Anda di halaman 1dari 11

Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai

Perilaku Anak dan Remaja Dalam


Menggunakan Internet
SIARAN PERS NO. 17/PIH/KOMINFO/2/2014
Kategori Siaran Pers

Facebook

Twitter
(Jakarta 18 Februari 2014). Menteri Kominfo Tifatul Sembiring pada tangal 18 Februari
2014 telah membuka secara resmi acara “Seminar Sehari Internasional Penggunaan Media
Digital di Kalangan Anak dan Remaja di Indonesia”. Acara ini diselenggarakan oleh Badan
Litbang SDM Kementerian Kominfo yang dipimpin Basuki Yusuf Iskandar dan bekerjasama
dengan UNICEF serta dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Linda Agum Gumelar, Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia Angela Kearney,
perwakilan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, perwakilan Harvard University dan
perwakilan dari ITU serta sejumlah Kementerian tersebut menjadi sangat menarik, karena
Kementerian Kominfo, Kementerian PPPA bersama UNICEF hari ini meluncurkan hasil
studi ground-breaking yang menganalisis aktivitas dan perilaku online dikalangan anak dan
remaja. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program UNICEF tentang Digital Citizenship
and Safety, yang dimaksudkan untuk lebih memahami dan menangani dampak penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup anak-anak dan kaum muda di
negara-negara berkembang.

Studi berjudul "Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia"
(Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia) bertujuan untuk
menyediakan informasi-informasi penting tentang cara-cara kelompok usia tersebut
menggunakan media sosial dan teknologi digital, motivasi mereka menggunakan media
komunikasi tersebut, dan potensi risiko yang mereka hadapi dalam dunia digital. Indonesia
dengan kepemilikan telepon selular mencapai 84 persen dari total penduduk, mendorong
UNICEF untuk bermitra dengan Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet
and Society, Harvard University, untuk m elakukan survei ekstensif terhadap perilaku digital
generasi muda.
 

Dalam sambutannya Menteri Kominfo mengatakan: "Kemajuan teknologi informasi dan


komunikasi harus dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Teknoloqi
tersebut merupakan alat untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju. Internet dapat
memberikan manfaat besar bagi pendidikan, penelitian, niaga, dan aspek kehidupan
lainnya. Kita harus mendorong anak-anak dan remaja untuk menggunakan internet
sebagai alat yang penting untuk membantu pendidikan, meningkatkan pengetahuan, dan
memperluas kesempatan serta keberdayaan dalam meraih kualitas kehidupan yang lebih
baik." Hal serupa juga dikemukakan oleh Angela Kearney, UNICEF Country Representative
of Indonesia : "Kaum muda selalu tertarik untuk belajar hal-hal baru, namun terkadang
mereka tidak menyadari resiko yang dapat ditimbulkan. Penelitian bersama beberapa
mitra ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan memastikan bahwa ada
keseimbangan resiko dan peluang.”

Hasil survei menemukan fakta, bahwa:

1. Menurut data terbaru, setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia


merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama
saluran komunikasi yang mereka gunakan. Hasil studi menemukan bahwa 80 persen
responden yang disurvei merupakan pengguna internet, dengan bukti kesenjangan
digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera
di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera).
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta dan Banten, misalnya, hampir semua
responden merupakan pengguna internet. Sementara di Maluku Utara dan Papua
Barat, kurang dari sepertiga jumlah responden telah menggunakan internet.
2. Studi ini merupakan yang pertama diantara penelitian sejenisnya, dengan keunikan
data pada golongan anak dan remaja yang belum pernah menggunakan internet.
Kesenjangan yang paling jelas terlihat, di daerah perkotaan hanya 13 persen dari anak
dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan,
menyumbang jumlah 87 persen.
3. Mayoritas dari mereka yang disurvei telah menggunakan media online selama lebih
dari satu tahun, dan hampir setengah dari mereka mengaku pertama kali belajar
tentang internet dari teman. Studi ini mengungkapkan bahwa 69 persen responden
menggunakan komputer untuk mengakses internet. Sekitar sepertiga - 34 persen -
menggunakan laptop, dan sebagian kecil - hanya 2 persen - terhubung melalui video
game. Lebih dari setengah responden (52 persen) menggunakan ponsel untuk
mengakses internet, namun kurang dari seperempat (21 persen) untuk smartphone dan
hanya 4 persen untuk tablet.
4. Penelitian ini mengumpulkan data untuk mengarahkan kebijakan kedepan dalam
melindungi hak-hak anak mengakses informasi dan, pada saat yang sama, berbagi
informasi dan mengekspresikan pandangan atau ide-ide mereka secara aman.

