Anda di halaman 1dari 15

HUKUM DAN NILAI SOSIAL BUDAYA

Dosen Pengampu : RIANTIKA PRATIWI,S.H.,M.H..

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Adrian Okviandra (2174201177)

Astrid Glorya (2174201227)

Chiara Cathlinia (2274201299)

Mohammad Avilla Chandra (2174201230)

Rahmat Dian Perdana (2174201176)

Riris Novi Enjerisa Br Sihombing (2274201323)

Stacia Yemima Yoses (2174201258)

Zizi Mahota (2274201171)

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Dan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu RIANTIKA PRATIWI,S.H.,M.H. selaku dosen pengampu mata
kuliah Sosiologi Hukum yang telah membimbing kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas kelompok dengan Judul “Hukum
Dan Nilai Sosial Budaya” Besar harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah
selanjutnya.

Pekanbaru, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1-2
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum..........................................................................................................3-5
B. Pengertian Nilai...............................................................................................................5-6
C. Pengertian Sosial Budaya...............................................................................................6-7
D. Hubungan Antara Hukum dan Nilai Sosial Budaya....................................................7-9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara negara hukum. Hal ini tertuang jelas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia merpakan negara hukum”. Sebagai negara
hukum Indonesia menganut konsep rechtsstaat dan konsep rule of law. Konsep rechtsstaat sendiri
memiliki 4 elemen penting yaitu perlindungan HAM, pembagian kekuasaan, pemerintahan
berdasarkan Undang-Undang dan Peradilan Tata Usaha Negara. Sedangkan konsep rule of law
memiliki arti bahwa hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan suatu negara.
Dalam negara hukum, setiap kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kepentingan umum
maupun penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan semua berdasarkan kedaulatan hukum. Hal
ini bertujuan untuk menciptakn kepastian, keadilan, keseimbangan, ketentraman serta ketertiban
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam pelaksanaannya hukum terbagi menjadi 5
sistem yaitu : civil law (eropa kontinental), common law (anglo saxon), Religious law (hukum
Islam), customary law (hukum adat) dan mixed law (hukum campuran). Indonesia sendiri
menganut sistem hukum civil law (eropa kontinental) yang mana eksistensi peraturan perundnag-
undangan dianggap sangat penting. Negara hukum Indonesia berpodasikan nilai-nilai Pancasila
yang merupakan pandangan hidup dan sumber dari segala hukum yang ada. Aturan UUD 1945
dan segala perundang-undangan yang ada merupakan refleksi dari Pancasila sebagai cita hukum
bangsa Indonesia.

Tata Hukum di Indonesia tebentuk sejak kemerdekaan Indonesia yaitu pada 17 Agustus 1945
dengan menggunakan hukum kolonial Belanda. Jauh sebelum mengenal tata hukum pada saat
kemerdekaan, Indonesia menggunakan sistem hukum adat. Sistem hukum adat adalah kebiasaan
yang bersumber dari tingkah laku masyarakat di suatu daerah yang menjadi sebuah hukum tidak
tertulis dan berlaku di daerah tersebut. Dikarenakan kebiasaan yang berkembang di setiap daerah
berbeda, maka setiap daerah memiliki hukum adat yang berbeda. Pada masa itu, setiap sengketa
yang ada dalam masyarakat diselesaikan dengan hukum adat. Hukum adat sangat ditaati
masyarakat karena pada saat itu belum ada hukum yang mengikat masyarakat selain hukum adat.
selain itu, hukum adat sangat ditaati karena bersumber pada nilai-nilai keagamaan, tradisi dan

1
kebudayaan serta kesusilaan. Negara Indonesia mengakui dan menghormati hukum adat, selama
itu tidak bertentangan dengan prinsip NKRI. Hal itu dituang dalam Pasal 18B UUD 1945.
Negara melindungi segenap masyarakat adat, hak-hak tradisionalnya termasuk hukum adat
sebagai suatu ciri khas yang dianggap sebagai aset bangsa.

