Anda di halaman 1dari 41

Makalah Hukum

Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
Dosen pengampu: saparuddin, MH
Disusun oleh:
Sabda wahyu R
Ratna juwita
Suci mulia R
Fitriyani
Ilham Sahata D
Hidayatul M

HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMAA ISLAM
ACEH TAMIANG
2021-2022

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 1


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas petunjuk dan hidayah-nyalah makalah Hukum Administrasi Negara berjudul
“Tinjauan Desentralisasi dan Dekonsentrasi dalam Otonomi Daerah di Indonesia:
Pembahasan dan Penerapan” dapat terlaksana dengan cukup baik dan tepat waktu.
Belakangan ini, isu otonomi daerah menjadi isu yang hangat diperbincangkan.Hal ini
dikarenakan keberadaan otonomi daerah dirasa menjadi sangat penting agar terciptanya
perimbangan antara pemerintah pusat yang berkedudukan di Ibukota Jakarta dengan
pemerintah daerah yang berkedudukan di daerah.Hal ini juga untuk melepaskan stigma
Jakarta-Sentris yang amat kental pada masa orde baru dan mewujudkan adanya good-
governance dengan partisipasi masyarakat umum yang lebih aktif, terutama masyarakat
umum di daerah.
Beberapa hal yang menjadi ujung tombak dari pelaksanaan konsep otonomi
daerah adalah adanya desentralisasi dan dekonsentrasi. Antara desentralisasi dengan
dekonsentrasi serta pula pemerintah daerah adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lainnya. Dengan adanya desentralisasi dan dekonsentrasi, maka konsep
otonomi daerah menjadi benar-benar terlaksana.
Dalam karya tulis ini penulis mencoba memadukan beberapa teori dari
Desentralisasi dan Dekonsentrasi denganaplikasinya dalam otonomi daerah. Penulis
telahberusaha memberikan penjelasan yang cukup komprehensif,namun seperti kata
pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”, sehingga penulis menyadari masihterdapat
banyak kekurangan mulai dari sistematika penulisan hingga materi dari penulisan ini,
maka dari itu itu saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini sangat diharapkan
oleh penulis.Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah Hukum Administrasi Negara, sebagai salah satu prasyarat kelulusan
dan juga “karcis utama” untuk mengikuti Ujian Akhir Semester.

Akhir kata, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah . Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua dan makalah ini dapat
bermanfaat bagi FHUI , UI dan Indonesia. Depok, 10 Desember 2013

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 2


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI ....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang .....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................3
D. Metode Penulisan ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Pengertian dan TeoriDesentralisasi................................................................5
2. Pengertian dan Teori Dekonsentrasi..............................................................10
3 Istilah dan Pengertian Otonomi Daerah.........................................................16
4. Sejarah Desentralisasi dan Dekonsentrasi......................................................17

B. HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DENGAN DESENTRALISASI DAN


DEKONSENTRASI
1. Hubungan Otonomi Daerah dengan Desentralisasi..........................................23
2. Hubungan Otonomi Daerah dengan Dekonsentrasi.........................................25

C.MASALAH PENERAPAN OTONOMI DAERAH DAN SOLUSI KE DEPAN


1. Masalah Otonomi Daerah................................................................................27
2. Solusi atas Permasalahan. ...............................................................................29

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan...........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................36

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 3


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan penjabaran fakta dariWorld Bank, Indonesia termasuk sebagai


negara yang melaksanakan dentuman besar desentralisasi dan dekonsentrasi(Big Bang
Decentralization), bersama tiga negara lainnya yaitu Filipina, Pakistan dan Ethiopia1.
Khusus di Indonesia sendiri saat ini telah melakukan perubahan besar dalam pola
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah.Dari segi historis, munculnya otonomi daerah merupakan bentuk respon “Veta
comply” terhadap sentralisasi yang sangat kuat di masa orde baru. Telah berpuluh puluh
tahun lamanya sistem sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan yang
cukup signifikan dalam pengembangan kreatifitas daerah, baik pemerintah maupun
masyarakat daerah.

Pada hakikatnya, pelaksanaan konsep desentralisasi dan dekonsentrasi dalam


otonomi daerahtelah berlangsung cukup lama bahkan sejak sebelum kemerdekaan itu
diproklamirkan, dan mencapai puncaknya pada era reformasi dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang “Pemerintahan Daerah” dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan” yang
kemudian direvisi masing-masing menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.

Kemudian jika ditinjau dari perspektif konstitusional, Indonesia merupakan


negara unitaris yang terdesentralisasi. Hal tersebut dapat tercermin pada Pasal 1 ayat
(1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan
yang berbentuk Republik”.Selanjutnya pada Pasal 18 ayat (1) sampai dengan ayat
(6) mempertegas bahwa Indonesia adalah negara yang mengamalkan konsep otonomi

The World Bank, 2008, Independent Evaluation Group.Decentralization in Client Countries – An Evaluation of
1

World Bank Support,.hal. 10-11.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 4


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya.Pada tataran konstitusi, sebenarnya


sebagian besar bangsa Indonesia sudah tidak lagi mempermasalahkan bentuk negara
tersebut, meskipun masih terdapat gerakan-gerakan yangingin mengubahnya menjadi
negara federalis 2. Maka dari itu, sebenarnya yang menjadi permasalahan utamaakhir
akhir ini terdapat pada proses implementasi dari konstitusi dan undang-undang itu
sendiri.

Salah satu contohnya adalah penerapan hukum positif yang berlaku saat ini
yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 , faktanya dalam menjalankan aktivitas
pemerintahan sehari-hari masih banyak pejabat yang tidak mengenal dan
menggunakan paradigma yang berlaku di dalam UU ini. Sebagai contoh, masih
banyak pemerintah kabupaten yang membuat peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan desa,yang isinya menyatakan
bahwa kepala desa bertanggung jawab kepada bupati. Padahal sebenarnya UU
Nomor 32 Tahun 2004 maupun PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa tidak
menyatakan demikian.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan desentralisasi dan dekonsentrasi?


b. Apakah yang dimaksud dengan Otonomi Daerah?
c. Bagaimana hubungan desentralisasi dan dekonsentrasi terhadap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia?
d. Apakah dampak adanya Otonomi Daerah di Indonesia?
e. Apakah solusi yang tepat untuk memperbaiki sistem Otonomi Daerah yang sudah
ada?

C. Tujuan Penulisan

2
Lihat misalnya buku “Federalisme Untuk Indonesia”, oleh Adnan Buyung Nasution yang disunting
oleh penyunting St. Sularto, T. Jakob Koekerits, Penerbit Kompas, Jakarta, 2000

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 5


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini agar penulis lebih mengetahui
secara mendalam bahwa Desentralisasi dan Dekonsentrasi memiliki peranan penting
dalam pelaksanaan Otonomi daerah di Indonesia dalam upaya menciptakan dan
meningkatkan pembangunan suatu Bangsa.
Adapun tujuan khusus disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen mata kuliah Hukum Administrasi Negara, sebagai salah satu prasyarat
kelulusan dan juga “karcis utama” untuk mengikuti Ujian Akhir Semester.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penulisan Studi
Kepustakaan, yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku dan
literatur serta informasi lainnya baik media online ataupun media cetak yang
berhubungan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian dan Teori Desentralisasi

Desentralisasi saat ini telah menjadi asas penyelenggaraan pemerintahan yang


diterima secara universal di setiap Negara, dengan berbagai macam bentuk penerapan
dan permasalahannya.Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa tidak semua
urusan pemerintahan dapat diselenggarakan secara monopoli oleh sentralisasi, hal ini
mengingat kondisi geografis, kompleksitas perkembangan masyarakat, kemajemukan
struktur sosial dan budaya lokal serta adanya tuntutan demokratisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Definisi tentang desentralisasi sendiritelah ditulis oleh para ahli yang
jumlahnya sangatbanyak. Menurut Devas (1997), pengertian dan penafsiran terhadap
desentralisasi ternyata sangat beragam dikarenakan perbedaan latar belakang politik,
pengalamandan pengaruh bentuk negara di mana masing masing mereka tinggal

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 6


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

dan berkembang, serta pendekatan terhadap desentralisasipun juga sangat bervariasi


dari negara yang satu ke negara yang lain 3.
Pendapat Ahli beberapa diantaranya yaitu, Soenobo Wirjosoegito yang
memberikan definisi Desentralisasi sebagai penyerahan wewenang oleh badan-badan
umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara
mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari itu 4.
Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem dipakai
dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.
Pendapat Bank Dunia (1999) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan alat
mencapai tujuan pemberian pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses
pengambilan keputusan yang lebih demokratis 5.
Dari pengertian diatas, maka secara umum dapat dijelaskan
bahwaDesentralisasi mengandung beberapa hal yaitu :
a.Adanya pelimpahan wewenang dan urusan dari Pemerintah pusat.
b. Adanya Daerah-Daerah yang menerima pelimpahan wewenang dari penyerahan
urusan.
c. Daerah-Daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri.
d. Kewenangan dari urusan yang dilimpahkan adalah kewenangan dari urusan rumah
tangga Daerah yang bersangkutan.

Agar diperoleh pandangan yang kontekstual dan holistik,didalam


menjelaskan definisi desentralisasi, tim penulis selain mengambil dari beberapa
pendapat para ahli ,juga mengemukakan definisi menurut undang-undang yang saat
ini digunakan di Indonesia yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004. Jika ditinjau dari sudut
formal, menurut pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan sebagai
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk

3
Nick Devas, Indonesia: What do we mean by decentralisation? Public Administration and Development, Jurnal
vol. 17 , hal 351-36..
4
Soenobo Wirjosoegito, Proses & Perencanaan Peraturan Perundangan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hal
5
Litvack, Jennie, Junaidi Achmad, and Richard Bird, Rethinking Decentralization inDeveloping Countries, The World Bank
Washington D.C, USA,1999, hal 2

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 7


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

1.a. Manfaat Desentralisasi

Para pakar-pakar menyimpulkan bahwa melalui desentralisasi tugas-tugas


pemerintahan dan pembangunan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan.


a. Efisiensi
Melalui desentralisasi, kesejahteraan masyarakat di daerah diharapkanakan
lebih cepat terwujud karena pemerintah daerah akan lebih cepat dan fleksibel untuk
bertindak atas respon perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat di daerah.
Desentralisasi juga lebih melibatkan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan
ketimbang menunggu keputusan dari pemerintah pusat sehingga kehidupan demokrasi
lebih terwujud, lebih memberi ruang untuk berkreasi dan berinovasi, dan menghasilkan
semangat kerja, komitmen dan produktivitas yang lebih tinggi 6

b. Efektivitas
Dengan desentralisasi, ujung tombak pemerintahan yaitu aparat didaerah akan
lebih cepat mengetahui situasi dan masalah sehingga dapat mencarikan jawaban bagi
pemecahan masalah yang ada. Hal ini artinya harus dibarengi dengan penerapan
manajemen partisipasi, yaitu selalu melibatkan aparat tersebut dalam pemecahan
masalah.

2. Memungkinkan melakukan inovasi

6Dr.Ir.H.
Fadel Muhammad, REINVENTING LOCAL GOVERNMENT, PENGALAMAN DARI DAERAH, Kompas
Gramedia,Jakarta ,2008, hal

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 8


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Dengan diberikannya kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk mengurus


rumah tangganya sendiri, secara tidak langsung akan mendorong mereka untuk
menggali potensi-potensi baru yang dapat mendukung pelaksanaan urusan
pemerintahan dan pembangunan sehari-hari terutama dari sisi ekonomi serta
penciptaaniklim pelayanan publik yang dapat memuaskan masyarakat sebagai
pembayar pajak atas jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.

3. Meningkatkan motivasi moral, komitmen dan produktivitas.


Melalui desentralisasi, aparat pemerintah daerah diharapkan akan
meningkatkan kesadaran moral untuk memelihara kepercayaan yang diberikan oleh
pemerintah pusat, kemudian akan timbul suatu komitmen dalam diri mereka bagaimana
melaksanakan urusan-urusan yang telah dipercayakan kepada mereka, serta bagaimana
menunjukan hasil-hasil pelaksanaan urusan melalui tingkat produktivitas yang mereka
miliki7.

1.b Tujuan Desentralisasi

Terdapat 3 (tiga) tujuan desentralisasi , yaitu yang pertamatujuan politik, untuk


menciptakan suprastruktur dan infrastruktur politik yang demokratis dan berbasis pada
kedaulatan rakyat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala daerah, dan
legislatif secara langsung oleh rakyat.

Selanjutnya yaitu tujuan administrasi, agar pemerintahan daerah yang dipimpin


oleh kepala daerah dan bermitra dengan DPRD dapat menjalankan fungsinya untuk
memaksimalkan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equity (kesetaraan), dan ekonomi.

Terakhir yaitu tujuan sosial ekonomi, berupaya untuk mewujudkan


pendayagunaan modal sosial, modal intelektual dan modal finansial masyarakat
sehingga dapat tercipta kondisi kesejahteraan masyarakat secara luas 8

Selain itu, preferensi penduduk lebih terakomodasikan (Oates 1972; Manin,

7Bambang Yudoyono. Desentralisasi dan Pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD,Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, 2002, hal


8
Oswar Mungkasa,Desentralisasi dan Otonomi daerah di Indonesia : Konsep, Pencapaian, dan Agenda kedepan
diakses dari
http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indonesia_Konsep_Pencapaian_dan_
Agenda_Kedepan ,10 Desember 2013 pukul 21.28

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 9


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Przeworski and Stokes 1999), tingkat akuntabilitas ditingkat lokal akan menjadi lebih
baik karena lebih mudah mempertanggungjawabkan kinerja pemerintah daerah
terhadap dewan perwakilan setempat (Peterson, 1997), manajemen fiskal menjadi lebih
baik (Meinzen-Dick, Knox and Gregorio 1999), dan tingkat pertumbuhan ekonomi dan
jaminan pasar akan menjadi lebih baik (Wibbels 2000). Pendek kata, cukup banyak
literatur sangat optimis bahwa tingkat efisiensi menjadi lebih baik, tingkat korupsi juga
akan berkurang (Fisman, dkk. 2002), dan akan terjadi peningkatan demokratisasi dan
partisipasi (Crook and Manor 1998).9

1.c Kategori Desentralisasi

Rondinelli (1989) mengklasifikasikan desentralisasi berdasarkan tujuannya


menjadi empat bentuk, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi fiskal, desentralisasi
pasar, dan desentralisasi administratif 10.
(i) Desentralisasi politik, digunakan oleh pakar ilmu politik yang menaruh perhatian
besar di bidang demokratisasi dan masyarakat sipil untuk mengidentifikasi
transfer kewenangan pengambilan keputusan kepada unit pemerintahan yang
lebih rendah atau kepada masyarakat atau kepada lembaga perwakilan rakyat.
Dengan demikian desentralisasi politik juga melimpahkan kewenangan
pengambilan keputusan kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah, agar
mendorong masyarakat dan perwakilan mereka untuk berpartisipasi di dalam
proses pengambilan keputusan. Dalam suatu struktur desentralisasi, pemerintah
tingkat bawahan merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
secara independen, tanpa intervensi dan tingkatan pemerintahan yang lebih
tinggi.
Desentralisasi politik bertujuan memberikan kekuasaan yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan kepada masyarakat melalui perwakilan yang dipilih oleh
masyarakat sehingga dengan demikian masyarakat dapat terlibat dalam
penyusunan dan implementasi kebijakan.Biasanya desentralisasi dalam bidang
politik merupakan bagian dan upaya demokratisasi sistem pemerintahan.

9
Op.cit
10
Rondinelli, D.A, Decentralisation, Territorial Power and the State: A CriticalResponse,Development and
Change, 1990 Vol. 21 , hal 491-500.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 10


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

(ii) Desentralisasi pasar, umumnya digunakan oleh para ekonom untuk menganalisis
dan melakukan promosi barang dan jasa yang diproduksi melalui mekanisme
pasar yang sensitif terhadap keinginan dan melalui desentralisasi pasar barang-
barang dan pelayanan publik diproduksi oleh perusahaan kecil dan menengah,
kelompok masyarakat, koperasi, dan asosiasi swasta sukarela. desentralisasi
ekonomi, bertujuan lebih memberikan tanggungjawab yang berkaitan sektor
publik ke sektor swasta.

(iii) Desentralisasi administratif, memusatkan perhatian pada upaya ahli hukum dan
pakar administrasi publik untuk menggambarkan hierarki dan distribusi
kewenangan serta fungsi-fungsi di antara unit pemerintah pusat dengan unit
pemerintah non pusat (sub-national government). Desentralisasi administratif,
memiliki tiga bentuk utama yaitu dekonsentrasi, delegasi dan devolusi, bertujuan
agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan efektif dan efisien

(iv) Desentralisasi fiskal, bertujuan memberikan kesempatan kepada daerah untuk


menggali berbagai sumber dana, meliputi pembiayaan mandiri, dan pemulihan
biaya dalam pelayanan publik, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi
hasil pajak dan bukan pajak secara lebih tepat, transfer dana ke daerah, utamanya
melalui Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) secara
lebih adil, kewenangan daerah untuk melakukan pinjaman berdasar kebutuhan
daerah11

2. Pengertian dan Teori Dekonsentrasi


Dasar diselenggarakannya Dekonsentrasi adalah karena tidak semua wewenang dan
tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas
desentralisasi.Disamping itu, sebagai konsekuensi negara kesatuan, di Indonesia
memang tidak dimungkinkan semua wewenang pemerintah didesentralisasikan dan
diotonomkan sekalipun kepada daerah.Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada
wilayah provinsi karena dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi

11
Ragawino, Bewa. Makalah : Desentralisasi dalam Kerangka Otonomi Daerah diIndonesia, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pajajaran,Bandung, 2003, hal 3
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 11
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubenur


sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi. Gubernur sebagai kepala daerah provinsi
berfungsi pula selaku wakil Pemerintah di daerah, dalam pengertian ini adalah untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi
Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
urusan pemerintahan di daerah kabupaten dan kota. Sementara itu, dasar pertimbangan
dan tujuan diselenggarakannya asas dekonsentrasi sendiri adalah 12:

• Terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;