Studi ini didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo dengan
menelusur aktivitas online dari sampel anak dan remaja usia 10-19 (sebanyak 400 responden)
yang tersebar di seluruh negeri dan mewakili wilayah perkotaan dan perdesaan. Studi
dibangun berdasar pada penelitian sebelumnya sehingga didapatkan gambaran yang paling
komprehensif dan terkini tentang penggunaan media digital di kalangan anak-anak dan
remaja Indonesia, termasuk motivasi mereka, serta informasi tentang anak remaja berusia 10-
19 yang tidak menggunakan media digital. Dengan demikian, penelitian ini baru pertama kali
dilakukan dibandingkan penelitian serupa lainnya di Indonesia.

Kesimpulan utama dihasilkan dari studi ini :

1. Penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan
sehari-hari anak muda Indonesia. Studi ini menemukan bahwa 98 persen dari anak-
anak dan remaja yang disurvei tahu tentang internet dan bahwa 79,5 persen
diantaranya adalah pengguna internet.
2. Ada sekitar 20 persen responden yang tidak menggunakan internet, alasan utama
mereka adalah tidak memiliki perangkat atau infrastruktur untuk mengakses internet
atau bahwa mereka dilarang oleh orang tua untuk mengakses internet.
3. Perubahan struktur media di Indonesia, terutama dengan meningkatnya penggunaan
ponsel, telah mengubah akses dan penggunaan media digital internet di kalangan anak
dan remaja, yang cenderung menggunakan: personal ko m puter untuk mengakses
internet di warung internet dan laboratorium komputer sekolah; laptop di rumah, dan
di atas semua-ponsel atau smartphone selama kegiatan sehari-hari.
4. Anak-anak dan remaja memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet: untuk
mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan.
Pencarian infor m asi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah,
sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan
pribadi.
5. Penelitian terhadap pola komunikasi anak dan remaja melalui internet
rnengungkapkan bahwa mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman
sebaya, diikuti komunikasi dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga
juga cukup signifikan.
6. Terkait isu privasi, secara umum studi ini menemukan bahwa ada banyak anak dan
remaja yang memberikan informasi pribadi seperti alarnat rurnah, nomor telepon, atau
ala m at sekolah.
7. Sebagian besar dari mereka, m enyadari akan pentingnya password untuk e-mail dan
media sosial .
8. Selain itu, ha m pir se m ua dari m ereka tidak setuju terhadap isi pornografi di
internet. Narnun, sejumlah besar anak dan remaja telah terekspos dengan konten
pornografi, teruta m a ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan
yang me m iliki bernuansa vulgar.
9. Pihak orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak m ereka dalam hal menguasai
dan menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang m engawasi anak-anak
mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi 'teman' anaknya dalam
jejaring sosial.
10. 0rangtua dan guru semakin menyadari manfaat media digital untuk mendukung
pendidikan dan pembelajaran anak. Misalnya, se ma kin banyak guru yang
menugaskan siswa untuk mengumpulkan informasi dari internet untuk mengerjakan
berbagai tugas. Hal ini langkah yang baik untuk meningkatkan pemanfaatan internet
sebagai sarana pendidikan.
 

Ketika penggunaan media sosial dan media digital berkembang dengan cepat di kalangan
muda, dukungan orangtua dan integrasi media digital dalam pendidikan masih tertinggal.
Sehingga saatnya untuk mengejar ketinggalan. Rekomendasi utama yang dihasilkan dari studi
ini sebagai bahan masukan:

1. Karena Internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari anak-anak dan remaja di Indonesia, diperlukan upaya - upaya untuk
meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya
dengan keamanan berinternet. Hal ini dapat dicapai melalui sosialisasi, pendidikan
Iiterasi maupun pelatihan. Pemahaman penggunaan dan keamanan media digital
sangat penting - utamanya - dari perspektif anak-anak dan remaja, sebelum
merancang program-program informasi tentang keamanan digital. Termasuk
memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital,
komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman.
2. Anak-anak dan remaja tertarik untuk belajar tentang keamanan berinternet. Setiap
kampanye atau program yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus
didasarkan pada bukti-bukti empiris dan meIibatkan anak-anak dan remaja itu sendiri
sehingga kampanye atau program tersebut tepat sasaran.
3. Pihak orang tua dan guru harus mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka
dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat didalamnya. Salah satu cara sederhana,
contohnya orang tua dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak, karena di
sinilah anak-anak dan remaja 'bermain' di dunia maya. Di sini orang tua dapat
bergabung dan berkomunikasi secara intensif dengan anak- anak untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak
mereka di dunia cyber.
4. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan isi internet - ISP dan
pemerintah - perlu meningkatkan keamanan konten atau proteksi sehingga dapat
menjadikan dunia maya sebagai ruang yang aman dan positif bagi anak anak dan
remaja untuk hidup dan tumbuh. Studi ini menemukan bahwa banyak anak-anak yang
tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai
kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang
menyesatkan.
5. Perlu perhatian khusus untuk memberikan informasi bagi anak dan remaja tentang
resiko bahaya yang mungkin timbul dari pertemuan langsung dengan seseorang yang
baru dikenal dari dunia maya.
6. Para orangtua dan guru perlu mengetahui dan terlibat dalam program keamanan
digital bagi anak dan remaja.
7. Pesan-pesan tentang keamanan digital harus berimbang dengan menekankan pada
kemanfaatan internet bagi pendidikan, penelitian, dan perdagangan.
8. Anak-anak dan remaja harus terus dimotivasi untuk memandang dan menjadikan
internet sebagai sumber informasi yang berharga, dan untuk memanfaatkan teknologi
digital secara maksimal untuk membantu pendidikan, meningkatkan pengetahuan,
memperluas kesempatan dan keberdayaan mereka dalam meraih kualitas kehidupan
yang lebih baik.
9. Perlu dikembangkan cara-cara efektif untuk mengkampanyekan keamanan digital
secara online maupun offline melalui segala bentuk saluran media tradisional maupun
digital, seperti televisi, radio, websites, atau media sosial yang sering digunakan oleh
anak dan remaja.
10. Dibutuhkan kader-kader muda teladan dalam keamanan berinternet, yang dapat
membagikan hal tersebut kepada teman-temannya melalui media digital, melalui
sarana audio dan video di media massa, maupun secara offline di sekolah-sekolah
maupun kampus.

------------

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP:
0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id, Tel/Fax: 021.3504024).

98 Persen Anak dan Remaja Tahu Internet


Kategori Berita Kominfo | brs

Facebook

Twitter
Jakarta, Kominfo -
Studi yang didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemkominfo) menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja tahu
tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewabroto menyatakan,
temuan ini hasil dari kesimpulan utama yang menelusuri aktivitas online dari sample anak
dan remaja usia 10-19 tahun dengan 400 responden yang tersebar di seluruh wilayah
perkotaan dan pedesaan.

Studi dibangun berdasarkan pada penelitian sebelumnya sehingga didapatkan gambaran yang
paling komprehensif dan terkini tentang penggunaan media digital di kalangan anak-anak dan
remaja Indonesia, termasuk motivasi mereka, serta informasi tentang anak remaja berusia 10-
19 yang tidak menggunakan media digital.

Penelitian ini baru pertama kali dilakukan dibandingkan penelitian serupa lainnya di
Indonesia, kata Gatot, Selasa (18/2).

Kesimpulan lainnya, menurut Gatot, ada sekitar 20 persen responden yang tidak
menggunakan internet. “Alasan utama mereka adalah tidak memiliki perangkat atau
infrastruktur untuk mengakses internet atau bahwa mereka dilarang oleh orang tua untuk
mengakses internet”, ujarnya.

Gatot menyebut bahwa perubahan struktur media di Indonesia, terutama dengan


meningkatnya penggunaan ponsel, telah mengubah akses dan penggunaan media digital
internet di kalangan anak dan remaja yang cenderung menggunakan personal computer untuk
mengakses internet di warung internet dan laboratorium computer sekolah, laptop di rumah
dan di atas semua ponsel atau smartphone selama kegiatan sehari-hari.

Anak-anak dan remaja memiliki 3 (tiga) motivasi utama untuk mengakses internet yaitu
untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman lama dan baru dan untuk hiburan.

Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas –tugas sekolah, sedangkan
penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi, tutur Gatot.
Sementara itu, rekomendasi utama yang dihasilkan dari studi ini sebagai bahan masukan
yaitu karena internet telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-
hari anak-anak dan remaja di Indonesia.

Untuk itu diperlukan upaya meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam kaitannya dengan keamanan berinternet. Hal ini dapat dicapai melalui osialisasi,
pendidikan literasi maupun pelatihan, jelas Gatot.

Dikatakannya, pemahaman penggunaan dan keamanan media digital sangat penting,


utamanya dari perspektif anak-anak dan remaja sebelum merancang program-program
informasi tentang kemanan digital.

Termasuk memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital,
komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman (Az).

0 Persen anak muda di Indonesia gunakan


internet untuk media sosial
Sabtu, 31 Maret 2018 22:24 Reporter : Hari Ariyanti



Ilustrasi Media Sosial. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Ratusan juta anak-anak atau para pemuda di Indonesia merupakan pengguna
internet. Namun dari jumlah itu baru sedikit yang memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi ini untuk hal-hal produktif. Kebanyakan dari mereka hanya memanfaatkan internet
untuk media sosial.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan Kemnaker,
Suhartono, di @America, Pacific Place, Jakarta Selatan, Sabtu (31/3). Suhartono
mengatakan berdasarkan data BPS, dari 143 juta jiwa anak muda, 54 persen itu sudah
menggunakan internet.

Angka ini merupakan potensi besar dan peluang kerja dunia digital sangat terbuka lebar. "Ini
kondisi dan data yang ada di Indonesia," ujarnya.

"Tapi 90,61 persen anak muda masih memanfaatkan internet hanya untuk media sosial dan
jejaring sosial," tambahnya.

Selain media sosial, sebanyak 52,28 persen anak muda menggunakan internet untuk hiburan.
Untuk mendapatkan informasi atau berita sebanyak 78,89 persen, mengerjakan tugas sekolah
sebanyak 31,12 persen, menerima atau mengirim surat elektronik sebanyak 27,47 persen,
pembelian atau penjualan barang dan jasa sebanyak 13,18 persen, serta fasilitas finansial 6,89
persen.

"Ini yang masih kecil pembelian dan penjualan barang dan jasa, masih 13 persen dan ini jadi
peluang. Kita dapat data dari BPS dan kita olah. Ada peluang kerja yang sangat besar di
penjualan barang dan jasa," jelasnya.

Suhartono menyampaikan era ekonomi digital akan memberikan banyak keuntungan kepada
masyarakat. Keuntungannya antara lain; efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas,
kenyamanan, dan kemudahan. "Serta harga yang murah. Bahkan virtually free," sebutnya.
[cob]

2018, Pengguna Internet Indonesia Paling


Banyak di Usia 15-19 Tahun
Pernita Hestin Untari, Jurnalis · Rabu 22 Mei 2019 06:00 WIB

 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
Ilustrasi Penggua Internet (Foto: Good Wire)

 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
 17TOTAL SHARE

AAA

JAKARTA- Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap data


penetrasi dan profil perilaku pengguna internet di Indonesia. Dari hasil laporan survei yang
dilakukan APJII tersebut juga terungkap peneterasi pengguna internet 2018 berdasarkan
umur.

Adapun dari rilis resmi APJII yang diterima Okezone, Rabu (22/5/2019) pengguna internet
terbanyak ada pada usia 15 hingga 19 tahun. Sementara itu, pengguna terbanyak kedua
berada pada umur 20 hingga 24 tahun. Anak-anak berumur 5 hingga 9 tahun pun juga
menggunakan internet, bahkan mencapai 25,2 persen dari keseluruh sampel yang berada pad
umur tersebut.
Baca Juga: Konsumsi Berita, 79% Generasi Milenial Gunakan Media Sosial

Data ini diperoleh dari 171,17 juta pengguna yang menggunakan internet. Tampaknya hal
tersebut juga menunjukan bahwa remaja aatau generasi sekarang ini banyak menggunakan
internet. Menurut laporan News Sky, kebanyakan dari mereka menggunakan internet untuk
bermain sosial media.

Penelitian lain dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa sembilan puluh satu
persen dari 16 hingga 24 tahun menggunakan internet untuk media sosial. Sayangnya,
kecanduan media sosial juga mempengaruhi sekira 5 persen anak muda.

Anda mungkin juga menyukai