Penerapan peraturan perundang-undangan di Indonesia mengalami banyak tantangan,


contohnya mulai dari tantangan yang berasal dari hukum itu sendiri. Tantangan ini muncul
apabila muncul ketidakcocokan antara peratran perundang-undangan yang berlaku dengan
hukum kebiasaan. Adapula contoh tantangan lain yang berupa kesadaran hukum masyarakat.
Sulit sekali untuk menyamakan pandangan seluruh masyarakat yang sebelumnya telah
dipengaruhi oleh hukum adat yang berlaku di daerah masing-masing. Jika diperhatikan kedua
contoh tantangan ini sangat berkaitan erat dengan nilai sosial budaya yang tumbuh di masyarakat
yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap hukum. Oleh sebab itu, pada makalah
kali ini penulis ingin membahas secara mendalam mengenai hubungan antara hukum dan nilai
sosial budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai?
3. Apa yang dimaksud dengan sosial budaya?
4. Bagaimana hubungan antara hukum dan nilai sosial budaya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu hukum.
2. Untuk mengetahui apa itu nilai.
3. Untuk mengetahui apa itu sosial budaya.
4. Untuk mengetahui hubungan antara hukum dan nilai sosial budaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum
Secara etimologis, istilah "hukum” berasal dari kata recht (Belanda dan Jerman) dan law
(Inggris). Istilah recht berasal dari bahasa latin yaitu rectum yang artinya tuntunan atau
bimbingan, perintah atau pemerintahan. Istilah law (Inggris) berasal dari Bahasa latin yaitu lex
yang berarti peraturan atau undang-undang. Secara umum, hukum merupakan peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Para ahli
juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian hukum, antara lain:

a. Menurut E. Utrecht: “Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan)
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari
masyarakat itu.”1
b. Menurut J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastro Pranoto: “Hukum adalah peraturan-
peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat di ambilnya tindakan hukuman.”2
c. Menurut Immanuel Kant: “Hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari
orang untuk dapat menyesuaikan dari dengan kehendak bebas dari orang lain, dengan
mengikuti peraturan tentang kemerdekaan.”3

Menurut penulis, hukum adalah suatu peraturan yang memuat apasaja hal yang dilarang,
yang diperkenankan serta sanksi yang dikeluarkan oleh Lembaga Negara yang berwenang yang
bersifat mengikat dan memaksa. Tujuan hukum sendiri ialah menciptakan kepastian hukum
kepada seluruh masyarakat. Kepastian untuk mendapatkan keadilan, ketertiban, dan ketentraman.
Adapun sifat hukum ialah sifat mengatur, sifat mengikat dan sifat memaksa. Sifat mengatur
artinya hukum dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Sifat mengikat artinya semenjak hukum itu di
bentuk, maka hukum tersebut

1
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 21.
2
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 21.
3
Wawan Muhwan Hairi, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 22.

3
berlaku terhadap semua lapisan masyarakat untuk menciptakan keamanan dan ketertiban. Sifat
memaksa artinya dalam keadaan bagaimanapun memiliki paksaan mutlak.

Hukum terbagi menjadi dua bentuk yaitu hukum tertius dan hukum tidak tertulis. Hukum
tertulis adalah peraturan yang dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara
tertulis. Contoh hukum tertulis antara lain; UUD 1945, KUHP, KUHAP, KUHPerdata,
Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tidak dibentuk
berdasarkan prosedur formal namun tetap dipathi oleh masyarakat sebab telah tumbuh dan
berkembang dalam suatu daerah sejak lama. Contohnya ialah hukum adat.

Yang melatarbelakangi terbentuknya hukum ialah pola hidup yang berbeda pada setiap
orang, yang membentuk perilaku-perilaku manusia, baik itu perilaku buruk maupun perilaku
terpuji. Pada awalnya untk mengatasi permasalahan itu terbentuklah hukum adat yang hanya
dibentk secara lisan. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, maka terbentuklah hukum
tertulis yang bersifat lebih mengikat, memaksa dan mengatur. Tadapun tahap untuk membentuk
suatu produk hukum tertulis ialah diawali dengan perancangan undang-undang oleh DPR,
Presiden atau DPD dengan disertai kajian akademik. Setelahnya masuk ke tahap pembahasan
undang-undang dalam sidang komisi dan sidang paripurna. Kemudian masuk ke tahap
penetapan, undang-undang sejak tahap ini telah diberlakukan. Dan diakhiri tahap
penyebarluasan.

