Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh pengetahuan Liturgi terhadap penghayatan Ekaristi

para Frater Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur.1

oleh

Jetsen Santoso

Pendahuluan
Ekaristi sangat penting bagi umat Katolik, sebagaimana dikatakan bahwa, “Sumber
dan puncak seluruh kehidupan Gereja adalah Ekaristi Kudus.” 2 Gereja mendapat tugas
perutusan yang berasal dari Yesus Kristus. Salah satu tugas yang diberikan Tuhan kepada
Gereja merupakan tugas imamat.3 Artinya, selain diajak untuk mewartakan Injil dan Karya
Keselamatan Allah, Gereja diajak untuk melakukan tugas pengudusan. Perutusan tugas
pengudusan tersebut terlihat dalam Kitab Perjanjian Baru, yang muncul dalam Surat Rasul
Paulus.4 Tugas pengudusan tersebut terwujud dalam bentuk sakramen-sakramen. Perwujudan
dari tugas imamat itu disebut sebagai Liturgi.
Liturgi sebagaimana diuraikan di dalam dokumen Sacrosanctum Concilium art.2 merupakan
tanda lahir yang membantu mengungkapkan misteri Kristus sekaligus mengungkapkan
hakekat asli Gereja, yaitu, “bersifat sekaligus manusiawi dan ilahi, kelihatan namun penuh
kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu
juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir.” Liturgi juga digunakan untuk
membantu Umat Beriman untuk mencapai kedewasaan iman, sebagaimana tanda lahir itu
dapat digunakan untuk semakin memahami Keilahian-Nya.
Dokumen Gereja berjudul Lumen Gentium menyatakan, “Sebab dalam Ekaristi Kudus ini
terkandunglah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri. Roti Paskah kita yang
hidup. Lewat tubuh-Nya sendiri, yang kini dijadikan hidup dan pemberi hidup oleh Roh
Kudus, Ia menawarkan hidup-Nya kepada manusia”. 5 Oleh karena itulah Sakramen Ekaristi

1 Tugas Bahasa Indonesia pada Program Teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dibawah bimbingan Dien
Rovita.
2 Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, Juni 1990, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana (Jakarta: Dokpen KWI,
1990).
3 Konsili Ekumenis Vatikan II, Dekrit Pelayanan dan Hidup Para Imam, (Jakarta: Dokpen KWI).
4
5 Lumen Gentium, art. 47.

1
merupakan pemberian yang spesial. “Disanalah Gereja menemukan kepenuhan pernyataan
kasih-Nya yang tak terbatas.”6
Konsili Suci, pada bagian pendahuluan dokumen Sacrosanctum Concilium, memandang
sebagai kewajibannya untuk secara istimewa mengusahakan juga pembaharuan dan dan
pengembangan Liturgi. Yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kehidupan beriman
umat kristiani di antara umat beriman. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah tentang
pengajaran Liturgi. Pengajaran liturgi tidak hanya dilakukan di antara kalangan klerus,
namun sebagaimana terlihat pada salah satu bagian yang berjudul Pembinaan liturgis Kaum
Beriman, dijelaskan bahwa hendaklah para imam yang berkarya di tengah umat untuk
memahami apa yang dilaksanakan dalam kegiatan liturgis, menghayati, dan menyalurkan
kedua hal tersebut kepada umat beriman yang diserahkan kepada mereka.
Yohanes Paulus II dalam dokumen Ecclesia de Eucharistia, memberi perhatian pada
prakteknya sehari-hari. Ia melihat bahwa di balik sisi Liturgi yang berkembang di beberapa
tempat, terdapat juga bagian lain yang buruk. Kemerosotan dalam hal liturgi ia soroti
terutama terkait pemahaman liturgi terhadap praktik dan penghayatannya. 7 Dengan demikian,
kemerosotan ini juga menjadi bagian dari perhatian peneliti.
Berkaitan dengan keprihatinan tersebut, peneliti membahas pentingnya pengaruh
pengetahuan liturgi tentang relasi misteri Kristus dan Ekaristi terhadap penghayatan Ekaristi
para Frater Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur. Tujuan utama penelitian ini
adalah untuk memahami dampak pengetahuan liturgi terhadap penghayatan Ekaristi para
Frater Seminari.
Dalam rangka mengungkap pengaruh pengetahuan liturgi terhadap penghayatan Ekaristi para
Frater Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur, metode penelitian kualitatif
dengan studi kepustakaan dan wawancara akan digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan pengertian liturgi, relasi misteri Kristus dan
Ekaristi, dan pemahaman terhadap misteri Kristus dalam Liturgi menurut dokumen Ecclesia
de Eucharistia berdasarkan studi literatur. Peneliti juga menguraikan pengaruh pengetahuan
liturgi tentang misteri Kristus dan Ekaristi terhadap penghayatan Ekaristi para Frater
Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur.