• Terwujudnya pelaksanaan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan
antar daerah;
• Terwujudnya keserasian hubungan antar susunan pemerintahan dan
antarpemerintahan di daerah;
• Teridentifikasinya potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya
daerah;
• Tercapainya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan;
• Pengelolaan pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum
masyarakat;
• Terciptanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem
administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Mr. F.A.M. Stroink Dekonsentrasi adalah suatu attribrutie /
penyerahan kewenangan menurut hukum publik kepada pejabat-pejabat
departemen.Dari pengertian tersebut, beliau menyimpulkan bahwasanya saripati dari
pengertian tersebut adalah perwakilan dari badan-badan yang didesentralisasikan
terdiri dari pejabat-pejabat departemen. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan
bahwasanya badan-badan yang dapat didekonsentrasikan sendiri antara lain adalah
badan-badan yang termasuk dalam kelompok badan propinsi, kotamadya, badan
perairan (waterschap) demikian pula lichamen / badan-badan yang dibentuk menurut
Bab V dan VI Undang-Undang Dasar 1945.13

12
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Desentralisasi dan Tugas Perbantuan
13
Prof. Dr. Mr. F.A.M. Stroink, 2006, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi terjemahan Prof. Dr. Ateng
Syarifudin, S.H., Bandung: Refika Aditama, hal.29
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 12
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Menurut Ramlan Surbakti, Dekonsentrasi menggambarkan Pemerintah Lokal


sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat karena pemerintah lokal menerima
tugas dan kewenangan negara dari pemerintah pusat. Maka dari itulah, pemerintah lokal
dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan Negara tersebut tunduk dan bertanggung
jawab penuh kepada pemerintah pusat. Walaupun demikian, pemerintah lokal tetap
memiliki sejumlah keleluasaan dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan tersebut
sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.14Ciri –ciri dari dekonsentrasi
sendiri adalah:
• Bentuk pemencaran dari dekonsentrasi adalah dalam bentuk pelimpahan;
• Pemencaran pada dekonsentrasi terjadi kepada pejabat / perseorangan;
• Yang dipencarkan pada dekonsentrasi bukan urusan pemerintah, tetapi wewenang
untuk melaksanakan sesuatu;
• Yang dilimpahkan dalam dekonsentrasi tidak menjadi urusan rumah tangga sendiri.
Selain itu, dalam dekonsentrasi segala urusan yang dilimpahkan oleh pemerintah
pusat kepada pejabatnya didaerah tetap menjadi tanggung jawab daeri pemerintah pusat
yang meliputi:
• Kebijaksanaan;
• Perencanaan;
• Pelaksanaan;
• Pembiayaan;
• Perangkat pelaksanaan.
Dalam hal Pelaksanaan dari dekonsentrasi serta ditinjau dari wilayah pembagian
negara, maka dekonsentrasi melahirkan pemerintahan local administratif, yakni daerah
administratif meliputi tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan.Pemerintahan local
administratif ini diberi tugas atau wewenang menyelenggarakan urusan-urusan
pemerintahan pusat yang ada di daerah. 15
Dalam peraturan perundang-undangan, tepatnya dalam Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, Dekonsentrasi diuraikan dalam pengertian

14
Prof. Ramlan Surbakti, M.A., PhD, 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, hal.221
15
Presentasi Implementasi Fungsi Dekonsentrasi Dalam Kerangka Sistem Negara Kesatuan Yang
Terdesentralisasi, dalam Seminar Proposal Program Pasca Sarjana Pendidikan Doktor (S3) Administrasi
Publik Universitas Gadjah Mada, Oleh Tri Widodo W. Utomo,
http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/dekonsentrasi-dlm-kerangka-negara-kesatuan-yg-
terdesentralisasi, diakses 1 Desember 2013
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 13
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

yang lebih singkat, yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Perbantuan dijelaskan secara lebih rinci bahwasanya selain kepada Gubernur dan
Instansi vertikal di wilayah tertentu, dekonsentrasi dapat pula diberikan kepada pejabat
pemerintahan di daerah.

Selain itu pula, dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan pula bahwasanya Prinsip
dari penyelenggaraan dekonsentrasi adalah melalui pelimpahan sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kementerian dan lembaga. Dalam hal
pendanaan dari dekonsentrasi, menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah daerah bahwasanya Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada
Gubernur disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan,
hal ini dapat disebut pula dengan dana dekonsentrasi. Dana dekonsentrasi ini berasal
dari Anggaran Pendapat Belanja Negara. Asal dana dekonsentrasi yang berasal dari
Anggaran Pendapat Belanja Negara ini didasarkan atas fakta bahwasanya urusan
pemerintah yang dibiayai dari dana ini adalah urusan yang pada dasarnya adalah urusan
pemerintah pusat, namun dilimpahkan kepada pihak yang didekonsentrasikan. Hal ini
berbeda dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang membiayai urusan
pemerintah yang sudah diserahkan menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Mengenai badan-badan yang dapat dikonsentrasikan selain Gubernur, disebut pula


instansi vertikal dapat menjadi badan yang didekonsentrasikan. Instansi vertikal
menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah perangkat
departemen dan / atau lembaga pemerintah non departemen yang mengurus urusan
pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah dalam wilayah tertentu dalam
rangka dekonsentrasi. Tidak layaknya pada Gubernur dimana dana tersebut
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sebagai Dana Dekonsentrasi,
Dana untuk keperluan dekonsentrasi pada instansi vertikal yang didekonsentrasikan
dialokasikan secara khusus dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sebagai dana
instansi vertikal pusat di daerah.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 14


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

2.a Pelaksanaan Dekonsentrasi


Urusan pemerintah yang dapat didekonsentrasikan antara lain adalah urusan
pemerintah yang menjadi wewenang pemerintah di bidang;
• politik luar negeri, yang termasuk dalam urusan pemerintahan di bidang politik
luar negeri antara lain, mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga
Negara untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan
kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan Negara lain, menetapkan
kebijakan perdagangan luar negeri, dan sebagainya.
• pertahanan, yang termasuk dalam urusan pemerintahan di bidang pertahanan
antara lain, mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan Negara dalam keadaan bahaya, membangun dan
mengembangkan sistem pertahanan Negara dan persenjataan, menetapkan
kebijakan untuk wajib militer bela Negara bagi setiap warga negara dan
sebagainya.
• keamanan, yang termasuk dalam urusan pemerintahan di bidang keamanan
antara lain, mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan
kebijakan keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar hukum
negara, menindak kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu
keaman negara dan sebagainya.
• yustisi, yang termasuk dalam urusan pemerintahan di bidang yustisi antara lain,
mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan
lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian,
memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-undang, peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan lain
yang berskala nasional, dan lain sebagainya.
• moneter dan fiskal nasional, yang termasuk urusan pemerintahan di bidang
moneter dan fiskal nasional antara lain, mencetak uang dan menentukan nilai
mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang, dan
lain sebagainya.
• agama, yang termasuk dalam urusan pemerintahan di bidang agama antara lain,
menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 15


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam


penyelenggaran kehidupan keagamaan, dan lain sebagainya.

Yang juga perlu diingat adalah urusan pemerintahan yang dapat dikonsetrasikan
tidak terbatas pada 6 (enam) urusan pemerintahan tersebut.Selain 6 (enam) urusan
pemerintahan tersebut, urusan pemerintahan di luar 6 (enam) urusan pemerintahan,
pemerintah pusat dapat men-dekonsentrasikan-nya kepada wakil pemerintah pusat di
daerah ataupun gubernur selaku wakil pemerintah pusat.16
Urusan pemerintah tersebut didekonsentrasikan oleh instansi vertikal di
daerah.Sementara urusan pemerintah lainnya yang didekonsentrasikan kepada
perangkat pusat di daerah, diselenggarakan sendiri oleh instansi vertikal tertentu yang
berada di daerah.Sementara itu Gubernur sebagai pihak yang didekonsentrasikan
berwenang dalam sebagian urusan pemerintah. 17 Dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Pemerintah, gubernur sebagai wakil Pemerintah
melakukan:

• sinkronisasi dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;


• penyiapan perangkat daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan
dekonsentrasi;
• koordinasi, pengendalian, pembinaan, pengawasan dan pelaporan.
Selain daripada itu, dalam hal pelaksanaan dekonsentrasi dapat pula dilakukan
penarikan atas pelaksanaan dekonsentrasi yang dilakukan oleh pihak yang
didekonsentrasikan. Hal tersbeut dapat dilakukan apabila:

• urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena Pemerintah mengubah


kebijakan;
• pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

16
Artikel Pembagian Urusan Pemenrintah dalam Dekonsentrasi & Tugas Perbantuan, oleh Sie. Analisis
Keuangan Daerah Ditama Binbangkum Badan Pemeriksa Keuangan RI, jdih.bpk.go.id/wp-
content/.../UrusanDekonTP.pdf, diakses 4 Desember 2013
17
Artikel Dekonsentrasi & Tugas Perbantuan, oleh Bangda Kementerian Dalam Negeri,
http://bangda.kemendagri.go.id/berita.php?p=profil&id=dk-tp, diakses 1 Desember 2013.
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 16
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Dalam pelaksanaan dekosentrasi dikenal pula adanya Satuan Kerja Pelaksana


Daerah (SKPD), satuan kerja ini berfungsi sebagai organisasi/lembaga pada
pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
dekonsentrasi/tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten,
atau kota. Salah satu bentuk pelaksanaan dari Satuan kerja ini adalah fungsinya
dalam hal pelaksanaan urusan pemerintah yang didekonsentrasikan kepada
gubernur melalui penetapan. Selain itu satuan kerja ini juga bertugas untuk
menyusun pertanggung jawaban pelaksanaan dekonsentrasi yang nantinya akan
dilaporkan kepada gubernur dan kementerian dan/atau lembaga terkait.

3. Pengertian dan Teori Otonomi Daerah


Otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.18

Menurut Suwandi19, filosofi dari otonomi daerah adalah (i) eksistensi


pemerintah daerah dibuat untuk menciptakan kesejahteraan secara demokratis; (ii)
setiap kewenangan yang diserahkan ke daerah harus mampu menciptakan
kesejahteraan dan demokrasi; (iii) kesejahteraan dicapai melalui pelayanan publik; (iv)
pelayanan pubik dapat bersifat pelayanan dasar maupun bersifat pengembangan sektor
unggulan
.
3.a Faktor-faktor yang mendukung Otonomi Daerah

Esensi Otonomi Daerah adalah berkembangnya Daerah dengan kemandirian


yang mampu mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan Pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan, sesuai dengan konsep-konsep otonomi yang luas, nyata,
dan bertanggung jawab. Faktor-faktor yang mendukung otonomi Daerah antara lain :
a. Sumber Daya Manusia;

18
Penjelasan Pemerintah di dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
19
Suwandi, Menggagas Otonomi Daerah di Masa Depan, Samitra Media Utama,Jakarta,2005, hal 17
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 17
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

b. Kemampuan Keuangan Daerah;


c. Sarana dan Prasarana;
d. Organisasi dan Manajemen.
Hal ini sesuai dengan Kaho (1988) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan otonomi Daerah adalah :
(1) Manusia pelaksananya harus baik ;
(2) Keuangan harus cukup dan baik ;
(3) Peralatannya harus cukup dan baik ;
(4) Organisasi dan Manajemen harus baik.
Sedangkan kriteria keberhasilan Daerah Otonom untuk mengurus rumah
tangganya sendiri yaitu :
a. Kemampuan Struktur organisasinya, yaitu Pemerintah Daerah menampung segala
aktifitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggungjawabnya. Jumlah unit-
unit beserta macamnya cukup mencerminkan kebutuhan pembagian tugas, wewenang
dan tanggungjawab yang cukup jelas;
b. Kemampuan aparatur Pemerintah, yaitu aparatur Pemerintah Daerah mampu
menjalankan tugasnya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga Daerah, keahlian,
moral disiplin dan kejujuran serta saling menunjang tercapainya tujuan;
c. Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat, dengan struktur organisasi dan
kelincahan aparatur Pemerintah tetap dituntut agar rakyat mau berperan serta dalam
kegiatan pembangunan;
Kemampuan keuangan Daerah, semua kegiatan untuk mencapai tujuan pasti
membutuhkan biaya. Sehingga Pemerintah Daerah perlu memikirkan biaya untuk
semua kegiatan sebagai pelaksanaan pengaturan rumah tangganya. Hal ini
memerlukan sumber-sumber pendapatan Daerah atau sebagian mendapat subsidi dari
Pemerintah atasannya.

4. Sejarah Desentralisasi dan Dekonsentrasi di Indonesia

Kurun Waktu Prinsip Otonomi dan Landasan Yuridis


1903 (Belanda) Sentralisasi
Stb 18552/2
Decentralisatie Wet 1903

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 18


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

1942-1945 (Jepang) Sentralisasi


Osamu Sirei No.27 Thn 2602 (1942)
1945-1959 Demokratis, Otonomi Luas, Desentralisasi
UU No.1 Tahun 1945
UU No.22 Tahun 1948
UU No.1 Tahun 1957
1959-1966 Otoriter, Sentralistik,Dekonsentrasi
Penpres No.18/1959
UU No.18/1965
1966 -1969/1971 Demokratis, Otonomi Luas, Desentralisasi
TAP MPRS No.21/1966
1971-1998 Otoriter, Sentralistik, Dekonsentrasi
TAP MPR No.IV/1973
UU No.5/1974
UU No.5/1979
1998- sekarang Demokratis, Otonomi Luas, Desentralisasi
TAP MPR No.IV/1998
UU No.22/1999
UU No.25/1999
UU No.32/2004
UU No.33/2004
Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30365/4/Chapter%20II.pdf

4.a. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Peraturan dasar ketatanegaraan Reglement op het Beleid der Regering van


Nederlandsch Indie (Stb 18552/2) menegaskan bahwa pemerintahan saat itu tidak
mengenal desentralisasi hanya sentralisasi dengan menjalankan dekonsentrasi. Secara
hirarkis di Jawa dikenal istilah Gewest (Residentie), Afdeeling, District, dan Onder-
district.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 19


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Tahun 1903 Pemerintah Kerajaan belanda menetapkan Wethoudende


Decentralisatie van het bestuur in Nederlandsch Indie (Stb.1903/329) yang dikenal
dengan istilah Decentralisatie 1903. Dengan terbentuknya peraturan ini terdapat
kemungkinkan untuk membentuk Gewest atau bagian Gewest yang mempunyai
pengelolaan keuangan sendiri untuk membiayai segala kegiatannya. 20

4.b Masa Pendudukan Jepang

Pada awalnya pemerintahan bekas wilayah jajahan Belanda di bagi kedalam 3


komando yang dilaksanakan oleh komando angkatan masing masing yang disebut
Gunseikan. Komando tersebut adalah :

a. Sumatera dibawah komando Panglima Angkatan darat XXV yang berkedudukan


di Bukittinggi.
b. Jawa dan Madura berada dibawah Komando Panglima Angkatan darat XVI yang
berkedudukan di Jakarta.
c. Daerah lainnya berada di bawah Komando Panglima Angkatan Laut yang
berkedudukan di Makasar.

Pada tanggal 11 September 1943 kekuasaan pemerintah berada pada satu tangan,
yaitu tangan Saikosikikan yang berkedudukan sebagai Gubernur Jenderal. Dibawah
Saikosikikan segala sesuatu dilakukan oleh Kepala Staf (Gunseikan) yang sekaligus
sebagai kepala staf angkatan perangnya. Aturan yang dikeluarkan oleh Saikosikikan
disebut Osamuseirei dan yang dikeluarkan oleh kepala staf disebut Osamukanrei.
Osamuseirei nomor 3 yang dkeluarkan oleh saikosikikan mengatur pemberian
wewenang kepada Walikota yang semula hanya berhak untuk mengatur rumah tangga,
selanjutnya diwajibkan juga untuk menjalankan urusan Pemerintahan Umum.21

4.c Masa Orde Lama

Peraturan perundang-undangan pertama kali yang mengatur tentang


pemerintahan daerah pasca proklamasi kemerdekaan adalah Undang-undang Nomor 1

20
Wijoyo Kusumo, Sejarah Desentralisasi di Indonesia, diakses pada
http://wijoyokusumo.wordpress.com/2010/08/11/sejarah-desentralisasi-di-indonesia/ , 10 Desember
2013, pukul 22.48
21
Ibid, Pukul, 22 : 58
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 20
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Tahun 1945.Ditetapkanya undang-undang ini merupakan resultante dari berbagai


pertimbangan tentang sejarah pemerintahan dimasa kerajaan-kerajaan serta pada masa
pemerintahan kolonialisme, undang-undang ini menekankan pada aspek cita-cita
kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan Badan Perwakilan Rakyat
Daerah.Didalam undang-undang ini pula ditetapkan 3 jenis otonom, yaitu Karasidenan,
Kabupaten dan Kota.
Pada periode berlakunya undang-undang ini, otonomi daerah diberikan kepada
daerah bersamaan pada saat pembentukan daerah melalui undang-undang berupa
kewenangan pangkal dan sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun
belum ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan (
desentralisasi ) kepada daerah. Undang-undang ini berumur kurang lebih 3 tahun karena
diganti dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 1948.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang
susunan pemerintahan Daerah yang demokratis. Didalam undang-undang ini ditetapkan
2 jenis otonom daerah, yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom istimewa serta 3
tingkatan daerah otonom yaitu, provinsi, kabupaten dan desa. Mengacu pada ketentuan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948, penyerahan sebagian urusan pemerintahan
kepada daerah telah mendapat perhatian pemerintah.Pemberian otonomi kepada daerah
berdasarkan undang-undang tentang pembentukan daerah, telah dirinci lebih lanjut
pengaturannya melalui peraturan pemerintah tentang penyerahan sebagian urusan
pemerintahan tertentu kepada daerah.
Sebanyak 33 peraturan pemerintah tentang penyerahan sebagian urusan
pemerintahan yang diterbitkan dalam periode ini meliputi 7 bidang urusan, baik kepada
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.Undang-undang pembentukan Daerah tingkat
I dan Daerah Tingkat II, memberlakukan secara mutadis ketentuan-ketentuan yang
menyangkut penyerahan urusan tersebut kepada Daerah tingkat I dan Daerah tingkat II
yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957, sebagai pengaturan tunggal pertama
yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia menitik beratkan pengaturan pada aspek
otonomi yang seluas-luasnya. Pelaksanaan otonomi daerah semakin mendapat
perhatian pemerintah sebagai konsekuensi logis dari ketentuan pasal 18 Undang-
undang Dasar 1945, dimana pemerintah diwajibkan melaksanakan politik desentralisasi
disamping dekonsentrasi. Berkenaan dengan itu, pada masa berlakunya undang-undang
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 21
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Nomor 1 Tahun 1957 terdapat kurang lebih 10 peratutan pemerintah tentang