Dalam pelaksanaannya hukum terbagi menjadi 5 sistem yaitu :

1) Civil law (eropa kontinental), bentuk-bentuk sumber hukum dalam arti formal dalam
sistem hukum Civil Law berupa peraturan Perundang-undangan, kebiasaan-
kebiasaan, dan yurisprudensi.
2) Common law (anglo saxon), sistem hukum berdasarkan tradisi dan berkembang dari
preseden yang dipergunakan oleh hakim untuk menyelesaikan masalah.
3) Religious law (hukum Islam), sistem hukum yang bersumber ilham Allah melalui
kitab suci.
4) Customary law (hukum adat), sistem hukum yang berasal dari kebiasaan masyarakat
yan telah berkembang sejak masa nenek moyang dan bersifat tidak tertulis.
5) Mixed law (hukum campuran), sistem hukum yang merupakan campuran dari
keempat hukum diatas.

4
Indonesia sendiri menganut sistem hukum civil law (eropa kontinental) yang mana eksistensi
peraturan perundnag-undangan dianggap sangat penting. Negara hukum Indonesia berpodasikan
nilai-nilai Pancasila yang merupakan pandangan hidup dan sumber dari segala hukum yang ada.
Aturan UUD 1945 dan segala perundang-undangan yang ada merupakan refleksi dari Pancasila
sebagai cita hukum bangsa Indonesia.

B. Pengertian Nilai
Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang
pantas, yang berharga, yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu
perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Nilai sendiri memiliki beberapa Batasan
seperti kesukaan, tugas, kewajiban agama, keamanan, kebutuhan, keengganan, pilihan, minat dan
hal lain yang berhubungan dengan orientasi seleksinya. Sosiologi tidak berbicara tentang nilai itu
sendiri, tetapi lebih menekankan sejauh mana suatu nilai akan mempengaruhi perilaku seseorang
dan hubungannya dengan orang lain (Irene, 1993:21). Menurut Prof. Dr. Notonegoro, membagi
nilai menjadi 3 yakni:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan
dan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. 4

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa nilai bukan hanya sesuatu yang berwujud benda
material saja, melainkan yang tidak berwujud material. Nilai merupakan dasar seseorang dalam
segala perbuatannya. Nilai dapat diimplementasikan dalam setiap norma yang berlaku di
masyarakat baik berupa larangan maupun berupa perintah. Nilai bersifat tetap, tetapipenilaian
manusialah yang berubah. Nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai subjek dan nilai objektif.
Nilai subjektif adalah sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya pada
suatu waktu, dan masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda seorang terhadap yang
lain. Nilai objektif adalah sesuatu yang mengandung nilai bagi setiap orang. Nilai objektif dapat
dikonstruksi berdasarkan kategorikategori nilai tertentu, yaitu:
i. Hal yang dipentingkan, pilihan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan;

