SEMESTER : VII
UJIAN : LITURGIKA
SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan secara singkat unsur-unsur Liturgy dalam ibadah Kristen
Jawab:
Secara umum ibadah adalah respon atau tanggapan orang percaya terhadap apa
yang telah dikerjakan Allah bagi orang percaya. Dimana Allah yang Agung telah
menyelamatkan orang percaya dari dosa dan mengangkat orang percaya menjadi
anakNya dan menginginkan bersekutu dalam ibadah. Dalam ibadah orang percaya dapat
memuji-muji, menyembah dan berdoa pada Tuhan dan Tuhan menghibur, menguatkan
dan memperbaharui orang percaya dengan FirmanNya. Sehingga ibadah dapat diuraikan
dalam lima bagian yaitu : pertama, orang percaya berkumpul, bersekutu sebagai umat
Allah (Kis. 2:41-47). Kedua, datang menghadap Allah dengan penuh keberanian, iman
yang teguh dan tulus iklas (Ibr. 10:19-22). Ketiga mempersembahkan persembahan
kepada Allah dalam bentuk Mazmur, pujian, nyanyian rohani, ucapan syukur, doa safaat,
kesaksian, persembahan, dan lain-lain (1 Kor. 14:26-28, Maz. 95:1 - 7; 96:1-9). Keempat,
kehadiran Allah di tengah-tengah umat (Maz. 22:4). Kelima, Kasih, kuasa dam karya
Allah serta FirmanNya dinyatakan di tengah - tengah umatNya (Yes. 33:3).
2) Salam
Istilah dari kata ini adalah salutasi, diambil dari ibadah Yahudi. Rumusnya:
tercantum dalam 1 Sam. 25:6 dan Rut. 2:4 – 1 Sam. 25:6 – “Selamatlah kamu”
Rut. 2:4 – “Tuhan menyertai kamu” Pengarang Perjanjian Baru mengambil alih
dari ibadah Yahudi tersebut, dan pada Perjanjian Baru-lah kita kenal salam waktu ini.
Letaknya dalam ibadah:
3) Introitus
Istilah ini dipakai dalam ritus Romawi, dari asal nyanyian yang disebut inggressa
atau officium yang dipergunakan dalam ibadah Mozarabia di Spanyol dan Callia di
Prancis.
Rumusnya : Nats pendahuluan (yang sebenarnya harus dinyanyikan)
yang berhubungan dengan tahun gereja dan nats khotbah.
Prosesnya : Bila nats pendahuluan sudah diucapkan lalu jemaat
menyanyikan nyanyian masuk dan cukuplah dinyanyikan “gloria kecil”
yaitu hormat bagi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bila tidak dinyanyikan
nyanyian masuk jemaat perlu secara spontan (tanpa diberitahu)
menyanyikan suatu kidung atau Mazmur puji-pujian.
4) Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugrah, dan Hukum
Ketiga unsur kebektian ini mulai dipakai pada abad pertengahan. Sejak abad
sepuluh sesudah imam atau pendeta sampai di mimbar atau mezbah menundukkan diri,
menyembah dan mengaku dosa dihadapan Allah, pengakuan dosa itu disebut confesion.
• Pengakuan dosa
Menurut Van Ser Leeuww, begitu kita datang kehadirat Allah kita tak
boleh menunda-nunda untuk mengatakan bahwa kita adalah orang- orang berdosa
dan bahwa dosa-dosa kita menyedihkan hati kita. Jadi, harus segera mengakui
dosa. Tanpa dosa-dosa kita diampuni terlebih dahulu kita tidak dapat melanjutkan
kebaktian. Jadi, pengakuan umum bukan pengakuan dosa pribadi dalam
kebaktian. Dalam kebaktian bukan mengaku dosa saya pribadi tetapi kedosaan
yang saya punyai bersama-sama dengan anggota jemaat. Itulah sebabnya
pengakuan dosa merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam kebaktian.
Menurut E. Schweizer, sedikitpun tidak nyata dalam Perjanjian Baru
bahwa kebaktian jemaat adalah suatu “ulangan” drama keselamatan dengan
pemberitaan hukum, pengakuan dosa dan anugerah. Dalam kebaktian-kebaktian
jemaat Perjanjian Baru tidak ada pengakuan dosa, itu tidak berarti jemaat sudah
sempurna, malahan dengan sangat konkret dikatakan mengenai dosa jemaat baik
dosa sebelum dibaptiskan dan sesudah diampuni. Rom. 7:1-7; 1 Kor. 15:9; Tit.
1:15. Di Perjanjian Baru jemaat telah mendengar bahwa perbuatan Allah telah
berlangsung sehingga segala sesuatu tidak diulang-ulang lagi tiap-tiap minggu
didepan jemaat.
Cara : Sekalipun dapat dinyanyikan menurut Calvin dan Luther, namun sebaiknya
diucapkan sama-sama oleh pelayan maupun jemaat. Karena pengakuan iman ini
diikrarkan jemaat berdiri selaku tanda kesediaan untuk membaktikan diri untuk
pelayanan Tuhan.
Fungsi pengakuan iman : merupakan rangkuman dari Injil yang dijelaskan dan
merupakan jawab jemaat atas Firman yang diberikan.
7) Doa Syafaat
Istilah Latinnya : Intersessi Isi Doa Syafaat:
Untuk gereja (pejabat-pejabat, pendeta, diakon, yang sedang sakit, orang yang
melayani)
Untuk anggota-anggota jemaat (yang baru dibaptiskan, yang sakit, yang
menderita karena nama Yesus)
Untuk dunia (perdamaian, peperangan, kelaparan, penderitaan)
Untuk pemerintah (raja, kaisar, tentara, dll) Penempatan:
Dari sejak gereja lama dari abad pertama sampai sekarang doa syafaat
ditempatkan sesudah khotbah, biasanya ditutup dengan Doa Bapa Kami.
Caranya
Bisa dilaksanakan dengan cara berdiri atau belutut, kedua sikap tersebut ada
dalam Perjanjian Baru.
Sebetulnya tidak ada keuntungan Tampa liturgi yang ada mmbuat jemaat
beribadah degar egois da tidak memikirkan orang sekitarnya.
Hal tunduk tidak merendahkan pribadi seorang, sebab dalamnya tidak tersirat
penindihan atau penindasan. Sebaliknya, dinyatakan bahwa suami harus
mengakui harkat wanita yang telah ditetapkan oleh Allah dan bahwa suami
bertanggung jawab untuk melindungi dan membimbing istrinya sedemikian
sehingga dapat memenuhi kehendak Allah bagi dirinya dalam rumah dan dalam
gereja.
Sama seperti Kristus tidak lebih rendah atau lebih hina karena Bapa adalah
Kepala-Nya, demikianlah wanita bukanlah seorang yang rendah karena pria
adalah kepalanya. Apalagi, dalam Kerajaan Allah, kepemimpinan tidak pernah
mengandung arti menjadi "yang lebih besar". Sikap hamba dan ketaatan adalah
kunci kebesaran dalam kerajaan itu (Mat 20:25-28; Fili 2:5-9). Uraian Paulus
tentang hubungan pria dan wanita harus dipelajari dalam kaitan dengan
uraiannya tentang tanggung jawab istri dan suami dalam pernikahan
Prinsip di balik pemakaian tudung ini sampai sekarang pun masih diperlukan.
Seorang wanita Kristen harus berdandan dengan sopan dan dengan hati-hati,
mengenakan pakaian yang pantas dan bermartabat sehingga ia dapat pergi ke
mana saja dengan aman dan hormat. Ketika seorang wanita berdandan dengan
sopan dan pantas bagi kemuliaan Allah, dia mempertinggi tingkat martabat dan
kelayakannya sendiri yang telah dikaruniakan oleh Allah.
Maksud Allah dalam pemberian karunia rohani ini adalah sebagai berikut:
Untuk menyatakan kasih karunia, kuasa, dan kasih Roh Kudus di antara
umat-Nya dalam pertemuan umum, rumah, keluarga, dan kehidupan
pribadi mereka (ayat 1Kor 12:4-7; 14:25; Rom 15:18-19; Ef 4:8);
Untuk menolong supaya pemberitaan Injil menjadi efektif, dengan cara
memberikan peneguhan adikodrati kepada berita itu (Mr 16:15-20; Kis
14:8-18; 16:16-18; 19:11-20; 28:1-10);
Untuk memenuhi kebutuhan manusia dan untuk menguatkan dan
membangun kerohanian jemaat (ayat 1Kor 12:7,14-30; 14:3,12,26) dan
juga orang percaya secara pribadi (1Kor 14:4) yaitu, untuk
menyempurnakan orang percaya dalam "kasih yang timbul dari hati yang
suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas" (1Tim
1:5; bd. 1Kor 13:1-13).
Untuk berperang dengan efektif dalam peperangan rohani melawan Iblis
dan kuasa-kuasa kejahatan (Yes 61:1; Kis 8:5-7; 26:18; Ef 6:11-12). Ayat-
ayat yang berkenaan dengan karunia rohani meliputi Rom 12:3-8; 1Kor
1:7; 12:1-14:40; Ef 4:4-16; 1Pet 4:10-11.
KARUNIA-KARUNIA ROHANI.
Istilah yang dipakai oleh Alkitab untuk karunia rohani menyatakan sifatnya.
"Karunia-karunia rohani" (Yun. _pneumatika_, berasal dari kata
_pneuma_, artinya "Roh") menunjuk kepada manifestasi adikodrati yang
datang sebagai karunia dari Roh Kudus yang bekerja melalui orang
percaya demi kebaikan bersama (ayat 1Kor 12:1,7; 14:1).
"Karunia-karunia" (Yun. _charismata_, berasal dari kata _charis_, artinya
"kasih karunia") menunjukkan bahwa karunia rohani mencakup baik
motivasi batin dan kuasa untuk menyelenggarakan pelayanan (yaitu,
pemberian kesanggupan), yang diterima dari Roh Kudus; karunia
semacam itu memberi kekuatan rohani kepada tubuh Kristus dan mereka
yang memerlukan pertolongan rohani (ayat 1Kor 12:4; Ef 4:11; 1Pet 4:10;
Rom 12:6; Rom 12:6]
God Bless