penyerahan sebagian urusan pemerintahan yang diterbitkan sebelumnya. Berbeda
dengan peraturan pemerintah yang mengatur penyerahan sebagian urusan
pemerintahan kepada daerah Tingkat I berlaku untuk seluruh Indonesia.
Selanjutnya yaitu undang-undang Nomor 18 Tahun 1965, menganut sistem
otonomi yang seluas-luasnya seperti undang-undang yang digantikannya. Undang-
undang ini dinyatakan tidak berlaku berdasarkan undang-undang Nomor 6 Tahun 1969,
dengan adanya pernyataan tidak berlakunya undang-undang ini pada saat ditetapkannya
Undang-undang yang menggantikannya.Dengan adanya pernyataan undang-undang
Nomor 6 Tahun 1969.Berbagai ketentuan yang ditetapkan dengan undang-undang
Nomor 18 Tahun 1965 tidak dapat dilaksanakan.Prinsip otonomi yang dianut adalah
otonomi yang seluas-luasnya.Tetapi justru pada periode berlakunya undang-undang
Nomor 18 Tahun 1965 ini tidak ada peraturan pemeritah yang diterbitkan dalam rangka
penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada daerah.

4.d Masa Orde Baru

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di


daerah, dibuat dan diundangkan sebagai pengganti Undang-undang Nomor 18 Tahun
1965. Penggantian ini berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor XXI/MPRS/1966, yang
menyatakan bahwa pemerintah dan DPR gotong royong ditugaskan untuk meninjau
kembali UU No.18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah. Realisasi
ketetapan MPRS baru bisa diwujudkan 9 tahun kemudian dengan diundangkannya
undang-undang Nomor 5 Tahun 1974.Undang-undang ini mengatur tentang pokok-
pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas pusat didaerah.Kekeliruan
yang lebih mengutamakan desentralisasi pernah diperbaiki, dengan memberikan
pengakuan terhadap pentingnya asas dokonsentrasi. Undang-undang ini berumur paling
panjang yaitu 25 tahun dan kemudian digantikan dengan undang-undang Nomor 22
Tahin 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999.22

22
Karen Evieta Putri, Desentralisasi dan Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, diakses padahttp://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-
kesatuan-republik-indonesia/ , 10 Desember 2013, Pukul 22.56
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 22
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

4.d Era Reformasi

Bermula dari Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan


Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional
yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dilanjutkan dengan 7 Mei 1999, lahirlah UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan


Daerah selanjutnya UU No. 25/1999 yang mengatur hubungan keuangan pusat dan
daerah, menggantikan UU No. 5/1974 yang sentralistik.

Kedua undang-undang ini mengatur wewenang otonomi yang diberikan luas


kepada pemerintah tingkat kabupaten dan kota. Selain itu bupati dan walikota pun
dinyatakan bukan lagi sebagai aparat pemerintah yang hierarkis di bawah gubernur.
Jabatan tertinggi di kabupaten dan kota itu merupakan satu-satunya kepala daerah di
tingkat lokal, tanpa bergantung pada gubernur.

Setiap bupati dan walikota memiliki kewenangan penuh untuk mengelola daerah
kekuasaannya. Keleluasaan atas kekuasaan yang diberikan kepada bupati/walikota
dibarengi dengan mekanisme kontrol (checks and balances) yang memadai antara
eksekutif dan legislatif. Parlemen di daerah tumbuh menjadi sebuah kekuatan politik
riil yang baru. Lembaga legislatif ini secara merdeka dapat melakukan sendiri
pemilihan gubernur dan bupati/walikota tanpa intervensi kepentingan dan pengaruh
politik pemerintah pusat. Kebijakan di daerah juga dapat ditentukan sendiri di tingkat
daerah atas kesepakatan pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah
(DPRD). Undang-undang yang baru juga mengatur bahwa setiap peraturan daerah
dapat langsung dinyatakan berlaku setelah disepakati sejauh tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini kontras berbeda dengan
ketentuan sebelumnya yang mensyaratkan adanya persetujuan dari penguasa
pemerintahan yang lebih tinggi bagi setiap perda yang akan diberlakukan.

UU No 22/1999 dan UU No 25/1999 juga memberikan kerangka yang cukup ideal


bagi terwujudnya keadaan politik lokal yang dinamis dan demokratis di setiap daerah.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 23


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Namun, praktik-praktik politik yang menyusul setelah itu masih belum sepenuhnya
memperlihatkan adanya otonomi yang demokratis.

Hubungan pusat dan daerah juga masih menyimpan ancaman sekaligus harapan.
Menjadi sebuah ancaman karena berbagai tuntutan yang mengarah kepada disintegrasi
bangsa semakin besar. Bermula dari kemerdekaan Timor Timur (atau Timor Leste)
pada tanggal 30 Agustus 1999 melalui referendum. Berbagai gelombang tuntutan
disintegrasi juga terjadi di beberapa daerah seperti di Aceh, Papua, Riau dan
Kalimantan. Meskipun ada sejumlah kalangan yang menganggap bahwa kemerdekaan
Timor Timur sudah seharusnya diberikan karena perbedaan sejarah dengan bangsa
Indonesia dan merupakan aneksasi rezim Orde Baru, tetapi efek domino yang
timbulkannya masih sangat dirasakan, bahkan dalam MoU Helsinki yang menghasilkan
UU Pemerintahan Aceh.Gejolak terus berlanjut hingga, Aceh dan Papua akhirnya
diberi otonomi khusus.

Menjadi harapan, karena Amandemen kedua konstitusi, telah mengubah wajah


Pemerintahan Daerah menjadi lebih demokratis dan lebih bertanggung jawab. Pasal 18
ayat (5) UUD 1945 (redaksi baru), Perubahan Kedua, berbunyi, “Pemerintahan Daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemreintahan yang oleh undang-
undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat“. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
tidak dapat dibaca secara terpisah dengan Pasal 18 ayat (1) dan (5) UUD 1945 (redaksi
baru).

Dalam pemhaman ini, M. Laica Marzuki mengatakan, bentuk negara (de


staatsvorm) RI secara utuh harus dibaca -dan dipahami- dalam makna: Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, yang disusun
berdasarkan desentralisatie, dijalankan atas dasar otonomi yang seluas-luasnya,
menurut Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 (redaksi baru) juncto Pasal 18 ayat (1) dan (5)
UUD 1945 (redaksi baru).

Lima tahun berlangsung, UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 dipandang


perlu direvisi, hingga lahirlah UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan menggantikan UU No. 22/1999 dan UU

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 24


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

No. 25/1999 tersebut. UU No. 32 Tahun 2004 ini sempat mengalami perubahan
berdasarkan UU No. 8 tahun 2005 dan UU No. 12 tahun 2008.

Tahun 2007, kemudian dikeluarkan PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian


urusan. Walau telah dibagi-bagi kewenangan pusat dan daerah, namun PP ini
dipandang telah menegasikan kewenangan daerah. Revisi lebih komprehensif
kemudian diwacanakan kembali pada UU No. 32/2004 untuk lebih menterjemahkan
lebih kongkrit kewenangan pusat dan daerah. 23

B. HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DENGAN DESENTRALISASI DAN


DEKONSENTRASI
1. Hubungan Otonomi Daerah dengan Desentralisasi

Penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada


daerah otonom bermakna peralihan kewenangan secara delegasi, lazim disebut
delegation of authority.Dengan demikian, pemberi delegasi kehilangan kewenangan
itu, semua beralih kepada penerima delegasi.Berbeda ketika pelimpahan wewenang
secara mandatum, pemberi mandat atau mandator tidak kehilangan kewenangan
dimaksud. Mandataris bertindak untuk dan atas nama mandator. Sebagai
konsekuensinya bahwasanya pemerintah pusat kehilangan kewenangan dimaksud.
Semua beralih menjadi tanggungjawab daerah otonom, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai urusan pemerintah pusat, Pasal 10 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menetapkan, bahwasanya urusan
pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi a. politik luar negeri, b.
pertahanan, c. keamanan, d. yustisi, e. moneter dan fiskal, f. agama. 24

Pusat tidak boleh mengurangi, apalagi menegasikan kewenangan pemerintahan


yang telah diserahkan kepada daerah otonom. Namun demikian, daerah otonom-daerah

23
Ade Suerani, Sejarah Desentralisasi di Indonesia (Selesai), diakses
padahttp://hukum.kompasiana.com/2010/07/26/sejarah-desentralisasi-di-indonesia-selesai-205206.html
, 11 Desember 2013, 21.54
24
Penjelasan di dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah BAB III Pembagian Urusan
Pemerintahan pasal 10 ayat 3
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 25
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

otonom tidak boleh melepaskan diri dari Negara Kesatuan RI. Betapa pun luasnya
cakupan otonomi, desentralisasi yang mengemban pemerintahan daerah tidaklah boleh
meretak-retakkan bingkai Negara Kesatuan RI.