4
Bab V Manusia, Nilai, Moral Dan Hukum, Staff.uny.ac.id, hal. 76.

5
ii. Hal yang baik, pilihan berdasarkan pertimbangan moral atau kesadaran etik; dan
iii. Hal yang benar, pilihan berdasarkan pertimbangan logika. Sistem nilai objektif ini
dijadikan dasar bagi penyusunan sistem nilai normatif.5
C. Pengertian Sosial Budaya
Menurut Ki Hajar Dewantara, sosial budaya adalah suatu bukti hasil dari perjuangan manusia
berdasarkan waktu atau alam. R Soekmono mengemukakan pengertian sosial budaya sebagai
sebuah kerja manusia yang menghasilkan tindakan, benda ataupun pemikiran manusia. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan dan perubahan sosial budaya yaitu:
teknologi, asimilasi budaya, akulturasi budaya, dan globalisasi. Pengaruh teknologi terhadap
budaya ialah dapat memperkenalkan budaya itu sendiri kepada khalayak umum, sehingga budaya
itu tetap terjaga kelestariannya. Tetapi teknologi juga dapat menimbulkan gejala westernisasi
yang mengancam eksistensi budaya itu sendiri. Pengaruh asimilasi dapat membentuk suatu
budaya yang lebih homogen dan memperkuat integrasi sosial dan nasional. Tetapi di satu sisi
juga dapat menimbulkan konflik antar kelompok masyarakat serta dapat menghilangkan budaya
itu sendiri. Pengaruh akulturasi terhadap sosial budaya membawa perubahan positif dan negatif.
Dampak positif akulturasi ialah pelestarian budaya dan pengembangan terhadap suatu budaya.
Sedangkan dampak negatifnya ialah mematikan budaya itu sendiri. Pengaruh globalisasi
terhadap sosial budaya ialah perubahan pola pikir dan pola hidup masyarakat. Perubahan pola
pikir dan pola hidup inilah yang akan mempengaruhi lunturnya maupun berkembangnya sosial
budaya. Sedangkan pengaruh yang menghambat terjadinya perkembangan sosial budaya ialah
pertama, sikap tradisional masyarakat yang menolak apabila ada suat teknologi canggih,
sehingga secara tidak langsung enggan menerima budaya baru. Kedua ialah terisolirnya
masyarakat sehingga tidak terpengaruh oleh budaya luar yang masuk. Ketiga, factor adat istiadat
kuno. Dimana masyarakat khawatir apabila menerima suatu budaya baru dapat mersak adat
istiadat terdahlu dari nenek moyang.

Sosial budaya berkembang pesat di Indonesia hingga menjadi dasar terbentuknya Pancasila
yang merupakan dasar pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun fungsi kehadiran
sistem sosial budaya adalah untuk kepentingan pembangunan nasional. Diharapkan dengan
adanya sistem sosial budaya Indonesia berupa Pancasila dapat mengatur masyarakat selaras
dengan cita-

5
Sayap Bening, Hukum Dan Nilai-Nilai Sosial Budaya, Sayap bening law office, 2021, https://bantuanhukum-
sbm.com/artikel-hukum-dan-nilai-nilai-sosial-budaya.

6
cita pembangunan nasional. Dalam pelaksanaannya, sistem sosial budaya berkaitan dengan
bebebrapa asas yaitu asas keadilan, asas kemakmuran, asas kemerdekaan, asas kedaulatan rakyat,
asas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana asas itu bersumber pada butir-butir
Pancasila.

D. Hubungan Antara Hukum dan Nilai Sosial Budaya


Pada mulanya budaya hukum masyarakat Indonesia adalah hukum, peraturan yang
berkembang di dalam masyarakat atau hukum yang tidak tertulis. Namun semenjak kolonial
menjajah Indonesia, Indonesia mulai terbiasa dengan hukum tertulis. Dalam perkembangan
hukum terdahulu, kedua hukum ini berjalan beriringan dengan keunggulan-keunggulan yang
mengikutinya. Hukum tertulis merupakan dasar yang kuat yang bersifat mengikat, memaksa, dan
mengatur, sedangkan hukum tidak tertulis merupakan cerminan nilai-nilai sosial budaya yang
telah lama berkembang di masyarakat. Para penganut ajaran Sosiological jurisprudence
sebagaimana dikutip Lili Rasjidi (2001 : 133) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan hukum
tertulis dapat diatasi dengan mempertimbangkan secara cermat hukum dan nilai-nilai sosial
budaya yang hidup di masyarakat, dan bahkan para penganut ajaran ini mengemukakan bahwa
kodifikasi hukum itu harus selaras dan mengembangkan hukum dan nilai-nilai sosial budaya
yang hidup di masyarakat yang bersangkutan.6 Dalam persoalan ini, seharusnya dapat diatasi
dengan senantiasa mendahului pembentukan hukum dengan penelitian tentang pandangan, sikap
dan perasaan hukum, rasa butuh hukum, dan rasa keadilan masyarakat tentang hukum yang akan
dibentuk. Pendapat Thomas M. Frank, Satjipto menyatakan bahwa tahap-tahap pembangunan
yang dilalui oleh negara-negara itu ada tiga, yaitu :

1) Tahap unifikasi yaitu penyatuan hukum yang berlaku secara nasional atau penyatuan
pemberlakuan hukum secara nasional;
2) Tahap Industrialisasi yaitu proses moderenisasi hukum;
3) Tahap kesejahteraan sosial yaitu tahap menciptakan kesejahteraan sosial dalm lingkup
masyarakat.

