Anda di halaman 1dari 7

Nama : Joy Immanuel Tarigan (22.01.

2107)

: Mentari Nababan (22.01.2118)

Tingkat/Prodi : II-B/Teologi

Mata kuliah : Liturgika I

Dosen Pengampu : Mery Ulina Br. Ginting, M.Si. Teol

DIMENSI TEOLOGIS DAN MAKNA LITURGIS BAGI KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

I. Pendahuluan
Dalam melakukan Peribadahan kebaktian dalam Gereja kita memerlukan
pelayanan. Pelayanan yang kita butuhkan ialah sebuah liturgi, liturgi mencangkup
banyak aspek yang sangat mendalam. Dalam melakukan liturgi tidak hanya dalam
gereja, tetapi liturgi sangat dipakai dalam kehidupan sehari-hari, liturgi sangat
banyak digunakan dalam melayani banyak orang. Kita perlu memakai liturgi
dalam paham pelayanan. Liturgi banyak mencangkup aspek teologi yang sangat
mendalam.

II. Pembahasan
II.1. Definisi Teologis
Arti etimologis (asal kata) istilah “teologia” berasal dari dua kata yaitu
theos yang artinya “Allah” dan logos yang artinya “perkataan, uraian, pikiran,
dan ilmu”. Secara umum teologia ialah pengetahuan yang rasional tentang
Allah dan hubungannya dengan karya atau ciptaan-Nya seperti yang
dipaparkan oleh Alkitab.1 Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
merumuskan teologi sebagai pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat-sifat
Allah, dasar-dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan
pada kitab suci).2 Jadi dapat disimpulkan bahwa teologi adalah pengajaran
mengenai Allah dan hal-hal Ilahi yang dinyatakan Allah di dalam Firmannya.3

II.2. Definisi Liturgi


1
Harianto GP, Teologi Misi, (Yogyakarta: Andi, 2017), 2.
2
B.F. Drewes, Julianus Mojau, Apa Itu Teologi?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 16.
3
Yoseph Rasiman, Apa Itu Teologi?, Jurnal Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, 2020, 83.
Kata liturgi berasal dari Bahasa Yunani leiturgia (λειτουργία). Kata ini
terbentuk dari dua kata Yunani, yaitu Leitos yang berarti rakyat atau umat dan
kata ergon yang berarti pekerjaan, perbuatan atau tugas. Jadi leiturgia menurut
kedua kata ini berarti melakukan suatu pekerjaan untuk rakyat. 4 Dalam
masyarakat Yunani kuno, kata leitourgia dimaksudkan untuk menunjuk kerja
bakti atau kerja pelayanan yang tidak dibayar, iuran atau sumbangan dari
warga masyarakat yang kaya, dan pajak untuk masyarakat atau negara.
Dengan begitu menurut asal-usulnya, istilah leitourgia memiliki arti profan-
politis, dan bukan arti kultis.5
Pada Kitab Perjanjian Baru, penggunaan kata leitourgia memiliki
beberapa makna yang berbeda-beda. Kis 13:2 penggunaan kata leitourgia
menunjuk kepada ibadat atau doa kristiani: “Pada suatu hari ketika mereka
beribadah (leitourgein) kepada Tuhan dan berpuasa” Dalam Rm 15:16, Paulus
disebut sebagai pelayan (leitourgos) Yesus Kristus melalui pelayanan
pemberitaan Injil Allah. Maka istilah liturgi disini berarti pelayanan dalam
bidang pewartaan injil. Tetapi dalam 2 Kor 9:12 dan Rm 15:27, kata liturgi
berarti sumbangan yang merupakan Tindakan amal kasih bagi saudara-saudari
seiman ditempat lain. Jika disimpulkan, kata liturgi dalam Perjanjian Baru
dihubungkan dengan pelayanan kepada Allah dan sesama sehingga kata liturgi
ini tidak terbatas kepada bidang ibadat saja namun mencakup aneka bidang
kehidupan lainnya.6 Maka Liturgi bukan hanya berbicara tentang cara
peribadatan dan berlangsungnya ibadah, namun tentang bagaimana liturgi itu
berperan dalam pertumbuhan kerohanian seseorang dan menjadikan dewasa
secara rohani.7

II.3. Dimensi Teologis Liturgis


Berbicara liturgi tidak hanya membahas mengenai urusan, aturan petugas,
dan tata perayaan liturgis saja. Namun merujuk pada pada perayaan misteri
karya keselamatan Allah sendiri yang dilaksanakan oleh Kristus bersama
gereja-Nya dalam roh kudus. Yang dilihat melalui medan perjumpaan Allah

