Anda di halaman 1dari 39

8PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI digital TERHADAP

PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perkembangan teknologi telah mengubah cara interaksi individu dengan individu

yang lain. Perkembangan teknologi digital menjadi sebuah ruang baru yang sangat di

minati semua kalangan. Tidak dapat di hindari bahwa perkembangan teknologi digital

memberikan banyak hal yang menarik dan kemudahan pada penggunanya.

Jika dilihat pada zaman dulu manusia atau seseorang yang ingin menceritakan

perasaannya membutuhkan orang lain untuk mendengarkan ceritanya tersebut, keadaan

tersebut bergeser dengan hadirnya buku tempat menuliskan curahan hati atau perasaan

yang dikenal sebagai buku diary. Seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan manusia

buku diary pun sekarang digantikan dengan makin berkembangnya teknologi digital yang

memberikan kemudahan bagi penggunanya. Berkembangnya teknologi digital telah

mengubah aspek kehidupan masyarakat.

Dalam dunia pendidikian Murid dapat menjalin hubungan pada siapa saja serta

kapan saja mereka mau. Keadaan seperti tampa disadari telah banyak telah mengubah

pola interaksi pada masyarakat indonesia, terutama mereka yang menggunakan teknologi

informasi sebagai media interaksi belajar dan mengajar.

Jika dilihat pada massa sekarang ini penggunaan teknologi sebagai sarana belajar

membuat anak dapat Dengan mudah belajar dan berinteraksi dengan orang lain sehingga
teknologi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif

siswa. Ditambah lagi proses belajar yang sekarang ini yang menuntut murid harus

mengikuti kelas melalu Online sehingga sebagian orang tua mulai membelikan siswa

handphone dengan spesifikasi terbaik sebagai sarana belajar siswa sehingga tampa disadari

siswa dengan muda sekali masuk kedalam dunian teknologi informasi. Dengan

berkembangnya teknologi sekarang ini siswa dengan mudah mengikuti pelajaran sekolah

walaupun siswa itu berada dirumah. Selain membawa manfaat dalam belajar, teknologi

juga memiliki dampak negatif pada kognitif. Biasanya dampak negatif ini banyak

dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan, baik lingkungan keluarga. dampak negatif yang

dialami misalnya siswa tidak terpacu untuk berusaha ataupun berpikir kreatif dikarenakan

apa yang siswa cari sudah tersedia.

Ditambah perubahan jaman yang mempengaruhi pergantian teknologi yang sangat

pesat, seluruh serba canggih, instan, serta cepat. Perkembangan teknologi membuat kinerja

menjadi lebih cepat, tepat, akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang

dihasilkan. Adapun teknologi sangat penting dalam pelajaran, Salah satu pengguna

teknologi terbanyak adalah pengajar dan pelajar, karena dengan menggunakan teknologi

pelajar dapat dengan mudah bersosialisasi dengan jarak dekat maupun jarak jauh tanpa

harus bertatap muka atau bertemu.

Teknologi sudah banyak membuat pergantian pada diri seorang, baik pada

karakter, kreativitas, sosialisasi, kecerdasan serta yang lain. Tidak hanya itu, Teknologi

tidak lagi hanya buat penyampaian pesan pada orang yang jauh, namun saat ini sudah

menjelma jadi media hiburan, media sosial, media untuk memastikan style hidup, media

bisnis, sampai jadi media pembelajaran.1 Teknologi tidak hanya digunakan oleh para

kalangan pekerja, tetapi juga di berbagai kalangan dan berbagai usia. 2 Pandemi yang
1
Rulli Nasrullah. 2014. Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group. Hal: 24.
2
Puji Asmaul Chusna. 2017. Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak. Dinamika
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Vol. 17, No. 2, November 2017.
menuntut semua siswa saat ini harus belajar dari rumah sebagai upaya pemerintah untuk

tetap melaksanakan proses belajar sehingga siswa tidak mengalami ketertinggalan

pengetahuan akibat pandemi yang sekarang masih berlanjut.

Teknologi yang sekarang digunakan dalam proses Belajar menjadi salah satu faktor

terhadap perkembangan kognitif siswa, Kognitif atau “cognitive” berarti mengetahui. 3

Dengan kata lain, memahami sebuah informasi yang diperoleh dari hasil belajar atau dari

hasil pengalaman. ditambah lagi beberapa kasus anak adalah ketergantungan murid

terhadap teknologi itu sendiri sehingga jika tidak ada teknologi untuk digunakan murid

merasa tugasnya tidak dapat diselesaikan.

Sekarang ini banyak pelajar yang mencari dan berbagi informasi dengan menggunakan

teknologi yang ada. Sayangnya, tak sedikit yang salah menangkap informasi, dan kurang

bijak menggunakan TEKNOLOGI. Sebab sama seperti pada orang dewasa, TEKNOLOGI

juga bisa berdampak buruk ke anak khususnya remaja.4

Masih banyak contoh penyalahgunaan TEKNOLOGI oleh kalangan pelajar saat

ini. Akhir – akhir ini melalui berbagai macam alat komunikasi massa, baik melalu bacaan

maupun sandiwara – sandiwara di layar televisi, pelajar banyak dijadikan obyek

pembahasan. Para ahli pendidikan menganggap bahwa melihat kejahatan pada layar

bioskop dapat merangsang pelajar untuk turut mencoba melakukan kejahatan dan

kenakalan.5

Jika TEKNOLOGI sendiri disalahgunakan dapat menjadi faktor negatif yang dapat

mempengaruhi perkembangan kognitif . penyalahgunaan TEKNOLOGI saat pembelajaran

adalah misalnya ; saat pembelajaran berlangsung siswa mengikuti sambil menonton video

3
Hijriati. 2016. Tahapan Perkembangan Kognitif Pada Masa Early Childhood. Volume I. Nomor 2. Januari –
Juni 2016. Hal: 3
4
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/16/102906520/5-dampak-negatif-media-sosial-terhadap-remaja-
orangtua-perlu-tahu?page=all#
5
Gunarsa, Singgih D. dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Gunung Mulia, 2000).
Hal 28
YouTube, Tik-tok, bermain Facebook, Instagram dan lain sebagainya sehingga murid tidak

lagi serius dan fokus mengikuti materi yang guru berikan sehingga murid berpikir materi

yang guru sampaikan .

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui adanya :

Pengaruh Media Sosial dalam pembelajaran Terhadap Perkembangan Kognitif Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah,

TEKNOLOGI dapat mempengaruhi kognitif siswa, sebagi berikut:

1. Metode pengajaran guru

Memadai persoalan sekarang adalah guru hanya memberikan tugas dan tidak

terlalu banyak membagi materi sehingga anak tidak mengalami perkembangan

dalam hal pengetahuan anak.

2. Kondisi orang tua sebagai fasilitator.

Orang tua memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak selama

proses pembelajaran di masa pandemi di rumah. Orang tua mampu memberikan

fasilitas berupa Hp, laptop agar anak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

3. Orang tua Sebagai motivator.

Orang tua harus mampu memberikan motivasi kepada anak untuk bersemangat

mengikuti proses pembelajaran dengan motivasi – motivasi yang diberikan oleh

orang tua.

