Anda di halaman 1dari 6

GAWAI DENGAN DUA DAMPAK YANG BERPENGARUH TERHADAP SISWA

SERTA PERAN PENDIDIK UNTUK MENGARAHKAN SISWA SUPAYA TIDAK


TERPENGARUH DAMPAK NEGATIFNYA

Almas Safanah

Universitas Pendidikan Indonesia

Perkembangan dunia teknologi sangat cepat dan dinamis terjadi diera globalisasi
ini.Banyak sekali perubahan dalam kehidupan akibat dari kemajuan teknologi, salah
satunya adalah dalam penggunaan media komunikasi. Alat komunikasi yang hamper
setiap kalangan memilikinya adalah gawai atau Handphone. Di zaman sekarang,
perusahaan berlomba untuk membuat mesin komunikasi ini dengan harga yang relatif
rendah dan kualitas yang “wah” untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi.
Sehingga, kita dapat dengan mudah memiliki gawai dengan harga yang lebih terjangkau
dan hamper bisa dibeli oleh semua kalangan. Pembelian gawai yang semakin mudah juga
membuat semua kalangan masyaarakat lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan gawai
tersebut. Salah satunya orang tua yang dapat dengan mudah memberikan alat komunkasi
ini untuk buah hatinya. Bahkan alat komunikasi canggih satu ini menjadi suatu
kelengkapan yang terpenting disetiap rumah baik di kota besar sampai di desa-desa. Akan
tetapi, masih ada orang tua yang belum sadar bagaimana dampak dari memberikan
kebebasan menggunakan gawai kepada anak, sehingga mereka tidak sadar bahwa
anaknya telah berselancar dan telah pergi mengelilingi dunia dengan hanya di rumah saja.
Dunia tidak semuanya memberikan hal positif kepada anak, akan tetapi hal negatif juga
ada disana. Jika kita tidak memberikan arahan kepada anak bagaimana menggunakan
gawai beserta aplikasi yang ada didalammnya, khawatirnya anak mengalami perkebangan
karakteristik yang diperngaruhi oleh dampak negatif tersebut yang mengakibatkan anak
menentang hukum, norma, agama dalam bermasyarakat. Maka tugas pendidik di era
milenial yang sangat dimudahkan dalam segala hal ini, selain mengajarkan ilmu
pendidikan tetapi juga mendidik anak untuk bisa menjadi pribadi yang berkarakteritik
bagus baik secara langsung dilingkungan sekitar ataupun dalam kehidupan di dunia maya.

Gawai adalah salah satu hasik dari adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat.
Gawai dengan akses internet yang semakin mudah ini memiliki dua sisi dampak bagi
siswa, yaitu dampak negatif dan dampak positif. Dampak dari perkembangan alat
komunikasi ini terhadap anak baik secara positif ataupun negatif dapat memebrikan
perubahan besar pada sosial anak tersebut. Anak dapat mengubah pola hidup, membuat
kebiasaan baru, bahkan menurut S.B. Istiyanto (2016, dalam Sabarin dan Djunaidi
(2018)) Hasil karya teknologi komunikasi dan informasi seperti media sosial dapat
membuat seorang remaja menjadi mengubah pola hidup, mendatangkan kebiasaan-
kebiasaan baru, bahkan dikatakan bahwa kebutuhan akan teknologi sebagai bentuk orang
hipnotis canggih yang mampu mengubah perilaku dan cara mereka berkomunikasi
dengan orang lain. Dampak positif yang bisa kita dapat dengan menggunakan gawai
pertama, anak bisa lebih mudah mendapatkan sumber belajar. Anak bukan hanya
mendapatkan sumber belajar hanya dari satu buku saja melainkan bisa dari video
pembelajaran yng disediakan di youtube, Instagram TV, atau live akun Media sosial yang
berfokus pada pendidikan. Anak bisa lebih luas menejelajahi materi yang sedang
dipelajari disekolah tidak hanya dari pendidik saat mengajar akan tetapi ketika anak
dimanapun akan mudah mengaksesnya melalui benda kotak yang tersambung ke jaringan
internet. Kedua, mudahnya melakukan komunikasi antar teman sebaya, saudara, bahkan
dengan pendidik untuk melakukan pembelajaran diluar jam pelajaran. Dengan adanya
media sosial yang ada kita bisa berkomunikasi dengan mudah tanpa adanya batas ruang
dan waktu. Hal tersebut juga membuat anak bisa lebih mudah berinteraksi dengan orang
lain dan belajar untuk bersosialisasi. Ketiga, dengan platform market place yang sudah
banyak tersedia dan mudah diakses anak bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas
belajar dan media pembelajaran yang interaktif tanpa harus jauh membeli diluar kota.
Seperti contohnya, jika anak membutuhkan suatu alat peraga untuk mengasah motoriknya
pendidik atau orang tua dapat dengan mudah mendafatkannya, hanya dengan
menggunakan gawai tersebut.

Akan tetapi, selain dari adanya sisi positif dari gawai dengan sambungan internet
yang mudah ini, ada dampak negatif yang muncul karena kemudah itu semua. Dampak
negatif ini yang memberikan pengaruh buruk terhadap pola pikir dan kehidupan anak.
Pertama, Dampak negatif yang muncul pada anak adalah kurangnya sosialisasi dengan
masyarakat disekitar. Ada istilah yang mengatakan “ Gawai mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat”. Hal ini benar terjadi dimasa sekarang ini, anak cenderung lebih
asik dengan gawainya dibandingkan dengan bermain bersama temannya. Jikalau pun
mereka bermain bersama yang dipegang tetaplah gawai untuk bermain game online.
Kedua, Dengan adanya teknologi canggih ini, dihasilkanlah sebuah karya dari teknologi
yaitu games. Games yang dibuat sedemikan bahkan adanya tantangan level yang
membuat anak tidak akan pernah bosan dengan hal itu atau bahkan tertantang membuat
anak bisa kecanduan bermain games online. Hal ini tidak baik karena jika terus terjadi
dikhawatirkan anak akan mengalami ganguan mental yang cukup serius. Misalnya, ada
sepeuluh anak di Banyumas yang mengalami kecanduan game online. Kesepuluh anak
tersebut telah didiagnosa mengalami gangguan mental. Menurut pengakuan Hilma
Paramita dokter Spesialis Jiwa RSUD Banyumas, mengatakan rata-rata pasien sudah tak
bisa mengendalikan diri bermain game online. Akibatnya, mereka sudah tak lagi bisa
beraktivitas secara normal. Dan anak-anak ini masih status pelajar, 7 dari 10 anak itu
merupakan siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Aziz
Abdul, 2018, p.1 dalam tafonao; 2019). Ketiga, jika mata kita digunakan untuk terus
menerus untuk melihat gawai, laptop dan alat elektronik lainnya dikhawatirkan bisa
merusak mata akibat radiasi yang terlalu tinggi. Keempat, mudahnya akses media sosial
dan tidak terawasinya anak dalam mengakses media sosial akan berakibat pada anak
melihat suatu hal yang tidak sebaiknya terjadi. Dimana dalam media sosial termuat semua
hal yang ada dikehidupan seperti contoh hal negative seperti film kenakalan remaja yang
dipertontonkan jika anak yang belum paham akan maksud dalam film tersebut
dikhawatirkan anak bukan mengikuti pesan yang tersirat akan tetapi mencontoh apa yang
dirinya tonton, hal ini mengakibatkan timbulnya kenakalan remaja seperti tawuran,
merokok, hubungan dengan lawan jenis yang berlebihan, pembunuhan, penipuan,
trafficking dan kebebasan seks, dan lain-lain. Akhir-akhir ini semakin banyak ditemukan
kasus mengenai dengan kenakalan remaja. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu,
kenakalan remaja bagaikan fenomena gunung es yang terus berlanjut, semakin ditelisik
semakin kompleks permasalahnya.

Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus
informasi yang semakin mudah di akses serta gaya hidup modernisasi, disamping
memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di media, di sisi lain juga membawa
suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Disini peran
pendidik sangat penting untuk bisa mendidik anaknya supaya bisa menjadi generasi yang
lebih baik lagi. Generasi yang tidak hanya pintar dalam sains dan teknologi, akan tetapi
anak yang memiliki adab yang baik. Karena orang beradab pasti berilmu dan orang
berilmu berlum tentu beradab.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu suatu perhatian dari berbagai kalangan, peran
dari masyarakat sangatlah diharapkan terutama dari masyarakat sekolah itu sendiri.
Mengingat sekolah adalah salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang menjadi alternatif
kedua yang sangat berperan penting dalam mentransfer nilai di dalam diri siswa. Hal yang
demikian perlu dilakukan sebuah revitalisasi terhadap perilaku dan moral remaja. Untuk
itu dalam melakukan sebuah perubahan terhadap hal yang demikian maka perlu adanya
sebuah jembatan yang dapat dijadikan sebagai suatu jalan agar dapat tercapainya suatu
tujuan yang diharapkan. Yang dimana sesuatu yang dapat menjadi jembatan sebagai
penyalur nilai terhadap remaja adalah peran dari masyarakat sekolah itu sendiri (Sabarin
dan Djunaidi ; 2018).

Menurut Sabarin dan Djunaidi (2018) pendidik memiliki tanggung jawab besar
dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Dewasa ini,
tuntutan dan peran pendidik semakin kompleks, tidak sekedar sebagai pengajar semata,
pendidik akademis tetapi juga merupakan pendidik karakter, moral dan budaya yang
berlaku di Indonesia. Pendidik dengan kompetensi yang dimilikinya diharapakan menjadi
model dan teladan bagi anak didiknya dalam mewujudkan prilaku yang baik, cara padang,
pola pikir dan mengontrol emosi diri. Hal yang perlu dilakukan pendidik untuk
menangkal dampak negative dari gawai dianatarnya :

Pertama, pendidik mengjarkan dan membimbing siswa untuk menanamkan norma


dalam menggunakan gawai. Pendidik membimbing muridnya untuk selalu berpirlaku
baik saat menggunakan media sosial. Pendidik juga mengajarkan Etika dalam kehidupan
sehari hari untuk bisa digunakan saat menggunakan media sosial. Karena dizaman
sekarang tidak hanya saja lisan akan tetapi ketikan juga akan bisa membuat orang sakit
hati jika kita membuat suatu unggahan yang tidak baik. Diharapkan pendidik dapat bisa
membimbing anak didiknya untuk menjadi anak yang berkarakter baik di dunia nyata
ataupun di dunia maya melalui gawai.

Kedua pendidik sebagai teladan saat menggunakan gawai. pendidik adalah sosok
yang digugu dan ditriu oleh muridnya. Hendaknya tidak hanya anak yang berprilaku baik
dalam menggunakan gawai akan tetapi pendidik juga harus menrapkan norma norma
dalam menggunakan gawai tersebut untuk dirinya sendiri. Selain itu, pendidik juga
memberikan contoh jika sedang mengajar alangkah baiknya tidak bermain handphone
kecuali ada hal yang mendesak. Hal tersebut bertujuan supaya siswa tidak mengikuti apa
yang dilakukan jika itu salah. Dalam mendidik sebelum kita menasihati alangkah lebih
baiknya jika kita telah melaksanakan hal tersebut, supaya mereka tidak menganggap kita
sebagai pendidik hanya bisa bicara saja tidak bisa melakukan. Ketiga, pendidik
memberikan contoh yang baik dalam menggunakan media sosial.

Keempat menumbuhkan rasa semangat kepada anak untuk gemar membaca buku.
Kegiatan gemar membaca buku harus ditanamkan pada siswa hal ini bertujuan untuk bisa
memberikan wawasan luas dari buku yang tidak bisa kita dapat dari media sosial atau
gawai. Meskipun gawai adalah suatu hal yang bisa memberikan semua hal pengetahuan
yang kita cari melalui mesin penelusuran akan tetapi feel membaca buku dan gawai itu
sangat berbeda. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mwnjga kondisi kesehatan mata
anak untuk tidak selalu terpapar radiasi yang sangat berbahaya untuk kesehatan.

Kelima, pendidik membuat pembelajaran offline secara asik dan menarik untuk
anak secara kelompok untuk menumbuhkan rasa kelekluargaan antar teman melalui
games menarik, sehingga anak tidak terlalu kecanduan games online.

Keenam. Membangun kerja sama dengan orang tua. Selain pendidik menanamkan
nilai-nilai norma dalam memanfaatkan gawai kepada siswa millenial, pendidik juga membangun
kerjasama dengan orang tua peserta didik dan 171 masyarakat dalam menangani perilaku
menyimpang di kalangan siswa millenial. Sebagaimana ketahui bersama bahwa kanakalan siswa
di era millenial merupakan penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai moral, sosial dan agama. Semua prilaku yang menyimpang dari siswa tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif dalam membentukkan citra dirinya. Untuk itu, pendidik perlu
membangun hubungan dengan orang tua peserta didik/keluarga. Hubungan kerja sama
dibangun dalam bentuk saling menginformasikan kondisi atau keberadaan peserta didik/anak
tentang kehidupan dan sifat-sifatnya, baik dari pendidik kepada orang tua maupun sebaliknya
dari orang tua kepada pendidik. Dengan begitu, pendidik dapat mengetahui keadaan alam
sekitar tempat peserta didiknya tinggal, demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan-
kesulitan yang dihadapi anaknya di sekolah (Purwanto, 2009, p. 127 dalam tafonao; 2019 ).
Ketujuh, membangun kerja sama dengan masyarakat. Menurut Tafonao (2019),
Selain pendidik membangun kerjasama dengan orang tua, pendidik juga membangun kerjasama
dengan masyarakat. Kenakalan remaja di era millenial menjadi tantangan baru dan virus di
tengah-tengah masyarakat saat ini. Jika dilihat dari segi peran pendidikan saat ini, pendidikan
masih belum maksimal dalam membentuk setiap siswa yang berkarakter. Akibat dari kurangnya
perhatian pada pendidikan karakter saat ini, maka tidak sedikit siswa yang terlibat dalam
perkelahian, pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan perampasan hak milik orang (begal).
Sebenarnya yang menangani masalah ini adalah pendidikan agama. Pendidikan agama sangat
menempati posisi yang sangat strategis dalam melakukan pembinaan terhadap generasi
millenial yang berkarakter, karena pendidikan agama dapat menjadi sarana dalam mendidik
keimanan, ketakwaan yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari.

Gawai adalah hasil karya teknologi yang sanagt berkembang pesat di era milenial
ini. Berbagai manfaat dari gawai yang bisa terhubung dengan mudah dan murah ke
internet bisa memudahkan hamper semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah
pendidikan. Pendidikan terasa semakin mudah diakses, bisa belajardimanapun kita mau
hanya menggunakan gawai. Akan tetapi, jika gawai tidak digunakan sesuai dengan etika,
aturan dan norma hal tersebut akan memunculkan dampak negative untuk karakteristik,
pola pikir, serta tingkah laku anak. Hal tersebut menjadi tugas utama kita sebagi guru,
orang tua dan masyarakat untuk membina anak bagaimana bisa menjadi pribadi yang baik
berdampingan dengan perkembangan teknologi yang memudahkan setiap aspek
kehidupan kita.

Anda mungkin juga menyukai