4
G. Riemer, Cermin Injill, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 9.
5
E. Martasudjita, Liturgi Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 15.
6
Ibid., 17.
7
Ayub Rusmanto, dkk., Liturgi Sebagai Instrumen Gereja Untuk Mengupayakan Jemaat Mengalami
Perjumpaan Dengan Tuhan Sehingga Bertumbuh Dewasa Secara Rohani, Vol. 3, No. 1, Matheuo, 2023, 44.
dan manusia. Ini sebagai wahana pertemuan bukan hanya antar umat beriman
saja tetapi umat beriman dengan Allah sendiri yang berlangsung melalui
Kristus dalam roh Kudus. Dari hal itu ada 4 dimensi liturgi, yaitu:

II.3.1. Liturgi Sebagai Peranserta Dalam Liturgi Trinitas


Seluruh liturgi kita sebenarnya merupakan partisipasi kita
dalam liturgi Trinitas situ. Surat Ibrani melukiskan macam ibadat
kita kepada Allah: “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah
sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati
nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat
beribadat kepada Allah yang hidup” (9:14). Tentang kemungkinan
kita untuk mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri melalui
liturgi, surat Ibrani menulis: “oleh darah Yesus kita sekarang penuh
keberanian dapat masuk ke dalam tempat Kudus, karena Ia telah
membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai Imam Besar sebagai
kepala Rumah Allah” (10:19- 21).8

II.3.2. Liturgi Sebagai Perayaan Misteri Paskah


Isi perayaan liturgi ialah apa yang menjadi inti un- dangan
Allah bagi kita dalam liturgi. Undangan itu ialah tawaran untuk
berperanserta dalam hidup Allah sendiri. Hidup Allah ialah hidup
dalam komunitas kasih antara Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Singkatnya dengan liturgi kita ditawari untuk berperanserta dalam
persekutuan dengan Allah. Bersatu dengan Allah adalah kata lain
dari keselamatan itu sendiri. Berperanserta dalam keselamatan
Allah berarti mengalami kesatuan dengan Allah.9

II.3.3. Liturgi Sebagai Tindakan Kristus Dan Tindakan Gereja

8
E. Martasudjita, Makna Liturgi Bagi Kehidupan Sehari-hari, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 22-23.
9
Ibid., 52.
Kristus dan Gereja benar-benar subjek liturgi. Liturgi adalah
tindakan Kristus dan sekaligus tindakan Gereja. Itu tidak berarti
bahwa liturgi tersusun atau terdiri dari dua tindakan yang sendiri-
sendiri, yakni tindakan Kristus dan selain itu ada tindakan Gereja.
Liturgi yang kita rayakan selalu merupakan tindakan Kristus dan
sekaligus tindakan Gereja. Liturgi mencakup kristologi dan
sekaligus eklesiologi. Dalam liturgi Kristus bertindak melalui dan
bersama Gereja, sekaligus dalam liturgi yang satu dan sama Gereja
bertindak melalui dan bersama Kristus. Pernyataan ini mungkin
paling baik diungkapkan dalam Doxologi, yang mengakhiri Doa
Syukur Agung kita: “Dengan perantaraan Kristus dan bersama Dia
serta bersatu dalam Roh Kudus, kami menyampaikan kepada-Mu,
Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian, kini dan
sepanjang segala masa.”10

II.3.4. Liturgi Sebagai Fungsi Dasar Gereja


Pernyataan liturgi sebagai fungsi dasar Gereja menunjuk
pemahaman bahwa liturgi merupakan sarana bagi Gereja untuk
menyatakan dirinya, menampakkan dirinya dan melaksanakan
dirinya sebagai Gereja. Liturgi sebagai fungsi dasar Gereja dapat
juga didekati dari asal-usul istilah Gereja itu sendiri, yang berasal
dari kata ekklesia. Umat yang dipanggil, dipilih dan dikumpulkan
oleh Allah sendiri bukan hanya menjadi umat Allah tetapi juga
untuk menyembah Allah. Panggilan umat Allah untuk menyembah
Allah terutama terlaksana dalam liturgi.11

II.4. Makna Liturgi dalam Kehidupan Sehari-hari


Makna Liturgi dalam kehidupan sehari-hari Liturgi dapat dipahami
dari macam-macam pengertian. Di sini disampaikan pertama-tama pandangan
populer atau padangan umat pada umumnya mengenai liturgi. Ternyata
pandangan populer ini tidak selalu sesuai dengan makna istilah liturgi dari sisi