6
Eni Kusdarini, Kajian Filsafat Hukum Tentang : Hukum Dan Nilai-Nilai Sosial Budaya Masyarakat Di Era
Otonomi Daerah, vol 36, journal.uny.ac.id, 2010, hal. 17.

7
Harapannya, dalam perkembangan dan pembangunan hukum di Indonesia, negara ini mampu
melalui ketiga tahap sekaligus. Namun pada realitanya, Indonesia masih belum mampu untuk
mencapai tahap unifikasi sebagai tahapan pembangunan yang paling rendah. Permasalahan ini
harus cepat ditangani agar Indonesia dapat naik ke tahap berikutnya demi mengejar
ketertinggalan terhadap negara lain. Jika dilihat secara generalisasi, faktor utama ialah perubahan
pemerintahan yang terjadi di Indonesia mulai dari masa kemerdekaan hingga pada masa
reformasi. Untuk itu perlu suatu sistem pemerintahan yang kuat yang berpondasikan nilai sosial
budaya bangsa Indonesia. Sebab hukum yang baik adalah hukum yang bersumber pada nilai-nilai
sosial budaya yang berkembang dalam suatu negara. Selama beberapa periode pemerintahan,
nilai sosial budaya terasingkan oleh sentralisasi kekuasaan yang ada di pemerintahan pusat yang
tidak memperhatikan nilai sosial budaya secara general. Yang membuat nilai-nilai sosial budaya
masyarakat lokal banyak yang terpinggirkan dengan adanya kodifikasi dan unifikasi hukum oleh
pemerintah pusat. Contoh sederhananya di dalam pengelolaan hutan selama ini mengabaikan
hukum dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat adat setempat dengan memberikan Hak
Penguasaan Hutan pada orang- orang tertentu yang bukan berasal dari masyarakat setempat.
Keadaan ini memunculkan tuntutan untuk memberlakukan hukum adat setempat, dibarengi
dengan tuntutan mengenai berlakunya otonomi daerah. Seharusnya seperti apa yang dijabarkan
oleh Lili Rasjidi bahwa didalam pembentukan hukum harus mengindahkan pandangan, sikap dan
perasaan hukum, rasa butuh hukum dan rasa keadilan masyarakat yang dapat ditemukan melalui
kegiatan-kegiatan penelitian terlebih dahulu, sehingga kodifikasi hukum itu seharusnya tidak
meninggalkan hukum dan nilai- nilai sosial budaya masyarakat yang telah berkembang.
Penggalian nilai sosial budaya yang berkembang pada masyarakat dapat dijadikan bekal untuk
memberdayakan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan bisa mengantarkan masyarakat pada
tujuan hukum.

Nilai-nilai sosial budaya Indonesia tercermin dari Pancasila; Ketuhanan, kemanusiaan,


nasionalisme, demokrasi dan keadilan sosial. Meskipun masing-masing daerah di Indonesia
berbeda-beda, akan tetapi nilai-nilai sosial budaya yang mencerminkan karakter ke Indonesiaan
tetap sama. Contohnya pada masyarakat Jawa terdapat falsafah semangat kebersamaan gotong
royong dengan pronsip holopis kuntul baris, penyelesaian sengketa yang bijak dengan prinsip
menang tanpa ngasorake dan prinsip demokrasi dengan prinsip berembug. Hal ini membuktikan
bahwa hukum nasional merupakan cerminan dari hukum adat. Keberagaman hukum adat di
setiap daerah merupakan suatu kekayaan yang harus dijaga. Untuk mengatasi segala persoalan
8
terkait

9
penolakan masyarakat adat terhadap hukum nasional, maka hukum nasioanal harus dirumuskan
dengan memperhatikan hukum adat di seluruh Indonesia, sehingga pemberlakuannya dapat
berjalan dengan baik. Dengan disertai keputusan bahwa hal-hal yang bersifat operasional harus
diserahkan pengurusannya berdasarkan hukum adat yang berlaku dimasing-masing daerah.
Kepada setiap suku harus diberikan kewenangan untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai hal
yang diatur dalam hukum nasional. Sehingga masyarakat adat dapat menerima kehadiran hukum
nasional tersebut. Namun, penyesuaian hukum terhadap nilai-nilai sosial budaya harus tetap
disesuaikan dengan UUD 1945. Karena tidak semua hukum adat berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam butir-butir sila Pancasila.

