Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memeberikan rahmat, hidayah, serta
inayahNya sehinga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya buat bertujuan untuk
gambaran umum tenteng "STUDI KASUS OPINI PUBLIK ANTASARI AZHAR DAN
NASRUDINyang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya. Semoga makalah yang saya buat
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Saya menyadari masih banyak kekuranagn dalam pembuatan makalah ini dan juga masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, saya menerima kritik
dan saran yang berupa membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Bekasi, 26 November 2012

Feni Saputra
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam makalah ini kasus yang dijadikan bahan studi adalah berita tentang penetapan status
tersangka atas Antasari Azhar ketua komisi pemberantasan korupsi (KPK) non aktif pada kasus
pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain yang diduga telah
melanggar pasal 340 KUHP dengan ancaman tertingginya adalah hukuman mati. Media
pemberitaan yang diambil yaitu dari surat kabar Jawa Pos edisi Selasa 05 Mei 2009. Sebenarnya
kasus yang dijadikan berita oleh Jawa Pos ini dimuat dihampir semua media massa baik itu
media elektronik seperti televisi maupun radio sampai media cetak seperti surat kabar, tabloit dan
majalah, bahkan di internet pun berita ini menjadi konsumsi publik yang laris manis.
Kasus ini mulai muncul di banyak media pada awal bulan Mei 2009, walaupun kasus
pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnain sudah berlangsung pada 14 Maret 2009. Penetapan
Antasari Azhar sebagai otak pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnain
setelah dari Mabes Polri berhasil mengolah tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan ciri-
ciri khusus pelaku, yang kmudian dilakukan penangkapan yang pertama kali terhadap inisial H
yaitu Heri Santosa yang mengaku sebagai joki atau pengemudi motor, Heri tinggal di kecamatan
Setiabudi Jaksel dan dikediamannya ditemukan sepeda motor yamaha scorpio warna biru nopol
B 6862 SNY, motor itu yang diduga digunakan pelaku dalam melakukan aksinya.

Setelah penangkapan Heri kasus ini dikembangkan dengan menangkap Daniel yaitu
pelaku penembakan/sang eksekutor yang menembak dua kali dari sisi kendaraan BMW B 191 E
warna silver di Jl. Hartono Raya kompleks Modern Land yang ditumpangi Nasrudin
Zulkarnain.dari kedua pelaku didapatkan keterangan bahwa order yang mereka terima itu dari
Hendrikus Kia Walen dan kemudian berkembang pada penangkapan Fransiscus alias Amsi yang
berperan sebagai pemantau dan pengawas eksekusi yang juga sebagai pembeli senpi. Selain
Hendrikus polisi juga menangkap Eduardus Ndopo Mbete alias Edo yang juga memberi perintah
untuk melakukan pembunuhan. Edo mengaku mendapatkan perintah itu dari Williardi Wizar
mantan kapolres Jakarta Selatan, diantara mereka berdua terdapat perantara yaitu Jerry. Setelah
dilakukan pemeriksaan lagi terhadap Williardi diperoleh keterangan bahwa uang yang diserahkan
pada para kelompok eksekutor berasal dari Sigit Haryo Wibisono sebesar Rp 500 juta.
Penangkapan terhadap Antasari berawal dari Sigit karena dalam pemeriksaan dia menyebut nama
Antasari Azhar sebagai otak pembunuhan setelah berulangkali curhat soal Nasrudin yang
menerornya terkait perselingkuhan.
BAB II
Pembahasan

1. Hubungan antara kasus dengan teori Opini publik yang dalam pengertiannya
menurut William Albiq adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh
melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik.
Sedangkan menurut Emory S. Bogardus dalam the making of public opinion mengatakan
opini publik hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan dalam
masyarakat demokratis, jadi opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-
individu yang dikumpulkan.

Jika dihubungkan dengan kasus yang menjadi bahan studi, bahwa pemberitaan yang besar-
besaran oleh semua media massa, mau tidak mau mengakibatkan para khalayaknya saling
memperdebatkan masalah tersebut dengan sudut pandangnya masing-masing, ada
beberapakelompok yang menyatakan pro dengan asumsi media yang menyatakan bahwa
Antasari Azhar adalah otak pembunuhan dengan berlatar belakang masalah cinta, namun ada
juga kelompok lainya yang menyatakan kontra dan mempunyai beberapa alasan lain jika
Antasari benar menjadi otak pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnain maka
permasalahan yang mendasarinya mengandung muatan politis atau yang lainnya. Kelompok-
kelompok masyarakat yang ikut memperbincangkan tentang masalah tersebut tidak hanya
berasal dari satu wilayah saja, akan tetapi merupakan bentuk kelompok sosial yang kolektif dan
tidak bersifat permanen, maka dari itu bisa disebut sebagai publik karena sifat mereka yang
secara spontan berkumpul dan sedang (1) menghadapi suatu persoalan, (2) berbeda opini
mengenai suatu persoalan atau berusaha mengatasinya, (3) berusaha mencari jalan keluar melalui
keinginan berdiskusi. Sikap yang berbeda yang ditunjukkan oleh masing-masing kelompok
merupakan sikap yang akhirnya dapat dinyatakan membentuk opini publik.
Kelompok-kelompok masyarakat yang saling menunjukkan opininya pada satu kasus yang
sama yaitu penangkapan Antasari Azhar atas dugaan perencana pembunuhan direktur PT Putra
Rajawali Nasrudin Zulkarnain tidak hanya berasal dari satu kalangan masyarakat saja, akan
tetapi publik yang terbentuk mulai dari kalangan pejabat eksekutif seperti presiden dan juga
menteri-menterinya serta organisasi bentukan pemerintah yang juga tempat Antasari ditgaskan
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sampai pejabat legislatif (para anggota Dewan
Perwakilan Rakyat mulai DPR RI hingga DPRD), hingga pejabat Yudikatif yaitu Mahkamah
Agung. Selain para pejabat tinggi, rakyat dengan berbagai macam profesi setiap hari juga
disibukkan sendiri dengan perkembangan pemberitaan terungkanya kasus pembunuhan yang
terencana dan terorganisir dengan baik, jadi di setiap kesempatan mereka selalu
memperbincangkan dan memperdebatkan kasus yang sama berdasarkan argumentasi yang beda
satu dengan yang lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat yang membentuk opini publik mulai
dari pebisnis kelas kakap, guru, buruh pabrik sampai bapak-bapak tukang becakpun juga ramai
membincangkan kasus itu sehingga tiada hari tanpa Antasari. Kelompok-kelompok massa di atas
dapat dikatakan sebagai publik bukan lagi massa, kerumunan (crowd), audience atau juga mob
karena sudah mewakili ciri-ciri yang terdapat pada publik.

Dalam proses pembentukan opini pada kasus Antasari Azhar, kelompok-kelompok masyarakat
atau publik mengawali dengan berdiskusi bersama kelompoknya itu baik secara formal ataupun
sambil minum kopi di warung ataupun juga saat berkumpul dengan kelompoknya dimanapun
berada dengan bahasa yang lebih ringan. Pencapaian opini yang benar dan baik dalam
memecahkan persoalan melalui beberapa tahap :

- Apakah minoritas dapat juga berbicara lain daripada mayoritas


- Informasi yang cukup dan benar dapat dipakai sebagai landasan ataupun titik tolak
pembentukan pendapat.
- Sifat manusia untuk berpihak Kebebasan mengeluarkan opini dalam kasus ini juga berkaitan
dengan norma-norma yang sudah berlaku dimasyarakat dimana beberapa pembaca surat kabar
Jawa Pos yang memberitakan kasus pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Nasrudin
Zulkarnain yang melibatkan Antasari Azhar yang dikenal sebagai ketua lembaga pemberantasan
korupsi (KPK) menyesalkan seorang yang sangat berjasa dalam memberantas korupsi harus
terlibat dalam satu kasus pembunuhan apalagi berita yang berkembang tentang latar belakang
pembunuhan tersebut adalah karena cinta segitiga yang juga melibatkan seorang caddy di
modern land golf. Hal itu sangat disayangkan karena publik juga tahu bahwa Antasari dan
Nasrudin sudah memilliki keluarga, jadi ada beberapa opini yang muncul pro dan kontra. Jadi
jelas norma yang berbeda kelompok satu dengan kelompok lainnya. Dalam hubungan dengan
pemuatan di surat kabar, jelas bahwa norma masyarakat pembaca berbeda-beda sehingga reaksi
dari khalayak yang heterogen akan berbeda pula, disinilah dimulai batasan kebebasan secara
alamiah.
Selain norma yang berpengaruh dalam pembentukan opini publik pada kelompok-kelompok
masyarakat, surat kabar sebagai sumber berita juga mempunyai peran penting dalam
menyampaikan informasinya berkaitan dengan tugasnya, menurut Hutchins Committee tugas
dari pers adalah :

- Memberikan pengertian sebenarnya terhadap peristiwa setiap hari


- Sebagai forum tukar fikiran
- Memberi gambaran-gambaran dalam kelompok-kelompok masyarakat
- Menjelaskan kepada masyarakat tujuan dan nilai-nilai didalam masyarakat
- Memberi peluang dalam memperoleh pengetahuan Kebebasan pers sebenarnya dibatasi dua
kebebasan yang bertentangan satu sama lain, yaitu kebebasan dari campur tangan luar (external)
dan kebebasan dari campur tangan dalam (internal). Kedua kebebasan yang dicakup secar teoritis
oleh pers adalah tiga unsur kebebasan, yaitu bebas tekanan, bebas mewujudkan cita-cita dan
bebas mengucapkan sesuatu.

Opini publik tidaklah bersifat stagnan akan tetapi bersifat dinamis dan akan selalu mengalami
pergeseran-pergeseran. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah.
Perubahan dalam opini publik adalah dinamika komunikasi, sedangkan substansi opini publik
tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung pengalaman dari
peserta komunikasi sudah terjadi. Seperti yang ditegaskan Redi Panuju (2002) dalam pergeseran
yang terjadi dalam opini publik disebabkan beberapa faktor, pada kasus Antasari Azhar juga
dapat dilihat dari faktor yang sama :
a. Faktor psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, ada hanya kemiripan yang
memiliki banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan atas individu bisa meliputi hobi, kepentingan,
selera, pengalaman dan kerangka berfikir, sehingga setiap individu berbeda dalam bentuk dan
cara merespon berita pembunuhan yang melibatkan ketua KPK sebuah lembaga yang selama ini
dipercaya masyarakat sebagai lembaga yang mempunyai kredibilitas tinggi karena telah berhasil
memberantas banyak kasus korupsi. Perbedaan itulah yang memunculkan keberagaman opini
dari publik.

b. Faktor sosiologis politik


Ada anggapan bahwa opini publik terlibat dalam interaksi sosial, misalkan pada studi kasus ini
citra superioritas sangat terasa dan dikait-kaitkan yaitu pasca penangkapan Antasari, lembaga
KPK sendiri mau tidak mau juga terkena imbasnya sehingga ada beberapa kelompok yang
akhirnya memfonis bahwa KPK juga tidak dapat dipercaya seperti ketuanya, padahal selama ini
sudah banyak kasus korupsi yang terungkap berkat jasa KPK, akan tetapi ibarat pepatah karena
nila setitik rusak susu sebelanga. Karena opini publik berhubungan dengan citra, rencana dan
operasi (action), maka beberapa opini memberi inspirasi bagi KPK agar bertindak dari pencitraan
yang buruk yang sudah berkembang di beberapa kelompok masyarakat.
c. Faktor budaya
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong
dan kekeluargaan, menyebabkan jaringan sosial semakin besar peranannya dalam menyebarkan
informasi. Masyarakat Indonesia juga menyenangi gosip atau isus atau rumor (desas desus)
sehingga gejala penularan informasi ke benak orang lain dengan cepat menjadi kelipatan
reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir dan menyebabkan interaksi
antara tradisi dengan etika, interaksi itu baru terhenti pada tataran opini publik.

d. Faktor medai massa


Menurut Redi Panuju mengutip Meyer, interaksi antara media dengan institusi masyarakat
menghasilkan produk isi media. Oleh audiens, isi media diubah menjadi gugusan makna, apa
yang dihasilkan dari proses penyandian pesan sangat ditentukan oleh norma-norma yang berlaku
dalam masyarakatnya, pengalaman masa lalu, kepribadian dan selektivitas dalam penafsiran.
Dalam studi kasus ini jika dikaitkan dengan teori pada komunikasi massa, diambil satu
analisa pada teori agenda setting. Mnurut teori agenda setting, terjadi proses media agenda
dimana berita pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnain yang otak
pembunuhannya adalah ketua KPK non aktif Antasari Azhar ramai didiskusikan oleh berbagai
media hampir setiap hari untuk beberapa lama. Hampir tidak ada media massa yang tidak
memberitakan kontroversi isu tersebut. Bahkan berita tersebut menjadi headline dibeberapa surat
kabar.
Setelah isu tersebut ramai diberitakan oleh berbagai media Khalayak pun terkena terpaan
media sehingga dampaknya berita tersebut menjadi akrab ditelinga khalayak dan juga
didiskusikan atau dibahas oleh masyarakat dari segala lapisan. Artinya pemberitaan tentang
kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain oleh Antasari Azhar yang diagendakan media akhirnya
menjadi agenda publik. Berita tersebut cukup sering diperbincangkan masyarakat. Tidak ada
ketentuan yang pasti jumlah masyarakat yang prokontra terhadap pemberitaan tersebut. Pihak
yang pro dengan pemberitaan penetapan status tersangka pada Antasari Azhar selain pihak
internal keluarga korban yaitu Nasrudin Zulkarnain tentunya juga para koruptor yang saat itu
tengah diselidiki kasusnya ataupun belum terungkap kasusnya, karena dengan semakin
gencarnya pemberitaan ini akan berimbas pada kinerja KPK secara keseluruhan walaupun dari
pihak KPK sendiri membantah kalau kinerjanya menurun pasca penangkapan ketua komisinya.

Namun pihak yang kontra juga menunjukkan kuantitas yang juga tidak sedikit, rata-rata
pihak kontra menyatakan keraguan mereka terhadap keterlibatan Antasari Azhar yang selama ini
dikenal sebagai orang yang paling getol untuk memberantas kasus korupsi yang sudah semakin
merajalela di Indonesia, mereka menganggap kinerja Antasari selama ini sangat baik dengan
menjeblosan banyak koruptor Indonesia kedalam penjara dan menurut opini mereka kasus
pembunuhan ini bermuatan politis yang sangat tinggi dan rapi untuk melindungi aktor koruptor
dari kalangan pejabat yang sudah mempunyai nama di benak masyarakat Indonesia. Selain itu,
mereka juga beranggapan bahwa Antasari tidak mungkin membunuh hanya karena terlibat cinta
segitiga dengan seorang caddy golf di modern land Tangerang yang bernama Rani Juliani yang
disebut-sebut sebagai istri ketiga dari korban yaitu Nasrudin Zulkarnain. Masih banyak juga
opini-opini lain yang muncul sebagai bentuk kontra terhadap penangkapan Antasari Azhar
sebagai otak dari pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnain. Gencarnya prokontra tersebut
telah menggerakkan masyarakat dengan munculnya dialog-dialog baik itu di media massa
televisi maupun internet mengenai kasus tersebut di berbagai kalangan dalam skala pusat hingga
daerah. Selain itu pembahasan tentang kasus ini juga seringkali dijadikan bahan utama
perbincangan di warung-warung, kafe atau dimanapun yang menjadi tempat publik berkumpul
untuk memperbincangkan dan mendebatkan suatu masalah salah satunya tentang kasus Antasari
Azhar tersebut.

2. Analisa kasus dengan agama Islam


Studi kasus pada makalah ini adalah tentang penetapan tersangka Antasari Azhar pada kasus
pembunuhan direktur PT Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnainyang menurut keterangan
kepolisian disebabkan kekesalan Antasari karena terus diteror oleh Nasrudin atas dugaan
perselingkuhan dengan istri ketiganya Rani Juliani.

