara, Apa yang dimaksud Sistem Ekonomi slam, (Jakarta: Publicita, 1976),
hm. 27.
3 Ahmad Muhammad al-'Assai dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Ekonomi slam:
Prinsipprinsip dan Tujuan-tujuannya (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1980), hlm. II

4 M.A Manan, Ekonomi Syariah: Dari Teori ke Praktek, Penerjemah Potan Arif Harahap, (Jakarta:
PT. Intermasa, 1992), hm. 19.

4
2.2 Posisi dan Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam
Secara garis besar system matika hukum ekonomi islam dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Hukum Itiqadiyyah (akidah).
Hukum ini mengatur hubungan rohaniyah manusia dengan Yang Maha Kuasa
dalam masalah keimanan dan ketaqwaan.
2. Hukaum Khuluqiyah (ahklah)
Hukum ini mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan mahkluk
lainnya.
3. Hukum Amaliyah (syariah)
Hukum ini mengatur hubungan lahiriyah antara manusia dengan sesama dan
mahkluk lain.
Hukum muamalah dalam literature terinci kepada:
1. Hukum perdata (muamalat)
2. Hukum perkawinan (munakahat)
3. Hukum waris (al-mirats)
4. Hukum pidana (jinayat)
5. Politik (siyasah)

2.3 Dasar Hukum Ekonomi Islam


Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hokum agar bias dinyatakan sebagai
sebuah bagian dari konsep pengetahuan, demikian pula dengan ekonomi dalam
islam. Ada beberapa hukum yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan
konsep ekonomi dalam islam. Beberapa dasar hukum islam tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Al-Quran
2. Hadist dan sunnah
3. Ijma
4. Ijtihad atau Qiyas

5
2.4 Konsep ekonomi islam, karakteristik ekonoi islam Dan penerapan nya.
Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam
tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara
keperluan kebendaan dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber
pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul,

Karakterististik Ekonomi Islam


1. Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup
kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-Araaf ayat 31
seta Al-Israa ayat 16.
2. Zakat
Adalah karakteristik khusus yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat. Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur social
Islam
3. Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga), karena itu merupakan salah satu
penyelewengan uang dari bidangnya. Larangan riba dalam islam bertujuan
membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat
bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan
tanpa penempatan diri pada resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas
menyatakan perang terhadap riba dan umat islam wajib meninggalkannya, akan
tetapi islam menghalalkan mencari keuntungan lewat perniagaan.
4. Sempurna
Syarat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dangaris besar
permasalahan. Oleh karena itu, hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-
ubah lantaran berubahnya masa dan berlainannya tempat. Penerapan Al-quran

6
tentang hukum dalam bentuk yang global dan simple itu dimaksudkan untuk
melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi jaman.
5. Elastis
Hukum islam juga bersifat elastics (lentur, luwes) karena meliputi segala bidang
dan lapangan kehidupan manusia.
6. Universal dan dinamis
Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas, tidak dibatasi oleh daerah terrentu,
seperti luang lingkup ajaran-ajaran nabi sebelumnya.
7. Sistematis
Maksudnya bahwa hukum Islam mencerminkan sejumlah doktrin yang
bertalian secara logis.

Penerapan Hukum Ekonomi Syariah


Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syariah atau hukum islam di
Indonesia sebenarnya sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan
bangsa. Dimana kita ketahui sendiri memang perjuangan kemerdekaan kita saat itu
banyak didominasi oleh pejuang-pejuang muslim yang memegang teguh prinsip-
prinsip hukum syariah. Perjuangan tersebut memang tidak secara frontal
dilakukan, tapi lebih banyak kepada upaya-upaya politis yang berbasis pada
kelompok dan budaya. Sayangnya kemudian upaya-upaya tersebut terbentur
dengan kekuasaan politik pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya
secara sistematis terus mengikis pemberlakuan hukum syariah di tanah-tanah
jajahannya. Hingga pada gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada
maupun yang kemudian dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan
lainnya pada masa itu mulai meninggalkan nilai-nilai hukum syariah dan mulai
terbiasa menerapkan aturan hukum yang dibentuk pemerintah Hindia-Belanda yang
saat itu disebut Burgerlijk Wetbook yang tentunya jauh dari nilai-nilai syariah.
Sehingga jelas saja kagiatan-kegiatan atau perkara-perkara peradilan yang
bersinggungan dengan syariah saat itu belum memiliki pedoman yang sesuai
dengan nurani masyarakat muslim kebanyakan.

