PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa terlepas satu sama lain.
Agama islam tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia dengan
Alloh SWT , tetapi juga mengatur tentang hubungan antar manusia. Di
dalam hubungan antar manusia tersebut, terdapat interaksi untuk
menyejahterakan sesama umat manusia dan kehidupan di dunia ini. Untuk
mencapai kesejahteraan duniawi, salah satu caranya adalah dengan
melakukan kegiatan ekonomi. Di dalam agama Islam, seluruh kegiatan
perekomian diatur di dalam dasar hukum ekonomi Islam sebagai sumber
pedoman berperilaku dalam kegiatan tersebut. Artinya, walaupun manusia
diberi kebebasan untuk mencapai kesejahteraan, namun manusia tidak
boleh melewati batas yang telah ditentukan dalam agama Islam. Maka dari
itulah, penulis membuat makalah ini dengan judul: Hukum Ekonomi di
dalam Islam .
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah hukum ekonomi di dalam Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
3. Ijma,' yaitu sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat
adanya perkembangan jaman. Ijma' adalah konsensus baik dari masyarakat
atau cendikiawan agama, dengan berdasar pada Al Qur'an sebagai sumber
hukum utama.
4. Ijtihad atau Qiyas Ijtihad atau Qiyas, adalah sebuah aktivitas dari
para ahli agama untuk memecahkan masalah yang muncul di masyarakat,
dimana masalah itu tidak itu secara rinci dalam hukum islam. Dengan
merujuk beberapa ketentuan yang ada, maka Ijtihad berperan untuk
membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif, dengan dasar Al Qur'an dan
Hadist sebagai sumber hukum yang bersifat normatif.
2
antar sesama manusia yang berkaitan dengan harta dan kepemilikan akan
dilakukan. Prinsip-prinsip ini mesti dijadikan sebagai ugeran (aturan) dalam
melaksanakan aktivitas ekonomi. Berdasar pada beberapa pendapat para
fuqaha saat mendeskripsikan fiqih al-muamalah (baca: Hukum Ekonomi
Islam), maka setidaknya ditemukan empat prinsip, yaitu:
1. Pada asalnya aktivitas ekonomi itu boleh dilakukan sampai ada dalil
yang mengharamkannya,
3
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Prinsip inipun didasarkan pada hadits Nabi Saw yang
menyatakan, Bahwasannya jual-beli hendaknya dilakukan dengan suka
sama suka.
4
cara saling melempar). Adapun riba adalah satu tambahan atas pokok harta
dalam urusan pinjam-meminjam. Terdapat beberapa sebab, mengapa riba
diharamkan. Pertama, sebab Allah dalam Al-Quran dan Rasulullah Saw
dalam Al-Hadits jelas-jelas menyatakan, riba diharamkan. Kedua, sebab
esensi riba adalah perilaku orang untuk mengambil harta milik orang lain
dengan tidak seimbang. Ketiga, bisa menyebabkan orang malas untuk
berusaha, sebab selalu mengharapkan keuntungan dengan tanpa usaha
yang riil. Keempat, sebab dengan adanya riba bisa menyebabkan hilangnya
berbuat baik pada sesama manusia.
Asas hukum islam adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar
atau tumpuan Hukum Islam. Macam-macam asas hukum islam adalah
sebagai berikut :
Hal ini terkait erat dengan prinsip kedua, yakni tidak memberatkan
umat. Karena itulah, hukum syariat dalam al-Quran tidak diturunkan secara
serta merta dengan format yang final, melainkan secara bertahap, dengan
maksud agar umat tidak merasa terkejut dengan syariat yang tiba-tiba.
Karenanya, wahyu al-Quran senantiasa turun sesuai dengan kondisi dan
realita yang terjadi pada waktu itu.
Persamaan hak di muka adalah salah satu prinsip utama syariat Islam,
baik yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah. Persamaan hak tersebut
tidak hanya berlaku bagi umat Islam, tatapi juga bagi seluruh agama. Mereka
diberi hak untuk memutuskan hukum sesuai dengan ajaran masing-masing,
kecuali kalau mereka dengan sukarela meminta keputusan hukum sesuai
hukum Islam.
7
Ada yang memuat 192 hadis hukum tentang ihwal ekonomi dan bisnis
yang dikemas ke dalam beberapa bab, selengkapnya adalah sebagai berikut:
2. Bab al-khiyar (bab tentang hak memilih pelaku akad untuk meneruskan
atau membatalkan akadnya), atau reconditional bargains (3 hadis);
12. Bab al-ghashb (bab tentang mengganggu hak orang lain), atau wrongful
appropriation (6 hadis);
13. Bab as-syuf`ah (bab tentang hak pilihan untuk membeli harta yang
dimiliki secara bersekutu), atau option to buy neighbouring property (6
hadis);
8
14. Bab al-qiradh (bab tentang peminjaman modal kepada orang lain dengan
motif bagi untung antara pemilik modal dan yang menggunakan modal),
atau giving someone some property to trade with, the profit being shared
between the two but any loss falling on the property (2 hadis);
15. Bab al-masaqah wal-ijarah (bab tentang pemeliharaan kebun dan upah
atau gaji), atau tending palm-trees and wages (9-10 hadis);
18. Bab al-hibah, wa-al-`umra, wa-ar-ruqba (bab tentang hibah, umra dan
penjaga upahan), atau gifts, life-tenancy, and giving property which goes to
the survivor (11 hadis);
20. Bab al-faraidh (bab tentang kewarisan), atau shares inheritance (13
hadis);
21. Bab al-washaya (bab tentang wasiat), atau wills (6-7 hadis);
22. Bab al-wadi`ah (bab tentang penitipan), atau trust (satu hadis).
9
Pendeknya, hukum ekonomi Islam sebagaimana dapat ditelusuri dalam
berbagai literatur yang ada dan tersedia, memiliki jangkauan yang sangat
luas. Hanya saja, bagaimana cara kita menggali dan mengembangkan
norma-norma hukum ekonomi Islam yang terserak-serak di dalam berbagai
literatur dimaksud, inilah tantangan yang harus dijawab dan dicarikan
solusinya.