Secara formal normatif, arah desentralisasi sudah cukup baik. Namun, dalam
tataran empiris komitmen pemerintah pusat tidak konsisten. Praktek-praktek monopoli
dan penguasaan urusan-urusan strategis yang menyangkut pemanfaatan sumber daya
alam termasuk perizinan di daerah, dikuasai pusat.

Intervensi pusat pada daerah begitu besar.Penyerahan urusan/wewenangan yang


semestinya dilakukan dengan penyerahaan sumber keuangan tidak dilakukan.Pusat
melakukan penganggaran pembangunan daerah tanpa melibatkan DPRD sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Pembiayaan fungsi-fungsi pemerintahan di
daerah lebih dominan berasal dari APBN, yang semestinya diserahkan sebagai dana
perimbangan untuk APBD
Robert Reinow dalam buku Introduction to Government, mengatakan
bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di
daerah.Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian
kepentingannya yang berkaitan langsung dengan kedaerahan.Kedua, memberi
kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai tuntutan yang
bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri. Menurut
Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam kerangka
desentralisasi ada 4 (empat) macam25, yaitu:
1. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.
2. Dasar pemeliharaan dan pengambangan prinsip-prinsip pemerintahan asli.
3. Dasar kebhinekaan.
4. Dasar negara hukum.

2. Hubungan Otonomi Daerah dengan Dekonsentrasi


Otonomi Daerah yang merupakan suatu pemberian wewenang pemerintahan
kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri dan berdaya untuk membuat keputusan
mengenai kepentingan daerahnya terdiri atas dua instrumen, yakni instrumen politik

25
Bagir Manan, Pemerintahan Daerah bagian I, penerbit UGM, Yogyakarta, 1989, hal
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 26
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

dan instrumen administrasi / manajemen.Dimana kedua instrumen tersebut secara


bersama-sama digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya lokal daerah, sehingga
nantinya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di daerah. 26

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 berkenaan dengan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, yakni;

• Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak


mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara
("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan
negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan
pemerintahan;
• Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-undang
Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah
bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan
dekonsentrasi sebagai konsep perwujudan otonomi daerah di bidang
ketatanegaraan.

Berdasarkan dua nilai dasar tersebut, prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang
dianut di Indonesia adalah:
• nyata, bahwa otonomi daerah secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan
kondisi obyektif di daerah;
• bertanggung jawab, bahwa pemberian otonomi daerah harus
diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok
tanah air;
• dinamis, bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah selalu menjadi sarana dan
dorongan untuk lebih baik dan lebih maju.

26
Presentasi Mata Kuliah Kewarganegaraan Jurusan MKU Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Jakarta oleh Tukina, http://www.slideshare.net/jayamartha/kewarganegaraan-15-otonomidaerah,
diakses 4 Desember 2013
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 27
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Dekonsentrasi sendiri adalah konsep perwujudan pelaksanaan dari otonomi


daerah.Pelaksanaan dekonsentrasi dilakukan setelah dilihat bahwasanya tidak semua
tugas-tugas teknis pemerintahan dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang antara lain adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien, dan agar masyarakat luas terutama
masyarakat di daerah dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan di daerahnya
masing-masing.27Dekonsentrasi sebagai konsep perwujudan pelaksanaan otonomi
daerah antara lain diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Dalam Undang-
Undang ini disebutkan bahwa dekonsentrasi adalah asas penyelenggaraan pemerintah
oleh pemerintah pusat. Dalam Undang-Undang ini disebutkan pula bahwa
sesungguhnya otonomi daerah di Indonesia dapat dikategorikan sebagai “otonomi
terkontrol”, hal ini dikarenakan dalam penyelenggaran urusan pemerintahan
dibutuhkan pelaksanaan hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten / kota, ataupun antar
pemerintah daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai suatu sistem
pemerintahan yang utuh.Pelaksanaan “otonomi terkontrol” ini sesungguhnya
merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat untuk mewujudkan otonomi daerah
yang protektif.

D. MASALAH PENERAPAN OTONOMI DAERAH DAN SOLUSI KE DEPAN

1. Masalah Otonomi Daerah


Sejak dicanangkannya otonomi daerah pada tahun 2000, melalui
diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
telah terbentuk daerah otonom baru sebanyak 205 buah yang terdiri dari 7 provinsi, 164
kabupaten dan 34 Kota. Dengan perkataan lain terjadi peningkatan 68% dari jumlah
daerah otonom tahun 1998 atau secara rata rata dalam satu tahun lahir 20 daerah otonom

27
Ibid
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 28
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

baru Sehingga daerah otonom menjadi sebanyak 530 unit (propinsi, kabupaten,
kota)28Selengkapnya pada Tabel 2.
Hasil evaluasi efektifitas pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah belum mencapai tujuan yang hakiki dari otonomi daerah
yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.Kesimpulan ini merupakan hasil kajian
Direktorat Otonomi Daerah Bappenas pada tahun 201129.

Tabel 2 Perkembangan Jumlah Daerah Otonom antara Tahun 1999 – 2013

JUMLAH DAERAH OTONOM 1999 PERUBAHAN 2013

Jumlah provinsi 26 7 33

Jumlah kabupaten 234 165 399

jumlah kota 59 39 98

Jumlah Total Daerah Otonom(*) 319 211 530

.
(*) Angka ini tidak termasuk 1 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi DKI Jakarta adalah
daerah administratif dan bukan daerah otonom

Adapun indikator pengukuran efektifitas pelaksanaan otonomi daerah yang


dipergunakan adalah sebagai berikut.
a. Angka Kemiskinan. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah daerah yang berada di
bawah garis kemiskinan tidak berkurang.
b. Kualitas SDM. Kualitas sumber daya manusia masih belum memadai.
c. Pemenuhan hak dasar. Masih banyak anak-anak putus sekolah, diskriminasi
layanan kesehatan masih banyak dijumpai. Berdasar data BPS, pada tahun 2009
masih banyak propinsi dengan indeks pembangunan manusia (IPM) jauh dibawah
rata-rata nasional yaitu 19 propinsi.

28
Daftar Jumlah Provinsi, Kabupaten atau Kota seluruh Indonesia, diakses pada
http://www.otda.kemendagri.go.id/otdaii/otda-iia.pdf, 13 Desember 2013, pukul 11.58
29
http://otda.bappenas.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=121%3Alaporan-
kegiatan-direktorat-otonomi-daerah-bappenas&catid=1%3Alatest-news&lang=in , diakses pada 12
Desember 2013 Pukul 09.53
Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 29
Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

d. Lapangan kerja dan angka pengangguran. Angka pengangguran masih cukup


tinggi.
e. Pengembangan infrastruktur seperti jalan, penerangan dan air minum. Kondisi jalan
dengan kualitas rusak berat, rusak ringan, dan tidak mantap jumlahnya masih
signifikan. Masih terdapat sekitar 7 persen desa yang belum terlayani listrik. Masih
sekitar 70 juta penduduk belum mendapat layanan air minum, bahkan perilaku
buang air besar (BAB) masih dilakukan oleh sekitar 60 juta penduduk.
f. Pemberdayaan ekonomi. Upaya penciptaan lapangan pekerjaan belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan.
g. Kualitas pengelolaan pemerintahan berdasar prinsip Kepemerintahan yang Baik
(Good Governance). Manurut hasil riset Booz-Allen dan Hamilton pada tahun
1999, menunjukkan bahwa Indonesia masih masuk dalam kategori poor
governance. Tertinggal dibanding Negara Asia Tenggara lainnya.

Di sisi lain, dampak negatif juga terjadi diantaranya (i) banyak kebocoran
(korupsi) dan penggunaan anggaran yang tidak efisien dan efektif; (ii) terbukanya
potensi kegaduhan yang disebabkan oleh ketidaksiapan daerah dan ketidaklengkapan
desain regulasi untuk mengimplementasikan proses desentralisasi, berupa
desentralisasi KKN dan duplikasi Perda yang justru berlawanan dengan spirit otonomi
daerah. Jika sebelumnya watak KKN lebih bersifat vertikal dengan institusi di atas
mengambil bagian yang paling besar, maka sejak era otonomi watak KKN lebih bersifat
horizontal dengan setiap lini penyelenggara pemerintah (daerah) mengambil bagian
yang sama. Contoh lainnya, pemerintah daerah mencoba meningkatkan penerimaan
daerah akibat orientasi kepada PAD yang berlebihan.Masalahnya adalah, peningkatan
PAD tersebut dibarengi dengan kebijakan-kebijakan duplikatif sehingga sangat
memberatkan masyarakat dan pelaku ekonomi pada khususnya30. Sebagian besar
Perda-perda tersebut dianggap menjadi penyebab munculnya high cost economy
(ekonomi biaya tinggi) sehingga tidak mendukung upaya peningkatan iklim usaha di
Indonesia, baik dalam bentuk pajak, retribusi, maupun non-pungutan.

30
Menteri Keuangan pada tahun 2003 telah merekomendasikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
mencabut 206 Perda di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Perda yang bermasalah pada level
kabupaten pada tahun 2006 bahkan mencapai 65,63% dari seluruh total Perda yang diproduksi,
sedangkan pada level propinsi dan kota di bawah 22%. (Jatmiko, 2010)

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 30


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Temuan lain juga mengemukakan bahwa kebijakan desentralisasi tak luput dari
serangkaian permasalahan seperti munculnya pembengkakan organisasi daerah,
terjadinya oligarki politik oleh elit lokal maupun gejala pembangkangan daerah
terhadap pemerintah pusat.

2. Solusi atas Permasalahan


Memperhatikan isu utama dalam pelaksanaan otonomi daerah yang telah banyak
mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah, dibutuhkan langkah nyata dalam
menanggapi isu dimaksud.Beberapa agenda yang dipandang perlu dan segera untuk
dilakukan adalah.

➢ Penyusunan Desain Besar Otonomi Daerah Tahun 2015-2025

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah telah berlangsung lama, namun


pelaksanaannya masih terkesan berubah-ubah bahkan pada era reformasi perubahan
regulasi terkait otonomi daerah berlangsung dalam waktu yang singkat. Sebagai
ilustrasi, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 hanya efektif selama 5 tahun dan
direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Untuk itu, perlu disiapkan
langkah penyiapan naskah akademik dengan melibatkan berbagai pihak. Desain Besar
ini akan dilengkapi dengan peta jalan yang sekaligus merupakan masukan bagi
penyusunan RPJMN Tahun 2015-2019.

➢ Penyempurnaan regulasi otonomi daerah dan sinkronisasi dengan regulasi


sektoral terkait
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian isu terdahulu bahwa salah satu faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap hasil pelaksanaan otonomi daerah adalah
keberadaan regulasi sektoral, yang ketika tumpang tindih akan menghambat
pelaksanaan otonomi daerah. Untuk itu, agenda utama yang perlu dilakukan adalah
sinkronisasi keseluruhan regulasi terkait otonomi daerah, baik sektoral maupun yang
terkait langsung dengan otonomi daerah, termasuk regulasi di pusat (undang-undang,
PP, permen, juklak, juknis, maupun daerah (perda). Sebagai konsekuensi logisnya,
undang-undang otonomi daerah kemungkinan besar juga akan direvisi.
Salah satu masukan terkait revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
berasal dari Hakim Konstutusi Akil Mochtar (2012), yang menyatakan bahwa sesuai

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 31


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

dengan Program Legislasi Nasional (Proglenas) 2010, UU Nomor 32 Tahun 2004 akan
direvisi menjadi tiga Rancangan Undang-Undang (RUU): RUU tentang Pemerintahan
Daerah, RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah, dan RUU tentang Desa.
Untuk itu, menurut Mochtar (2012), setidaknya terdapat 22 isu strategis yang
dirumuskan dalam RUU Pemerintahan Daerah antara lain: (1) pembentukan daerah
otonom; (2) pembagian urusan pemerintahan; (3) daerah berciri kepulauan; (4)
pemilihan kepala daerah; (5) peran gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di
Daerah; (6) Muspida; (7) perangkat daerah; (8) kecamatan; (9) aparatur daerah; (10)
peraturan daerah; (11) pembangunan daerah; (12) keuangan daerah; (13) pelayanan
publik; (14) partisipasi masyarakat; (15) kawasan perkotaan; (16) kawasan khusus; (17)
kerjasama antardaerah; (18) desa; (19) pembinaan dan pengawasan; (20) tindakan
hukum terhadap aparatur Pemda; (21) inovasi daerah; (22) dan Dewan Pertimbangan
Otonomi Daerah (DPOD).

✓ Peningkatan kualitas proses perencanaan pembangunan daerah

Pembangunan daerah yang berkualitas masih sulit dicapai, ketika proses


perencanaan pembangunan daerah belum mendapat perhatian. Untuk itu, beberapa hal
yang perlu dilakukan adalah peningkatan kualitas para pimpinan dan staf perencana
melalui pendidikan dan pelatihan perencanaan berkala, dan peningkatan kualitas rapat
koordinasi wilayah., pembenahan sistem informasi, peningkatan kualitas data, dan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala dan tepat waktu.

✓ Peningkatan kualitas pengendalian program melalui pengembangan sistem


informasi otonomi daerah yang menerapkan manajemen pengetahuan

Salah satu kelemahan pelaksanaan otonomi daerah adalah tidak terpantaunya


kegiatan secara memadai, yang terutama diakibatkan oleh kesulitan mengakses data
pencapaian. Akibatnya hasil evaluasi pelaksanaan otonomi daerah menjadi kurang
berkualitas. Untuk itu, perlu dikembangkan konsep manajemen pengetahuan yang pada
intinya menjaga aliran data dan informasi mulai dari pengumpulan data dasar,
pengolahan, pendistribusian dan bahkan meningkatkan data dan informasi tersebut
menjadi pengetahuan. Beberapa hal yang akan tercakup adalah sistem informasi,
mekanisme monitoring dan evaluasi, ketersediaan akses bagi semua., pusat informasi
di tiap daerah..

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 32


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

✓ Pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pemantauan dan


evaluasi secara partisipatif

Selama ini proses desentralisasi dan otonomi daerah terlalu fokus pada aspek
kepemerintahan, dengan melupakan bahwa filosofi otonomi daerah diantaranya adalah
keterlibatan aktif masyarakat dalam proses ini. Akibatnya masyarakat hanya menjadi
obyek.Untuk itu, dibutuhkan upaya bertahap untuk mulai melibatkan masyarakat
dimulai dengan melakukan sosialisasi secara intensif, menyelenggarakan dengan
pendapat publik, melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi secara
partisipatif. Dengan demikian diharapkan dukungan masyarakat akan membantu
meningkatkan kualitas otonomi daerah.

✓ Pengembangan alternatif sumber pembiayaan pemerintah daerah

Kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah dalam memperoleh sumber


pembiayaan di daerah perlu disikapi dengan menyiapkan terobosan alternative
pembiayaan.Diantara yang dapat dilakukan adalah efisiensi anggaran, revitalisasi
perusahaan daerah, dan kerjasama dengan swasta.

✓ Pembenahan forum komunikasi otonomi daerah

Pelaksanaan otonomi daerah menjadi kepentingan semua pihak, sehingga


keterlibatan pemangku kepentingan menjadi suatu keniscayaan. Untuk itu, dibutuhkan
suatu forum yang dapat membantu mengakomodasi semua kepentingan, baik
pemerintah, dan pihak di luar pemerintah termasuk masyarakat. Forum yang ada selama
ini dapat dioptimalkan perannya dalam meningkatkan keterlibatan pemangku
kepentingan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Otonomi daerah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 33


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Konstitusi, sebagai dasar dari


segala peraturan perundang-undangan, menghendaki adanya otonomi daerah secara
tegas sebagaimana disebut dalam penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Untuk melaksanakan otonomi daerah sendiri terdapat
beberapa cara dalam melaksanakannya, antara lain adalah dengan menggunakan
konsep desentralisasi dan dekonsentrasi.

Desentralisasi sebagai bentuk pelaksanaan otonomi daerah, adalah penyerahan


wewenang oleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang
lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri
mengambil keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang
terjadi dari itu. Manfaat dari desentralisasi sendiri adalah untuk mengefisiensikan dan
mengefektifkan pelaksanaan tugas pemerintah, memungkinkan terjadinya inovasi pada
perangkat pelaksana tugas pemerintahan / aparatur negara, serta meningkatkan pula
motivasi moral, komitmen dan produktivitas dari perangkat pelaksana tugas pemerintah
/ aparatur negara. Dalam hal bentuk, desentralisasi sebagaimana disebutkan dalam
definisinya, berbentuk penyerahan wewenang bermakna sebagai suatu peralihan
kewenangan secara delegasi, atau lazim disebut delegation of authority.Dengan
demikian, pemberi delegasi kehilangan kewendangan itu, semua beralih kepada
penerima delegasi.Dilihat dari pembiayaannya, kegiatan desentralisasi dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.Hal ini karena urusan pemerintah yang sudah
diserahkan menjadi kewenangan pemerintah daerah bukan menjadi kewenangan
pemerintah pusat lagi, maka wajar bila pembiayaannya berasal dari daerah itu
sendiri.Setelah desentralisasi dilaksanakan, diharapkan terciptanya suprastruktur dan
infrastruktur politik yang demokratik berbasis pada kedaulatan rakyat, terciptanya
pemerintahan daerah yang efektif, efisien, setara, dan terciptanya kesejahteraan
masyarakat secara luas dan merata.

Dekonsentrasi sendiri sebagai bentuk pelaksanaan lain dari otonomi daerah


diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat
dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi. Dekonsentrasi sendiri
digambarkan sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat.Istilah ini muncul atas
dasar fakta bahwasanya pemerintah daerah dalam dekonsentrasi menerima tugas dan
kewenangan negara dari pemerintah pusat. Maka dari itulah, pada dekonsentrasi,

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 34


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

pemerintah daerah dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan Negara tersebut tunduk
dan bertanggung jawab penuh kepada pemerintah pusat. Dari segi pembiayaan sendiri,
Asal dana dekonsentrasi berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara ini
didasarkan atas fakta bahwasanya urusan pemerintah yang dibiayai dari dana ini adalah
urusan yang pada dasarnya adalah urusan pemerintah pusat, namun dilimpahkan
kepada pihak yang didekonsentrasikan. Maka dari itu, wajar jika sumber dananya
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.Dalam hal bentuknya, dekonsentrasi
tidak seperti desentralisasi yang berbentuk delegasi, dekonsentrasi berbentuk atribusi
berupa penyerahan kewenangan.Pelaksanaan dari dekonsentrasi, dilakukan oleh suatu
Satuan Kerja Pelaksana Daerah seperti Gubernur dan instansi vertikal pemerintah pusat
yang berkedudukan di daerah. Sementara itu, dalam hal urusan pemerintah yang
didekonsentrasikan, dalam dekonsentrasi meliputi antara lain bidang politik luar negari,
pertahanan, keamanan, yustisi, agama, serta moneter dan fiskal nasional.

Mengenai pelaksanaannya di Indonesia, Otonomi daerah yang sudah


dilaksanakan selama ini ternyata belum mencapai tujuan yang hakiki, yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tetapi, walau begitu pelaksanaan otonomi daerah
bukannya tanpa hasil, beberapa hasil telah ditelurkan dari pelaksanaan konsep ini,
antara lain dalam hal meningkatnya kepedulian dan penghargaan terhadap partisipasi
masyarakat dalam proses politik di tingkat lokal, perangkat pemerintahan daerah yang
mulai memiliki komitmen yang makin kuat dalam hal pemberian layanan serta
merasakan adanya tekanan yang berat dari masyarakat agar mereka meningkatkan
kualitas pelayanan publik, serta pemerintah daerah yang sudah mulai “proaktif” untuk
saling bekerjasama dan berbagi informasi untuk menyelesaikan persoalan yang sama-
sama mereka hadapi.

Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan otonomi daerah, dapat dilakukan


penyusunan grand design dari otonomi daerah untuk lebih memfokuskan pelaksanan
otonomi daerah secara nasional kedepannya, sinkronisasi dan penyempurnaan regulasi
otonomi daerah dengan regulasi sektoral terkait, peningkatan kualitas proses
perencanaan pembangunan daerah serta pengendalian program melalui pengembangan
sistem informasi otonomi daerah yang menerapkan manajemen pengetahuan,
pembenahan proses pemekaran daerah sehingga sesuai dengan grand design, pelibatan
masyarakat dalam hal baik itu pengambilan keputusan, pemantauan, serta evaluasi

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 35


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

secara lebih partisipatif, pembenahan forum komunikasi otonomi daerah, dan


Pengembangan alternatif sumber pembiayaan pemerintah daerah.

Maka dapat disimpulkan bahwasanya desentralisasi dan dekonsentrasi


merupakan bentuk realisasi pelaksanaan dari otonomi daerah dengan karakteristik
masing-masing, yang diantara kedua hal tersebut mengatur bidangnya masing-
masing.Dalam hal pelaksanaannya di Indonesia, otonomi daerah sebagai konsep awal
dari desentralisasi dan dekonsentrasi masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini
antara lain karena belum terciptanya suatu grand design sebagai guideline bagi
pemerintah untuk melaksanakan otonomi daerah. Maka dari itu, grand design tersebut
menjadi salah satu solusi untuk memaksimalkan pelaksanaan desentralisasi dan
dekonsentrasi sebagai bentuk pelaksanaan konsep otonomi daerah sebagaimana telah
disinggung sebelumnya bersama pula dengan solusi-solusi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Regulasi
1. Undang Undang Dasar 1945

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 36


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

2. Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR-RI/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan


Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah
3. UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Indonesia Daerah
4. UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
5. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
6. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Desentralisasi dan Tugas
Perbantuan

Buku
1. Buyung, Adnan.2000.Federalisme Untuk Indonesia. Jakarta: Kompas, 2000

2. Devas, Nick.1998. Indonesia: What do we mean by decentralisation? Public


Administration and Development, Birmingham, Jurnal vol. 17.

3. Prof. Dr. Mr. F.A.M. Stroink diterjemahkan oleh Prof. Dr. Ateng Syarifudin,
S.H., 2006, Pemahaman Tentang Dekonsentrasi Bandung: Refika Aditama

4. Manan, Bagir.1989.Pemerintahan Daerah bagian I .Yogyakarta: Penerbit


UGM.Call Number : 352 Man p

5. Dr.Ir.H.Muhammad,Fadel.REINVENTING LOCAL GOVERNMENT,


PENGALAMAN DARI DAERAH. Jakarta : Elex Media Komputindo. Call
Number : 320.8 FAD r

6. Ragawino, Bewa.2003. Makalah : Desentralisasi dalam Kerangka Otonomi


Daerah diIndonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pajajaran,Bandung.

7. Rondinelli, D.A.1990.Decentralisation, Territorial Power and the State: A


CriticalResponse,Development and Change, New Delhi : Sage Publications

8. Prof. Surbakti, Ramlan M.A., PhD, 1992.Memahami Ilmu Politik, Jakarta:


Gramedia,

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 37


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

9. Soenobo Wirjosoegito.2004.Proses & Perencanaan Peraturan Perundangan.


Jakarta: Ghalia Indonesia. Call Number : [340 SOE p (1), 340 SOE p (2)]

10. Suwandi.2005.Menggagas Otonomi Daerah di Masa Depan,Jakarta:Samitra


Media Utama.

11. Yudoyono, Bambang.2002.Desentralisasi dan Pengembangan SDM aparatur


pemda dan anggota DPRD. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.Call Number :
351.1 BAM o

Website

1. Ade Suerani, Sejarah Desentralisasi di Indonesia (Selesai), diakses


padahttp://hukum.kompasiana.com/2010/07/26/sejarah-desentralisasi-di-
indonesia-selesai-205206.html , 11 Desember 2013, 21.54

2. Karen Evieta Putri, Desentralisasi dan Otonomi Daerah dalam Negara


Kesatuan Republik Indonesia, diakses
padahttp://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-
negara-kesatuan-republik-indonesia/ , 10 Desember 2013, Pukul 22.56

3. Oswar Mungkasa, 2012. Desentralisasi dan Otonomi daerah di Indonesia :


Konsep, Pencapaian, dan Agenda kedepandari
http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_I
ndonesia_Konsep_Pencapaian_dan_Agenda_Kedepan , diakses pada 10
Desember 2013, pukul 21.28

4. Tri Widodo W. Utomo, Presentasi Implementasi Fungsi Dekonsentrasi Dalam


Kerangka Sistem Negara Kesatuan Yang Terdesentralisasi, dalam Seminar
Proposal Program Pasca Sarjana Pendidikan Doktor (S3) Administrasi Publik

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 38


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

UGM,http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/dekonsentrasi-dlm-
kerangka-negara-kesatuan-yg-terdesentralisasi, diakses pada 1 Desember 2013,
pukul 13.50

5. Turkina,Presentasi Mata Kuliah Kewarganegaraan Jurusan MKU Fakultas


Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta,
http://www.slideshare.net/jayamartha/kewarganegaraan-15-otonomidaerah,
diakses 4 Desember 2013

6. Wijoyo Kusumo, Sejarah Desentralisasi di Indonesia, diakses pada


http://wijoyokusumo.wordpress.com/2010/08/11/sejarah-desentralisasi-di-
indonesia/ , 10 Desember 2013, pukul 22.48

7. Daftar Jumlah Provinsi, Kabupaten atau Kota seluruh Indonesia, diakses pada
http://www.otda.kemendagri.go.id/otdaii/otda-iia.pdf, 13 Desember 2013,
pukul 11.58

8. Direktorat Otonomi Daerah, Bappenas. Pemetaan dan Evaluasi


EfektivitasRegulasi Sektoral dan Desentralisasi terhadap Pelaksanaan Otonomi
Daerah.Info Kajian Bappenas Vol. 8 No. 2 Desember
2011http://otda.bappenas.go.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=121%3Alaporan-kegiatan-direktorat-otonomi-daerah-
bappenas&catid=1%3Alatest-news&lang=in , diakses pada 12 Desember 2013
Pukul 09.53

9. Artikel Pembagian Urusan Pemenrintah dalam Dekonsentrasi & Tugas


Perbantuan, oleh Sie. Analisis Keuangan Daerah Ditama Binbangkum Badan
Pemeriksa Keuangan RI, jdih.bpk.go.id/wp-content/.../UrusanDekonTP.pdf,
diakses 4 Desember 2013

10. Artikel Dekonsentrasi & Tugas Perbantuan, oleh Bangda Kementerian Dalam
Negeri, http://bangda.kemendagri.go.id/berita.php?p=profil&id=dk-tp, diakses
1 Desember 2013.

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 39


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

DISCLAIMER : Tulisan ini diperuntukan Penulis untuk kepentingan


tugas perkuliahan sehingga apabila terdapat kekeliruan mohon dikoreksi.
Sebagai insan akademis yang taat. jika ingin men Copy-Paste harap izin ke
nomor berikut 082114497494

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 40


Makalah Hukum
Maka
Administrasi Negara , Desentralisasi dan Dekonsentrasi 2013

Dimas Ramadhansyah dan Rafli Fadilah Achmad Page 41

Anda mungkin juga menyukai