1
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum adalah suatu peraturan yang memuat apasaja hal yang dilarang, yang diperkenankan
serta sanksi yang dikeluarkan oleh Lembaga Negara yang berwenang yang bersifat mengikat dan
memaksa. Tujuan hukum sendiri ialah menciptakan kepastian hukum kepada seluruh
masyarakat. Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga,
yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu perilaku sosial dari orang
yang memiliki nilai itu. Nilai bukan hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, melainkan
yang tidak berwujud material. Menurut Ki Hajar Dewantara, sosial budaya adalah suatu bukti
hasil dari perjuangan manusia berdasarkan waktu atau alam. R Soekmono mengemukakan
pengertian sosial budaya sebagai sebuah kerja manusia yang menghasilkan tindakan, benda
ataupun pemikiran manusia.

Hubungan antara hukum dan nilai sosial budaya saling berkaitan erat. Suatu hukum tidak
berjalan dengan baik apabila tidak berdasarkan pada nilai-nilai sosial budaya. Hukum yang baik
adalah hukum yang bersumber pada nilai-nilai sosial budaya yang berkembang dalam suatu
negara. Namun, penyesuaian hukum terhadap nilai-nilai sosial budaya harus tetap disesuaikan
dengan UUD 1945. Karena tidak semua hukum adat berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam butir-butir sila Pancasila.

B. Saran
Sulit sekali untuk menyamakan pandangan seluruh masyarakat yang sebelumnya telah
dipengaruhi oleh hukum adat yang berlaku di daerah masing-masing. Untuk mengatasi segala
persoalan terkait penolakan masyarakat adat terhadap hukum nasional, maka hukum nasioanal
harus dirumuskan dengan memperhatikan hukum adat di seluruh Indonesia, sehingga
pemberlakuannya dapat berjalan dengan baik. Dengan disertai keputusan bahwa hal-hal yang
bersifat operasional harus diserahkan pengurusannya berdasarkan hukum adat yang berlaku
dimasing-masing daerah. Kepada setiap suku harus diberikan kewenangan untuk menjabarkan
lebih lanjut mengenai hal yang diatur dalam hukum nasional.

1
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Buku-Buku

Arrasjid, Chainur. (2000). Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.


Hairi, Wawan Muhwan. (2012). Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

Jurnal

Adriati, F. Negara Hukum Indonesia.osf.io, halaman 4 dan 5.

Bab V Manusia, Nilai, Moral Dan Hukum. Staff.uny.ac.id, hal. 76.

Kusdarini, E. (2010). Kajian Filsafat Hukum Tentang : Hukum Dan Nilai-Nilai Sosial Budaya

Masyarakat Di Era Otonomi Daerah. Journal.uny.ac.id, vol 36, hal. 17.

Mayasari, R. Tantangan Hukum Adat Dalam Era Globalisasi Sebagai Living Law Dalam Sistem

Hukum Nasional. Ejurnal.umri.ac.id.

Website

Nandy. (2021). Contoh Norma Hukum : Pengertian, Sanksi, Pelanggaran Norma Hukum.

Gramedia Blog. Diakses pada 15 Mei 2023, dari


https://www.gramedia.com/literasi/norma- hukum/#:~:text=Sumber%20Norma
%20Hukum&text=Norma%20hukum%20bersumber
%20dari%20Undang,dan%20Peraturan%2DPeraturan%20Pemerintah%20lainnya.

C, Yusuf. (2022). Sosial Budaya Adalah: Pengertian, Sistem dan Contohnya. Edumaster.

Diakses pada 15 Mei 2023, dari https://edumasterprivat.com/sosial-budaya-adalah/amp/.

Anda mungkin juga menyukai