Seperti dapat difahami dari sisinya yang manapun, ekonomi dan ilmu
ekonomi termasuk ekonomi Islam memiliki jangkauan atau ruang-lingkup
yang sangat luas. Ekonomi Syariah, tidak semata-mata berhubungan dengan
ihwal bahan baku, produksi, distribusi, pemasaran dan konsumsi seperti
yang sering menjadi pembahasan utama ilmu ekonomi, akan tetapi ekonomi
juga berhubungan dengan dunia kerja dan dunia usaha. Demikian pula
halnya dengan lembaga-lembaga keuangan baik dalam bentuk bank maupun
non bank.
Dunia kerja dan dunia usaha kita terutama yang berhubungan dengan
sektor riil dewasa ini terkesan sedemikian sempit. Dunia kerja dan usaha
seolah-olah identik benar dengan dunia perdagangan (tijarah) dan industri-
industri tertentu dengan buruh sebagai andalan utamanya; sementara
sektor-sektor yang lain semisal kehutanan, pertanian, kelautan, transportasi
dan lain-lain, belum digarap secara memadai apa lagi profesional. Demikian
pula dengan dunia keuangan yang seakan-akan identik benar dengan
perbankan dan beberapa lembaga keuangan non bank khususnya asuransi.
Sementara dalam bidang-bidang yang lain semisal pegadaian, tampak belum
tertangani sebagaimana mestinya. Belum lagi mengamati kecenderungan
pasar yang terkesan lebih berorientasi ke wilayah-wilayah perkotaan atau
tepatnya kota-kota besar dengan kurang peduli untuk tidak mengatakan
mengabaikan pengembangan pasar yang sejatinya juga mengarah ke
daerah-daerah pedesaan. Padahal, di antara prinsip ekonomi dan keuangan
yang telah dan hendak terus dibangun oleh Islam/Syariah ialah prinsip
keadilan dan pemerataan. Tanpa penerapan kedua prisnip ini, keadilan yang
merata dan atau pemerataan yang berkeadilan, sistem ekonomi Islam tidak
akan ada bedanya dengan sistem-sistem ekonomi yang lain.
10
dikatakan masih sangat terbatas. Bukan semata-mata terbatas dalam
bidang/jenis ekonomi dan keuangan tertentu yang telah diaturnya;
melainkan juga sangat terbatas dalam hierarki peraturan perundang-
undangan yang mengaturnya. Sebagai ilustrasi, dari 22 bidang hukum
ekonomi/keuangan yang termuat dalam kitab Bulugh al-Maram sebagaimana
dituliskan sebelum ini, baru sebagian kecil saja yang tercover dalam
peraturan perundang-undangan.
11
melalui Undang-Undang Dasarnya menyatakan diri sebagai negara hukum.
Sebelum Undang-Undang Dasar 1945 dimandemen, pencantuman Indonesia
sebagai negara hukum dijumpai dalam bagian penjelasan yang menyatakan:
Indonesia, ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (machtsstaat).
12
Indonesia, kebutuhan masyarakat, dan bahkan dari sisi falsafah dan
konstitusi negara sekalipun.
13
non bank lainnya yang secara aktif dan terencana justru membuka atau
mendirikan lembaga-lembaga keuangan Syariah.
14
di tingkat pertama antara orang orang yang beragama Islam di bidang
ekonomi syariah.
15
kemaslahatan dan kepentingan serta kebahagiaan manusia seluruhnya baik
si sunia maupun akhirat. Tujuan hukum islam yang demikian itu dapat kita
tangkap antara lain dari firman Allah SWT: Dalam QS. Al-Anbiya ayat 107,
dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. Dan dalam surat QS. Al-baqarah:201-202, dan di antara
mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"( Inilah
doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim).202. mereka Itulah orang-
orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.
16
BAB III
PENUTUP
17
ekonomi itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya, 2.
Aktivitas ekonomi itu hendaknya dilakukan dengan suka sama suka (an
taradlin),3. Kegiatan ekonomi yang dilakukan hendaknya mendatangkan
maslahat dan menolak madharat (jalb al-mashalih wa daru al-mafasid), dan
4. Dalam aktivitas ekonomi itu terlepas dari unsur gharar, kedzaliman, dan
unsur lain yang diharapkan berdasar syara.
Asas hukum islam adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar
atau tumpuan Hukum Islam. Macam-macam asas hukum islam adalah
sebagai berikut : Adam al-Haraj (Meniadakan Kesukaran), Taqlil Al-taklif
(Menyedikitkan pembebanan), Tadarruj fi al-Tasyri (Berangsur-angsur dalam
pesyariatan), Muthobiqun Li Mashalihil Ummah (Sejalan dengan
kemashlahatan ummat), dan Tahqiqul Adalah (Menghendaki adanya realisasi
keadilan).
DAFTAR ISI
18
http://jhunnumberone.blogspot.co.id/2014/02/aspek-hukum-dalam-
sistemekonomi-islam.html
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2016/03/dasar-dan-prinsip-hukum-
ekonomi-islam.html
https://roselinkk.wordpress.com/2013/05/30/aspek-hukum-dalam-ekonomi-
islam/
https://wennyekaputri.wordpress.com/2015/01/08/pengertian-dasar-hukum-
dan-landasan-filosofi-ekonomi-syariah/
19