Anda di halaman 1dari 29

TINDAKAN PREVENTIF MASYARAKAT SIDOARJO DALAM FENOMENA

ANAK KECANDUAN GADGET

(Studi di Kampung Lali Gadget di Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo)

SEMINAR PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

“Seminar Masalah-Masalah Sosial”

Dosen Pembimbing:

Dr. Iva Yulianti Umdatul Izzah, M.Si

Disusun Oleh:
Elvio Yustiasandhi I73217027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAR ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020

1
BAB I
Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai teknologi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Seiring

berkembangnya waktu teknologi juga mengikutinya. Berkembang dengan begitu cepat

dan pesat. Tiap-tiap era memiliki teknologi yang beragam. Seperti era 1.0 era 2.0 era 3.0

dan 4.0 saat ini yang semua serba canggih. Era 1.0 yang ditandai dengan penemuan mesin

uap yang digunakan untuk proses produksi. Era 2.0 mulai tergantikan dengan tenaga

listrik. Era 3.0 ditandai dengan mesin yang bergerak seperti robot seperti komputer dan

robot. Era 4.0 yang saat ini ramai diperbincangkan. Menggabungkan teknologi

otomatisasi dengan teknologi siber. Menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung

dengan berbagai bidang kehidupan manusia1. Era ini dikeal sangat canggih dan teknologi

yang digunakan sangat praktis.

Apapun itu sudah modern. Yang diciptakan guna mempermudah manusia dalam

kehidupannya. Yang semula bersifat konvensional beralih ke modern. Seperti ojek yang

dahulu ada di pangkalan saja sekarang dengan menggunakan teknologi kita dapat

memanggil tukang ojek tersebut.

Teknologi itu bernama handphone. Yang saat ini jarang sekali yang tidak

memiliki. Dahulu handphone disebut dengan telephone yang hanya digunakan untuk

berbicara antar manusia hanya dengan mendengarkan suara tanpa bertatap muka. Hanya

dimiliki oleh orang-orang tertentu bahkan kita yang tergolong menengah kebawah

menggunakan telephone dilakukan di wartel dengan membayar uang koin. Telephone

yang saat itu tidak dapat dibawa kemana-mana hanya di satu tempat karena terhubung
1
https://m.wartaekonomi.co.id/berita226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-hingga-40, (diakses pada 25
Februari 2020, pukul 20:00)

2
dengan kabel. Kini sudah berbeda. Adanya perkembangan zaman yang sangat pesat ini

telephone berubah menjadi handphone. Tanpa kabel yang membuat ribet. Dapat dibawa

kemana-mana, sangat praktis. Tidak hanya itu saat ini handphone tidak hanya untuk

mendengarkan suara manusia saja bahkan saling bertatap muka kita dapat mengerti apa

yang sedang dilakukan lawan bicara kita ketika sedang berkomunikasi misalnya.

Setiap individu baik tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, memiliki

handphone. Handphone dilengkapi dengan bebagai layanan yang tersedia dengan adanya

internet saat ini semua orang dapat dengan cepat menerima dan mencari informasi

apapun. Bahkan ke luar negeri pun. Tanpa kesana kita tahu akan hal yang terjadi. Selain

itu pekerjaan sekarangpun menggunakan handphone. Kita bisa simpulkan bahwasannya

semua aktivitas dilakukan menggunakan gadget. Sampai-sampai kita seperti tidak dapat

hidup tanpa gadget. Semakin banyaknya teknologi yang bersaing menyebabkan harga

gadget semakin terjangkau. Yang dulu Gadget adalah sesuatu yang elit, akan tetapi

sekarang sudah tidak lagi. Dahulu orang yang mampu membeli Gadget hanyalah orang

golongan menegah keatas, akan tetapi pada kenyataannya sekarang orang tua

berpenghasilan pas-pasan saja mampu membeli Gadget untuk anaknya.

Pada tahun 2018 pengguna aktif smartphone sekitar 177, 9 juta jiwa. Dan

penyumbang terbesar berasal dari kategori anak-anak dan remaja.anak-anak zaman

sekarang terlahir di era teknologi digital, seperti smartphone dan sejenisnya hingga sudah

menjadi kawan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan uswitch.com

menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak-anak diseluruh dunia mempunyai gadget

sebelum usia mereka genap 8 tahun. Satu dari tiga anak mulai menggunakan smartphone

3
ketika berumur 3 tahun dan satu dari sepuluh anak menikmati gadget dalam usia lebih

dari 2 tahun.2

Perlu diketahui bahwa periode perkembangan anak yang sangat sensitif adalah

usia 1-5 tahun di sebut The Golden Age. Pada masa ini seluruh aspek perkembangan

kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, emosi, spiritual mengalami perkembangan yang

luar biasa sehingga yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya

sampai dewasa.3 Ketika anak berada di masa The Golden Age tersebut, mereka menjadi

peniru yang handal, mereka lebih pintar dari yang kita pikir, lebih cerdas dari yang kita

lihat, sehingga jangan kita anggap remeh. Jika anak sudah diberi gadget sebagai mainan,

maka itu akan berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasannya. Bukan hanya efek

bahasa, yang lebih mengkhawatirkan adalah gangguan pada perkembangan emosi anak.

Mereka akan menjadi pribadi yang tidak sabar dan cepat marah serta sulit mengendailkan

emosi, bahkan tidak dapat mengatur emosinya.

Anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif, dimana banyak produk-produk

elektronik dan gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. Dalam

sebuah penelitian dikatakan bahwasannya terdapat sebuah kasus terjadi dimana seorang

anak cenderung pada iPad. Anak tersebut harus merengek ketika gadget kesayangan itu

tidak berada dalam genggaman tangannya. Anak ini dapat dikatakan telah mengalami

ketergantungan terhadap salah satu terobosan terbaru pada era globalisasi ini. Pada saat

makan, saat belajar, saat bermain, bahkan saat tidur tidak dapat lepas dari gadgetnya.

Orang tua tidak dapat melakukan banyak hal selain menuruti keinginan anak tersebut.

Pada hakikatnya, anak-anak belum saatnya mengenal gadget, mereka masih memerlukan

2
Murdaningsih, D., & Faqih, M. (2014). Survei : Jutaan Anak Usia SD Kecanduan Gadget, sumber :
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/14/01/17/mzjj2x-survei-jutaan-anak-usia-sd-kecanduan-
gadget
3
Yahya, Yudrik, 2000, Psikologi Perkembangan, Jakarta:PT Kharisma Putra Utama

4
interaksi yang lebih luas dengan crayon, buku gambar, teman-teman bermain, dan lain

sebagainya.

Gadget memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia, demikian pula

terhadap anak-anak. Dari segi psikologis, masa kanak-kanak adalah masa keemasan

dimana anak-anak belajar mengetahui apa yang belum diketahuinya. Jika masa kanak-

kanak sudah mencandu dan terkena dampak oleh gadget, maka perkembangan anakpun

akan terhambat, karena pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh kuat terhadap

perkembangan berikutnya. Selain itu, tanpa disadari anak sering menerapkan “What You

See is What You Get”. Makna ini memiliki makna apa yang dilihat oleh anak adalah

sebuah pelajaran, apabila tanpa bimbingan terarah dan terpadu dari orang tua dan

keluarga, perkembangan anak akan mengarah pada sisi negatif. Oleh karena itu, orang tua

dituntut lebih kreatif dalam mendidik anak, menyediakan sarana bermain, belajar dan

media lainnya yang lebih sehat dan sesuai dengan masa tumbuh kembang anak mereka,

terutama di masa emas anak usia dini, sebab peran orang tua sangat penting dalam

perkembangan teknologi terhadap anak.4

Pada lingkup keluarga saat ini cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak? Ketika

anak menangis terkadang orang tua tidak segera menggendongnya namun gadget yang

diberikan untuk menenangkan anaknya. Mereka tidak sadar bahwa akan mengakibatkan

efek ketergantungan yang tinggi. Dan itu sangat berisiko. Mungkin beberapa beranggapan

bahwa ketika memberikan gadget untuk mendiamkan anak juga dapat melatih otak anak

seperti dapat bermain game di gadget tersebut. Namun tidak ada salahnya untuk

memberikan permainan kecil-kecilan seperti mendongeng, permainan tradisional, ataupun

mengenalkan budaya tradisional. Jadi anak nantinya tidak terpaku dengan teknologi.

4
Iis, Hendra, Edy, 2014, Pengaruh penggunaan gadget terhadap daya kembang anak (Prosiding Seminar
Nasional Multidisiplin Ilmu), Jakarta:Universitas Budi Luhur

5
Karena keluarga secara harfiah memiliki fungsi dan tanggungjawab masing-masing pada

anggota keluarganyamenjadi terganggu akibat adanya penggunaan gadget yang berlebih.

Terlibah mengenai aspek interaksi sosial antar anggota maupun di lingkungannya.5

Mungkin ada yang beranggapan bahwa memberikan gadget selain untuk

mendiamkan anak juga agar dapat bermain games yang dapat melatih problem solving

anak. Sebaiknya Problem solving tidak dari hal tersebut karena kreatifitas anak akan

terpaku pada teknologi dikemudian hari. Problem solving dapat diajarkan dengan bahasa,

sentuhan, dan sikap orang tua tanamkan kepada mereka dan tidak hanya sekali atau dua

kali tetapi berulang kali agar terbiasa untuk menangani hal-hal yang datang dari luar.6

Seperti di desa Pagerngumbuk Wonoayu terdapat kampung yang unik sekali

bernama Kampung Lali Gadget. Dalam bahasa indonesia yaitu Kampung Lupa Gadget.

Bermula dari kecemasan dua pemuda Sidoarjo mengenai anak-anak yang kian asyik

memainkan gadgetnya. Di kampung Lali Gadget itu terdapat aktivitas yang banyak sekali.

Tidak hanya itu Kampung Lali Gadget juga dibantu dengan anggota karang taruna serta

menggandeng yuk muslimas Sidoarjo, Darjo Club, Perpustakaan Umum Sidoarjo serta

masih banyak lagi. Untuk menjadi fasilitator.

Terdapat banyak sekali yang mengikuti program tersebut. “Asik banget, lebih asik

daripada main gadget (HP),” ucap Azizah siswi kelas IV sembari bermain mencari ikan

lele didekat area bermain.

Melihat dari peristiwa ini bahwasannya gadget dapat mengurangi ketergantungan

yang dimiliki oleh anak-anak saat ini. Namun disisi lain biasanya terdapat pro dan kontra

di dalam hal ini khususnya di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo. Ada yang setuju

dan tidak setuju. Hal ini lah yang menjadikan peneliti terdorong untuk mengambil judul:
5
Lestari, 2015, Pengaruh Gadget pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga, jurnal.unpad, Vol 2, No 2.
6
Yahya, Yudrik, 2000, Psikologi Perkembangan, Jakarta:PT Kharisma Putra Utama

6
“TINDAKAN PREVENTIF MASYARAKAT SIDOARJO DALAM
FENOMENA ANAK KECANDUAN GADGET (Studi di Kampung Lali Gadget
Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa alasan mendasar pemuda Sidoarjo membuat Kampung Lali Gadget di Desa

Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo?

2. Sejauhmana partisipasi anak-anak dalam mengikuti program Kampung Lali

Gadget di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo?

3. Bagaimana upaya pemuda Sidoarjo untuk melanggengkan program Kampung Lali

Gadget ini ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan oleh pemuda Sidoarjo membuat Kampung Lali Gadget

di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo

2. Untuk mengetahui seberapa besar partisipasi anak-anak dalam mengikuti program

Kampung Lali Gadget di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo

3. Untuk mengetahui upaya pemuda desa dalam melanggengkan program Kampung

Lali Gadget di desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo

D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis/Akademis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang studi Sosiologi, terutama dalam

kajian tindakan sosial masyarakat.

b. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan bacaan atau referensi bagi semua pihak

yang membutuhkan pustaka mengenai tindakan sosial (preventif) pada

fenomena gadget.

7
2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi informasi mengenai

Kampung Lali Gadget.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk

mengedukasi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Sidoarjo tentang

fenomena kecanduan Gadget.

E. Defini Konseptual

Defini Konseptual merupakan penjelasan dalam setiap kata pada judul penelitian

guna membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Konsep yang dipilih peneliti haruslah

ditentukan batasan dan permasalahan tersebut sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran

dalam memahami konsep-konsep yang diajukan dalam penelitian.

Diperlukan adanya suatu kejelasan mengenai istilah-istilah yang bersangkutan

dengan penelitian yang berjudul “Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo dalam

Fenomena Anak Kecanduan Gadget (studi kasus : Kampung Lali Gadget desa

Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo”.

1. Tindakan

Tindakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah langkah,

perbuatan7. Tindakan memiliki tiga arti. Tindakan berasal dari kata tindak. Tindakan

adalah tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu. Dalam penelitian ini,

kata tindakan digunakan untuk menggambarkan langkah yang diambil guna diteliti.

Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kata tindakan dengan maksud untuk

menggambarkan langkah yang diambil para masyarakat Pagerngumbuk, Wonoayu,

Sidoarjo.

7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/tindak, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:03)

8
2. Preventif
Menurut Oktavia, 2013) upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu

dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi

berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi

ataupun mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas preventif

diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya

gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang. Dengan demikian upaya preventif

adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan

karena sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak atau merugikan.

3. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang dalam sebuah sistem semi tertutup atatu

semi terbuka yang sebagian besar interaksinya adalah antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut8. Pada penelitian ini, masyarakat difokuskan kepada

masyarakat Sidoarjo, yakni masyarakat yang berperan dalam pencegahan fenomena

ini.

4. Anak
Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau yang belum

mengalami pubertas9. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah generasi

kedua atau keturunan pertama. Dalam penelitian ini, anak diartikan subjek yang pas

untuk diteliti karena sifat mereka yang masih sangat labil gampang untuk teracuni

pemikirannya.

5. Kecanduan

8
Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat, (diakses pada 25 februari 2020, pukul 21:32)
9
Wikipedia, ensiklopedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 22:32)

9
Kecanduan yakni saat tubuh atau pikiran dengan buruknya menginginkan atau

memerlukan sesuatu agar bekerja dengan baik10. Seperti dewasa ini teknologi yang

semakin berkembang pesat tidak jarang yang menggunakan teknologi canggih seperti

handphone. Didukung dengan fitur-fitur didalamnya sangat berpotensi untuk orang

bahkan anak akan kecanduan. Pada penelitian ini, kecanduan difokuskan kepada

teknologi canggih saat ini.

6. Gadget
Menurut Gary B, Thomas J & Misty E Smartphone (gadget) adalah telepon yang bisa

di pakai internetan yang biasanya menyediakan fungsi Personal Digital Asistanst

(PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamata, kalkulator. Adapun

Schmidt mengemukakan bahwa istilah smartphone merupakan istilah yang digunakan

untuk mendeskripsikan mobile device yang menggabungkan fungsi cellphone, PDA,

audio player, digital camera, camcorder, Global Positioning System (GPS) receiver

dan Perconal Computer (PC).11

F. Sistematika Pembahasan
1. BAB I (PENDAHULUAN): Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang

masalah yang diteliti berupa permasalahan mengenai fenomena kecanduan Gadget

yang terjadi di suatu wilayah serta paparan mengenai tindakan preventif guna

mencegah atas permasalahan tersebut. Lalu menjelaskan rumusan masalah yang

bersikan kegelisahan yang perlu diteliti. Serta tujuan penelitian dan manfaat penelitian

menjelaskan manfaat akademik dan manfaat praktisnya. Definisi konseptual

digunakan untuk memberikan keterangan secara singkat tentang judul yang diambil

10
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecanduan, (diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:07)
11
Nurlaelah Syarif, Pengaruh Perilaku Pengguna Smartphone Terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa SMK
IT Airlangga Samarinda, (eJournal Ilmu Komunikasi Univ. Mulawarman, 2015)h. 219

10
oleh peneliti, dan sistematika pembahasan membahas bagaimana alur sistematis

sebuah penelitian.

2. BAB II (TEORI TINDAKAN SOSIAL – MAX WEBER): Dalam bab kajian

teoretik, penulis menyajikan beberapa hal mengenai penelitian terdahulu, kajian

pustaka, dan kerangka teori yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian

ini.

3. BAB III (METODE PENELITIAN): Peneliti memberikan gambaran mengenai

metode penelitian seperti, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan

subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB II
Kajian Teoretik

A. Penelitian Terdahulu

11
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai

perbandingan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini.

Tinjauan pustaka menguraikan tentang literatur yang relevan dengan bidang atau topik

tertentu secara lebih mendalam agar proses dan hasil penelitian yang dilakukan benar-

benar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, untuk menghindari duplikasi dan

pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti

sebelumnya.

Bahan penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Vella Hestiana (Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta)

yang berjudul “Upaya Guru Dalam Penanganan Gadget Pada Siswa Di SDN Meruya

Utara 04 Petang Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian tersebut membahas tentang faktor penyebab murid kecanduan gadget yang

dialami oleh siswa SDN Meruya Utara. Persamaan penelitian yang dilakukan doleh Vella

Hestiana yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang anak atau

siswa. Namun, ada perbedaan diantara keduanya, penelitian yang dilakukan oleh Vella

difokuskan kepada guru, sedangkan peneliti berfokus pada masyarakat sekitar. Selain itu

peneliti memiliki obyek, tempat, yang berbeda.

Bahan peneliti yang kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Laela

Kusuma Handayani (Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Semarang) yang berjudul “ Kontrol Sosial Orangtua Terhadap

Penggunaan Smartphone Pada Remaja” (Kasus Pada Pedagang di desa Petarukan

Kabupaten Pemalang). Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian ini membahas alasan orangtua memberikan handphone kepada anaknya.

Kesamaan penelitian ini yakni sama-sama membahas mengenai handphone. Namun,

12
perbedannya yaitu subyek yang diteliti Nur Laela lebih berfokus kepada remaja,

sedangkan peneliti berfokus kepada anak.

Bahan peneliti yang ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Agung

Prabowo (Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) yang berjudul “Pengaruh Gadget terhadap anak

dalam Interaksi Keluarga Muslim Perumahan Winong Kota Gede Yogyakarta”. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Gadget terhadap interaksi anak di Perumahan

Winong serta pola interaksi yang dapat menghambat.

B. Kajian Pustaka
1. Tindakan Preventif

Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya

datang sebelum/antisipasi/mencegah. Tindakan ini dapat dilakukan secara pribadi

maupun kelompok guna dapat melindungi diri dari hal buruk yang mungkin terjadi.

Karena tujuannya yakni mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadi hal

yang tak dinginkan. Juga mengurangi dampak dari suatu peristiwa yang sudah atau

telah terjadi12. Upaya pencegahan biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki peran

cukup besar serta kesadaran yang tinggi. Dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila

diperlukan. Tidak serta merta melakukan pencegahan tetapi juga diikuti dengan

tujuan-tujuan. Tujuannya yakni dapat menjaga ketertiban masyarakat, masyarakat

juga dapat patuh terhadap aturan-aturan, dan mengurangi dampak buruk yang tidak

diinginkan.

Menurut Yunita dalam (L’Abate, 1990:11), sebagaian besar program preventif

yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut:

12
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/09/pengertian-preventif.html, (diakses pada 25 Februari 2020
pukul 23:47)

13
a. Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku yang

ingin dicegah dalam kelompok sasaran

b. Desain untuk merubah “life trajectory” dari kelompok sasaran, dengan

menyediakan pilihan dan kesempatan dalam jangka panjang yang sebelumnya

tidak tersedia

c. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan hidup baru yang dapat

membantu partisipan untuk menghadapi stress dengan lebih efektif dengan

dukungan sosial yang ada

d. Fokus dalam menguatkan dukungan dasar dari keluarga, komunitas atau

lingkungan sekolah

e. Koleksi dari penelitian yang memiliki kualitas yang baik menjadi bukti dalam

keefektivitasan dokumen

2. Kecanduan Gadget

Kecanduan atau ketagihan pada gadget dilihat bukan dari seberapa banyak ia

melihat atau mengecek gadget namun bagaimana aktivitasnya dengan gadget itu

memengaruhi aktivitasnya sehari-hari. Seperti dapat meninggalkan waktunya yang

awalnya untuk bekerja, mengurus keluarga. Dapat dibilang seperti tidak bisa hidup

tanpa gadget. Kemanapun dan kapanpun gadget yang diperlukan.

Penggunaan Gadget dapat diklarifikasikan secara global, yaitu:

a. Gadget dapat dipakai untuk mengumumkan pelajaran, kemajuan

undangan, dan sebagai alat pengingat dan dapat memberikan efektifitas

terhadap kesulitan waktu dan ekonomi

b. Memberikan kebebasan untuk membahas pesan pada waktu yang

diinginkan ataupun menolak pesan yang tidak disukai

14
c. Menghidupkan tali persaudaraan diantara mereka yang berkirim pesan dan

Gadget bisa membantu komunikasi dengan orang lain.

d. Gadget bisa memberikan dampak kecanduan pemakaian

e. Gadget bisa digunakan untuk mengejutkan orang lain, menteror, menghina

orang lain, menjadikan autisme pemakainy, menyia-nyiakan waktu

pemakainya.

Penggunaan Gadget dewasa ini perlu diperhatikan secara khusus. Penggunaan

Gadget secara berlebihan dapat mengakibatkan kerugian bagi penggunanya. Kerugian

tidak hanya pada kesehatan saja, melainkan juga pada ekonomi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Christiany Judhita dengan sedikit penyesuaian, durasi

penggunaan Gadget dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:13

1. Penggunaan tinggi yaitu pada intensitas penggunaan lebih dari 3 jam

dalam sehari.

2. Penggunaan sedang yaitu pada intensitas penggunaan sekitar 3 jam dalam

sehari

3. Penggunaan rendah yaitu pada intensitas penggunaan kurang dari 3 jam

dalam sehari.

Gadget juga mempunyai macamnya yakni, Iphone merupakan sebuah telepon

yang memiliki koneksi internet. Selain itu memiliki aplikasi multimedia yang dapat

digunakan untuk mengirim pesan gambar. Ipad merupakan Gadget yang memiliki

ukuran lebih besar. Alat ini serupa dengan komputer tablet yang memiliki fungsi-

fungsi tambahan yang ada pada sistem operasi. Handphone merupakan sebuah alat

atau perangkat komunikasi elektronik tanpa kabel. Sehingga alat ini dapat dibawa

Christiany Judhita, Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku Remaja di Kota
13

Makassar, e-Journal IPTEK-KOM, hlm 14

15
kemana-mana dan memiliki kemampuan dasar yang sama halnya dengan telepon

konvensional saluran tetap.

Dampak penggunaan Gadget yang ditimbulkan akibat penggunaan Gadget pun

semakin beragam mulai dari aspek kesehatan sampai sosial. Meurut Derry

Iswidharmanjaya dampak buruk penggunaan Gadget sebagai berikut:14

1. Menjadi pribadi yang tertutup

Seorang yang kecanduan Gadget akan menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk bermain Gadget. Kecanduan yang diakibatkan oleh gadget

dapat mengganggu kedekatan orang lain, lingkungan dan teman

sebayanya. akibat faktor-faktor tersebut menyebabkan anak menjadi

pribadi yang tertutup.

2. Kesehatan terganggu

Penggunaan Gadget yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan

pemakainya terutama kesehatan mata. Akibat terlalu lama menatap layar

Gadget, mata dapat mengalami kelelahan hingga menyebabkan mata

minus.

3. Gangguan tidur

Anak yang bermain Gadget tanpa pengawasan orang tua dapat terganggu

jam tidurnya. Ketika anak sudah berada di kamarnya, terkadang orang tua

berpikir anak sudah tidur padahal masih bermain dengan gadget ny.

Bahkan tanpa disadari anak dapat bermain-main dengan gadgetnya sampai

larut malam sehingga paginya susah tidur.

4. Suka menyendiri

14
Derry Iswidharmanjaya, Bila Si Kecil Bermain Gadget, (Yogyakarta: Bisakimia, 2014), hlm 16

16
Anak yang senang bermain gadgetnya akan merasa bahwa itu adalah

teman yang mengasyikkan sehingga anak cenderung menghabiskan waktu

di rumah untuk bermain. Intensitas bermain dengan teman sebayanya

secara perlahan akan semakin berkurang. Hal seperti ini jika dibiarkan

akan membuat anak lebih suka menyendiri bermain dengan gadget

daripada bermainn dengan teman sebayanya sehingga sosialisasi dengan

lingkungan sekitar.

5. Ancaman cyberbullying

Cyberbullying merupakan segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau

remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia internet.

Cyberbullying adalah kejadian ketika seorang diejek, dihina atau

dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet atau

telepon seluler. Ketika seseorang menggunakan gadget untuk mengakses

media sosial memungkinkan terjadinya cyberbullying lebih tinggi.

Disisi lain juga terdapat dampak positif yang ditimbulkan yakni:

1. Komunikasi menjadi lebih praktis

2. Anak yang bergaul dengan dunia gadget cenderung lebih kreatif

3. Mudahnya melakukan akses ke luar negeri

4. Manusia menjadi lebih pintar berinovasi

5. Perkembangan gadget yang menuntut mereka untuk hidup lebih baik

C. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori tindakan sosial. Dalam melihat

konflik tradisional antara kaum obyektivitas dan subyektivis, analisa obyektif mengenai

arti subyektif mungkin kelihatannya merupakan suatu kontradiksi dalam istilah-istilah itu

17
sendiri. Cara untuk melihat perbedaan antara obyektif dan subyektif adalah dalam

hubungannya dengan hal dimana pengalaman subyektif pribadi seseorang dimiliki

bersama oleh suatu kelompok sosial.

Istilah tindakan sosial adalah suatu tindakan yang memiliki makna yaitu ketika

individu yang berinteraksi dengan individu lain dan hasilnya individu tersebut

mempengaruhi perilaku individu lainnya.15 Karena pada realitanya menurut Max Weber

pemikiran manusia atau individu masing-masing memiliki bentuk metode yang berbeda-

beda, sehingga memunculkan tindakan-tindakan yang berbeda dan saling

mempengaruhi.16 Pemikiran Weber tentang tindakan sosial membantu memperbaiki

pemahaman tentang watak dan kemampuan aktor sosial secara individual melalui sebuah

tipologi tentang berbagai cara dimana individu yang bersangkutan bisa bertindak di

lingkungan eksternalnya. Sehingga Weber membedakan empat tipe tindakan sosial yang

berbeda-beda dimana seorang aktor bisa terlihat, berikut empat tindakan menurut Max

Weber.17

1. Tindakan rasional yang bersifat instrumental adalah tindakan yang ditujukan

pada pencapaian tujuan-tujuan yang secara rasional diperhitungkan dan

diupayakan sendiri oleh aktor yang bersangkutan.

2. Tindakan rasional yang bersifat nilai (value-rational action) yang dilakukan

untuk alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang ada kaitannya dengan nilai-nilai

yang diyakini secara personal berhasil atau gagalnya tindakan tersebut.

3. Tindakan afektif, yang ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi

emosional si aktor.

15
Ted Bento dan Ian Craib, Filsafat Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Ledalero, 2009), hlm 122
16
Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik Dari Comte Hingga Parsons, (Bandung: Rosdakarya, 2006)
17
Bryan S. Turner, Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm 117

18
4. Tindakan tradisional yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah

mengakar secara turun temurun.

Tipe-tipe tersebut memberitahu kita sesuatu tentang sifat aktor itu sendiri karena

tipe-tipe itu mengidikasi adanya kemungkinan berbagai perasaan dan kondisi-kondisi

internal, dan perwujudan tindakan-tindakan itu menunjukkan bahwa aktor memiliki

kemampuan untuk mengkombinasi tipe-tipe tersebut dalam formasi-formasi internal yang

kompleks yang termanifestasikan dalam suatu bentuk pecangkokan orientasi terhadap

tindakan.

Objek sesungguhnya dari sosiologi dan ilmu sosial pada umumnya adalah

tindakan yang bermakna, yang rasional, tindakan sosial, tindakan yang diberi makna oleh

pelaku, yang dialamatkan kepada orang lain, dengan maksud merealisasi tujuan-tujuan

praktis di dunia ini. Inilah yang dimaksud rasionalitas instrumental, karena disana

rasionalitas dipakai untuk membawa perubahan dalam kepentingan pelakunya.

Weber menjelaskan : Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari

tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu, alat dan

akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara

rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat alternatif untuk mencapai

tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil

yang mungkin dari penggunaan alat tertentu apa saja, dan akhirnya pertimbangan

mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif.18

Maka dari itu peneliti memakai teori ini karena dirasa berkesinambungan. Dalam

tindakan preventif masyarakat dalam fenomena kecanduan gadget didasari dengan sebuah

tujuan. Serta pertimbangan yang matang. Masyarakat sadar akan dampak ketika anak

18
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern(Jakarta : PT Gramedia Pustaka,1986), 214

19
sering memainkan gadget. Dan segera memikirkan upaya bagaimana agar anak tidak

ketergantungan pada gadget tersebut.

BAB III
Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan

jenis data deskriptif.

20
Pendekatan penelitian deskriptif, sering kali juga disebut dengan penelitian survei,

dipilih jika peneliti bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang semata-mata melakukan

akumulasi data dasar dalam cara deskriptif, tidak mencari atau menerangkan saling

hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.

Penelitian yang dapat dimasukkan ke dalam pendekatan penelitian ini adalah penelitian

survei dan sensus.19

Karena penelitian kualitatif bersifat luwes, dapat dikembangkan lebih luas atau

dinegosiasikan tetapi tanpa ada intervensi. Serta penelitian kualitatif mengandalkan

kemampuan peneliti untuk mengamati dan berinteraksi dengan informan atau subyek

penelitian.20

Jenis penelitian kualitatif menyelidiki semua kelompok kebudayaan di lingkungan

yang alamiah dalam periode waktu cukup lama, melakukan observasi dan wawancara.

Proses penelitiannya fleksibel, berkembang sesuai kondisi dalam merespon kenyataan

hidup yang dijumpai di lapangan.21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo, yang

mana subyek sasaran penelitian terdapat di sana, sehingga mempermudah peneliti dalam

melakukan penelitian. Waktu penelitian ini kurang lebih selama dua bulan terhitung dari

bulan Februari 2020. Sehingga data yang diperoleh lebih beragam dan valid.

C. Pemilihan Subyek Penelitian

19
Lilik Aslichati, H.I. Bambang Prasety, Prasetyo Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Banten: Universitas
Terbuka, 2014), hal. 14
20
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif {Bandung: PT. Rosda Karya, 2008),hal. 31-37
21
Ibid, 20

21
Suharsimi A, menyebutkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang

kedudukannya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang

diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data diperolah.22

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan

dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan

informan yang diwawancarai, sumber data tertulis dan foto. Subyek sasaran penelitian ini

adalah para anak-anak, pemuda penggagas di daerah yang telah disebutkan di lokasi

penelitian di Kota Sidoarjo, Jawa Timur.

D. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Merupakan tahap persiapan atau tahap yang dilakukan sebelum melakukan

penelitian, pada tahap ini meliputi:

a) Menyusun rancangan penelitian

Proses yang dilakukan adalah peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang

akan dijadikan obyek penelitian, kemudian membuat matrik usulan judul penelitian

mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, judul penelitian, kemudian

diserahkan ke ketua prodi untuk disetujui.

b) Memilih lapangan penelitian

Kemudian setelah ditetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah memilih

lapangan atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih bertempat di Desa

Pagerngumbuk, Wonoayu, Kota Sidoarjo, Jawa Timur yang mana wilayah tersebut

adalah lokasi para anak-anak dan pemuda penggagas yang ikut terlibat dalam

22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rhinneka Cipta,
2006), hal. 124.

22
program tersebut dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c) Mengurus perizinan

Setelah membuat usulan judul penelitian dalam bentuk matrik peneliti mengajukan

matrik tersebut kepada ketua prodi untuk disetujui untuk diteruskan kepada dekan

untuk memperoleh izin penelitian setelah mendapatkan surat izin penelitian maka

peneliti meneruskan kepada subyek sasaran penelitian untuk mendapatkan izin

melakukan penelitian di tempat tersebut.

d) Menjajaki dan meneliti keadaan lapangan

Peneliti berusaha menjajaki lapangan atau wilayah penelitian untuk meneliti

keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya apakah ada kesesuaian dengan

masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti mulai berkoordinasi

atau bersilaturrahmi kepada subyek sasaran penelitian serta keluarganya.

e) Memilih Informan

Informan adalah orang yang terlibat dalam penelitian, dalam penelitian ini peneliti

melakukan pemilihan terhadap informan yang akan memberikan data atau informasi

mengenai permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini peneliti mencari informan

yang mengetahui atau ikut terlibat dalam program tersebut. Informan tersebut

diantaranya adalah anak-anak, pemuda penggagas serta orang tua yang bertempat

tinggal di lokasi penelitian.

f) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Dalam hal ini, yakni upaya atau proses pengumpulan data atau informasi dan obyek

yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu berupa buku, kamera, alat tulis dan

lain sebagainya yang mana dapat menunjang dalam proses penelitian ini.

23
2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a) Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data, dalam tahap ini peneliti memegang peranan sangat

penting karena pada penelitian ini peran aktif dan juga kemampuan peneliti dalam

mengumpulkan data sangat diperlukan. Tahap ini dilakukan dengan: Observasi,

interview atau wawancara mendalam dan dokumentasi.

b) Tahap Analisis Data

Setelah peneliti mengumpulkan data, dalam tahap ini peneliti akan menganalisa dan

mengelompokkan data-data yang dianggap sesuai dengan judul “Tindakan Preventif

Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak Kecanduan Gadget”.

3. Tahap Penulisan Laporan

Setelah peneliti menganalisis data-data yang dianggap sesuai dengan judul

“Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak Kecanduan

Gadget”.Maka peneliti mulai pada tahap penulisan laporan. Dalam penulisan laporan

penelitian, peneliti akan mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi yang telah

ditetapkan oleh Prodi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data yang

diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang

sebenarnya dari kondisi Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak

Kecanduan Gadget di Kota Sidoarjo. Metode yang digunakan meliputi : pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi.

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik

lingkungan maupun kehidupan sosial masyarakat itu sendiri.

24
2. Wawancara

Dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan

masalah subyek. Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak

yang terkait dalam Tindakan Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak

Kecanduan Gadget di Kota Sidoarjo.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data. 23

Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang

kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Kumpulan

data bentuk tulisan ini di sebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, foto,

tape, CD, harddisk, flashdisk, dan sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian,

yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian.

Sedangkan data pendukung bersumber dari dokumendokumen berupa catatan, rekaman,

gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data, dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis,

sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan

dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Penyajian data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian

tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah

kebenarannya dengan cara memperolah data itu dari sumber data lain, misalnya dari

pihek kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
23
Irwan Suhartono, Metodolog Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 70

25
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian

kualitatif untuk memperoleh kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti

memakai keabsahan data sebagai berikut:

1. Perpanjang keikutsertaan

Dalam teknik ini digunakan dengan jalan peneliti menambah waktu studi penelitian

walaupun waktu penelitian formal sudah habis, karena menurut peneliti untuk kembali

terjun ke lokasi penelitian itu sendiri memerlukan waktu yang lumayan lama. Disini

dengan tujuan agar data lebih valid dan untuk mengantisipasi kesalahan dari peneliti

maupun informan dengan segala permasalahan yang disebutkan dengan perpanjangan

partisipasi untuk data yang lebih valid.

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan peneliti dalam penelitian ini adalah mengamati latar belakang dan Tindakan

Preventif Masyarakat Sidoarjo Dalam Fenomena Anak Kecanduan Gadget di Kota

Sidoarjo.

3. Triangulasi

Dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan adanya trianggulasi ini tidak sekedar

menilai kebenaran data, akan tetapi juga dapat untuk menyelidiki validitas tafsiran

penulis mengenai data tersebut, maka dengan data yang ada akan memberikan sifat

yang reflektif dan pada akhirnya dengan trianggulasi ini akan memberikan

kemungkinan bahwa kekurangan informasi yang pertama dapat menambah

kelengkapan dari data yang sebelumnya.24

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi “Mixed Method” (Bandung: alfabeta, 2011), hal. 330

26
Tujuan akhir trianggulasi ini adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama

yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data.

Cara ini juga dapat mencegah dari anggapan maupun bahaya subyektifitas.

DAFTAR PUSTAKA

https://m.wartaekonomi.co.id/berita226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-hingga-40

Murdaningsih & Faqih. 2014. Jutaan Anak Usia SD Kecanduan Gadget, sumber:

https://www.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/14/01/17/mzjj2x-survei-jutaan-anak-usia-

sd-kecanduan-gadget

Yudrik, Yahya. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama

27
Iis, dkk. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Daya Kembang Anak. Jakarta:

Universitas Budi Luhur

Lestari. 2015. Pengaruh Gadget pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga. Jurnal Unpad, Vol 2,

No 2

https://kbbi.web.id/tindak, diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:03 WIB

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat, diakss pada 25 Februari 2020, pukul 21:32 WIB

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pada 25 Februari 2020, pukul 22:32 WIB

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kecanduan, diakses pada 25 Februari 2020, pukul 19:07 WIB

Syarif, Nurlaelah. 2015. Pengaruh Perilaku Pengguna Smartphone Terhadap Komunikasi

Interpersonal Siswa SMK IT Airlangga. Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi Univ.

Mulawarman

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/09/pengertian-preventif.html, diakses pada 25

Februari 2020, pukul 23:47 WIB

Judhita, Christiany. Hubungan Pengguna Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perilaku

Remaja di Kota Makassar. E-Journal IPTEK-KOM

Iswidharmanjaya, Derry. 2014. Bila Si Kecil Bermain Gadget. Yogyakarta:Bisakimia

Bent, Ted & Craib, Ian. 2009. Filsafat Ilmu Sosial. Yogyakarta:Ledalero

Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik dari Comte Hingga Parsons. Bandung: Rosdakarya

Turner, Bryan S. 2012. Teori Sosial Dari Klasik Sampai Postmodern. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka

Aslichati, Lilik, H.I. Bambang Prasetyo, Prasetyo Irawan. 2014. Metode Penelitian Sosial.

Banten: Universitas Terbuka.

Moloeng, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya.

28
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rhinneka Cipta.

Suhartono, Irwan. 1996. Metodolog Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi “Mixed Method”. Bandung: alfabeta.

29

Anda mungkin juga menyukai