Anda di halaman 1dari 5

NAMA :CHARLES SAPULETE

TUGAS EVALUASI KLH 04

1. Jelaskanlah pemahaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai liturgi

2. Bandingkanlah pemahaman teologis dan ciri-ciri unsur Liturgi dalam Perjanjian Lama,
Perjanjian Baru, dan masa Gereja Mula-mula, Abad Pertengahan, Katolik, Protestan,
Pentakosta, serta Oikoumene.

3. Berikanlah pendapat Anda sendiri mengenai berbagai pergeseran yang terjadi pada Liturgi
dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan masa Gereja Mula-mula, Abad Pertengahan,
Katolik,

Protestan, Pentakosta, serta Oikoumene.

4. Jelaskanlah secara teologis arti, makna dan tujuan kontekstualisasi liturgi dan implikasi
terhadap PAK.

5. Berikanlah contoh-contoh lain kontekstualisasi dalam liturgi.

6. Bandingkanlah hasil wawancara terhadap 5 (lima) orang warga (terdiri dari: Remaja, Pemuda,

Perempuan, Lelaki, dan Koordinator Unit) dan 3 (tiga) orang pelayan gereja (terdiri dari
Pendeta,

Penatua dan Diaken) mengenai pengertian liturgika sebagai ilmu dan sebagai tugas pelayanan

gereja dalam Kuliah 01-03 yang lalu dengan liturgi sebagai perayaan kehidupan bersama Kristus

Yesus, Sang Kepala Gereja dalam persekutuan Roh Kudus dan sesama manusia serta alam

semesta pada pembahasan dalam draft Jurnal kelompok anda.


JAWABAN :

1. 1. Pemahaman Perjanjian Lama mengenai Liturgi.

Dalam kitab suci berbahasa Yunani (septuaginta). Kata liturgi ditemukan sebanyak 170 kali
sebagai terjemahan atas kata Ibrani abhod'ah. Namun ada hal yang menarik bahwa kata ibrani
itu mengandung dua pengertian yang biasa dibedakan dengan ungkapan khusus, yakni sher'et
dan abh'ad. Sher'et lebih berarti ungkapan perasaan dalam pengabdian diri serta kesetiaan
kepada majikan, sedangkan abh'ad lebih berarti ketaatan kerja seorang hamba (ebhed:
budak/hamba/abdi). Dua istilah ini digunakan baik dalam dunia profan maupun religius. Dalam
dunia religius, istilah abhod"ah merujuk pada pelayanan para imam (Lewi) kepada Yahweh dan
dilakukan di dalam kemisah pada bagian yang terpisah dari umat.² Jadi dengan demikian istilah
liturgi ini pun masih terbatas pada pelayanan yang dilakukan secara khusus, yakni hanya oleh
para imam namun dilakukan demi kepentingan umat (Bil 16:9). Dengan kata lain, ini bukan
ibadah seluruh umat, melainkan hanya ibadah para imam yang dianggap lebih tinggi dan
terhormat. Terkait dengan itu, istilah yang digunakan untuk peribadatan umat adalah latreia
dan douleia. Sekali lagi ini dibedakan dari leitourgia yang khusus digunakan untuk ibadah atau
pelayanan oleh para imam. Dari sini nampak bahwa ada perbedaan dalam pandangan maupun
praktiknya, tentang ibadah yang dilakukan oleh pelayan khusus atau para imam dengan ibadah
umat. Terjadi struktur hierarki dalam beribadah karena suku Lewi mendapat tempat tersendiri
secara institusional yang berdampak pada makna abhad-abhodah yang sebelumnya bermakna
pelayanan rohani, berubah menjadi khusus persembahan korban oleh imam kepada Allah.³ Itu
berarti penekanan terhadap pemberian material dibandingkan ungkapan kesetiaan yang lahir
dari sikap tunduk dan hormat berlandaskan cinta kasih lebih nampak dallam ibadah PL.
Nantinya setelah kembali dari pembuangan Babilon, ibadah sinagoga menjadi model baru
dalam praktik peribadahan umat di mana di situlah umat berkumpul dan mendengarkan
sabda Allah, berdoa dan bermazmur tanpa para imam suku Lewi .

dalam PB Dikatakan sebelumnya bahwa istilah leitourgia yang digunakan dalam septuaginta
adalah untuk menerjemahkan pelayanan yang diberikan oleh para imam di Bait Allah.
Pelayanan yang dimaksudkan itu dapat ditemukan dalam kitab PB, yakni dalam Injil Lukas 1:23,
yang menerangkan tentang tugas yang dilakukan oleh Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis.
Makna liturgi yang sama juga dapat ditemukan dalam surat Ibrani 8:6, yang menunjuk pada
pelayanan Imam Besar Yesus Kristus di Bait Suci surgawi. Sedangkan liturgi dalam arti sebagai
ibadah (ritual) bersama yang kini diterapkan oleh gereja dapat ditemukan dalam Kisah Para
Rasul 13:2.4 Kata liturgi sendiri dijumpai sebangak 15 kali dalam Kitab Perjanjian Baru. Kata
leitourgein, leitourgia, dan leitourgos dapat ditemukan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru
sebagai berikut:

Leitourgein[KPR.13:2,Roma.15:27,ibrani:10:11].Leitourgia[lukas:1:23.2kor:9:12,filipi2:27,30,

Ibrani 8:6;9:21.dan menyimpulkan istilah liturgi yang digunakan dalm PB mengarah pada tugas
dan jabatan Sbb.Tugas iman,iman besar kristus ,pekebaran injil,malakikat
malaikat,pemerintah,membantu orang miskin beribadah [kis 13:12].

2. Masa Gereja Perdana (Mula-mula)

Liturgi yang digunakan gereja hingga saat ini tentunya telah mengalami perkembangan
sepanjang perjalanan sejarah gereja mulai dari sejak peristiwa Keturunan Roh Kudus
(pentakosta) hingga hari ini. Liturgi awal berjalan tanpa terikat pada buku-buku liturgi, formula
liturgis, dan aturan-aturan liturgis lainnya melainkan lekat dengan kesederhanaan. Ibadah
dimaknai oleh jemaat mula-mula sebagai pertemuan atau perkumpulan untuk berdoa dan
memecahkan roti dan tidak bersifat kultis. Itulah sebabnya hal terpenting yang menjadi ciri dari
Liturgi gereja mula-mula adalah liturgi lebih dimaknai sebagai cara dan sikap hidup, dan bukan
melalui cara liturgi dilayankan.Sebagai contoh bentuk dan isi yang mendapat pemaknaan
teologis yang baru tersebut sebagai berikut:

1) Pembaptisan Kisah Para Rasul 2:41-42 menginformasikan tentang adanya orang-orang


(sekitar 3000 orang) yang dibaptis. Bosco da Cunha mengatakan bahwa pembaptisan dilakukan
dengan cara menenggelamkan ke dalam air sambil menyerukan Kristus Yesus yang diutus oleh
Bapa dan Roh Kudus

2) Pemecahan Roti dan Perjamuan Tuhan sebagai Peringatan Selanjutnya dalam tulisan yang
sama disebutkan bahwa mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (ayat 42 b).
Tujuan mereka berkumpul adalah untuk mengadakan peringatan akan Tuhan (I Kor. 11:24-26).
Jadi berdasarkan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa di masa itu telah terjadi bentuk
ibadah berupa baptisan, pengajaran, persekutuan, pemecahan roti dan doa. Bentuk ibadah
perjamuan, berupa pemecahan roti dan makan bersama, adalah kelanjutan dari ibadah di Bait
Allah atau di sinagoge.

3) Doa-doa dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, misalnya: Doa Berakoth, yaitu sikap
pengenangan, puji-pujian dan pengucapan syukur kepada Allah karena la telah melakukan
perkara besar. Doa itu berupa pengakuan bahwa karya Allah telah terjadi di dalam Yesus
Kristus, Mesias Anak Allah.
3.Menurut pandangan saya pemahaman PL ini merujuk pada suatu tugas dan tanggung jawab
pada suatu pekerjaan kesetiaan kita dalam pekerjaan dan merupakan tugas yang harus betul-
betul kita tekun dan setia dalam setiap tugas yang kita lakukan dan kita taat pada setiap
peraturan dan hak-hak dalam suatu induk pekerjaan yang mena kita harus serius ,setia rajin
dalam melakukan tugas kita,menggapdi dengan tekun dan rajin pada setiap pekerjaan apalagi
sebagai seorang iman pelayan yang mana harus serius dan setia dalam melakukan pelayan-
pelayanan dalam persekutuan-persekutuan dengan jemaat .dan untuk PB ini bebicara pada
setiap kata dan gaya bahasa yang harus seorang pelayan iman mengunakan terjemahan-
terjemahan dalam menggunakan berbagai bahasa dari orang yang memang berbedah bahasa
dengan kita .dalam gereja mula-mula Liturgi yang digunakan gereja hingga saat ini tentunya
telah mengalami perkembangan sepanjang perjalanan sejarah gereja mulai dari sejak peristiwa
Keturunan Roh Kudus (pentakosta) hingga hari ini.dan dimana mulai ada dalam perkembangan
zaman duni teknologi yang sekarang ini kita bisa mengunakan dalam peribadahan-
peribadahan.pembabtisan bahwa pembaptisan dilakukan dengan cara menenggelamkan ke
dalam air sambil menyerukan Kristus Yesus yang diutus oleh Bapa dan Roh Kudus dan dengan
perkembangan zaman kita ada dalam perkembangan dan pembabtisan dilakukan dengan
percikan diaman ini sudah menandahi kita tentang air dimana yesus babtis dengan air jadi
dengan percikan kita sudah memahami dan memaknai itu dalam diri kita .perjamuan kudus
merupakan pengakuan iman kita dalam memperingati akan tubu dan dara yesus yang sudah
mengorbankan dirinya dalam menyelamatkan kehidupan kita umat manusia .doa dimana kita
berjumpa dengan tuhan dengan membawah segalah pergumulan-pergumulan hidup dan
mengucap syukur dalam penyertaan tuhan bagi hidup ini dan meminta penyertaan dan
penjagaan ,perlindugan dari Allah itu sendiri didalam setiap hari-hari kehidupan kita secara
bersama-sama di dunia ini .dimana pada masa abad pertengahan ini mulai meranjang suatu
pesan dan kesan yang sudah ditulis dengan kata-kata yang indah ,dimana sampai sekarang ini
kita memiliki kesan dankata-kata mitivasi ,inpirasi yang menyemangatakan kita dalam segalah
aktivitaskita dengan kata –kata yang positif enak didengar oleh orang lain.pada gereja timur
dimana saya melihata bahwa sudah adah aliran –aliran yang sudah dibuat oleh orang –orang
tertentu.gereja barat itu sudah mulai di lakukan liturgi dengan mengunakan bahasa latin dan
sampe sekarang ini kita sudah mengunakan berbagai bahasa sesuai dengan perkembangan di
tanah raja-raja ini berbagai bahsa kita pakai untuk peribadahan yang terserah di dalam susunan
liturgi .
4. kontekstualisasi mentransformasikan budaya itu dengan isi yang baru. Dalam hal ini, bingkai
budaya bisa dipertahankan, tetapi bisa juga tidak dipertahankan melainkan dikreasikan secara
baru. Dengan demikian, kontekstualisasi menunjuk suatu proses permanen mengungkapkan
dan merayakan Injil ke dalam situasi sosio- politis, kultural dan ekonomis sedemikian rupa
sehingga Injil itu tidak hanya terungkap melalui bingkai budaya pada situasi dan locus tertentu,
melainkan Injil itu menjadi daya dan kekuatan yang menginspirasikan, membentuk dan
mengubah sekaligus memperbarui, atau mentransformasikan situasi dan locus tersebut
sehingga manusia yang hidup dan mengkreasikan makna Injil dalam situasi dan locus tersebut
memperoleh kekuatan (driving forces) untuk keluar (break-through) ke dalam dunia guna
menghadirkan Injil yang membebaskan itu. Dengan demikian, kontekstualisasi dalam liturgis
tidak terbatas pada perayaan melainkan terutama pada aksi- praksis, perilaku, perbuatan yang
membebaskan, menebus, menyembuhkan dan memulihkan. Dengan dasar teologis ini, unsur
budaya setempat diterima dan dibarui dalam kerangka pemberitaan Injil sebagai media dialog
di antara Allah yang menyelamatkan dan manusia yang diselamatkan. Dengan kontekstualisasi
dalam liturgi, maka budaya menjadi sangat berharga. Makna Kontekstualisasi dalam liturgi
Kontekstualisasi dalam liturgi memiliki makna continuity dan change. Ada aspek-aspek atau
elemen-elemen yang harus dipertahankan dan diteruskan, namun ada pula aspek-aspek atau
elemen-elemen yang harus diubah dan dibarui. Misalnya, Komunitas Iman yang berhimpun,
Pengakuan Dosa, Pemberitaan Firman, Sakramen, Persembahan Syukur, Doa sebagai aspek
atau elemen yang tidak bisa diubah dan pakaian, aksesoris, peralatan liturgis sebagai aspek atau
elemen yang bisa saja berubah. Namun hal berubah dan tidak berubah memiliki arti, makna
dan tujuan yang jelas. Yakni, Tuhan Allah dimuliakan dan sesama manusia dan alam semesta
dilayani dan ditata kembali sehingga "semuamya menjadi amat baik dalam pandangan mata
Tuhan (Kej 1:31).

5.persiapan ,menghadap Tuhan,Votum dan salam ,Nas pembimbing ,pengakuan dosa ,nyanyian
jemaat,berita pengampunan dosa ,petunjuk hidup baru,pelayanan firman Tuhan ,khotbah ,saat
teduh,respon umat ,pengakuan iman ,persembahan syukur,doa syafaat ,pengetusan dan janji
penyertaan ,pengutusan ,janji penyertaan .

6.diaman semua ada dalam metode pemahaman yang berbedah-bedah tetapi iman dan ilmu
liturgi itu terus terjadi dalam setiap diri masing-masing orang percaya dimana fdari banding
pemahaman liturgi dimana ini merujuk pada acuan ,petunjuk pada suatu kegiatan kebaktian itu
berjalan dengan baik di hadapan Tuhan .dibandingkan dengan asal liturgi itu tetapi tetap
berjalan dengan berbagai perkembangan –perkembangan zaman sampai sekarang ini .

Anda mungkin juga menyukai