Liturgi
6 Konsili Ekumenis Vatikan II, Ecclesia de Eucharistia (EdE),1
7

2
Liturgi mengambil peran penting terhadap relasi Allah dengan umat-Nya. Untuk
memahami peran penting dari Liturgi, maka uraian berupa definisi; asal mula Liturgi berasal;
serta keterkaitannya dengan iman Katolik itu diperlukan. Membahas hal terkait, Liturgi
membutuhkan pengertian yang resmi dan tepat sasaran sebagai pendasaran, dalam hal ini
Katekismus Gereja Katolik menawarkan pernyataan untuk membantu memahami pengertian
Liturgi.
Katekismus Gereja Katolik (1995) menyatakan bahwa, Liturgi pada mulanya berarti ‘karya
publik’, pelayanan dari rakyat dan untuk rakyat.’ Pengertian pelayan, sebagaimana diuraikan
pada bagian berikutnya, adalah bagian dari karya Yesus Kristus yang diteruskan oleh Gereja.
Warisan ini terwujud pada sakramen-sakramen sebagai bagian dari Liturgi. Oleh karena itu,
Liturgi merupakan tanggung jawab umat beriman sebagai bagian Gereja.
Warisan tersebut merupakan karya Kristus sendiri. Di dalamnya, terdapat sebuah tanda-tanda
mengembangkan relasi dengan Allah. Katekismus Gereja Katolik menyatakan bahwa bahwa,
manusia menggunakan tanda-tanda untuk berelasi dengan orang asing. 8 Oleh karena tanda-
tanda ada digunakan untuk mengungkapkan misteri Kristus, Pengetahuan tentang tanda dan
bentuk Liturgi menjadi penting.
Liturgi juga memiliki aspek pengudusan yang terwujud dalam sakramen-sakramen, yang
adalah tugas perutusan dari Allah sendiri. Tuhan Yesus Kristus menyerahkan kepada Gereja
untuk tidak hanya melakukan tugas mewartakan injil dan memberitakan diri-Nya tetapi juga
meneruskan karya pengudusan Allah.9 Pengudusan di dalam sakramen dilakukan oleh Pribadi
yang memberikan perutusan misi tersebut, Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itu, Liturgi
bukan sekadar kegiatan peribadatan, melainkan terjadi pengudusan yang sungguh nyata oleh
Allah sendiri.
Akan tetapi, Liturgi sebagai tata peribadatan juga perlu dipahami maknanya. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa, tujuan Liturgi adalah mengungkapkan misteri Allah dan berelasi
lebih dekat dengan peribadatan dan perayaan di dalamnya.
Berdasarkan uraian tentang pengetahuan Liturgi yang telah dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa Liturgi memiliki beberapa aspek pengetahuan yang sifatnya penting bagi
perkembangan Iman, yaitu Liturgi sebagai tata peribadatan; tanda-tanda; dan pengudusan.
Ketiga aspek tersebut merupakan sebuah uraian sakramen-sakramen yang terdapat pada

8 Karena mereka diciptakan oleh Allah, maka kenyataan yang dapat ditangkap oleh indera ini menjadi tanda
karya Allah, yang menguduskan manusia, dan juga karya manusia yang menyembah Allah. Demikian berlaku
pula untuk tanda dan lambang dalam hidup sosial manusia: mencuci dan mengurapi, membagikan roh dan
minum dari cawan yang sama dapat menjadi pernyataan kehadiran Allah yang menguduskan dan terima kasih
manusia terhadap Penciptanya. (KGK nomor 1148)
9

3
Liturgi. Tanda-tanda dan warisan yang dimaksud terwujud dalam sakramen-sakramen
Liturgi.10

The Spirit of the Liturgy


Liturgi memiliki unsur yang bersifat nyata berupa tanda-tanda lahir. Menurut
pengajaran Gereja, Allah berbicara lewat tanda-tanda yang dapat dimengerti manusia untuk
membantunya mengenal Allah11. Akan tetapi, tanda-tanda dari tata peribadatan tersebut
penuh makna dan misteri. Karena misteri, yang disebabkan oleh keterbatasan manusia,
pengetahuan tentang Liturgi yang berangkat dari pendekatan Ilmu Teologi sekiranya dapat
membantu umat beriman untuk memiliki pengetahuan tentang Liturgi.
Salah satu buku yang membahas tentang topik mengenai Liturgi, telah berhasil menguraikan
pemahaman mengenai Liturgi yang sesuai dengan topik pembahasan. Salah satu pembahasan
yang relevan dari buku berjudul The Spirit of the Liturgy oleh Paus Benediktus XVI, adalah
bentuk-bentuk dari Liturgi. Paus menguraikan lima poin, antara lain: a) partisipasi aktif; b)
tanda salib; c) sikap liturgi; d) gerakan liturgi; e) suara umat; f) pakaian liturgi; g) materi.
Buku ini membahas secara mendalam bentuk dari Liturgi, sebagaimana diuraikan: a)
partisipasi aktif umat bukan sekadar kehadiran fisik, melainkan keterlibatan sepenuh hati
dalam doa dan perayaan liturgi; b) tanda salib merupakan simbol utama yang merangkai
seluruh ibadah, mengundang umat untuk merenungkan makna keselamatan Kristus; c) sikap
liturgi dijelaskan sebagai kehadiran batin yang penuh hormat, menuntun umat untuk
memahami pentingnya konsentrasi dan kesederhanaan dalam ibadah; d) gerakan liturgis
dipandang sebagai ungkapan konkret dari doa dan penghormatan, memperkaya dimensi
spiritual perayaan liturgis; e) Paus juga menggambarkan suara umat sebagai bagian integral
dari doa bersama, memberikan dimensi kebersamaan dalam ibadah. Simbolisme pakaian
liturgis terkait dengan kekudusan, menyoroti hubungan erat antara pakaian yang dipakai dan
peran liturgis yang diemban. Materi liturgis, seperti hosti dan anggur, dipahami Paus sebagai
sarana sakramental yang mendalam, mengandung makna misterius dari hadirat Kristus dalam
perayaan liturgis. Keseluruhan uraian ini memberikan wawasan yang kaya dan mendalam
mengenai arti dan pentingnya setiap elemen liturgi dalam konteks spiritual umat Katolik.
Liturgi berasal merupakan perwujudan tugas perutusan Yesus yang diberikan kepada Gereja
(KGK,1995). Oleh karena itu, salah satu makna dari Liturgi ini adalah persekutuan dengan
Allah. Makna tersebut menghasilkan pernyataan tentang tujuan Liturgi sebagai sarana dan
tugas perutusan Tuhan Yesus Kristus untuk semakin kenal dan dekat dengan Allah.
10
11 Katekismus Gereja Katolik

4
Dalam aspek peribadatan, seluruh pernyataan tentang Liturgi ini mengajak umat beriman
untuk menyadari akan pentingnya menyadari hakikat dari segala tindakan yang sifatnya
religius, yaitu berelasi dengan Allah. Sedangkan dalam aspek

