Anda di halaman 1dari 6

BAB I

MEMAHAMI PENGERTIAN LITURGI

1.1.1. Arti liturgi menurut asal katanya


Kata ‘Liturgi’ merupakan terjemahan indonesia dari kata Yunani,
LEITOURGIA (leitourgos, leitourgeo) yang berarti karya rakyat yakni karya yang
dilaksanakan oleh dan untuk rakyat.

Di Athena, ibu kota Yunani kata ‘leitourgia’ dipakai dalam tugas istimewa dan
resmi, yang dikerjakan oleh warga masyarakat di luar tugas sosial yang biasa.
Misalnya, segenap rakyat dikerahkan untuk mengerjakan kapal, agar dapat
menghadapi ancaman perang. Jadi bagi orang Yunani, kata ‘leitourgia’ berarti darma
bakti atau karya bakti atau pelayanan untuk masyarakat.

Dalam Septuaginta, kata ‘leitourgia’ dipakai dalam arti Kultual, yaitu


pelayanan kepada Allah. Yang diutamakan di sini ialah tugas yang dilaksanakan oleh
para imam di tempat suci atau tempat sembahyang (Kel 28:35) dan di dalam Bait
Allah ( 1 Taw 23:28).

Orang Yahudi tidak pernah memakai kata ‘leitourgi’ dalam arti pelayanan
untuk masyarakat atau manusia. Hal ini disebabkan karena orang Yahudi mempunyai
suatu kebanggaan nasional bahwa mereka adalah rakyat atau bangsa Allah. Maka
bagi mereka karya bakti kepada Allah merupakan tugas pokok yang harus mereka
lakukan.

Perjanjian Baru, khususnya Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus


melukiskan ‘leitourgia’ sebagai darma bakti yang dilaksanakan untuk membangun
kerajaan Allah. Misalnya, Paulus menyebut para penguasa negara ‘pelayan Allah’
(Rm. 13:4). Ia melihat ‘leitourgia’ sebagai pelayanan kepada Allah melalui karya
misioner (Rm 15:16; 2 Kor 9:12).

Ditinjau dari segi asal kata dan latar belakang sosioreligius, ‘Leitourgia’
memiliki empat (4) arti:

a. Arti Profan: Liturgi diyakini sebagai karya bakti yang dilaksanakan


oleh dan untuk rakyat (Menurut Kebudayaan Yunani).
b. Arti Kultual: Liturgi merupakan kebaktian kepada Allah sumber
keselamatan (Menurut Septuaginta)
c. Arti Gerejani (Ekklesia): Liturgi dipandang sebagai aneka macam
darma bakti yang dilaksanakan oleh umat untuk membangun
Kerajaan Allah (Menurut PB)
d. Arti Teologis: Liturgi merupakan perwujudan tugas pelayanan kita
sebagai imam untuk menjawabi panggilan dan undangan Tuhan
(Menurut refleksi Paulus).

Berdasarkan pemaparan arti liturgi menurut asal katanya sebagai karya bakti oleh dan
untuk rakyat, maka ada dua gagasan pokok yang mesti diperhatikan:

a. Menghantar umat kepada Liturgi


Dalam Konstitusi tentang Liturgi suci (KL 19) ditegaskan bahwa para gembala
harus dengan tekun dan sabar mengusahakan pembinaan Liturgi bagi kaum beriman
serta keikutsertaan mereka secara aktif, baik lahir maupun bathin sesuai dengan umur,
situasi, corak hidup dan taraf perkembangan religius mereka. Para gembala harus
membimbing kawanan kepada penghayatan liturgi itu sendiri.

Melalui penyuluhan dan bimbingan umat akan menjadi lebih yakin bahwa
liturgi sesungguhnya sumber utama dan bagian yang tak terpisahkan dari hidup dan
karyanya. Misalnya, melalui rekoleksi, pertemuan-pertemuan, pelajaran agama dan
lewat berita paroki. Semua ini menjadi sarana bantu bagi pemahaman umat tentang
liturgi itu sendiri.

b. Membawa Liturgi kepada Umat


Liturgi adalah perayaan umat. Karena itu harus diusahakan agar perayaan liturgi
dapat mengungkapkan misteri Kristus dalam arti umat bisa memahami arti dan makna
perayaan itu. Karena itu bisa menggunakan bahasa dan lambang-lambang yang bisa
dimengerti dan dihayati umat sesuai dengan situasi dan kondisi mereka (KL 21; 34).
1.1.2. Arti Liturgy menurut dokumen-dokumen gerejani
1.1.2.1. Mediator Dei et Hominum (MD)
Ensiklik MD ini dicetus oleh Paus Pius XII tahun 1947. MD mengartikan Liturgy
sebagai kebaktian umum-resmi-utuh yang dilakukan oleh tubuh mistik Kristus
yakni oleh kepala dan anggota-anggotanya (MD 20).
Dikatakan kebaktian karena penekanan utama di dalam liturgi ialah bakti
manusia kepada Allah pencipta. Dikatakan umum dan resmi karena liturgi pada
dasarnya karya bakti bersama. Liturgi sebagai karya bakti gereja sebagai tanda
keselamatan. Dikatakan utuh karena liturgi merangkum seluruh kebaktian gereja
yang resmi. Menurut MD, kebaktian kepada Allah merupakan tugas gereja yang
paling pokok.
Dikatakan ‘Tubuh mistik Kristus’ karena Kristus menghidupkan dan
mempersatukan para anggota gereja. Hal ini juga hendak menegaskan bahwa
hidup dan karya gereja tidak mungkin dipikirkan tanpa liturgi dan Kristus. Roh
Kristuslah yang menjiwai gereja.
Mengapa dikatakan Kepala beserta anggota-anggotanya? Bagi MD, Kristus
merupakan sentrum dan pelaku utama liturgi. Tanpa Kristus tak ada liturgi.
Karena itu juga tanpa Kristus tak ada gereja.

1.1.2.2. Konstitusi Liturgy dari Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan II mengungkapkan hakekat liturgy sebagai berikut:

a. Liturgy merupakan perwujudan tugas Kristus sebagai imam yakni meluhurkan


Allah, menguduskan manusia dan membangun tubuh mistik Kristus (gereja).
b. Liturgy merupakan tanda yang tepat guna karena di dalamnya, melalui tanda
lahiriah dinyatakan dan dihasilkan pengudusan manusia, peluhuran Allah,
pembangunan tubuh mistik Kristus, dan dilaksanakan keebaktian yang utuh,
umum, dan resmi oleh kepala beserta anggota-anggotanya.
Dengan mengatakan bahwa Liturgi adalah tanda-tanda lahir, bapa-bapa Konsili
Vatikan II ingin menggarisbawahi 4 (empat) hal penting:

a. Liturgi berdaya menyelamatkan (segi Soteriologis)


Liturgi sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus merupakan tanda
yang berdaya menyelamatkan.

b. Liturgi bersifat mengajar (Segi Didaktis).


Sebagai tanda, liturgi mempunyai tujuan mengajar, sebab bukan saja
mengandalkan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan menyatakan
iman.

c. Liturgi merangkum Sakramen-sakramen.


Justeru melalui sakramen-sakramen karya penyelamatan Kristus disalurkan
dan diterapkan kepada manusia dengan menggunakan tanda-tanda lahir.

d. Sakramen-sakramen merupakan perwujudan yang paling tepat dari peragaan


simbolis.
Yang dimaksudkan dengan ‘Peragaan Simbolis’ adalah segala jenis tanda
yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dsb. Jadi, segenap manusia, seluruh
dirinya dilibatkan dan disapa dalam liturgi.

1.1.3. Arti Liturgy yang tepat sasaran.

Liturgy merupakan gereja yang merayakan keselamatannya. Dari pengertian ini dapat
dilihat dua dimensi utama dalam liturgy yakni:

a) Dimensi Vertkal, yakni penyelamatan manusia oleh Allah melalui sabda, revelasi
dan tindakanNya: yang merupakan inisiatif Allah sendiri, sekaligus jawaban
manusia atas tawaran keselamatan Allah yang dinyatakan dalam iman dan ibadat.
b) Dimensi horizontal, yakni menyangkut perayaan relasi antara sesama manusia dan
lingkungan. “AKU ADA UNTUK YANG LAIN. YANG LAIN ADA UNTUK
AKU”. Dalam liturgi manusia merayakan tanggungjawabnya terhadap sesama dan
dunianya. Ia merayakan eksistensinya sebagai manusia bagi orang lain.

1.1.4. Sifat-sifat Liturgi


a. Bersama
Perayaan liturgi diselenggarakan secara bersama. Secara bersama Gereja
mengungkapkan imannya.

b. Melibatkan Umat
Kebersamaan itu menuntut partisipasi umat dalam hal berdoa, bernyanyi
bersama, jawaban/aklamasi umat, pendarasan mazmur, gerak-gerik sebagai sikap
badan.

c. Resmi dan umum


Resmi: kegiatan liturgi menggunakan buku pedoman yang baku dan dipimpin
hirarki umat, pemimpin yang resmi.

Umum: liturgi yang sama berlaku untuk seluruh gereja, untuk setiap
keuskupan.

Dengan demikian, Tuhan itu menyata dalam:

=Pribadi imam yang mewakili Kristus

= Roti dan anggur yang dikonsekrir

= Sabda Kitab Suci yang dibacakan dan diwartakan

= Umat yang berkumpul atas namaNya.

1.1.5. Ciri-ciri Liturgi


a. Allah yang mengambil inisiatif dan sekaligus menjadi tujuan kegiatan liturgi,
artinya Allah yang memanggil kita berkumpul untuk merayakan liturgi dan Allah pula
yang menjadi alamat doa-doa kita.

b. Umat melakukan kegiatan liturgi dalam Kristus, artinya umat menghadap Allah
dengan perantaraan Kristus karena Allah telah mendatangi umatNya dalam
Kristus.
c. Umat melakukannya bersama-sama. Liturgi merupakan ibadat umat karena itu
menuntut keterlibatan seluruh umat.
d. Kegiatan liturgi merupakan antisipasi perjamuan surgawi. Artinya kita memupuk
pengharapan akan kebahagiaan di surga.
e. Kegiatan liturgi menggunakan tanda-tanda lahiriah. Menggunakan kata-kata /
lambang / simbol yang dapat dilihat, didengar oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai