Anda di halaman 1dari 3

PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

Fenomena era digital yang terjadi di dunia pendidikan sekarang ini terutama di
sekolah sudah menjadi kebutuhan dasar bagi pendidik dan siswa. Itu bisa dilihat dari
aktivitas di sekolah, dampak penggunaan fasilitas yang serba digital, dan juga pandangan
orang tua siswa terhadap penggunaan fasilitas digital.
Di sekolah, mereka didorong untuk menggunakan gadget dengan baik dan benar.
Artinya, tidak melulu untuk bermain (game) seperti kebanyakan anak
zaman now. Gadget sudah digunakan sebagai sumber dan media belajar di kelas, seperti
menggunakan laptop dan smartphone.
Meskipun demikian, mereka dilatih untuk tidak bergantung sepenuhnya. Pendidik
memberikan penugasan yang membutuhkan interaksi antarsiswa, dilatih menggunakan alat
belajar secara manual, serta dilatih untuk mengenal pandangan/pemikiran yang
berkembang di masyarakat sekitar.
Penentangan justru didapat dari orang tua mereka yang sering menganggap mereka
menggunakan gadget hanya untuk bermain. Sebenarnya mereka sedang mengerjakan
tugas-tugas sekolah yang bisa di bantu oleh gadget itu sendiri. Memang saat ini banyak
orang tua begitu mengkhawatirkan sang buah hati yang telah kecanduan menggunakan
gadget.
Ada dua generasi yang bertemu di sini. Generasi pertama yaitu orang tua yang tidak
biasa dengan gadget, dan sang anak yang sejak lahir telah mengenal gadget. Generasi
sekarang memang bisa dikatakan sebagai native secara digital. Ketika dilahirkan dan mulai
tumbuh besar, mereka sudah mengenal gadget. Jadi, sudah sewajarnya bila dunia
pendidikan (sekolah) berubah mengikuti perkembangan zaman. Bagaimana dengan
pendidikan Indonesia saat ini?
Era digital atau e-learning belum mengubah atau belum memengaruhi pendidikan
kita secara substansial maupun struktural. Malahan semakin tidak memanusiakan
(dehumanisasi). Digitalisasi harusnya ditekankan pada pemanfaatannya pada
pengembangan ilmu pengetahuan, pengajaran dan penelitian.
Di era digital saat ini, yang menjadi tantangan pendidikan kita adalah meningkatkan
sumber daya manusia yang unggul, profesional dan berintegritas. Pengembangan sumber
daya manusia paling strategis dan efektif dimulai dari sekolah, selain keluarga tentunya.
Apabila guru memberikan pertanyaan mengenai manfaat garam, kebanyakan siswa
akan menjawab untuk penyedap rasa, pengawet. Tetapi setelah mencarinya menggunakan
smartphone, ternyata manfaat garam banyak sekali - mulai dari bumbu makanan, kosmetik,
hingga mencairkan salju dan masih banyak lagi. Artinya adalah manfaat smartphone jika
digunakan semaksimal mungkin, maka ia akan sangat berarti bagi pengetahuan kita.
Bayangkan jika pemanfaatan gadget lebih optimal dalam pembelajaran sekolah.
Guru bukan lagi sumber utama pengetahuan. Ada kemungkinan bahwa siswa lebih tahu dari
guru. Peran guru adalah membimbing dan mengarahkan siswa dalam berinteraksi selama
pembelajaran. Menciptakan pembelajaran yang mendorong rasa ingin tahu siswa dan
membimbing mereka menemukan jawaban atau pemecahan masalah.
Pendidikan harus diarahkan untuk kebutuhan generasi kita di masa mendatang.
Bukan mempertahankan - apalagi memaksakan - kondisi saat ini. Generasi kita akan hidup
dengan kondisi yang berbeda dengan saat ini. Peran orang tua dan guru adalah menyiapkan
mereka.
Kebiasaan buruk para pendidik adalah selalu mengatakan "dulu di zamanku...." atau
"kami dulu seperti ini dan seperti itu", dan lain sebagainya yang berujung pada pelarangan
total penggunaan gadget.
Generasi masa depan akan menghadapi masalah mereka sendiri. Era mereka adalah
era digital. Sudah bukan zamannya lagi menghalangi anak untuk mengunakan gadget. Yang
diperlukan adalah pengarahan dan pendampingan dari orang tua atau guru. Dan hanya
dalam kondisi tertentu yang memerlukan interaksi sosial, seperti saat kumpul keluarga atau
sahabat, barulah gadget dibatasi.
Sebaiknya para pendidik lebih melihat ke masa depan. Bukan tidak mungkin pendidik
juga harus melek teknologi agar bisa "nyambung"dengan generasi sekarang dalam
melakukan pendampingan.
Peran pendidik di sini sebagai fasilitator. Dan yang paling penting adalah
menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai pedoman hidup mereka, bukan
memaksakan "gaya hidup" saat ini. Itulah tugas pendidik yang tentu dimulai dari
keteladanan dari pendidik itu sendiri.
Dunia kita saat ini begitu kompleks, bergejolak, penuh ketidakpastian dan ambigu.
Arus informasi begitu deras mengalir dan kita sangat mudah mengaksesnya. Informasi satu
belum selesai dicerna, sudah muncul lagi informasi baru. Kita menjadi susah mengolahnya
sehingga kadang kita tidak lagi kritis menanggapinya.
Untuk menghadapi dunia yang seperti ini kita perlu beradaptasi dan berinovasi di
bawah tekanan yang berat. Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pendidik zaman ini
adalah kelenturan berpikir, kemampuan mengeksplorasi argumen atau ide, kemampuan
mengelola informasi dengan cepat, kemampuan mengontrol ide dan menghubungkan ide
satu dengan ide lainnya, serta kemampuan melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Mengontrol ide maksudnya adalah menjaga agar hasil suatu ide tidak melantur kemana-
mana.
Jadi dengan adanya dua generasi yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Yang
pertama merupakan generasi yang baru mengenal dunia digital setelah dewasa yakni orang
tua, guru atau dosen. Yang kedua adalah generasi yang sejak lahir sudah mengenal gadget.
Maka ada jurang antara dua generasi tersebut. Karena itu diperlukan jembatan untuk
menghubungkan keduanya. Jembatannya adalah eksplorasi ide-ide, melakukan proyek
berbasis kelompok/grup, membangun komunikasi dan diskusi.
Seharusnya pendidik tidak boleh lagi "alergi" dengan segala sesuatu yang digital.
Malahan pendidik didorong untuk menguasainya dan memanfaatkannya secara optimal
dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai