Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya. Sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI
SYARIAH”.
Makalah ini berisikan tentang informasi HUKUM EKONOMI SYARIAH atau yang
lebih khususnya membahas penerapan hukum ekonomi syariah, karakteristik sertas perspektif
hukum ekonomi syariah dalam islam. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang hukum ekonomi syariah.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------------------3
BAB II PEMBAHASAN
ISLAM-----------------------------------------------------------------------------------------------7
BERBAGAI ASPEK-----------------------------------------------------------------------------10
Kesimpulan -------------------------------------------------------------------------------------------14
Saran ---------------------------------------------------------------------------------------------------15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi Islam saat ini secara terus menerus mengalami kemajuan
tersebut meliputi kajian akademis di Perguruan Tinggi maupun secara praktik operasioanl
seperti yang terjadi di lembaga- lembaga perekonomian Islam seperti Perbankan Syariah,
Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Obligasi Syariah, Leasing
Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi Syariah,
Pegadaian Syariah, Dana Pensiun Syariah, lembaga keuangan publik Islam seperti
Lembaga Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Wakaf serta berbagai bentuk bisnis
syariah lainnya.
yang sangat luas, seperti kebijakan ekonomi negara, ekonomi pemerintah daerah,
perekonomian agar mampu bersaing dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat bisnis
yang beraktivitas dalam ekonomi Islam, maka sangat dimungkinkan terjadinya sengketa
hukum di bidang ekonomi Islam. Oleh karena itu, dibutuhkan aplikasi hukum Islam
2
dalam praktik ekonomi Islam di Indonesia. Praktik ekonomi Islam di bidang lembaga
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah untuk makalah ini
adalah :
C. TUJUAN
1) Agar lebih mengerti & memahami tentang prinsip yang dilakkukan dalam
berbagai aspek
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Hukum Ekonomi Islam, sebagai aturan yang ditetapkan syara’, terdapat prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi apabila sebuah interaksi antar sesama manusia yang berkaitan
dengan harta dan kepemilikan akan dilakukan. Prinsip-prinsip ini mesti dijadikan sebagai
mu’amalah (baca: Hukum Ekonomi Islam), maka setidaknya ditemukan empat prinsip, yaitu:
a) Pada asalnya aktivitas ekonomi itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang
mengharamkannya
Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an secara substansi berbicara tentang masalah ini
terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 29, “Dialah Allah yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu.” Sedangkan Al-Hadits yang berkaitan dengan
prinsip ini adalah hadits yang diterima Salman Al-Farisi yang diriwayatkan
Turmudzi dan Ibn Majah, Rasulullah Saw bersabda, “Apa yang dihalalkan Allah
adalah halal dan apa yang diharamkan Allah adalah haram dan apa yang
4
didiamkan adalah dimaafkan. Maka terimalah dari Allah pemaafan-Nya. Sungguh
Allah itu tidak melupakan sesuatu pun.” (HR. Al-Bazar dan Al-Thabrani)
b) Aktivitas ekonomi itu hendaknya dilakukan dengan suka sama suka (’an taradlin)
Prinsip Hukum Ekonomi Islam yang kedua memiliki arti seperti mu’amalah yaitu,
hendaknya dilakukan dengan cara suka sama suka dan tidak ada unsur paksaan
dari pihak manapun. Bila ada dalam sebuah aktivitas ekonomi ditemukan unsur
paksaan (ikrah), maka aktivitas ekonomi itu menjadi batal berdasarkan syara’.
Prinsip mu’amalah ini didasarkan pada nash yang tertuang dalam Al-Qur’an surat
An-Nisa’ ayat 29, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
madharat bagi kehidupan manusia. Prinsip ini mengandung arti, aktivitas ekonomi
kemadharatan. Dengan kata lain, aktivitas ekonomi yang dilakukan itu hendaknya
didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 107, “Dan tidaklah
Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Rahmat dalam ayat ini bisa diartikan dengan menarik manfaat dan menolak
seiring dengan yang ditunjukkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 185, yang
5
menyatakan, Allah tidak menghendaki adanya kesempitan dan kesulitan
(musyaqah) dan surat An-Nisa’ ayat 28, “Allah menghendaki supaya meringankan
d) Dalam aktivitas ekonomi itu terlepas dari unsur gharar, kedzaliman, dan unsur
lainyangdiharapkanberdasarkansyara’.
Sedangkan prinsip terakhir, aktivitas ekonomi harus terhindar dari unsur gharar,
Gharar artinya tipuan, yang diduga dapat meniadakan kerelaan dan juga
merupakan bagian dari memakan harta manusia dengan cara yang bathil.