Misteri Kristus
Mengenal Yesus Kristus merupakan tugas umat beriman. Dogma Gereja Katolik 12,
berdasarkan Katekismus Gereja Katolik, menyatakan bahwa Kristus merupakan perwujudan
penuh pewahyuan Allah. Oleh karena itu, umat beriman diajak untuk belajar mengenal dan
dekat dengan Tuhan Yesus Kristus. Hal ini didasarkan pada konsep iman Katolik yang telah
disinggung, yaitu iman dan wahyu13 Karena konsep beriman itu, umat katolik kemudian
menanggapi pewahyuan sempurna Allah, Yesus Kristus, dengan iman. Yang artinya, umat
katolik diajak untuk dalam berbagai cara mengenal Yesus yang hadir sebagai pewahyuan
Allah yang sempurna.
Yesus merupakan perwujudan sempurna dari pewahyuan Allah. Sebagaimana telah
dinyatakan dalam Katekismus Gereja Katolik, pewahyuan Allah telah dimulai sebelum
Kristus hadir dalam sejarah di dunia. 14 Pewahyuan itu, yang terdapat pada Perjanjian Lama,
hadir dalam tanda-tanda yang dapat diterima indera manusia. Kisah Musa, salah satu tokoh
pada Perjanjian Lama, merupakan salah satu pewahyuan Allah, yaitu kisah tentang “semak
duri yang menyala” (Keluaran 3:2)15. Pewahyuan, yang pada awalnya hanya berupa tanda-
tanda, pada Perjanjian Baru menjadi terang oleh hadirnya Pribadi Kristus yang berada di
dunia.
Meski begitu, segala hal tentang Kristus, disebut sebagai misteri, tidak dapat dipahami secara
penuh. Pengetahuan memiliki keterbatasan dalam memahami Allah. 16 Selain itu, kenyataan
tentang Kristus tidak dapat diungkapkan secara sempurna oleh manusia. Oleh karena itu,
istilah misteri Kristus tampak sesuai untuk menyebut Keilahian Allah yang tidak pernah akan
dipahami secara penuh.

Frater Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur.

12
13 Katekismus Gereja Katolik
14
15Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia
melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak di makan api. (Keluaran 3:2)

16Katekismus Gereja Katolik

5
Pada Konsili Vatikan II, terdapat pernyataan tentang penting nya pemahaman liturgi
bagi kaum dosen, kaum religius, dan umat beriman.17 Frater KAJ melalui formasi
(pembentukan)18 merupakan bagian dari umat beriman sekaligus calon imam. Sebagai bagian
dari calon gembala umat perhatian terhadap pemahaman liturgi juga merupakan salah satu hal
untuk diperhatikan dalam proses formasi para frater
Para Frater KAJ yang tinggal di rumah Cempaka Putih Timur pada tahun 2023, telah
menerima pendidikan Liturgi sekurang-kurangnya selama setahun dalam mata kuliah Liturgi
pada masa formasi sebelumnya, yaitu Tahun Orientasi Rohani. Meskipun begitu, para frater
memiliki tingkat pengetahuan Liturgi yang beragam karena instansi pendidikan SMA yang
berbeda, atau jalur masuk yang berbeda.19
Pengetahuan Liturgi itu menjadi perhatian untuk mendukung perkembangan hidup rohani
para frater, terutama dalam Ekaristi yang dialami setiap hari. Pendidikan Liturgi telah
diupayakan dalam proses formasi, salah satunya adalah pada Tahun Orientasi Rohani.
Pendidikan Liturgi tersebut memiliki berbagai macam bentuk manfaat dan tujuan, salah satu
manfaatnya adalah untuk penghayatan para frater. Oleh karena itu, pengetahuan Liturgi juga
telah diupayakan dan diharapkan membawa perkembangan bagi para frater.
pertanyaan,

Relevansi pengaruh pengetahuan liturgi misteri Kristus dan Ekaristi terhadap


penghayatan Ekaristi.
Liturgi, sebagai karya publik umat untuk umat, memiliki peran penting dalam
membentuk relasi antara Allah dan umat-Nya. Dalam kaitannya dengan pengetahuan liturgi,
aspek-aspek seperti tata peribadatan, tanda-tanda, dan pengudusan dijelaskan sebagai unsur-
unsur penting. Pemahaman ini diperdalam dengan tulisan Paus Benediktus XVI dalam
bukunya "The Spirit of the Liturgy," yang menguraikan lima poin penting terkait bentuk
Liturgi.
Mengenal Kristus sebagai perwujudan penuh pewahyuan Allah adalah tugas umat Katolik.
Meski misteri Kristus tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia, pengetahuan tentang
Kristus menjadi pusat ajaran iman Katolik. Sebagai bagian dari proses formasi, frater
Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka Putih Timur mendapatkan pendidikan liturgi, tetapi
tingkat pengetahuan mereka bervariasi.

17 sc
18
19 penjelasan tentang prompang.

6
Para Frater, sebagai calon imam dan bagian dari umat beriman, mengalami pendidikan liturgi
selama setahun, tetapi tingkat pengetahuan mereka dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan sebelumnya. Pengetahuan liturgi menjadi fokus dalam proses formasi untuk
mendukung penghayatan Ekaristi.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi kepustakaan dan
wawancara. Data wawancara diperoleh melalui para Frater Seminari Tinggi KAJ Wisma
Cempaka Putih Timur, mencakup pandangan mereka tentang liturgi, misteri Kristus, dan
penghayatan Ekaristi.
Berdasarkan data wawancara dengan empat frater Seminari Tinggi KAJ Wisma Cempaka
Putih Timur, para frater mengetahui beberapa makna sederhana terhadap bentuk-bentuk
Liturgi. Tidak ada responden yang berhasil menguraikan dengan tepat dan lengkap seluruh
poin dari bentuk Liturgi. Tiga poin yang diuraikan secara tepat dan lengkap antara lain adalah
gerak liturgi, sikap liturgi, dan materi. Akan tetapi, tiga poin lain tidak berhasil diuraikan
dengan tepat sesuai dengan apa yang ditulis dan diuraikan oleh buku berjudul The Spirit of
the Liturgy. Terkait dengan pemahaman bentuk Liturgi, terdapat celah antara pengetahuan
mereka dan pemaknaan terhadap bentuk tersebut yang lebih luas.
Kemudian, peneliti menemukan bahwa pengetahuan Liturgi memiliki pengaruh terhadap
penghayatan Ekaristi, sebagaimana diuraikan oleh responden bahwa tata peribadatan dalam
Ekaristi seperti komuni, anamnesa, dan persembahan memiliki penghayatan lebih karena
pengetahuan mereka tentang Liturgi.

Penutup

Daftar Pustaka
Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja. Ecclesia de Eucharistia, Juli 2011. terj. Anicetus
B. Sinaga. Jakarta: Dokpen KWI, 2011.
Terang Bangsa-bangsa. Lumen Gentium, Juni 1990. terj. R. Hardawiryana. Jakarta:
Dokpen KWI, 1990.
Konsili Suci. Sacrosanctum Concilium, November 1990. terj. R. Hardawiryana. Jakarta:
Dokpen KWI, 1990.
Liturgi Romawi dan Inkulturasi. De Liturgia Romana et Inculturatione, November 1990. terj.
R. Hardawiryana. Jakarta: Dokpen KWI, 1990.
Dokumen Konsili Vatikan II. Terj. R. Hardawiryana. Jakarta: Dokpen KWI, 2007.
Martasudjita, Emanuel. Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi. Yogyakarta:

7
Kanisius, 2011.
Banawiratma. Baptis, Krisma, Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Katekismus Gereja Katolik. Cetakan tahun 1995. Ende: Percetakan Arnoldus, 1995.

Anda mungkin juga menyukai