7
Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu
dewasa ini. Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita,
sebelum adanya amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan hukum yang
berkaitan dengan urusan perniagaan ataupun kontrak bisnis di lembaga-lembaga
keungan syariah kita masih mengacu pada ketentuan KUH Perdata yang ternyata
merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk Wetbook peninggalan jajahan Hindia-
Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi sejak tahun 1854.. Sehingga
konsep perikatan dalam hukum-hukum syariah tidak lagi berfungsi dalam praktek
legal-formal hukum di masyarakat.
Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan
kembali sejauh mana penerapan hukum syariah dalam setiap aktivitas kehidupan
kita, terlebih pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan
ekonomi syariah yang telah jelas disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang
menaungi hukumnya masih mengakar pada penerapan KUH Perdata yang belum
dapat dianggap syariah karena masih bersumber pada Burgerlijk Wetbook hasil
peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.
Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syariah dewasa ini
berbagai upaya-upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syariah
pada level atas untuk kemudian memuluskan penerapan hukum ekonomi syariah
secara formal pada tatanan payung hukum yang lebih diakui pada tingkat nasional.
Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek politik hukum di Indonesia. Proses
legislasi hukum ekonomi syariah pun sudah sejak lama dilakukan dan relatif belum
menemui hambatan yang secara signifikan mempengaruhi proses perjalanannya.
Hanya saja kemudian upaya-upaya ini baru sampai pada tahap perumusan Undang
Undang yang mengatur aspek-aspek ekonomi syariah secara terpisah, belum
kepada pembentukkan instrument hukum

2.5 Konsep Distribusi Kekayaan Dalam Ekonomi Islam


Mekanisme ekonomi yang ditepuh dalam rangka mewujudkan distribusi
kekayaan diantara manusia yang seadil-adilnya, melalui sejumlah cara sebagai
berikut :

8
1. Membuka kesempatan seluas luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab
kepemilikan dalam kepemilikan indifidu.
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
kepemilikan melalui kegiatan investasi.
3. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.
4. Larangan kegiatan monopolo serta kegiatan penupuan.
5. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa
6. Pemanfaatan barang-barang secara optimal milik umum yang dikelola
Negara.
7. Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu aja dengan
menggalakan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat
pertumuhan.

2.6 Konsep Kepemilikan Dalam Pandangan Islam


Pengertian Kepemilikan
Ketika membicarakan tentang kepemilikan maka pada saat yang sama juga
membicarakan tentang hak, mengingat kepemilikan berarti hak yang diperoleh oleh
seseorang atas sesuatu. Secara bahasa, dalam Al-Quran, kata hak memiliki
pengertian yaitu milik, ketetepen, kepastian, dan kebenaran.

Katagori Kepemilikan
1. Kepemilikan individu (private property)
Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum yang syara yang berlaku bagi
zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang
mendapatkanya untuk memanfaatkan barang tersebut.
2. Kepemilikan umum (collective property)
Kepemilikan Umum adalah izin syari kepada suatu komonitas unuk sama-
sama memanfaatkan benda.
3. Kepemilikan Negara (state property)

9
Harta harta yang termasuk milik Negara adalah harta yang merupakan hak
seluruh kaum yang mengelolanya menjadi wewenang Negara, dimana Negara
dapat memberikan sebagian warga Negara, sesuai dengen kebijakanya.

Disebabkannya kepemilikan
1. Bekerja (Amal/kasab) seperti menghidupkan tanah mati, menggali kandungan
bumi, berburu, makelar atau samsarah,
2. Transaksi yaitu transaksi yang dilakukan oleh suatu pihak/orang dengan
orang/pihak lain
3. Warisan (takhalluf)
4. Nasioanalisme Aset-aset yaitu beralihnya kepemilikan aset-aset yang tidak
ada pemiliknya/tuanya dan aset warisan namun tidak ada yang berhak
menerimanya. Dan
5. Pemberian Negara

2.7 Ciri Khas Ekonomi Islam


Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi
konvensional, yang mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen profitnya.
Berbeda dengan apa yang ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen
profitnya, yaitu sistem bagi hasil. Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan
ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada
di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan
kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua
tanggung jawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim, ekonomi Islam
menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di
transaksikan.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

10
Dalam segala kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
ketentuan Allah, baik dalam hal jual beli, simpan pinjam maupun investasi.5
Dan Dalam islam konsep kepemilikan harta, harta sepenuhnya adalah milik Allah
sementara manusia sebagai khalifah atas harta tersebut. Selain itu juga islam sangat
melarang manusia melakukan tindakan Maisyir, Gharar, Haram, Dzalim, ikhtikar
dan Riba.
1. Melarang Maisyir
Maisyir adalah suatu tindakan perjudian, yang berarti seseorang ingin
mendapatkan harta tanpa harus bersusah payah. Atau suatu pekerjaan untuk
memperkaya diri sendiri, akan tetapi dengan cara merugikan pihak lain.

2. Larangan Gharar
Gharar yaitu suatu tindakan penipuan yang dapat merugikan orang lain, dimana
dalam transaksi terdapat unsur- unsur tersembunyi yang dilakukan oleh salah satu
pihak untuk mendapatkan keuntungan.
Gharar berakibat sangat buruk, yaitu akan menimbulkan kebencian pada pihak
yang bertransaksi.

3. Larangan melakukan hal Haram


Haram yaitu hukum yang dijatuhkan pada suatu dzat atau benda, yang dilarang
untuk digunakan atau dikonsumsi karena dilarang oleh Allah, baik dari barang itu
sendiri maupun cara memperolehnya.

4. Larangan Dzalim
Yaitu tindakan yang merugikan orang lain, maupun menyakiti orang lain
untuk maksud tertentu. Karena dalam islam, sebauan transaksi yang dilakukan
harus atas dasar saling ridho, maka islam tidak membenarkan hal ini.

5 heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan syariah, ( Yogyakarta : Ekonisia, 2003) hlm 31

11
5. Larangan Ikhtikar
Yaitu suatu kegiatan penimbunan barang, untuk maksud memperoleh
keuntungan yang besar dengan cara menahan suatu barang dalam suatu keadaan
dan akan memjualnya kembali pada saat harga sedang melonjak.

6. Larangan Riba
Yaitu tambahan atas suatu transaksi yang dilakukan, biasanya dalam utang
piutang yaitu dalam bentuk bunga. Islam tidak membenarkan riba dalam bentuk
apapun, walaupun keduanya sama-sama rela, kecuali dalam bentuk bonus atau
bentuk terima kasih peminjam kepada yang meminjami.
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip
yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah
banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem
ekonomi[5]. Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam
Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:

1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)

Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat


individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah
semata, dan manusia adalah kepercayaan-Nya di bumi. Di dalam menjalankan
kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi
bahasa berarti "kelebihan. Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan
bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

12
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

2.8 Tujuan Hukum Ekonomi Islam


Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi
kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan
muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi
Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam
guna mencapai pada tujuan agama (falah). 6 Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh
alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial, budaya dan politik dari bangsa.
Ekonomi Islam mampu menangkap nilai fenomena masyarakat sehingga dalam
perjalanannya tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi Islam, bisa
berubah.

2.9 Kaidah Prilaku Ekonomi Dalam Islam


Dari aksioma menuju kaidah prilaku ekonomi, yaitu kesatuan , kesejajaran,
kehendak bebas, dan tanggung jawab, merupakan dasar untuk mendedukasikan
kaidah-kaidah ekonomi tentang ekonomi islam.

Perilaku Rasional dan Etik


Ada beberapa prilaku rasional dan etika, diantaranya adalah:7

Etika dan prilaku rasional


Prioritas kebebasan individu
Etika dan prilaku konsumen
Optimalitas paretas sebagai hukum pilihan sosial

6 Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm 17

7 Edwin Nasution, Mustofa, Pengenalan eksklusif Ekonomi Islam,( Jakarta : Kencana 2006) , hlm 22

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Islam merupakan
ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur
berdasarkan attran agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam
Masalah ekonomi merupakan masalah yang umum. Oleh karena itu, seluruh
dunia menaruh perhatian yang bear terhadap permasalahan ekonomi. Dalam
pandangan slam, permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui
perubahan secara instan, diperlukan perubahan yang bersifat mendasar mulai dari
tatanan filosofi yang akan membentuk teori ekonomi slam, yang kemudian akan
membentuk prinsip-prinsip sistem ekonomi Islam sehingga pada akhirnya akan
terbentuk secara otomatis perilaku Islami dalam ekonomi.
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh
sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga
diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita,
sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar
dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya
semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Izzan. Ahmad,2006. Referensi Ekonomi Syariah: PT Remaja Rosdakarya,Bandung


Nawawi. Ismail, 2009 Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum,
ITS Press, Surabaya.
Syarifuddin Prawiranegara. 1976. Apa yang dimaksud Sistem Ekonomi
Islam,Publicita. Jakarta
Ahmad Muhammad al-'Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, 1980 Sistem Ekonomi
Islam: Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, PT. Bina 11mu,Surabaya.
Zainuddin Ali, 2008. Hukum Ekonomi Syariah, Sinar Grafika, Jakarta.
M.A Manan, 1992 Ekonomi Syariah: Dari Teori ke Praktek, Penerjemah Potan Arif
Harahap, PT. Intermasa, Jakarta.
M.Zaid Abdad, 2003. Lembaga Prekonomian Ummat di Dunia Islam, Angkasa,
Bandung.
Abdul Ghofur Ansori, 2008. Aspek Hukum Reksa Dana Syariah di Indonesia, Refika
Adi Tama, Bandung.

15

Anda mungkin juga menyukai