Adapun riba’ adalah satu tambahan atas pokok harta dalam urusan pinjam-
2. Karena esensi riba’ adalah perilaku orang untuk mengambil harta milik
6
4. Karena dengan adanya riba’ bisa menyebabkan hilangnya berbuat baik
Dari uraian tersebut dapat dipahami, aktivitas ekonomi baru dianggap shahih
ekonomi itu tidak memenuhi salah satu atau beberapa prinsip Hukum Ekonomi
Islam, maka akan tergolong pada aktivitas ekonomi yang ghayr al-shahih, baik
kerelaan. Sehubungan dengan hal ini, maka dapat disimpulkan, prinsip Hukum
a’lam.
telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Februari 2006. Kelahiran
harta benda, bisnis dan perdagangan secara luas. Pada UU No. 3 tahun 2006 pasal 49 point i
disebutkan, bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang –orang yang beragama Islam di
Amandemen ini membawa implikasi baru dalam sejarah hukum ekonomi Islam di
Indonesia. Selama ini, wewenang untuk menangani perselisihan atau sengketa dalam bidang
7
ekonomi syariah diselesaikan di Pengadilan Negeri yang notabene belum bisa dianggap
absolut hakim pengadilan agama, maka formalisasi hukum ekonomi Islam dalam bentuk
KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah) yang komprehensip menjadi urgen. Seperti
al-’Adliyah yang terdiri dari 1851 pasal, dimaksudkan agar hukum ekonomi syariah memiliki
kepastian hukum dan para hakim memiliki rujukan standar dalam menyelesaikan kasus-kasus
sengketa di dalam bisnis syari’ah. Hal ini juga menjadi signifikan manakala masalah asuransi
syari’ah, reasuransi, pegadaian syari’ah, reksadana syariah, obligasi syari’ah, pasar modal
syariah, dan berbagai institusi lainnya belum memiliki payung hukum yang kuat.
Seperti Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, regulasi BI, kitab-kitab fiqih dan fatwa-fatwa ulama
klasik dan kontemporer. Sehingga belum menjadi satu dalam bentuk kodifikasi. Realitas
inilah yang dijawab Mahkamah Agung dengan menghadirkan KHES. Problem regulasi ini
sangat disadari oleh Mahkamah Agung. Melalui SK Mahkamah Agung Nomor 097/SK/
layak diapresiasi dan direspon konstruktif dengan melakukan studi kritis terhadap materi
yang ada di dalam KHES yang berisi 4 buku, 43 bab, 796 pasal. Buku I tentang Subyek
Hukum dan Amwal (3 bab, 19 Pasal), Buku II tentang Akad (29 bab, 655 Pasal). Buku III
8
tentang Zakat dan Hibah (4 bab, 60 Pasal), dan Buku IV tentang Akuntansi Syariah (7 bab,
62 Pasal). Di antara beberapa hal yang perlu dikritisi adalah pertama, posisi KHES dalam
konteks bangunan hukum nasional. Kedua, paradigma dan prinsip yang menjadi pijakan
dalam perumusan KHES. Ketiga, pendekatan dan metode istinbat yang dilakukan tim KHES
dalam melahirkan hukum ekonomi syari’ah. Keempat, hubungan KHES dengan undang-
undang terkait. Kelima, kedudukan dan kewenangan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) pasca
lahirnya KHES. Keenam, apakah aturan-aturan hukum di dalam KHES memberikan ruang
yang cukup luas bagi perkembangan ekonomi syariah atau malah sebaliknya akan membatasi
dengan dikeluarkannya regulasi atau hukum yang mengatur operasionalnya. Berturut turut
sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga perekonomian Islam pertama,
Tahun 1992 tentang perbankan, yang telah direvisi dalam UU No. 10 tahun 1998. Dalam UU
tersebut diatur dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan
dan diimplementasikan oleh perbankan syari’ah. Selain itu juga memberikan arahan bagi
melakukan konversi.
diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang mengatur tentang
kewajiban dan tanggung jawab BI sebagai otoritas moneter dalam mengatur kebijakan bank
Kemudian perkembangan tersebut disusul pada 7 Mei 2008 telah disahkan UU Nomor
19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan perkembangan yang
9
sangat signifikan atas hukum perbankan syari’ah ditandai dengan disahkannya UU nomor 21
dimungkinkan menerbitkan produk atau melakukan kegiatan usaha yang lebih luas, termasuk
BERBAGAI
ASPEK
Hukum ekonomi Islam secara umum belum dipraktikkan dan belum banyak yang
menjadikan adat-istiadat umat Islam. Hukum ekonomi Islam secara kelembagaan hanya
dipraktikkan lewat lembaga perekonomian yang secara hukum memang harus ada yang
mengaturnya karena menyangkut hak-hak dan kepentingan banyak pihak dan dalam skala
yang lebih besar. Sehingga perbedaan tersebut juga berimplikasi terhadap perbedaan proses
positifisasinya.
Islam yang secara adat belum banyak dipraktikkan oleh seluruh umat Islam. Kalau melihat
langsung pada praktiknya, justru masih banyak praktik ekonomi umat Islam yang masih
menyimpang dari hukum Islam dan semakin mengkristal menjadi semacam kebiasaan.
Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa hasil survei, ternyata bank-bank syari'ah pada
umumnya, lebih banyak menerapkan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang
utama, meliputi kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total pembiayaan mereka.
10
Sementara itu, hasil penelitian di BMI Semarang pada tahun 1999, sekitar tujuh puluh
delapan persen (78%) dari total pembiayaannya adalah pembiayaan murabahah. Padahal,
sebenarnya bank syari'ah memiliki produk unggulan, yang berbasis profit and loss sharing
Aplikasi hukum Islam dalam praktik ekonomi Islam di Indonesia belakangan ini, kurang
banyak menggali aspek-aspek sosiologis umat Islam dan legal opinion di kalangan pakar,
ulama, pesantren, dan akademisi. Yang dilibatkan hanya sebagain kecil saja, meskipun dalam
konteks ini tidak bermaksud negatif. Lain halnya ketika penyusunan KHI sebelumnya yang
banyak melibatkan para ulama (kiai), pesantren, akademisi fakultas syari’ah beberapa IAIN
ternama di Indonesia, dan praktisi.Aplikasi hukum Islam dalam praktik ekonomi Islam di
fatwa-fatwa dari MUI berkaitan dengan praktik dan produk lembaga perekonomian Islam.
Perkembangan lembaga tersebut yang demikian cepat harus diimbangi dengan fatwa-fatwa
hukum Islam yang valid dan akurat, agar seluruh produknya memiliki landasan yang kuat
secara syari’ah. Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999
Ada kaidah-kaidah yang secara spesifik mendasari banyak fatwa DSN-MUI, yaitu :
kegiatan ekonomi syariah belum bisa terlepas sepenuhnya dari sistem ekonomi konvensional
yang ribawi. Paling tidak, lembaga ekonomi syariah akan berhubungan dengan ekonomi
11
keuntungan yang diperoleh. Kaidah tafriq al-halal min al-haram (pemisahan unsur halal dari
yang haram) dapat dilakukan sepanjang yang diharamkan tidak lebih besar atau dominan dari
yang halal. Bila unsur haram dan halal telah dapat diidentifikasi maka unsur haram harus
dikeluarkan.
b. I’adah al-nadhar
mengedepankan teori i’adah al-nadhar (telaah ulang) dengan cara menguji kembali alasan
hukum. Telaah ulang ini dilakukan, karena hukumnya telah berubah atau karena beberapa
pendapat para ulama terdahulu dipandang tidak aplikatif dan tidak memadai dengan kondisi
kontemporer. Pendapat itu dianggap sudah tidak cocok lagi untuk dipedomani, karena sulit
diimplementasikan. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk melakukan telaah ulang adalah
hukum yang selama ini dipandang lemah (marjuh bahkan mahjur), karena adanya
„illahhukum yang baru dan atau pendapat tersebut lebih membawa kemaslahatan.
akan upaya kodifikasi hukum ekonomi syari’ah memang sudah sejak lama bergulir di
kalangan para pengambil kebijakan lembaga peradilan hukum. Secara sederhana kodifikasi
hukum ekonomi syari’ah itu sendiri berarti adalah suatu upaya penghimpunan peraturan
kitab pedoman hukum ekonomi syariah yang selanjutnya kita sebut sebagai KUHES.
12
Kehadiran ekonomi syari’ah di Indonesia tidak hanya semata-mata meperkaya
khazanah intelektual para ilmuwan, tetapi juga turut serta menjadi solusi terbaik bagi
perekonomian tidak saja di Indonesia tetapi juga dunia dan kelanjutan peradaban umat
manusia. Hanya saja ekonomi Islam itu harus terus dikaji secara mendalam sesuai dengan
perkembangan zaman, tanpa harus melanggar norma-norma atau etika yang diajarkan Al-
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai mufti bidang
ekonomi syariah, di mana dalam proses penetapan fatwanya telah banyak melakukan
ekonomi syariah.
Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Berbagai Peraturan Bank Indonesia,
4) Dalam hukum Islam dikenal teori ’urf atau adat, sebagai salah satu metode istinbat
hukum. Dalam teori ini hukum dirumuskan dengan mempertimbangkan adat istiadat
14
’ala Tahrimih” ( Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan
5) Yurisprudensi terhadap materi putusan hukum ekonomi syari’ah dapat juga diambil
dari penerapan hukum-hukum adat di dalam materi putusan hukum pengadilan negeri
masyarakat adat Indonesia seluruhnya tanpa melupakan kaidah ilmu ushul fiqih dan
SARAN
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
Saya banyak berharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna
15
DAFTAR PUSTAKA
1. www.google.com
2. http://pa-purworejo.go.id
3. kompas.com
16