Dari sini ada beberapa masalah yang dapat dikaji dari hukum Islam, yaitu pembunuhan, tuduhan
perbuatan zina, mengancam/teror, berzina dan tradisi menggunjing yang berlaku pada
masyarakat.
Membunuh adalah termasuk dosa besar dalam agama Islam, selain karena kejinya perbuatan
itu juga untuk menjaga keselamatan dan ketentraman umum. Allah Swt.berfirman dalam Al-
Quran surat An-nisa ayat 93 yang artinya dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin
dengan sengaja maka balasannya adalah neraka jahanam, kekal ia didalamnya dan Allah murka
kepadanya dan mengutukinya, serta menyediakan adzab yang besar baginya jadi, balasan yang
diberikan Allah di akhirat nanti bagi seorang pembunuh adalah neraka jahanam.
Bagi yang membunuh tergantung tiga macam hak, yaitu hak Allah, hak ahli waris dan hak
yang dibunuh. Apabilaia bertobat dan menyerahkan diri kepada ahli waris dia terlepas dari hak
Allah dan hak ahli waris, baik mereka melakukan qisas ataukah mengampuninya dengan
membayar diyat ataupun tidak. Sesudah itu tinggal hak yang dibunuh nanti akan diganti Allah di
akhirat dengan kebaikan. Dalam Islam sendiri jenis pembunuhan ada tiga cara, yaitu
pembunuhan dengan betul-betul disengaja, pembunuhan karena ketidaksengajaan semata dan
pembunuhan seperti sengaja. Tingkat hukuman di dunia yang diberika juga beragama tergantung
jenis pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku. Dalam kasus pembunuhan Nasrudin yang paling
mendekati adalah jenis pembunuhan yang betul-betul disengaja, menurut keterangan kepolisian
berdasarkan bukti, saksi dan keterangn pelaku yang mengatakan sudah terorganisir dengan baik
dengan mengemban tuga masing-masing, maka jika dalam hukum Islam hukumanya adalah qisas
yang berarti wajib dibunuh pula, kecuali dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan
membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
Pandangan hukum Islam yang kedua pada kasus ini adalah tuduhan perselingkuhan dengan
memberikan ancaman dari korban kepada pelaku yaitu ancaman dari Nasrudin terhadap Antasari.
Menuduh orang berbuat zina sendiri termasuk dosa besar apabila tidak ada buktinya dan
mewajibkan hukuman dera. Friman Allh Swt. Dalam q.s An-Nur ayat 4 yang artinya dan orang-
orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan 4 orang
saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera.
Jika tuduhan berzina/berselingkuh tidak dilakukan oleh Antasari maka dalil di atas dijadikan
dasar dalam hukum Islam, akan tetapi jika benar terbukti bahwa Antasari telah melakukan
perselingkuhan dengan Rani Juliani padahal dia sudah mempunyai istri, maka Islam mempunyai
pandangan hukuman sendiri pada orang berzina tersebut, yaitu apabila yang berzina sudah
baligh, berakal, merdeka dan sudah pernah bercampur dengan jalan yang sah, hukumannya
adalah rajam sedangkan jika pelaku zina masih gadis atau bujang maka humannya adalah didera
100 kali dan diasingkan keluar negeri selama satu tahun.
Mengancam/melakukan teror pada seseorang dalam Islam juga sangat dilarang karena hal
tersebut menjadikan tidak tenteram dan nyaman bagi orang yang menjadi korban teror. Dalam
Islam selalu dianjurkan untuk hidup berdamping-dampingan dengan asas kekeluargaan dan
saling menjaga hubungan silaturrahim, apalagi jika mereka adalah sesama muslim, karena dalam
sebuah hadits dikatakan bahwa sesama muslim adalah saudara. atau yang sering dikatakan
yakni ukhuwah Islamiyyah. Selain itu jika dikaitkan juga dengan terorganisirnya proses
pembunuhan pada Nasrudin maka kembali Islam sebenarnya sudah mengingatkan agar sesama
saudara saling membantu dalam hal kebaikan dan janganlah saling membantu dalam keburukan
atau kejahatan.
Terakhir dari agama Islam yang disoroti adalah awal dari berkembangnya opini publik
khususnya bagi masyarakat Indonesia yaitu dari bergunjing (ngrumpi). Bergunjing sendiri
berawal ketika dari desas-desus yang tersebar kemudian menjadi bahan pembicaraan di kalangan
banyak orang padahal belum cukup bukti untuk membuktikan kebenaran desas-desus tersebut.
Seperti pada kasus penangkapan Antasari Azhar atas dugaan pembunuhan pada Nasrudin
Zulkarnain, polisi masih membeberkan beberapa bukti dan keterangan beberapa dari pelaku yang
sudah tertangkap tentang keterlibatan Zntasari Azhar pada kasus pembunuhan ini, namun
masyarakat yang bahkan dimotori oleh media massa sudah menyudutkan seakan-akan motif
yang emndasari pembunuhan ini adalah lantaran cinta segitiga antara Antasari Azhra, Nassrudin
Zulkarnain dan Rani Juliani. Padahal kepolisian sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan
tentang motif pembunuhan tersebut, akan tetapi masyarakat sudah memiliki banyak opsi yang
entah dari siapa yang pertama menghembuskannya. Kebiasaan menggunjing dalam Islam sangat
dilarang dan bahkan dikatakan kalau seseorang membicarakan aib orang lain didibaratkan
memakan bangkai temannya sendiri, apalagi membicarakan sesuatu yang belum tentu terbukti
kebenarannya.

3. Solusi penyelesaian
Opini publik menjadi suatu fenomena yang tiada hentiya dan terus menjadi topik yang hangat
baik dikalangan akademis maupun masyarakat umum. Terutama dalam ilmu komunikasi opini
publik menjadi wajib dipelajari dan dikupas karena berkaitan dengan unsur-unsur yang berperan
dalam proses komunikasi. Pada contoh kasus yang dibahas dalam makalah ini yaitu penangkapan
tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnain yang tiada lain adalah Antasari Azhar dan teman-
temannya.
Media massa sebagai sumber berita utama hendaknya tidak memanipulasi dan membesar
besarkan berita agar opini yang berkembang di masyarakat juga tidak semakin melebar sehingga
mempengaruhi banyak kalangan dalam menafsirkan pemberitaan ini. Biarkan terlebih dahulu
pihak kepolisian menyelesaikan dengan tuntas kasus ini dan kemudian baru dibeberkan ke
khalayak umum jika itu memang diperlukan agar tidak timbul pertanyaan yang menyebabkan
kembali munculnya opini publik yang beragam jenisnya. Jika dari kepolisian sudah resmi selesai
menyelidiki kasus ini, baru setelah itu opini yang berkembang di masyarakat dijaring agar
diketahui pendapatnya dan dapat di rem apabila terlalu melebar.
Hal di atas \sangat berkaitan dengan hukum Islam untuk menghindari terjadinya pergunjingan di
masyarakat terhadap hal-hal yang masih bersifat abstrak karena belum mendapatkan sumber
informasi yang pasti, karena selama ini masyarakat hanya memperoleh informasi dari media
massa yang sudah mensetting berita itu menjadi penting bagi masyarakat. Mengenai hukuman
untuk para pelaku pembunuhan, baik itu sebagai otaknya, penyedia dana, penyedia eksekutor,
pemantau, penyedia senpi, ataupun pelaku penembakannya biar hukum Indonesia yang berbicara
karena Indonesia adalah negara hukum bukan negara Islam.
BAB III
Kesimpulan
Langkah langkah yang dilakukan KY saat ini tidak melampaui wewenangnya seperti
yang ditentukan UU No 22 Tahun 2004, namun KY tidak boleh memeriksa putusan dan pokok
perkara, karena itu merupakan wewenang Mahkamah Agung.
Berkaitan dengan dugaan pengenyampingan bukti-bukti penting dalam persidangan oleh
hakim, baik Komisi Yudisial maupun Mahkamah Agung tidak mentolerir jika terjadi kekhilafan
atau ketidaksengajaan yang dilakukan terkait pengabaian alat bukti penting.
Hakim tidak boleh khilaf karena dalam kode etik, kehati-hatian, kecermatan itu harus
dikedepankan dan dia pasti kena sanksi. Karena itu beratlah kalau jadi hakim. Karena yang
diadili ini orang. Justice for all.
Menurut KY, pengabaian bukti itu merupakan pelanggaran kode etik dan perilaku hakim,
khususnya prinsip profesionalitas dan kehati-hatian. Dalam Kode Kehormatan Hakim, hakim
harus jujur, merdeka ( berdiri sendiri di semua pihak yang berkepentingan bertentangan, tidak
membedak-bedakan orang ), bebas dari pengaruh siapapun, sepi ing pamrih ( tidak mengenal
pamrih ).

Daftar Pustaka

- Fenomena kontemporer antara opini publik dengan komunikasi


massa.www.enikkirei.multiply.com, 13 Mei 2009
- Kencus. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat .www.kencus.com, 13 Mei
2009
- McQuail, Denis.Teori Komunikasi Massa: suatu pengantar. (Jakarta: Penerbit Erlangga),
edisi kedua, 1996
- Olii, Helena. Opini Publik. (Jakarta: PT Indeks), 2007
- Rasjid, Sulaiman Haji. Fiqh Islam. (Bandung: Sinar Harapan baru Algensindo), 2007
- Rdl/aga/iro. Antasari terancam Mati. Berita Jawa Pos, edisi Selasa 5 Mei tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai