SEMINAR PROPOSAL
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Elvio Yustiasandhi I73217027
1
BAB I
Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai teknologi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Seiring
dan pesat. Tiap-tiap era memiliki teknologi yang beragam. Seperti era 1.0 era 2.0 era 3.0
dan 4.0 saat ini yang semua serba canggih. Era 1.0 yang ditandai dengan penemuan mesin
uap yang digunakan untuk proses produksi. Era 2.0 mulai tergantikan dengan tenaga
listrik. Era 3.0 ditandai dengan mesin yang bergerak seperti robot seperti komputer dan
robot. Era 4.0 yang saat ini ramai diperbincangkan. Menggabungkan teknologi
otomatisasi dengan teknologi siber. Menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung
dengan berbagai bidang kehidupan manusia1. Era ini dikeal sangat canggih dan teknologi
Apapun itu sudah modern. Yang diciptakan guna mempermudah manusia dalam
kehidupannya. Yang semula bersifat konvensional beralih ke modern. Seperti ojek yang
dahulu ada di pangkalan saja sekarang dengan menggunakan teknologi kita dapat
Teknologi itu bernama handphone. Yang saat ini jarang sekali yang tidak
memiliki. Dahulu handphone disebut dengan telephone yang hanya digunakan untuk
berbicara antar manusia hanya dengan mendengarkan suara tanpa bertatap muka. Hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu bahkan kita yang tergolong menengah kebawah
yang saat itu tidak dapat dibawa kemana-mana hanya di satu tempat karena terhubung
1
https://m.wartaekonomi.co.id/berita226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-hingga-40, (diakses pada 25
Februari 2020, pukul 20:00)
2
dengan kabel. Kini sudah berbeda. Adanya perkembangan zaman yang sangat pesat ini
telephone berubah menjadi handphone. Tanpa kabel yang membuat ribet. Dapat dibawa
kemana-mana, sangat praktis. Tidak hanya itu saat ini handphone tidak hanya untuk
mendengarkan suara manusia saja bahkan saling bertatap muka kita dapat mengerti apa
yang sedang dilakukan lawan bicara kita ketika sedang berkomunikasi misalnya.
Setiap individu baik tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, memiliki
handphone. Handphone dilengkapi dengan bebagai layanan yang tersedia dengan adanya
internet saat ini semua orang dapat dengan cepat menerima dan mencari informasi
apapun. Bahkan ke luar negeri pun. Tanpa kesana kita tahu akan hal yang terjadi. Selain
semua aktivitas dilakukan menggunakan gadget. Sampai-sampai kita seperti tidak dapat
hidup tanpa gadget. Semakin banyaknya teknologi yang bersaing menyebabkan harga
gadget semakin terjangkau. Yang dulu Gadget adalah sesuatu yang elit, akan tetapi
sekarang sudah tidak lagi. Dahulu orang yang mampu membeli Gadget hanyalah orang
golongan menegah keatas, akan tetapi pada kenyataannya sekarang orang tua
Pada tahun 2018 pengguna aktif smartphone sekitar 177, 9 juta jiwa. Dan
sekarang terlahir di era teknologi digital, seperti smartphone dan sejenisnya hingga sudah
menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak-anak diseluruh dunia mempunyai gadget
sebelum usia mereka genap 8 tahun. Satu dari tiga anak mulai menggunakan smartphone
3
ketika berumur 3 tahun dan satu dari sepuluh anak menikmati gadget dalam usia lebih
dari 2 tahun.2
Perlu diketahui bahwa periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah
usia 1-5 tahun di sebut The Golden Age. Pada masa ini seluruh aspek perkembangan
luar biasa sehingga yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya
sampai dewasa.3 Ketika anak berada di masa The Golden Age tersebut, mereka menjadi
peniru yang handal, mereka lebih pintar dari yang kita pikir, lebih cerdas dari yang kita
lihat, sehingga jangan kita anggap remeh. Jika anak sudah diberi gadget sebagai mainan,
maka itu akan berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasannya. Bukan hanya efek
bahasa, yang lebih mengkhawatirkan adalah gangguan pada perkembangan emosi anak.
Mereka akan menjadi pribadi yang tidak sabar dan cepat marah serta sulit mengendailkan
elektronik dan gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. Dalam
sebuah penelitian dikatakan bahwasannya terdapat sebuah kasus terjadi dimana seorang
anak cenderung pada iPad. Anak tersebut harus merengek ketika gadget kesayangan itu
tidak berada dalam genggaman tangannya. Anak ini dapat dikatakan telah mengalami
ketergantungan terhadap salah satu terobosan terbaru pada era globalisasi ini. Pada saat
makan, saat belajar, saat bermain, bahkan saat tidur tidak dapat lepas dari gadgetnya.
Orang tua tidak dapat melakukan banyak hal selain menuruti keinginan anak tersebut.
Pada hakikatnya, anak-anak belum saatnya mengenal gadget, mereka masih memerlukan
2
Murdaningsih, D., & Faqih, M. (2014). Survei : Jutaan Anak Usia SD Kecanduan Gadget, sumber :
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/14/01/17/mzjj2x-survei-jutaan-anak-usia-sd-kecanduan-
gadget
3
Yahya, Yudrik, 2000, Psikologi Perkembangan, Jakarta:PT Kharisma Putra Utama
4
interaksi yang lebih luas dengan crayon, buku gambar, teman-teman bermain, dan lain
sebagainya.
terhadap anak-anak. Dari segi psikologis, masa kanak-kanak adalah masa keemasan
dimana anak-anak belajar mengetahui apa yang belum diketahuinya. Jika masa kanak-
kanak sudah mencandu dan terkena dampak oleh gadget, maka perkembangan anakpun
akan terhambat, karena pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh kuat terhadap
perkembangan berikutnya. Selain itu, tanpa disadari anak sering menerapkan “What You
See is What You Get”. Makna ini memiliki makna apa yang dilihat oleh anak adalah
sebuah pelajaran, apabila tanpa bimbingan terarah dan terpadu dari orang tua dan
keluarga, perkembangan anak akan mengarah pada sisi negatif. Oleh karena itu, orang tua
dituntut lebih kreatif dalam mendidik anak, menyediakan sarana bermain, belajar dan
media lainnya yang lebih sehat dan sesuai dengan masa tumbuh kembang anak mereka,
terutama di masa emas anak usia dini, sebab peran orang tua sangat penting dalam
Pada lingkup keluarga saat ini cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak? Ketika
anak menangis terkadang orang tua tidak segera menggendongnya namun gadget yang
diberikan untuk menenangkan anaknya. Mereka tidak sadar bahwa akan mengakibatkan
efek ketergantungan yang tinggi. Dan itu sangat berisiko. Mungkin beberapa beranggapan
bahwa ketika memberikan gadget untuk mendiamkan anak juga dapat melatih otak anak
seperti dapat bermain game di gadget tersebut. Namun tidak ada salahnya untuk
mengenalkan budaya tradisional. Jadi anak nantinya tidak terpaku dengan teknologi.
4
Iis, Hendra, Edy, 2014, Pengaruh penggunaan gadget terhadap daya kembang anak (Prosiding Seminar
Nasional Multidisiplin Ilmu), Jakarta:Universitas Budi Luhur
5
Karena keluarga secara harfiah memiliki fungsi dan tanggungjawab masing-masing pada
mendiamkan anak juga agar dapat bermain games yang dapat melatih problem solving
anak. Sebaiknya Problem solving tidak dari hal tersebut karena kreatifitas anak akan
terpaku pada teknologi dikemudian hari. Problem solving dapat diajarkan dengan bahasa,
sentuhan, dan sikap orang tua tanamkan kepada mereka dan tidak hanya sekali atau dua
kali tetapi berulang kali agar terbiasa untuk menangani hal-hal yang datang dari luar.6
bernama Kampung Lali Gadget. Dalam bahasa indonesia yaitu Kampung Lupa Gadget.
Bermula dari kecemasan dua pemuda Sidoarjo mengenai anak-anak yang kian asyik
memainkan gadgetnya. Di kampung Lali Gadget itu terdapat aktivitas yang banyak sekali.
Tidak hanya itu Kampung Lali Gadget juga dibantu dengan anggota karang taruna serta
menggandeng yuk muslimas Sidoarjo, Darjo Club, Perpustakaan Umum Sidoarjo serta
Terdapat banyak sekali yang mengikuti program tersebut. “Asik banget, lebih asik
daripada main gadget (HP),” ucap Azizah siswi kelas IV sembari bermain mencari ikan
yang dimiliki oleh anak-anak saat ini. Namun disisi lain biasanya terdapat pro dan kontra
di dalam hal ini khususnya di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo. Ada yang setuju
dan tidak setuju. Hal ini lah yang menjadikan peneliti terdorong untuk mengambil judul:
5
Lestari, 2015, Pengaruh Gadget pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga, jurnal.unpad, Vol 2, No 2.
6
Yahya, Yudrik, 2000, Psikologi Perkembangan, Jakarta:PT Kharisma Putra Utama
6
“TINDAKAN PREVENTIF MASYARAKAT SIDOARJO DALAM
FENOMENA ANAK KECANDUAN GADGET (Studi di Kampung Lali Gadget
Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa alasan mendasar pemuda Sidoarjo membuat Kampung Lali Gadget di Desa
Gadget ini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan oleh pemuda Sidoarjo membuat Kampung Lali Gadget
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis/Akademis
b. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan bacaan atau referensi bagi semua pihak
fenomena gadget.
7
2. Kegunaan Praktis
E. Defini Konseptual
Defini Konseptual merupakan penjelasan dalam setiap kata pada judul penelitian
guna membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Konsep yang dipilih peneliti haruslah
Fenomena Anak Kecanduan Gadget (studi kasus : Kampung Lali Gadget desa
1. Tindakan
perbuatan7. Tindakan memiliki tiga arti. Tindakan berasal dari kata tindak. Tindakan
adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. Dalam penelitian ini,
kata tindakan digunakan untuk menggambarkan langkah yang diambil guna diteliti.
Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kata tindakan dengan maksud untuk
Sidoarjo.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/tindak, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:03)
8
2. Preventif
Menurut Oktavia, 2013) upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi
berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi
ataupun mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas preventif
gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang. Dengan demikian upaya preventif
adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan
karena sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak atau merugikan.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang dalam sebuah sistem semi tertutup atatu
semi terbuka yang sebagian besar interaksinya adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut8. Pada penelitian ini, masyarakat difokuskan kepada
ini.
4. Anak
Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau yang belum
mengalami pubertas9. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah generasi
kedua atau keturunan pertama. Dalam penelitian ini, anak diartikan subjek yang pas
untuk diteliti karena sifat mereka yang masih sangat labil gampang untuk teracuni
pemikirannya.
5. Kecanduan
8
Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat, (diakses pada 25 februari 2020, pukul 21:32)
9
Wikipedia, ensiklopedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 22:32)
9
Kecanduan yakni saat tubuh atau pikiran dengan buruknya menginginkan atau
memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik10. Seperti dewasa ini teknologi yang
semakin berkembang pesat tidak jarang yang menggunakan teknologi canggih seperti
bahkan anak akan kecanduan. Pada penelitian ini, kecanduan difokuskan kepada
6. Gadget
Menurut Gary B, Thomas J & Misty E Smartphone (gadget) adalah telepon yang bisa
(PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamata, kalkulator. Adapun
audio player, digital camera, camcorder, Global Positioning System (GPS) receiver
F. Sistematika Pembahasan
1. BAB I (PENDAHULUAN): Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang
yang terjadi di suatu wilayah serta paparan mengenai tindakan preventif guna
bersikan kegelisahan yang perlu diteliti. Serta tujuan penelitian dan manfaat penelitian
digunakan untuk memberikan keterangan secara singkat tentang judul yang diambil
10
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecanduan, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:07)
11
Nurlaelah Syarif, Pengaruh Perilaku Pengguna Smartphone Terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa SMK
IT Airlangga Samarinda, (eJournal Ilmu Komunikasi Univ. Mulawarman, 2015)h. 219
10
oleh peneliti, dan sistematika pembahasan membahas bagaimana alur sistematis
sebuah penelitian.
pustaka, dan kerangka teori yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian
ini.
metode penelitian seperti, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan
BAB II
Kajian Teoretik
A. Penelitian Terdahulu
11
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini.
Tinjauan pustaka menguraikan tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik
tertentu secara lebih mendalam agar proses dan hasil penelitian yang dilakukan benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, untuk menghindari duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti
sebelumnya.
Bahan penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Vella Hestiana (Jurusan
yang berjudul “Upaya Guru Dalam Penanganan Gadget Pada Siswa Di SDN Meruya
Utara 04 Petang Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian tersebut membahas tentang faktor penyebab murid kecanduan gadget yang
dialami oleh siswa SDN Meruya Utara. Persamaan penelitian yang dilakukan doleh Vella
Hestiana yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang anak atau
siswa. Namun, ada perbedaan diantara keduanya, penelitian yang dilakukan oleh Vella
difokuskan kepada guru, sedangkan peneliti berfokus pada masyarakat sekitar. Selain itu
Bahan peneliti yang kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Laela
12
perbedannya yaitu subyek yang diteliti Nur Laela lebih berfokus kepada remaja,
Bahan peneliti yang ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Agung
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) yang berjudul “Pengaruh Gadget terhadap anak
dalam Interaksi Keluarga Muslim Perumahan Winong Kota Gede Yogyakarta”. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Gadget terhadap interaksi anak di Perumahan
B. Kajian Pustaka
1. Tindakan Preventif
Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya
maupun kelompok guna dapat melindungi diri dari hal buruk yang mungkin terjadi.
yang tak dinginkan. Juga mengurangi dampak dari suatu peristiwa yang sudah atau
telah terjadi12. Upaya pencegahan biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki peran
cukup besar serta kesadaran yang tinggi. Dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Tidak serta merta melakukan pencegahan tetapi juga diikuti dengan
juga dapat patuh terhadap aturan-aturan, dan mengurangi dampak buruk yang tidak
diinginkan.
12
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/09/pengertian-preventif.html, (diakses pada 25 Februari 2020
pukul 23:47)
13
a. Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku yang
tidak tersedia
lingkungan sekolah
e. Koleksi dari penelitian yang memiliki kualitas yang baik menjadi bukti dalam
keefektivitasan dokumen
2. Kecanduan Gadget
Kecanduan atau ketagihan pada gadget dilihat bukan dari seberapa banyak ia
melihat atau mengecek gadget namun bagaimana aktivitasnya dengan gadget itu
awalnya untuk bekerja, mengurus keluarga. Dapat dibilang seperti tidak bisa hidup
14
c. Menghidupkan tali persaudaraan diantara mereka yang berkirim pesan dan
pemakainya.
tidak hanya pada kesehatan saja, melainkan juga pada ekonomi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Christiany Judhita dengan sedikit penyesuaian, durasi
dalam sehari.
sehari
dalam sehari.
yang memiliki koneksi internet. Selain itu memiliki aplikasi multimedia yang dapat
digunakan untuk mengirim pesan gambar. Ipad merupakan Gadget yang memiliki
ukuran lebih besar. Alat ini serupa dengan komputer tablet yang memiliki fungsi-
fungsi tambahan yang ada pada sistem operasi. Handphone merupakan sebuah alat
atau perangkat komunikasi elektronik tanpa kabel. Sehingga alat ini dapat dibawa
Christiany Judhita, Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku Remaja di Kota
13
15
kemana-mana dan memiliki kemampuan dasar yang sama halnya dengan telepon
semakin beragam mulai dari aspek kesehatan sampai sosial. Meurut Derry
2. Kesehatan terganggu
minus.
3. Gangguan tidur
Anak yang bermain Gadget tanpa pengawasan orang tua dapat terganggu
jam tidurnya. Ketika anak sudah berada di kamarnya, terkadang orang tua
berpikir anak sudah tidur padahal masih bermain dengan gadget ny.
4. Suka menyendiri
14
Derry Iswidharmanjaya, Bila Si Kecil Bermain Gadget, (Yogyakarta: Bisakimia, 2014), hlm 16
16
Anak yang senang bermain gadgetnya akan merasa bahwa itu adalah
secara perlahan akan semakin berkurang. Hal seperti ini jika dibiarkan
lingkungan sekitar.
5. Ancaman cyberbullying
dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet atau
C. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori tindakan sosial. Dalam melihat
konflik tradisional antara kaum obyektivitas dan subyektivis, analisa obyektif mengenai
arti subyektif mungkin kelihatannya merupakan suatu kontradiksi dalam istilah-istilah itu
17
sendiri. Cara untuk melihat perbedaan antara obyektif dan subyektif adalah dalam
Istilah tindakan sosial adalah suatu tindakan yang memiliki makna yaitu ketika
individu yang berinteraksi dengan individu lain dan hasilnya individu tersebut
mempengaruhi perilaku individu lainnya.15 Karena pada realitanya menurut Max Weber
pemikiran manusia atau individu masing-masing memiliki bentuk metode yang berbeda-
pemahaman tentang watak dan kemampuan aktor sosial secara individual melalui sebuah
tipologi tentang berbagai cara dimana individu yang bersangkutan bisa bertindak di
lingkungan eksternalnya. Sehingga Weber membedakan empat tipe tindakan sosial yang
berbeda-beda dimana seorang aktor bisa terlihat, berikut empat tindakan menurut Max
Weber.17
emosional si aktor.
15
Ted Bento dan Ian Craib, Filsafat Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Ledalero, 2009), hlm 122
16
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik Dari Comte Hingga Parsons, (Bandung: Rosdakarya, 2006)
17
Bryan S. Turner, Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm 117
18
4. Tindakan tradisional yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah
Tipe-tipe tersebut memberitahu kita sesuatu tentang sifat aktor itu sendiri karena
tindakan.
Objek sesungguhnya dari sosiologi dan ilmu sosial pada umumnya adalah
tindakan yang bermakna, yang rasional, tindakan sosial, tindakan yang diberi makna oleh
pelaku, yang dialamatkan kepada orang lain, dengan maksud merealisasi tujuan-tujuan
praktis di dunia ini. Inilah yang dimaksud rasionalitas instrumental, karena disana
tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu, alat dan
rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai
yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan
Maka dari itu peneliti memakai teori ini karena dirasa berkesinambungan. Dalam
tindakan preventif masyarakat dalam fenomena kecanduan gadget didasari dengan sebuah
tujuan. Serta pertimbangan yang matang. Masyarakat sadar akan dampak ketika anak
18
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern(Jakarta : PT Gramedia Pustaka,1986), 214
19
sering memainkan gadget. Dan segera memikirkan upaya bagaimana agar anak tidak
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan
20
Pendekatan penelitian deskriptif, sering kali juga disebut dengan penelitian survei,
dipilih jika peneliti bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau
akumulasi data dasar dalam cara deskriptif, tidak mencari atau menerangkan saling
hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.
Penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam pendekatan penelitian ini adalah penelitian
Karena penelitian kualitatif bersifat luwes, dapat dikembangkan lebih luas atau
kemampuan peneliti untuk mengamati dan berinteraksi dengan informan atau subyek
penelitian.20
yang alamiah dalam periode waktu cukup lama, melakukan observasi dan wawancara.
mana subyek sasaran penelitian terdapat di sana, sehingga mempermudah peneliti dalam
melakukan penelitian. Waktu penelitian ini kurang lebih selama dua bulan terhitung dari
bulan Februari 2020. Sehingga data yang diperoleh lebih beragam dan valid.
19
Lilik Aslichati, H.I. Bambang Prasety, Prasetyo Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Banten: Universitas
Terbuka, 2014), hal. 14
20
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif {Bandung: PT. Rosda Karya, 2008),hal. 31-37
21
Ibid, 20
21
Suharsimi A, menyebutkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang
kedudukannya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang
diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan
informan yang diwawancarai, sumber data tertulis dan foto. Subyek sasaran penelitian ini
adalah para anak-anak, pemuda penggagas di daerah yang telah disebutkan di lokasi
D. Tahap-Tahap Penelitian
Proses yang dilakukan adalah peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang
akan dijadikan obyek penelitian, kemudian membuat matrik usulan judul penelitian
mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, judul penelitian, kemudian
lapangan atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih bertempat di Desa
Pagerngumbuk, Wonoayu, Kota Sidoarjo, Jawa Timur yang mana wilayah tersebut
adalah lokasi para anak-anak dan pemuda penggagas yang ikut terlibat dalam
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rhinneka Cipta,
2006), hal. 124.
22
program tersebut dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
c) Mengurus perizinan
Setelah membuat usulan judul penelitian dalam bentuk matrik peneliti mengajukan
matrik tersebut kepada ketua prodi untuk disetujui untuk diteruskan kepada dekan
untuk memperoleh izin penelitian setelah mendapatkan surat izin penelitian maka
keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya apakah ada kesesuaian dengan
masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti mulai berkoordinasi
e) Memilih Informan
Informan adalah orang yang terlibat dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti
melakukan pemilihan terhadap informan yang akan memberikan data atau informasi
mengenai permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini peneliti mencari informan
yang mengetahui atau ikut terlibat dalam program tersebut. Informan tersebut
diantaranya adalah anak-anak, pemuda penggagas serta orang tua yang bertempat
Dalam hal ini, yakni upaya atau proses pengumpulan data atau informasi dan obyek
yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku, kamera, alat tulis dan
lain sebagainya yang mana dapat menunjang dalam proses penelitian ini.
23
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pengumpulan data, dalam tahap ini peneliti memegang peranan sangat
penting karena pada penelitian ini peran aktif dan juga kemampuan peneliti dalam
Setelah peneliti mengumpulkan data, dalam tahap ini peneliti akan menganalisa dan
Gadget”.Maka peneliti mulai pada tahap penulisan laporan. Dalam penulisan laporan
penelitian, peneliti akan mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi yang telah
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data yang
diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang
sebenarnya dari kondisi Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak
1. Pengamatan (Observasi)
24
2. Wawancara
Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan
masalah subyek. Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak
yang terkait dalam Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data. 23
Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Kumpulan
data bentuk tulisan ini di sebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, foto,
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian,
yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian.
gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.
1. Reduksi data, dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis,
sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan
dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Penyajian data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian
tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah
kebenarannya dengan cara memperolah data itu dari sumber data lain, misalnya dari
pihek kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
23
Irwan Suhartono, Metodolog Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 70
25
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
kualitatif untuk memperoleh kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti
1. Perpanjang keikutsertaan
Dalam teknik ini digunakan dengan jalan peneliti menambah waktu studi penelitian
walaupun waktu penelitian formal sudah habis, karena menurut peneliti untuk kembali
terjun ke lokasi penelitian itu sendiri memerlukan waktu yang lumayan lama. Disini
dengan tujuan agar data lebih valid dan untuk mengantisipasi kesalahan dari peneliti
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan peneliti dalam penelitian ini adalah mengamati latar belakang dan Tindakan
Sidoarjo.
3. Triangulasi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan adanya trianggulasi ini tidak sekedar
menilai kebenaran data, akan tetapi juga dapat untuk menyelidiki validitas tafsiran
penulis mengenai data tersebut, maka dengan data yang ada akan memberikan sifat
yang reflektif dan pada akhirnya dengan trianggulasi ini akan memberikan
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi “Mixed Method” (Bandung: alfabeta, 2011), hal. 330
26
Tujuan akhir trianggulasi ini adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama
yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data.
Cara ini juga dapat mencegah dari anggapan maupun bahaya subyektifitas.
DAFTAR PUSTAKA
https://m.wartaekonomi.co.id/berita226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-hingga-40
Murdaningsih & Faqih. 2014. Jutaan Anak Usia SD Kecanduan Gadget, sumber:
https://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/14/01/17/mzjj2x-survei-jutaan-anak-usia-
sd-kecanduan-gadget
27
Iis, dkk. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Daya Kembang Anak. Jakarta:
Lestari. 2015. Pengaruh Gadget pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga. Jurnal Unpad, Vol 2,
No 2
Mulawarman
Judhita, Christiany. Hubungan Pengguna Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku
Bent, Ted & Craib, Ian. 2009. Filsafat Ilmu Sosial. Yogyakarta:Ledalero
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik dari Comte Hingga Parsons. Bandung: Rosdakarya
Turner, Bryan S. 2012. Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Aslichati, Lilik, H.I. Bambang Prasetyo, Prasetyo Irawan. 2014. Metode Penelitian Sosial.
Moloeng, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya.
28
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rhinneka Cipta.
29