10
Ibid., 2-63.
11
Adven Leonard Nababan, Teologi Liturgi, Hauman Na Rata, 2009.
sejarah dan perkembangannya. Tetapi bagaimanapun juga, pengertian liturgi
yang mesti dijadikan acuan ialah apa yang diajarkan oleh Gereja.
Pada umumnya yang muncul pertama kali dalam pikiran banyak orang
mengenai liturgi ialah hal-hal mengenai doa, ibadat, urutan ibadat, nyanyian
liturgi, peralatan liturgi, cara duduk atau berdiri yang liturgis, dst. Apabila
sebuah Tim Liturgi dibentuk dalam suatu kepanitiaan di Gereja, yang dipikir
bersama dalam Tim Liturgi tentulah: nanti yang tugas memimpin Ekaristi
siapa, yang konselebrasi siapa saja, siapa yang membuat teks panduan Misa,
siapa yang bertugas kor atau paduan suara, siapa yang bertugas membaca
(Lektor), putra altarnya siapa saja, siapa yang membawa bahan persembahan
ke altar, siapa yang mengedarkan kotak atau kantong kolekte ke ke umat
jemaat.
Kata liturgi (bahasa Latin: liturgia) berasal dari bahasa Yunani
leitourgia. Kata leitourgia terbentuk dari akar kata benda ergon, yang berarti
karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos (bangsa
atau rakyat). Secara harfiah, leitourgia berarti karya atau pelayanan yang
dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Kata leitourgia berarti karya publik,
yakni pelayanan dari rakyat dan untuk rakyat. Dalam masyarakat Yunani kuno,
kata leitourgia dimaksudkan untuk menunjuk kerja bakti atau kerja pelayanan
yang tidak dibayar, iuran atau sumbangan dari warga masyarakat yang kaya,
dan pajak untuk masyarakat atau negara. Dari sisi asal usul sejarah istilah ini,
kata leitourgia pertama-tama justru memiliki arti profan-politis, dan bukan arti
kultis sebagaimana biasa kita pahami sekarang ini. Sejak abad ke-4 sM,
pemakaian kata leitourgia diperluas, yakni untuk menyebut berbagai macam
karya pelayanan.12 Liturgi bukan hanya dilaksanakan disaat kita melakukan
kegiatan keagamaan ataupun ditempat-tempat keagamaan, tetapi ibadah kita
laksanakan setiap harinya, kapanpun dan dimanapun kita tetap melakukan
yang namanya liturgi karena seluruh segi kehidupan kita apapun macamnya
dipandang sebagai medan atau ajang perjumpaan kita dengan Allah. 13 Ini
menunjukkan bahwa disepanjang hidup kita dalam kehidupan sehari -hari kita
adalah waktu untuk berjumpa dengan Allah, tidak harus di dalam gereja
ataupun di tempat-tempat keagamaan. Namun banyak umat yang secara sadar
12
Emanuel Martasudjita, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi (Yogyakarta: Kanisius,
2011), 3-15
13
Ibid 25
atau tidaknya menganggap bahwa liturgi dan kehidupan nyata sehari-harinya
adalah dua hal yang bisa dipisahkan padahal liturgi sangat berpengaruh di
dalam kehidupan kita selaku orang Kristen dalam menjalani hari-hari.
Kebersamaan kita dengan Allah terlaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali hal yang kita lakukan dalam keseharian kita baik yang
dilakukan secara bersama-sama dengan orang lain maupun yang kita lakukan
secara pribadi. Di sepanjang hari jika kita berdoa kepada Allah sudah pasti hal
yang tidak kita lupakan adalah meminta penyertaannya kedalam hidup kita
disetiap waktu, ini artinya kita meminta Allah untuk selalu bersama-sama
dengan kita dan segala aktivitas kehidupan kita bermakna karena Allah
bersama dengan kita. sepanjang waktu.14

III. Kesimpulan
Liturgika sebagai bentuk pelayanan yang kita gunakan dimanapun. Liturgika
memaknai banyak kebutuhan kehidupan umat, sebab liturgi menyatu dan
menjiwai kehidupan umat. Dimensi liturgika sangat menjadi hal yang baik bagi
semua umat kristiani yang dapat menyatukan kehidupan umat manusia. Dimensi
liturgika dipakai sebagai landasan untuk menyatukan semua pelayanan dalam hal
sehari-hari. Liturgi bukanlah sekedar tata urutan untuk mengatur jalannya
peribadahan tetapi liturgika merupakan suatu pertemuan dialog, media memberi
dan menerima, sebagai pembaharuan anugerah liturgika dan liturgika akan
memperluas segala kehidupan pelayanan semua orang.

IV. Daftar Pustaka


GP Harianto, Teologi Misi, Yogyakarta: Andi, 2017
Drewes B.F., Julianus Mojau, Apa Itu Teologi?, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011.
Rasiman Yoseph, Apa Itu Teologi?, Jurnal Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma, 2020
Riemer G., Cermin Injill, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995
Martasudjita E., Liturgi Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, Yogyakarta:
Kanisius, 2011

14
Ibid 78-79
Rusmanto Ayub, dkk., Liturgi Sebagai Instrumen Gereja Untuk Mengupayakan
Jemaat Mengalami Perjumpaan Dengan Tuhan Sehingga Bertumbuh Dewasa
Secara Rohani, Vol. 3, No. 1, Matheuo, 2023
Martasudjita E., Makna Liturgi Bagi Kehidupan Sehari-hari, Yogyakarta:
Kanisius, 1998
Nababan Adven Leonard, Teologi Liturgi, Hauman Na Rata, 2009.
Martasudjita Emanuel, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi
Yogyakarta: Kanisius, 2011

Anda mungkin juga menyukai