Anda di halaman 1dari 6

Ahsyabila Fazira

1808213

PKN 2018 B

Menurut Inu Kencana Safei, menyebutkan asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang
dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan.

Asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah antara lain :

 Sentralisasi yaitu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di


pemerintah pusat.
 Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
 Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa,
dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

sas-Asas penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang baik adalah sebagai berikut :

Asas Sentralisasi

Pengertian sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang atas segala urusan yang
menyangkut pemerintahan kepada tingkat pusat. Pemerintah pusat dimaksud ialah sebagai
Presiden serta Dewan Kabinet. Kewenangan yang dimaksud ialah kewenangan politik serta
juga kewenangan administrasi. Kewenangan politik ialah kewenangan membuat dan juga
memutuskan kebijakan sedangkan kewenangan administrasi itu ialah kewenangan
melaksanakan kebijakan.

Dewasa ini, urusan- urusan yang bersifat sentral adalah :


1. Luar Negri
2. Peradilan
3. Hankam
4. Moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai uang, dan sebagainya.
5. Pemerintahan Umum

Kelemahan Sistem Sentralisasi

Kebijakan serta juga keputusan-keputusan untuk suatu daerah berada di pusat, sehingga butuh
waktu yang cukup lama untuk dapat melakukan itu. Selain dari itu, dikarenakan semua
bentuk
pemerintahan tersebut berada di pusat, maka akan memberikan suatu beban kerja yang tinggi
dikarenakan pekerjaan rumah tangga yang akan makin lama makin menumpuk.

Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi


Berikut Ini Merupakan Dampak Positif dan Negatif Sentralisasi

 Segi Ekonomi

Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini adalah
perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang
mengatur perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah seolah-olah hanya di
jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masing-
masing sehingga terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.

 Segi Sosial Budaya

Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang


dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang di miliki bangsa Indonesia.

Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal
yang memiliki keunikan dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu
yang panjang mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya
mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.

Segi Keamanan dan Politik

Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah keamanan lebih
terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi konflik antar daerah yang
dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga
membawa dampak negatif dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-organisasi
kemiliteran. Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih
daripada organisasi lain.

Dampak positif yang dirasakan di bidang politik sebagai hasil penerapan sistem sentralisasi
adalah pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat
perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir
seluruhnya oleh pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat terlaksana
secara maksimal karena pemerintah daerah hanya menerima saja.

Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena hanya
terus bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat. Selain itu, waktu yang
dihabiskan untuk menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan memakan waktu yang lama
dan menyebabkan realisasi dari keputusan tersebut terhambat.

Contoh Sistem Sentralisasi


1. Lembaga keamanan negara Republik Indonesia yakni TNI, melaksanakan
perlindungan terhadap Negara Indonesia dengan memalui 3(tiga) titik yaitu udara,
darat serta juga laut.
2. Bank Indonesia yang menjadi sebuah pusat pengaturan segala kebijakan moneter serta
juga fiskal.

Asas desentralisasi

Asas desentralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalu menyangkut kekuatan, biasanya
dihubungkan dengan pendelegasian atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pejabatnya di daerah atau kepada lembaga-lembaga pemerintah di daerah untuk
menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah di daerah.

Isu desentralisasi selalu dikaitkan dengan efisiensi dan inovasi, karena melalui desentralisasi
akan dapat memotong beberapa tahap birokrasi. Inovasi terbuka, karena adanya kekuasaan
utuk dapat melakukan keputusan yang paling rendah. Dimana ada desentralisasi atau
keleluasan untuk mengambil keputusan, maka distu ada peluang untuk mengembangkan
inovasi. Inovasi berkaitan dengan kreativitas individual. Power pada kita berguna bisa tidak,
tergantung pada visi dan kreativitas kita. Oleh karena itu pemerintah yang memperoleh
legitimasasi adalah pemerintah yang demokratis. Pemerintah yang demokratis dibangun
melalui suatu persepsi bahwa masyarakat memiliki pemerintahan, artinya mereka berhak
berperan dalam pengelolaan pemerintahan.

Beberapa keuntungan dengan menerapkan sistem desentralisasi adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi pekerjaan di pusat pemerintahan.


2. Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tidakan yang
cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah Pusat.
3. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat
segera dilaksanakan.
4. Dalam sitem desentralisasi, dapat diadakan pembedaan (diverensial) dan
pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya
dengan desentralisasi teritorial, dapat lebih mudah menyesuaikan diri pada kebutuhan/
keperluan khusus daerah.
5. Dengan adanya desentralisasi teritorial, daerah otonom dapat merupakan semacam
laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat
bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang tenyata baik, dapat diterapkan diseluruh
wilayah negara, sedangkan yang kurang baik, dapat dibatasi suatu daerah tertentu saja
dan oleh karena itu dapat lebih mudah untuk ditiadakan.
6. Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah pusat.
7. Dari segi psikologis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan
yang lebih besar kepada daerah (Sarundajang, 1999)

Disamping kebaikan tersebut di atas, desentralisasi mengandung kelemahan sebagaimana


pendapat Josef Riwu Kaho (1997) antara lain:

1. Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah


kompleks, yang mempersulit koordinasi;
2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat
lebih mudah terganggu;
3. Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang
disebut provinsialisme
4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan
perlindungan perundingan yang bertele-tela;
5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit
untuk memperoleh keseragaman dan kesederhanaan (Sarundajang, 1999).

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (7), desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Daerah Otonomi untuk
mengatur dan mengurusi urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan demikian, wewenang pemerintah tersebut adalah wewenang yang
diserahkan oleh pemerintah pusat saja, sedangkan pemerintah daerah hanya melaksanakan
wewenang yang diberi oleh pemerintah pusat sesuai dengan aspirasi masyarakat daerahnya
(Utang Rosidin, 2010).

Tugas pembantuan

Tugas pembantuan adalah tugas-tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan
pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah
daerah tingkat atasnya, dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang
menugaskan urusan yang ditugaskan masih menjadi wewenang pemerintah atau provinsi.
Pemerintah atau provinsi ini menyusun rencana kegiatan, atau kebijaksanaan dan
menyediakan anggarannya, sedangkan daerah yang ditugasi sekedar melaksanakannya, tetapi
wajib untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas ini.

Menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat (9), tugas pembantuan adalah
penugasan dari pemerintah pusat ke daerah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah
provinsi kepada kebupaten/ kota dan/ atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/ kota kepada
desa untuk melaksanakan tugas tertentu (Utang Rosidin, 2010).

Dekonsentrasi

Dekonsentarsi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau
kepada instasi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah, yang meliputi:

1. Pelimpahan wewenang dari aparatur pemerintah yang lebih tinggi tingkatan


pemerintahan disebut dekonsentrasi horizontal.
2. Pelimpahan wewenang dari pemerintah atau dari suatu aparatur pemerintah yang lebih
tinggi tingkatanya ke aparatur lain dalam tingkatan pemerintahan yang lebih rendah,
disebut dekonsentrasi vertikal.
3. Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentasi, wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia di bagi dalam wilayah-wilayah provinsi dan ibukota negara. Wilayah-
wilayah kabupaten dan kota dibagi dalam wilayah kecamatan. Penerapan asas
dekonsentarsi semacam ini disebut dekonsentrasi teritorial ( Utang Rosidin, 2010).
Latar belakang diadakannya sistem dekonsentrasi ialah tidak semua urusan pemerintah pusat
dapat diserahkan kepada pemerintah daerah menurut asas desentralisasi. Pertimbangan dan
tujuan diselenggarakan asas dekonsentrasi ini di antaranya adalah:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintah, pengelolaan


pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum;
2. Terpeliharanya komunikasi sosial kemasyarakatan dan sosial budaya dalam sistem
administrasi negara;
3. Terpeliharanya keserasian pelaksanaan pembangunan nasional;
4. Terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Utang Rosidin, 2010).

Pembentukan Perda yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:

 kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang undangan


harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
 kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan
perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum
bila dibuat oleh lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
 Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat
dengan jenis peraturan perundang-undangan.
 Dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang undangan
harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
 kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang undangan dibuat
karena memang benarbenar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
 Kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai
macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
 keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai
dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan
terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan
seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan
perundang-undangan.

Di samping itu materi muatan Perda harus mengandung asas-asas sebagai berikut:

 asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan Perda harus berfungsi memberikan
perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.
 asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga Negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
 asas kebangsaan, bahwa setiap muatan Perda harus mencerminkan sifat dan watak
bangsa Indonesia yang pluralistic (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip
negara kesatuan Republik Indonesia.
 asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
 asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Perda merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
 asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan Perda harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi daerah dan budaya
khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 asas keadilan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
 asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi muatan Perda
tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial.
 asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan Perda harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
 asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, bahwa setiap materi muatan Perda
harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan
individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
 asas lain sesuai substansi Perda yang bersangkutan.

Selain asas dan materi muatan di atas, DPRD dan Pemerintah Daerah dalam menetapkan
Perda harus mempertimbangkan keunggulan lokal /daerah, sehingga mempunyai daya saing
dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerahnya. Prinsip dalam
menetapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam menunjang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui mekanisme APBD, namun demikian untuk mencapai tujuan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat daerah bukan hanya melalui mekanisme tersebut tetapi juga dengan
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan potensi dan keunggulan lokal/daerah,
memberikan insentif (kemudahan dalam perijinan, mengurangi beban Pajak Daerah),
sehingga dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang di daerahnya dan memberikan peluang
menampung tenaga kerja dan meningkatkan PDRB masyarakat daerahnya.

Anda mungkin juga menyukai