4. Peranan dan perhatian orang tua


Ketika anak mendapat tugas dari guru namun yang lebih banyak berperan

mengerjakan tugas sekolah anak adalah orang tua dikarenakan ketidakmampuan

anak itu sendiri dalam menguasai materi sendiri sehingga anak tidak terpacu untuk

berpikir. Banyak orang tua tidak memperhatikan anak dengan baik dalam hal

waktu belajar sehingga anak tidak serius dalam mengikuti pembelajaran sehingga

mengakibatkan anak mengalami ketertinggalan pengetahuan.

5. Motivasi siswa.

Anak yang tidak memiliki motivasi dari dalam dirinya sehingga anak tidak

terdorong berpikir untuk belajar.

6. Lingkungan

Lingkungan di mana anak tinggal kas ang menjadi faktor yang membuat anak

malas mengikuti pembelajaran sebagai contoh ketika anak sedang mengikuti

pembelajaran namun diajak bermain oleh teman – teman sebayanya sehingga anak

meningalkan pembelajaran Tama sepengetahuan guru dan orang tua.

7. Kondisi jaringan internet.

Kondisi jaringan internet yang tidak stabil juga membuat anak kesulitan

mengikuti pembelajaran dikeranakan tempat tinggal anak tidak mendpat

jaringan internet dengan kecepatan normal.

8. Kualitas laptop atau handphone.

Kualitas laptop atau handphone yang kurang bagus juga membuat anak

kesulitan mengikuti pembelajaran yang dikarenakan faktor lelet atau lambat dari

Hp atau laptop dalam mengakses TEKNOLOGI.

9. Suasana belajar

Anak akan merasa terganggu saat mengikuti pembelajaran jika kondisi di

dalam ruangan belajar membuatnya tidak fokus mengikuti pembelajaran sebagai


contoh ada tiga sampai empat siswa dalam satu ruangan mengikuti pembelajaran

sehingga suasana ruang menjadi ribut.

10. Respons siswa

respon siswa terhadap pembelajaran dapat menjadi tidak menyenangkan

dengan keterbatasan kuota, error aplikasi dan kurangnya bimbingan oleh guru,

tidak dapat bertemu teman, tidak dapat berdiskusi secara langsung, susah dalam

menerima materi dan banyaknya tugas yang diberikan ketertiban.

11. Media sosial.

  TEKNOLOGI dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan

siswa. Media sosial telah menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia; hal yang

sama dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa pada kesempatan belajar

yang disediakan oleh institusi akademiknya. Baik siswa dan guru dapat berbagi

sumber daya dan ide mereka di Facebook, Twitter, Instagram atau YouTube.

Ada juga kualitas TEKNOLOGI kurang lengkap fiturnya sehingga anak

tidak merasa nyaman saat menggunakanaya.

C. Batasan Masalah

Jika dilihat Dari latar belakang maslah dan identifikasi masalah di atas maka terdapat

banyak hal yang dapat mempengaruhi kognitif siswa. Namun karena keterbatasan waktu

sehingga penulis hanya fokus untuk meneliti pengaruh pembelajaran melalui

TEKNOLOGI terhadap perkembangan kognitif siswa.

D. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka

rumusan masalah adalah hal penting dalam melakukan penelitian, karena dengan adanya

perumusan masalah yang diteliti akan menjadi jelas dan tidak menyimpang dari tujuan

yang ditentukan.
1. Apakah dengan adanya pembelajaran melalui TEKNOLOGI dapat memotivasi

anak dalam berpikir, preresepsi, mengingat?

2. Apakah siswa menjadi mampu memecahkan suatu persoalan dikarenakan telah

mengikuti pembelajaran melalui TEKNOLOGI?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan TEKNOLOGI

berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.

F. Manfaat Penelitian

hasil dari dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi berbagai pihak yang

terkait dalaam rangka mencapai hasil prestasi belajar siswa khususnya

G. Sistemattika Penulisan
BAB II

LANDASAN TEORI, LANDASAN TEOLOGI, KERANGKA BERPIKIR DAN

RUMUSAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

Bentuk landasan teori berupa pernyataan yang disusun dengan terstruktur sehingga

peneliti dapat melakukan penelitiannya dengan sistematis. Adanya landasan teori ini

berfungsi sebagai penyusunan atau ringkasan wawasan dan sebagai pengembangan baru

dari apa yang sudah ada. Adapun yang dimaksud dalam landasan teori ini, sebagai berikut:

1. Perkembangan Kognitif

Dalam perkembangan kognitif terbagi dalam beberapa hal yang harus dibahas

sebagai berikut:

a. Pengertian kognitif

Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya

knowing, berarti mengetahui.6 Pada kamus besar bahasa Indonesia, kognitif

diatikan dengan empat pengertian, yaitu kegiatan atau proses memperoleh

pengetahuan, termasuk kesadaran dan perasaan dan usaha menggali suatu

pengetahuan melalui pengalamannya sendiri dan hasil pemerolehan

pengetahuan.7 Perkembangan kognitif adalah kemampuan berpikir manusia

termasuk di dalamnya perhatian, daya ingat, penalaran, imajinasi, kreativitas,

dan bahasa.8 Pada aspek pengembangan kognitif, kompetensi dan hasil belajar

yang diharapkan pada anak adalah anak mampu dan memiliki kemampuan

berfikir secara logis, berfikir kritis, dapat memberi alasan, mampu

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi), (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), h. 66
7
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 61
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial#cite_ref-1
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.9

Williams mengatakan kognitif adalah bagaimana cara individu

bertingkah laku, cara individu bertindak, yaitu cepat lambatnya individu di

dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Gambaran yang

diberikan Williams tentang ciri-ciri perilaku kognitif adalah: berpikir lancar,.

berpikir luwes,berpikir orisinal,berpikir terperinci (elaborasi).10 Anak-anak

membentuk skema-skema baru lewat proses asimilasi dan akomodasi. Piaget

meyakini bahwa anak-anak merupakan pembangun kecerdasan yang aktif

lewat asimilasi (menerima pengalaman baru) dan akomodasi (mengubah

skema yang yang udah ada untuk disesuaikan dengan informasi baru), yang

menghasilkan keseimbangan.11

beberapa pengertian kognitif menurut para ahli diantaranya;

Menurut Drever yang dikutip oleh Yuliana Nurani dan Sujiono

disebutkan bahwa “kognitif adalah istilah umum yang mencakup segenap

model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian,

dan penalaran”.12 13

menurut Piaget, menyebutkan bahwa “kognitif adalah bagaimana anak

beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian

disekitarnya”.Piaget memandang bahwa anak memainkan peranan aktif

9
Martinis Yamin, Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),(Jakarta: Referensi,
2013), h. 113
10
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya), (Jakarta, Kencana,
2011), h. 56.
11
George S. Marisson, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Edisi Kelima), (Jakarta Barat: PT
Indeks, 2012), h. 194
12
Yuliani Nurani dan Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta; Universitas Terbuka 2004, h. 23
13
didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif

menerima informasi.14

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Baru, mengemukakan bahwa: Kognitif berasal dari kata cognition

yang padanan katanya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam arti yang

luas, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai

salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap

perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,

pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.15

Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah

dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga

aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta

dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi. Pengertian lain

juga tentang kognitif menurut Chaplin yang di kutip oleh Winda Gunarti

mengemukakan bahwa “kognitif adalah konsep umum yang mencakup semua

bentuk mengenal, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan

menilai.16

Sebagaimana aspek perkembangan lainnya, kognitif juga

mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesem- purnaan atau

kematangannya. Sederhananya, kognitif dimengerti sebagai kemampuan anak

untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan

pemecahan masalah17
14
Ibid, h. 24
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 65
16
Winda Gunarti, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Usia Dini, Jakarta; Universitas
Terbuka 2008, h. 10
17
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 96.
b. Karakteristik Kognitif

Kognitif, dalam literatur lain disebut dengan “kognisi”, juga diartikan

sebagai suatu proses pengenalan terhadap segala sesuatu yang berasal dari

lingkungan individu dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari

keseluruhan perilaku indivisu dalam proses kehidupannya. Kemampuan

kognitif yang diwujudkan dengan perilaku kognitif. Perilaku kognitif tertuang

dalam proses bagaimana individu mengenal lingkungannya lalu

menjadikannya sebagai perbendaharaan psikis yang diperlukan dalam

mengkondisikan hidup yang bermakna dan efektif.

Proses pengenalan lingkungan tersebut dilakukan dengan metode:

1) mengindera, yaitu proses mengenal lingkungan dengan

menggunakan alat indera yakni mata untuk melihat, telinga untuk

mendengar, lidah untuk mengecap, hidung untuk membau dan kulit

untuk meraba;

2) mengamati, yaitu proses mengenal lingkungan dengan memberikan

makna terhadap rangsangan yang diterima oleh alat indera

berdasarkan konsep yang ada dalam kesadaran;

3) mengingat atau memori, adalah proses mengenal lingkungan dengan

bentuk pengungkapan informasi yang telah tersimpan dalam

kawasan memori baik dalam kurun waktu yang panjang maupun

pendek;

4) imajinasi atau fantasi, yakni proses mengenal lingkungan dengan

cara membuat konstruksi berdasarkan gambaran yang diperkirakan

atau fantasi; dan yang terakhir

5) berpikir, adalah proses mengenal lingkungan dengan daya nalar

secara abstrak dan kompleks dengan memanipulasi konsep-konsep


yang telah dikuasai.18 Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat

tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai

dengan ciri-ciri:

a) Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan

induktif atau deduktif tetapi tidak logis Ketidakjelasan

hubungan sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab

akibat secara tidak logis

b) Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup

seperti dirinya

c) Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di

lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia Perceptually

bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang

dilihat atau di dengar

d) Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu

untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya

e) Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada

sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang

lainnya

f) Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya

menurut kehendak dirinya.19

c. Tahap Perkembangan Dalam Kognitif

18
Mohamad surya, Strategi Kognitif Dalam Proses Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2015), 2.
19
Fatimah Ibda, Perkembangan Kognitif : Teori Jean Piaget, Jurnal Intelektualita - Volume 3, Nomor 1,
Januari-Juni 2015, 33-34.
Tahap-tahap perkembangan kemampuan kognitif manusia terbagi

dalam beberapa fase. Piaget membagi perkembangan kemampuan kognitif

manusia menurut usia menjadi 4 tahapan. Yaitu:

1) Tahap sensori (sensori motor)

Perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada usia 0-2 tahun.

Kata kunci perkembangan kognitif tahap ini adalah proses

“decentration”. Artinya, pada usia ini bayi tidak bisa memisahkan diri

dengan lingkungannya. Ia “centered” pada dirinya sendiri. Baru pada

tahap berikutnya dia mengalami decentered pada dirinya sendiri.20

Pada tahap sensori ini, bayi bergerak dari tindakan reflex in stinktif pada

saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun

pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-

pengalaman sensor dengan tindakan fisik.21

Tahap ini pemikiran anak mulai melibatkan penglihatan,

pendengaran, pergeseran dan per- sentuhan serta selera. Artinya anak

memiliki kemampuan untuk menangkap segala sesuatu melalui

inderanya. Bagi Piaget masa ini sangat penting untuk pembinaan

perkembangan pemikiran sebagai dasar untuk mengembangkan

intelegensinya. Pemikiran anak bersifat praktis dan sesuai dengan apa

yang diperbuatnya. Sehingga sangat bermanfaat bagi anak untuk belajar

dengan lingkungannya.22 Jika seorang anak telah mulai memiliki

kemampuan untuk merespon perkataan verbal orang dewasa, menurut

20
Kusdwiratri setiono, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 20.
21
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 101.
22
Ahmad Syarifin, Percepatan Perkembangan Kognitif Anak: Analisis Terhadap Kemungkinan Dan
Persoalannya, Jurnal al-Bahtsu Vol. 2, No. 1, Juni 2017, 2.
teori ini hal tersebut lebih bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan

berfirkir.

2) Tahap praoperasional (pre- operational)

Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi para rentang

usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai merepresentasikan dunia

dengan kata-kata dan gambar - gambar. Kata-kata dan gambar - gambar ini

menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui

hubungan informasi inderawi dan tindakan fisik.

3) Tahap operasi konkrit (concrete - operational)

Tahap operasi konkrit terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap

ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa - peristiwa yang

konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk - bentuk yang

berbeda. Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi

belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah

tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret

nyata.

Operasi konkret membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa

karakteristik, jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas objek. Pada level

opersional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang

sebelumnya hanya mereka bisa lakukan secara fisik, dan mereka dapat.

pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda - beda dan

memahami hubungannya.23

Tahap ini dimulai dengan tahap progressive decentring di usia tujuh

tahun. Sebagian besar anak telah memiliki kemampuan untuk

mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair.


23
Siti Aisyah Mu’min, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Jurnal Al- Ta’dib Vol. 6 No. 1 Januari-
Juni, 2013. 94-95.
Maksud ingatan yang dipertahankan di sini adalah gagasan bahwa satu

kuantitas akan tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah.

Jika Anda memperlihatkan 4 kelereng dalam sebuah kotak lalu

menyerakkannya di lantai, maka perhatian anak yang masih berada pada tahap

pra- opersional akan terpusat pada terseraknya kelereng tersebut dan akan

percaya jumlahnya bertambah banyak. Sebaliknya, anak-anak yang telah

berada pada tahap opersional konkret akan segera tahu bahwa membalikkan

operasi konkret ini. Yang penting dalam kemampuan tahap operasional

konkret adalah jumlah kelereng itu tetap 4. Anak pun akan tahu jika anda

menuangkan susu yang ada di gelas gendut ke gelas ramping, maka

volumenya tetap sama, kecuali jika jumlah susu yang dituangkan me- mang

sengaja dibedakan.

Di usia 7 atau 8 tahun, seorang anak akan mengembangkan

kemampuan mempertahankan ingatan terhadap substansi. Jika anda

mengambil tanah liat yang berbentuk bola kemudian memencetnya jadi pipih

atau anda pecah- pecah menjadi sepuluh bola yang lebih kecil, dia pasti tahu

bahwa itu semua masih tanah liat yang sama. Bahkan kalau anda mengubah

kembali menjadi bola seperti semula, dia tetap tahu bahwa itu adalah tanah liat

yang sama. Proses ini disebut proses keterbalikan.

Di usia 9 atau 10 tahun, kemampuan terakhir dalam mempertahankan

ingatan mulai diasah, yakni ingatan tentang ruang. Jika anda meletakkan 4

buah benda persegi 1 x 1 cm di atas kertas seluas 10 cm persegi, anak yang

mampu mempertahankan ingatannya akan tahu bahwa ruang kertas yang

ditempati keempat benda kecil tadi sama, walau di manapun diletakkan.

Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan pemilahan

(classification) dan pengurutan (seriation). Contoh percobaan pengertian


dalam hal ini adalah: meminta anak untuk memahami hubungan antar kelas.

Salah satu tugas itu disebut seriation, yakni operasi konkret yang melibatkan

stimuli pengurutan di sepanjang dimensi kuantitatif. Untuk mengetahui

apakah murid dapat mengurutkan, seorang guru bisa meletakkan 8 batang lidi

dengan panjang yang berbeda-beda secara acak di atas meja. Guru kemudian

meminta murid untuk mengurutkan batang lidi tersebut berdasarkan

panjangnya. Pemikiran operasional konkret dapat secara bersamaan

memahami bahwa setiap batang harus lebih panjang ketimbang batang

sebelumnya atau batang sesudahnya harus lebih pendek dari sebelumnya.

Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transtivity

yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan secara logis untuk

memahami kesimpulan tertentu.

4) Tahap operasi formal (formal operational)

Tahap operasi formal ada pada rentang usia 11 tahun dewasa. Pada fase

ini dikenal juga dengan masa remaja. Remaja berpikir dengan cara lebih

abstrak, logis, dan lebih idealistic.

Tahap operasional formal, usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada

tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan

memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari

pemikiran operasional

formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikir

operasional konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik

kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya

pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan itu walau problem ini

hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir

operasional for- mal juga memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi


dan membayangkan kemungkinan- kemungkinan. Pada tahap ini, anak mulai

melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan

dalam diri mereka dan diri orang lain. Konsep operasional formal juga

menyatakan bahwa anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang

cara untuk memecahkan problem dan mencapai Tahapan-tahapan dia atas

secara ringkas dapat di pahami melalui tabel di bawah ini.24

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar

karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan

masalah mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif dimaksudkan agar anak

mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya

sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat

melangsungkan hidupnya.

2. Media Sosial

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

“tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Media adalah pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi

belajar atau penyalur pesan.25

Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA)

memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.26

24
Disarikan dari kuliah analisis psikologi perkembangan anak yang diampu oleh Dr. Esa Nurwahyuni, M.Pd
pada progam pascasarjana IAIN Jember Prodi PGMI hari Sabtu tanggal 23 November 2019.
25
Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 169.
26
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 7.
Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin

yang merupakan bentuk jamak kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara,

yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan menerima pesan (a receiver).

Beberapa hal yang termasuk ke dalam media adalah film, televise, diagram, media

cetak (printed material), computer, dan lai sebagainya.27

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggunaan memiliki arti proses, cara

perbuatan memakai sesuatu, atau pemakaian.28

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang

bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam

berkomunikasi adalah panca indra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan

yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk

mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan

dalam tindakan.29

Bagi orang muda, media internet boleh dikatakan sudah menjadi bagian

budaya mereka. Karena internet selain bisa menyediakan informasi yang beragam,

mereka juga bisa menjadikan internet sebagai saluran ajang gaul untuk berkenalan

dengan siapa saja di atas bumi ini tanpa pernah bertatap muka, bahkan ia bisa

tercatat sebagai mahasiswa universitas terkenal disuatu negara tanpa mengunjungi

negara di mana universitas itu berdiri. Itulah kemajuan dunia komunikasi saat ini.30

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosial adalah halhal yang

berkenaan dengan masyarakat atau sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan

kepentingan umum.31

27
Dian Indriana, Ragam Alat Bantu Pengajaran,cet pertama. (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hal 13
28
epdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hal. 852
29
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 125.
30
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 151
31
https://kbbi.web.id/sosial
Apa itu TEKNOLOGI.? Media sosial atau (sering di salah tuliskan sebagai

TEKNOLOGI) adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain yang

para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, dan

menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa dibatasi

oleh ruang dan waktu. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk

TEKNOLOGI yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.32

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial.

TEKNOLOGI menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi

menjadi dialog interaktif. Beberapa situs TEKNOLOGI yang populer sekarang ini

antara lain : Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Whatsap, dll. Definisi lain dari

TEKNOLOGI juga di jelaskan oleh Van Dijk TEKNOLOGI adalah platform media

yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam

beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, TEKNOLOGI dapat dilihat sebagai

fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai

sebuah ikatan sosial.33

3. Pembelajaran

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha

mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan

kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan

moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi

dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada

prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran

menggambarkan aktivitas peserta didik.34 Kata pembelajaran mengandung makna

yang lebih pro-aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar, sebab di dalamnya


32
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial#cite_ref-1
33
Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2017), hal. 11
34
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 85
bukan hanya pendidik atau instruktur yang aktif, tetapi peserta didik merupakan

subjek yang aktif dalam belajar.35

Pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem karena pembelajaran adalah

kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran

merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang satu

sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi, dimana guru harus memanfaatkan

komponen tersebut dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin

direncanakan.36

Menurut Achjar Chalil berpendapat bahwa pembelajaran merupakan

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar37

Menurut Saiful Sagala mengartikan pembelajaran adalah proses komunikasi

dua arah yaitu mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar

oleh peserta didik.38

Menurut Pribadi metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh

pendidik dalam mentransfer ilmu untuk membantu siswa mencapai tujuan

pembelajarannya.39

Menurut Budimansyah bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal

yang mengacu pada minat belajar siswa dan perkembangan kemahiran siswa.40

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli pendidikan dapat disimpulkan

bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah cara atau jalan yang

35
Hamzah, Nina Lamatenggo, Op. Cit h. 70.
36
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana,
2008), 59.
37
Achjar Chalil dan Hudaya Latuconsina, 2008, Pembelajaran Berbasis Fitrah, Jakarta: Balai Pustaka
38
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. ALFABETA. 9
39
A. Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat.
40
Budimansyah, Dasim, dkk, 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Bandung : Genesindo.
dilakukan oleh pendidik yang digunakan dalam proses pembelajaran yang

akan disampaikan kepada peserta didik sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan maksimal.

4. Pendidikkan Agama Kristen

Teori dan praktik Pendidikan Agama Kristen berkaitan erat dengan pengembangan

kreativitas dan kompetensi para guru PAK. Untuk mengajarkan agama kristen terutama

dalam lembaga sekolah dan jemaat (gereja) di era atau abad baru dewasa ini. Ada tiga

lembaga yang melaksanakan PAK yaitu keluarga, gereja dan sekolah. Dalam PAK,

tugas pendidik diserahkan kepada satu atau semua lembaga secara tersebar. Secara

etimologis, istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dari bahasa

Inggris yakni Education, yang sebenarnya dari bahasa Latin yaitu ducere yang berarti

membimbing (to lead) dan di awali dengan kata e berarti keluar. 41 Oleh karena itu,

pendidikan artinya suatu tindakan atau proses untuk membimbing keluar dari suatu

keadaan tertentu menuju ke keadaan yang lebih baik.

Pengertian Pendidikan di lihat berdasarkan perkembangan zaman dan sesuai

dengan waktu, adapula perspektif masa lampau yakni salah satu tugas penting

pendidikan adalah menjamin pengetahuan sebagai warisan masa lampau yang dapat

terpelihara dan dimungkinkan tersedia bagi kehidupan masa kini, sedangkan perspektif

masa kini adalah proses atau aktivitas yang sedang berlangsung pada masa sekarang

untuk mendapatkan dan atau menemukan sesuatu. Pada hakikatnya, masa kini

merupakan sumber pengetahuan pada dirinya sendiri. Pada akhirnya perspektif masa

depan adalah penunjuk arah ke mana usaha (pendidikan) akan di bawa atau di tuju.42

Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan memiliki tiga dimensi waktu yaitu

perspektif masa lampau, masa kini dan masa depan. Pada ketiga dimensi ini, saling

berkaitan satu dengan lainnya karena perspektif masa lampau menjadi bekal bagi

41
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 2-4.
42
Ibid 6-7
perspektif masa kini dan perspektif masa kini bisa menjadi pedoman untuk menuju ke

perspektif masa depan. Tujuan pendidikan berdasarkan perkembangan zaman dan

waktu, pendidikan memiliki tujuan yang pasti, yaitu membimbing keluar untuk

menjadi lebih baik.

Pendidikan dalam arti membimbing keluar memang merupakan aktivitas yang di

arahkan ke masa depan, menuju horizon yang melampaui keterbatasan manusia masa

kini. Sehingga asumsi penting untuk dimensi waktu ini adalah kita ingin dan hendak

mencapai masa depan yang berguna. Oleh karena itu, proses pendidikan yang kita

lakukan merupakan hal yang vital dan perlu dilakukan dalam aktivitas pendidikan,

yakni transformasi atau pembaharuan dari masa lampau ke masa kini menuju masa

depan.43

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen

adalah proses mendidik atau membimbing keluar dari masa lampau dan berproses pada

masa kini sehingga mampu menuju ke masa depan yang berguna dalam pembangunan

dan pengembangan iman kristiani dari pendidik maupun peserta didik.

5. Belajar

belajar adalah usaha sadar yang dilakukan secara terencana, sistematis dan

menggunakan metode tertentu untuk mengubah perilaku relatif menetap melalui

interaksi dengan sumber belajar. Menurut (Edgar Dale, 1969). Sumber belajar dapat

dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mendukung dan

memudahkan terjadinya proses belajar. Dengan demikian sumber belajar merupakan

salah satu komponen dalam kegiatan belajar yang memungkinkan individu

memperoleh pengetahuan, kemampuan, sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan.44

43
iblid, 8.
44
Prof. Dr.B.P. Sitepu, M.A. “Pengembangan Sumber Belajar”,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2014)
Hal-18.
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. 45 Belajar tidak terjadi secara kebetulan. Hasil satu

tingkah laku tergantung dari kondisi sebelumnya pada diri pelajar. Proses belajar

adalah satu pengorganisasian aktivitas pelajar secara aktif dan bertujuan.46

Menurut Lindgren belajar sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif

permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang

bersangkutan dengan lingkungannya.47

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli pendidikan dapat disimpulkan

bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah cara atau jalan yang

dilakukan oleh pendidik yang digunakan dalam proses pembelajaran yang

akan disampaikan kepada peserta didik sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan maksimal.

Heinich mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan

pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi

dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan

dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi

pemelajar dengan lingkungannya.48 Gredler juga menekankan pengaruh lingkungan

45
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010), hlm.2
46
Soeitoe Samuel, Psikologi Pendidikan, Jakarta; fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi 1982, h.82
47
Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the Classroom, (Toronto : John Wiley & Sons, Inc.,
1976), p. 29.
48
Heinich, Robert, et al, Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey : Prentice Hall,
1999), p. 8.
yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan

akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Belajar juga

merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa depan.49

Menurut Purwanto dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar mendefinisikan

bahwa: Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil‟ dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.50

Sedangkan pengertian belajar sendiri menurut Oemar Hamalik adalah: Belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is

defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).51

Menurut Charles E. Skinner dalam bukunya Essentials of Educational

Psychology mengemukakan: Learning is a process of progressive behavior adaptation.

(belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku secara terus menerus).52

B. LANDASAN TEOLOGIS

1. Perjanjian Lama

Media sosial adalah saran penyampaian informasi dan dan sarana mencari

informasi, dalam penyampaian informasi dan pencarian informasi dalam

TEKNOLOGI terdapat komunikasi yang menjadi penghubung antara satu orang

dengan orang lain. Komunikasi adalah proses meneruskan atau menyampaikan

pesan,berita kepada orang lain.53 Media sosial juga bisa disebut dengan komunikasi

masal. Pesan atau berita ini dapat berupa gagasan,pikiran,perasaan seseorang.


49
Gredler, Margareth E. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011), p.3-4.
50
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 44
51
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 36
52
Charles E. Skinner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo: Maruzen Company, 1958), hlm. 199
53
Cipto Utomo, Teknik Komunikasi Sosial Bagian 1, (U.Suryadi:Jakarta, 1987),1.
Didalam komunikasi ada dua pihak yang berperan yaitu yang menyampaikan dan

menerima. Kedua pihak ini ambil bagian dalam komunikasi dan saling bertukar

informasi.

a) Komunikasi masa dalam perjanjian lama.

Didalam Perjanjian Lama banyak sekali komunikasi masa yang terjadi salah

satunya adalah :

1) waktu Musa berbicara pada israel pada waktu Musa mendapati mereka

membuat patung dari lembu emas (Kel 32:25-34). Melalui contoh diatas

diketahui bahwa sejak PL telah terjadi komunikasi masa. Menurut

psikologi sosial komunikasi masa adalah komunikasi satu arah yang

ditujukan komunikator kepada orang banyak disuatu tempat. 54 Salah satu

contohnya adalah pidato. Pidato dapat dikategorikan komunikasi masa

karena memenuhi syarat komunikasi masa seperti yang dijelaskan diatas

yaitu ada komunikator dan komunikan , jumlah komunikan yang banyak,

penyampaian informasi satu arah.

2) Ketika Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk berbicara dengan bangsa

Israel dengan menggunakan media tongkat. Keluaran 7:1-13 TUHAN

berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa:

"Tongkat." Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah," dan saat

dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa

lari meninggalkannya. Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah

tanganmu dan peganglah ekornya" —Musa mengulurkan tangannya,

ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya. Dalam peristiwa

itu, yang mengubah tongkat Musa menjadi ular adalah TUHAN sendiri dan

bukan Musa, serta bukan juga karena "kesaktian" tongkat itu, sehingga

54
Onong Uchjana Effenddy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Remaja Rodaskarya:Bandung, 1994), 9.
perubahan tongkat Musa menjadi ular dan sebaliknya itu merupakan

mukjizat sejati

3) Ular Tembaga “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular

tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut,

jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’” (Bilangan 21:4-9).

b) Komunikasi masa dalam perjanjian Baru.

Dalam perjanjian baru komunikasi massa terjadi salah ketika perempuan yang

kedapatan berzinah dibawa kepada Yesus, satunya saat Tuhan Yesus menggambar di

tanah dan disaksikan oleh banyak orang.

a) Perempuan yang berzinah 7:53 – 11

Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya,  tetapi Yesus pergi ke

bukit Zaitun.  Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat

datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar  mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan

orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan

berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata

kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat

zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari

perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal

itu?"  Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai  Dia, supaya mereka

memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.  Tetapi Yesus membungkuk lalu

menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya

kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di

antara kamu tidak berdosa , hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada

perempuan itu.  " Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah

mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai

dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu
yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai

perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum

engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak

menghukum engkau   Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi  mulai dari

sekarang."55

Komunikasi massa yang terjadi di perjanjian baru bisa dilihat saat Tuhan

membuat mukjizat dengan disaksikan oleh murid – muridnya dengan

menggunakan media tempayan.

b) Perkawinan di Kana

Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea,  dan ibu Yesus ada

di situ;  Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.  Ketika

mereka kekurangan anggur , ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan

anggur ."  Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku,   ibu? Saat-

Ku  belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang

dikatakan kepadamu, buatlah itu!"  Di situ ada enam tempayan yang disediakan

untuk pembasuhan  menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga

buyung.  Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu

penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh.  Lalu kata Yesus

kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu

merekapun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah

menjadi anggur  itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan,

yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki,  dan

berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan

sesudah orang puas minum , barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau

menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."  Hal itu dibuat Yesus di Kana

55
Alkitab LAI
yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya  dan dengan itu Ia telah

menyatakan kemuliaan-Nya,   dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.56 

2. Perkembangan Kognitif

Kognitif yaitu belajar mengingat dan berpikir memerlukan organisasi keterampilan

yang internal. Salah satu bukti seseorang dikatakan belajar dapat dilihat dari

perkembangan kognitifnya, di mana seseorang yang belajar akan mengalami

perkembangan secara kognitif, yang dibuktikan adanya kemampuan mengingat dan

berpikir yang sistematis. Perkembangaan kognitif anak baik jika ia ajarkan oleh orang

tua . Melalui proses pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga, anak-anak

mengalami transfer pengetahuan. Anak-anak mendapatkan pengetahuan akan karya

keselamatan yang disediakan Allah bagi umat pilihanNya. Orang tua memberitahukan

secara berulang-ulang dan terus-menerus kepada anak-anak mereka segala perintah dan

ketetapan Allah dalam Taurat Musa. Anak-anak mengetahui cara hidup yang Allah

kehendaki. Mereka diajarkan arti kekudusan hidup yang sungguh-sungguh berkenan

kepada Allah. Hanya Allah satu-satunya yang harus mereka sembah, tidak ada yang

lain. Anak-anak tahu akibat dari ketidaktaatan dalam melakukan segala perintah Allah

mendatangkan hukuman bagi mereka. Namun Allah yang telah memilih bangsa Israel

menjadi umat pilihan-Nya, sungguh-sungguh Allah yang setia akan janji-Nya.

Pemeliharaan dan perlindungan Allah bagi umat-Nya benar-benar nyata.57

Adapun daftar ayat-ayat tersebut adalah: Keluaran 12:24-27, Ulangan 6:4-9,

Mazmur 78:5-6, Injil Matius 19:14, Injil Markus 10:13-16, Injil Lukas 18:16, Surat

Efesus 6:1, Surat Kolose 3:20. Ayat-ayat tersebut kemudian digali dan diuraikan

maknanya sehingga dapat memberi gambaran signifikasi pendidikan anak dalam

Alkitab. Keluaran 12:24-27 Kitab Keluaran pasal 12:24-27 dituliskan tentang tanggung
56
ibid
57
Einar, Gereja Menyikapi Perubahan.Jakarta 2003.hal 53
jawab orangtua untuk mendidik anak-anak agar tetap menjaga tradisi ibadah Paskah.

Berikut teks Keluaran 12:24-27 dalam Alkitab Bahasa Indonesia, ayat tersebut

diterjemahkan demikian: Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-

lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan

diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus

pelihara ibadah ini. Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya

ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang

melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi

menyelamatkan rumah-rumah kita.” Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.

Mazmur 78:5-6 Mazmur juga merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang

terdapat ayat tentang pendidikan anak Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan

hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk

memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang

kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya

kepada anak-anak mereka. Matthew Henry menjelaskan bahwa ayat ini merupakan

sebuah peringatan yang ditetapkan-Nya atau kovenan dan tidak dimaksudkan sebagai

suatu res unius ætatis – satu hal untuk satu angkatan, melainkan sebuah peringatan

yang harus dipelihara atau diteruskan secara terus-menerus dari satu angkatan ke

angkatan berikutnya.

Contoh perkembangan kognitif yang dialami Tokoh Alkitab Perjanjian Lama .

1) Musa dalam kitab (bilangan 1: 1-54)

Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk menghitung jumlah suku Israel.

Disitu dapat dilihat bahwa Musa dap berpikir cara untuk melaksanakan

perintah Tuhan.

2) Salomo (1 Raja-raja 3:23-27)


“3:23 Lalu berkatalah raja: “Yang seorang berkata: Anakkulah yang

hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah

yang mati dan anakkulah yang hidup.” 3:24 Sesudah itu raja berkata:

“Ambilkan aku pedang,” lalu dibawalah pedang ke depan raja. 3:25 Kata

raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah

kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.” 3:26 Maka kata

perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah

belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah

kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi

yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu,

penggallah!” 3:27 Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya

bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya.”

Di sini salomo menggunakan akalnya untuk mencari ibu sebenarnya dari

seorang bayi.

a) Perjanjian Baru

1) Matius 16:13-20

Dalam nas ini menceritakan tentang Yesus dan murid-muridnya pada

saat mereka tiba di daerah Kaisarea. Dan di situ Yesus bercakap-cakap dengan

murid-muridNya. Yesus bertanya kepada murid-muridNya “siapakah anak

manusia itu?” dan sangat menarik disini bahwa Yesus mengeluarkan

pertanyaan seperti itu kepada murid-muridNya. maksud Yesus memberi

pertanyaan itu kepada murid-muridNya. Apakah murid-muridnya tidak

mengatahui siapa anak manusia itu. Karena dari jawaban mereka ada yang

mengatakan Yohanes pembaptis, ada yang mengatakan Musa dan ada juga

mengatakan Elia. Jawaban inilah yang muncul ketika Yesus bertanya kepada

mereka. Dan ini adalah tahapan-tahapan kognitif Jean Piaget Pertama,


pola/skema (schemas). Piaget menyatakan bahwa ketika individu berusaha

membangun pemahaman mengenai dunia,otak berkembang membentuk skema,

Kedua, asimilasi Asimilasi pada dasarnya tidak mengubah skema, tetapi

mempengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan skema. Asimilasi adalah

proses kognitif individu dalam usahanya untuk mengadaptasikan diri dengan

lingkungannya, Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur

kognitif yang belangsung sesuai dengan pengalaman baru Keempat,

keseimbangan adalah keseimbangan antara proses-proses asimilasi dan

akomodasi. Jadi Jean Piaget dalam berkembangnya kognitif memiliki empat

tahapan yaitu yang pertama pola skema ialah membagun pemahaman mengenai

otak sehingga terbentuknya skema, kedua asimilasi adalah untuk

mempengaruhi skema untuk bertumbuh, ketiga akomodasi adalah suatu

perubahan yang dimana sekema menyesuaikan dengan informasi atau

pengalaman baru yang diterima, dan keempat keseimbangan adalah suatu

proses bahwa seseorang individu beralih dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Menjadi hubungan teori kognitif dengan nas ini bahwa di mana dalam nas ini

banyak orang yang mempertanyakan tentang anak manusia itu siapa atau

mempertanyakan Yesus dalam kehidupan mereka. Dalam kita mengenal Yesus

kita perlu memiliki pemahaman yang benar yang akan mengarah kepada skema

kita oleh sebab itu skema kita harus berkembang terus dengan memberikan

asimulasi karena asimulasi sangat mempengaruhi pertumbuhan skema kita dan

juga akomodasi berperang untuk meluruskan skema kita, atau mengapdet untuk

menjadi lebih baik. Dan terakhir bahwa perlu ada kesinambungan bahwa ketika

kita mengenal Yesus dan mengalami Yesus dalam kehidupan kita. Kita perlu

terus mengenal dan mengalami Dia. Inilah di mana kita mengalami proses

bahwa kita beralih dari satu tahap ke tahap berikutnya.


3. Pembelajaran Dalam Alkitab

Di dalam Alkitab Allah sudah menggunakan media alat peraga dalam

mengajar umatNya sekalipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Allah

selalu menggunakan alat peraga berupa media visual untuk berkomunikasi dengan

umat-Nya. Dia berbicara dan pesan-Nya yang didokumentasikan di dalam Alkitab.

Namun dia sebenarnya melakukan lebih banyak lagi selain berbicara. Dia juga

menggunakan berbagai alat visual untuk menguatkan pesan-Nya. Di dalam Alkitab

ada beberapa media yang digunakan Allah sebagai alat peraga untuk

menyampaikan pesan-Nya.

Tuhan menggunakan media bejana (Yer. 18:1-7) untuk menyatakan isi

hatinya kepada bangsa Israel. Dalam Yeremia 18, kata “bejana” dalam bahasa

Ibrani memakai kata tx;äv.nIw> (wünišHat) yang memiliki bentuk verb niphal

waw consec perfect masculine singular. Penggunaan bejana dalam masyarakat

Timur Tengah bukanlah sesuatu yang baru, karena pembuatan bejana dari tanah liat

yang dikeraskan oleh api sudah dikenal sejak milenium ke 6 SM. Bahkan hasil

survey para arkeolog menunjukkan bahwa pada zaman Palestina kuno sudah

terdapat produksi bejana yang sangat menjamur di berbagai tempat di Palestina

kala itu.58

Sesungguhnya kata “bejana” -   (wünišHat) dalam Perjanjian Lama memiliki

banyak varian sinonim yang menunjukkan keragaman fungsi penggunaan.

Misalnya dalam Ezra 1:9 memakai kata  (´ágar†ülê) yang diterjemahkan sebagai

bokor; dalam Zakharia 4:2 memakai (guläh) yang diterjemahkan sebagai kandil

(sejenis mangkuk bulat sebagai tempat minyak dalam lampu); dan dalam Kel 16:33

58
D.N. Freedman, The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1996), 428.
memakai kata  (cinceºnet) yang diterjemahkan sebagai buli-buli (sebuah tabung

untuk menyimpan sebuah cairan).59

Dalam keragaman fungsi penggunaan sebuah bejana di atas pada dasarnya

menunjukkan bahwa sebuah bejana merupakan sebuah benda yang sangat digemari

oleh masyarakat Israel untuk dipakai sebagai sebuah wadah / tempat. Hal ini dapat

dimengerti karena sebuah bejana pada umumnya memiliki daya tahan (durabilitas)

yang sangat tinggi, dimana setelah objek tanah liat dipanaskan pada suhu tingkat

tinggi dan mengeras serta membentuk sebuah bejana padat, maka meskipun bejana

itu akan pecah, namun pecahannya tidak akan pernah membusuk atau menghilang.

Oleh sebab itu tidak heran, dalam penggalian arkeologi di wilayah Palestina

seringkali ditemukan pecahan-pecahan bejana zaman Israel kuno yang kualitasnya

masih bagus.60

Allah menggunakan media pembelajaran kepada Nabi Yeremia melalui

bejana yang dibuat oleh tukang periuk hal ini untuk menjelaskan perbuatan Allah

kepada bangsa Israel, agar Yeremia memberi tahukan kejahatan dan dosa bangsa

Yehuda, Allah berharap melalui Nabi Yeremia mereka mau bertobat. 61 Tuhan

sedang mengajar atau mendidik bangsa Israel dengan memberi gambaran tentang

bejana di tangan tukang periuk. Dalam Yeremia 18:6 Tuhan berkata "Masakan

Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel,

demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,

demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!”.

Dalam perjanjian baru Tuhan banyak menggunakan media dalam

pengajarannya, salah satunya adalah Tuhan memakai benih. Dalam Matius 13:1-

23, kata “menabur benih” dalam bahasa Yunani memakai kata spei,rein(speirein)

59
D.R.W. Wood, New Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity Press, 1996), 1224.
60
D.N. Freedman, The Anchor Bible Dictionary (New York: Doubleday, 1996), 433.
61
Chris Marantika, Kepercayaan dan Kehidupan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia, 1996)
218.
yang memiliki bentuk verb infinitive present active dan berasal dari kata benda

spei,rw(speiro).Kata ini muncul sebanyak 52 kali dalam seluruh Perjanjian baru,

dimana paling sering muncul dalam Matius (17 kali) dan Mark (12 kali), dan 14

kali dalam tulisan-tulisan Paulus.

Di dalam Injil biasanya menggunakan kata benih - spei,rw(speiro) secara

harafiah , seperti dalam perumpamaan tentang penabur (Mat 13:3, 4, 18, 19, 20, 22,

23; Mrk 4:3, 4, 14, 15, 16, 18, 20; Luk 8:5), lalang di antara gandum ( Mat 13:24,

27, 37, 39 ), biji sesawi (Mat 13:31; Mrk 4:31, 32), dan gambaran burung-burung

di udara yang tidak menabur benih (Mat 6:26; Luk 12:24). Sedangkan dalam

penafsiran tentang kata benih dari perumpamaan tentang penabur (Mat 13:1-23),

Yesus mengandaikan benih sebagai bentuk pemberitaan firman Allah tentang

Kerajaan Surga dan, dimana menuntut respon dan perilaku orang percaya dalam

menyambut benih Firman yang telah ditabur oleh Allah.62

Sebuah benih pada dasarnya adalah sebuah investasi kecil dengan potensi

nilai yang besar, dan merupakan langkah yang penting dalam sebuah reproduksi.

Meskipun jumlah benih hanya satu, namun itu dapat menjadi berlipat banyaknya

melalui sebuah ‘kematian’ dari benih itu sendiri. Konsep inilah yang dibawa Yesus

kepada pendengar-Nya untuk menjelaskan maksud dari kematian-Nya (bdk. Yoh

12:24), dan juga Paulus ketika memberikan penjelasan kepada orang-orang di

Korintus tentang kebangkitan tubuh (bdk. 1 Kor 15:35-37).63

Konsep tentang benih pada dasarnya juga merupakan sebuah ‘investasi’

yang sangat tergantung pada lingkungannya. Jika lingkungannya baik, maka

sebuah benih dapat berkembang dan menghasilkan banyak, namun jika

lingkungannya tidak baik, maka benih tersebut akan mati dan tidak menghasilkan

62
H.R. Balz &G. Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1990),
263.
63
D.R.W. Wood, New Bible Dictionary (Downers Grove: Inter Varsity Press, 1996), 1073.
apa-apa.64 Konsep ini tentu sangatlah sesuai dengan perumpamaan Yesus tentang

benih (Mat 13:1-23), dimana permasalahan lingkungan (tanah) yang membuat

sebuah benih tidak dapat berkembang dengan baik.

Perumpamaan yang digunakan Tuhan Yesus dalam mengajar

kebanyakan mengambil gambaran kehidupan sehari-hari, yang digunakan untuk

menyampaikan kebenaran yang abstrak. “Seorang penabur keluar untuk menabur,”

Ia memulai dengan memberikan ilustrasi yang memungkinkan untuk di responi.

Penabur dan biji adalah hal yang umum, sesuatu yang dimengerti oleh semua yang

mendengarkan-Nya.

Yesus saat Dia mengajar para murid-Nya telah mengunakan seluruh media

yang ada. Nilai nilai dari media pembelajaran yang Yesus lakukan adalah :

Pertama, meletakan dasar-dasar yang konkrit, dan mengurangi verbalisme.

Yesus menggunakan media pembelajaran sehingga menghasilkan suatu

dasar dimana sesuatu yang verbal dapat menjadi lebih konkrit dan nyata, sehingga

tidak menghasilkan kebingungan kepada siswa.

Kedua, memperbesar perhatian para peserta didik. Yesus menggunakan

media pembelajaran ini sendiri akan menumbuhkan perhatian yang lebih dari

orang-orang atau dari para muridnya, sehingga para murid lebih dapat

memperhatikan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Ketiga, meletakan dasar dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan

membuat pelajaran lebih mantap. Yesus dalam mengajar tidak dengan

sembarangan memberikan media sebagai alat bantu dalam memberikan

pembelajaran, tetapi Yesus memberikan suatu dasar yang penting agar murid dapat

belajar lebih lagi dan diajak untuk berpikir lagi ketika diberikan pembelajaran.

64
L. Ryken, J. Wilhoit, T. Longman, Dictionary of Biblical Imagery (Downers Grove: Inter Varsity Press,
2000), 770.
Keempat, memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Yesus juga memberikan suatu

pengalaman yang nyata dalam pembelajarannya, seperti pada saat Dia memberikan

contoh pohon ara yang dikutuk, sebagai suatu kepercayaan yang penuh kepada

Allah dan tidak goyah dalam doa.

Kelima, menumbuhkan pemikiran yang pemikiran yang teratur dan terus

menerus. Yesus memberikan media pembelajaran agar para murir dapat

menumbuhkan pemikiran yang teratur dan terus menerus, tidak hanya menerima

pada saat itu dan hilang kemudian, tetapi terus menerus diingat dan di aplikasikan.

Keenam, membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian

membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Yesus juga dalam memberikan

pengajaran menggunakan media pembelajaran untuk membantu para murid

menumbuhkan pengertian dan mengembangkan kemampuan berbahasa.

Puncak dari pengunaan Media Pembelajaran, Dia mengunakan Diri-NYA

sendiri sebagai contoh yang sulit dilupakan dengan menjalani jalan salib yang

penuh penderitaan yang mencengkam kehidupan para murid-Nya yang masuk ke

dalam kematian dan kebangkitan dan kenaikan ke surga dan memberikan Roh

Kudus sehingga sangat efektif mengajar para murid sehingga para murid mampu

bukan hanya menyerap pelajaran dari Yesus Guru Agung melainkan memampukan

mereka untuk mengajar generasi-generasi berikutnya.

Yesus yang penuh hikmat dan kuasa memberikan model pembelajaran yang

secara kreatif menggunakan segala hal yang ada di dalam kehidupan-Nya dan di

sekitar-Nya sebagai media pendidikan efektif. Proses pembelajaran agar kita kreatif

dan mampu menggunakan media yang ada di sekitar kita agar amanat-Nya

terlaksana maka kehadiran Roh Kudus dan proses belajar terus menerus yang

dirancang oleh-Nya akan membuat kita semakin efektif mendapatkan nilai-nilai


dari media pembelajaran dan Tuhan dipermuliakan. Dari sini dapat dilihat

bagaimana Yesus sebenarnya ingin mengajarkan kepada murid-muridNya melalui

perbuatan simbolis, pertama-tama Ia mengajarkan bahwa pelayanan-Nya berarti

perlu pengorbanan diri sebagai suatu tujuan utama kehidupan-Nya. Hubungan

antara pengorbanan dan baptisan dinyatakan melalui jawaban-nya pada Yakobus

dan Yohanes, yang memohon agar mereka boleh menerima hak istimewa nantinya,

kata-Nya “Dapatkan kamu . . . dibaptis dengan baptisan yang harus kuterima” (Mrk

10:38). Jadi, baptisan-Nya merupakan lambang kesengsaraan-Nya nanti.

Demikian pula pengajaran yang disampaikan melalui perjamuan yang

dirayakan pada malam sebelum Yesus disalibkan, dimana Dia diserahkan kepada

kekuasan Yahudi-Romawi dan jamuan yang dinikmati-Nya bersama dengan para

muridnya tersebut merupakan gambaran dimana penderitaan-Nya yang pertama

akan terjadi, dan yang kedua adalah ketika perjalanan bersama kedua muridnya

yang berjalan ke Emaus, digunakannya untuk mengajarkan tentang bahwa Yesus

tealh disiapkan untuk menggenapi apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada

manusia.

Media pembelajaran yang Yesus gunakan merupakan suatu warisan yang

dapat kita tiru, bukan saja harus kita memberikan materi tanpa media pembelajaran,

Yesus pun menggunakan media pembelajaran agar para muridnya mengertia apa

yang Dia sampaikan kepada mereka semua, maka dari itu dalam menggunakan

media pembelajaran ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan dimana media

pembelajarn itu sangat penting dalam dunai pendidikan pada saat ini, dan tidak

dapat dilepaskan dari pengajaran.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan variabel Bebas Pertama Dengan Variabel Terikat


Adapun kerangka berpikir dalam penulis ini untuk menghubungkan

variabel bebas dan variabel.

X Y

X : Variabel Bebas yaitu pengaruh TEKNOLOGI dalam pembelajaran.

Y : Variabel Terikat yaitu perkembangan kognitif siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai