Imanuel Bangun
Juangga Purba
Tingkat/Jurusan : IV-B/Teologi
I. Pengertian Gereja
Dalam Etimologi kata “ gereja” merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis:
igreja, yang berasal dari bahasa Yunani έκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil
keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil);kumpulan orang yang
dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti: 1). Arti pertama adalah “umat”
atau lebih tepatnya “ persekutuan” orang Kristen. Arti ini di terima sebagai arti
pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuh gedung. 2).
Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun di tempat rekreasi.
3). Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja
Khatolik, Gereja Protestan, dan lain-lain. 4). Arti keempat ialah lembaga
(administratife) dari pada sebuah mezhab Kristen. 5). Arti ke lima adalah sebuah
“rumah ibadah” umat Kristen , di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang. Gereja
terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus kepada semua yang percaya pada
Yesus Kristus. 1
Gereja adalah tempat yang bisa memberikan setiap orang dapat menerima didikan
rohani yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab. Menurut KBBI, gereja
adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen, dan
atau badan organisasi umat Kristen yang memiliki satu kepercayaan, ajaran dan tata
cara ibadah. Dari pengertian kedua, gereja adalah organisasi, maka orang-orang yang
mengatur gereja memiliki suatu wewenang dalam mengatur kehidupan bergereja
karena di dalam gereja tidak hanya pendeta, tetapi ada majelis dan jemaat. Gereja
adalah pedoman belajar rohani bagi setiap orang yang berada di dalamnya. Untuk itu,
struktur dalam gereja adalah struktur yang melayani anggotaanggota gereja dalam
rangka keterlibatan mereka, karena kepemimpinangereja pada hakekatnya adalah
kepemimpinan pelayanan.2 Dalam bahasa inggris, kata gereja adalah Church yang
berasal dari bahasa Kuriakon yang berarti “Milik Tuhan”. Kata ini biasa digunakan
untuk menunjukkan hal-hal lainnya seperti tempat, orang-orang, atau denominasi
yang menjadi milik Tuhan.3
Gereja memiliki kurang lebih enam fungsi yakni pertama, gereja adalah
persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan mengambil bagian
dalam kebaktian. Kedua, gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya,
kebutuhan dasar para anggotanya terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat
dipersatukan serta disembuhkan kembali. Ketiga, gereja sebagai persekutuan belajar-
mengajar. Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dengan segala kategori
usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari injil terhadap pertanyaan yang
ditimbulkan oleh pengalaman hidup. Keempat, gereja adalah persekutuan yang peduli
akan kebutuhhan orang lain terutama yang sakit, miskin, lemah, dan kesepian. Gereja
berusaha melayani siapa pun, khususnya yang paling hina dan lemah. Kelima, gereja
adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada orang yang belum
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gereja
2
Widi Artanto, Gereja dan Misi-NYA: Mewujudkan Kehadiran Gereja dan Misi-Nya di Indonesia,
(Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2016), 17.
3
Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk Memahami Kebenaran Alkitab, (Yogyakarta:
Yayasan ANDI, 1986), 143.
menerima kabar baik. Keenam, gereja adalah persekutuan yang bekerja sama dengan
kelompok lain, baik kelompok yang berbeda agama, sosial dll.4
II. Melayani
II.1. Pengertian Melayani5
Kata “diakonia” berasal dari bahasa Yunani yaitu “diakonein” artinya pelayan
meja, Diakonia dianggap sebagai pelayanan yang dilakukan oleh seorang hamba yang
melayani meja makan, dan pekerjaan ini dianggap rendah. Pada perkembangan
selanjutnya kata “diakonein” memiliki arti melayani secara umum.Diakonia adalah
tindakan dari diakonein. Orang yang melakukan diakonia di sebut diakonos.6
Diakonia berarti pelayanan. Terminologi diakonia ini berasal dari kata bahasa Yunani
yakni dari kata kerja “diakon” yang berarti melayani. Tuhan Yesus sendiri amat
pandai memilih kata yang tepat untuk menggambarkan eksistensi terdalam dari
kehadiranNya di dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (bdk. Mat
20:28). Dari sebab itu, Santo Paulus menganggap pekerjaannya sebagai suatu
“diakonia” artinya pelayanan dan dirinya sebagai “diakonos” artinya pelayan bagi
Kristus (bdk. 2 Kor 11:23) serta bagi umat Kristus (bdk. Kol 1:25). Dari pemahaman
di atas dapatlah kita mengerti mengapa Tuhan Yesus menegaskan bahwa hakekat dari
pekerjaan melayani harus melekat dalam diri mereka yang dikhususkan sebagai
pemimpin. Para rasul termasuk orang-orang yang dipilih dan dikhususkan Yesus
untuk menjadi pemimpin umat. Spiritualitas dasar pemimpin umat menurut Yesus
harus dicirikan dengan melayani bukan berkuasa dan memerintah. Para rasul adalah
pemimpin umat yang sekaligus “diakonos” atau pelayan (bdk. Luk 22:25-27). Dengan
kata lain para rasul adalah pemimpin yang melayani umat Allah. Tugas pelayanan
para rasul dilanjutkan dalam pelayanan Gereja sebagai salah satu pilar eksistensinya.
Tugas pelayanan yang dilakukan oleh Gereja ini dilaksanakan dengan suka rela
tanpa menuntut. Tujuannya ialah agar Gereja tumbuh dan berkembang ke arah yang
semakin membebaskan dan menyelamatkan umat manusia. Santo Paulus dengan tepat
mengungkapkan landasan pelayanan Gereja pada pola kehidupan dan pelayanan
4
Dien Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik: Buku Pegangan Untuk Mengajar
Pendidikan Agama Kristen,(Yogyakarta: ANDI, 2006), 27-29.
5
https://komsoskam.com/lima-pilar-tugas-pelayanan-gereja-wajib-kita-pahami/2/
6
Klinken Vaan. Jaap, Diakonia: Mutual Helping With Justice and Compassion ,(Grand Rapids:
Michigan,1989), 26.
Yesus sendiri. Yesus dalam rupa Allah telah mengosongkan diriNya dan mengambil
rupa seorang diakonos atau doulos (hamba) (bdk. Filipi 2:5-7). Oleh karena itu Gereja
menggalakkan aktivitas pelayanan karena didorong oleh panggilan untuk mencintai
Tuhan dan sesama. Dasarnya adalah karena Yesus sendiri sudah lebih dahulu
melayani kita. Seluruh hidup Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa melayani.
Tujuan hidup Yesus bukan untuk mendapatkan pelayanan tetapi memberikan
pelayanan. Isi hidupNya bukan dilayani melainkan melayani. Seluruh Kitab
Perjanjian Baru tidak pernah menggambarkan Yesus sebagai manusia yang
mengandalkan kehormatan dan kuasa tetapi Tuhan yang melayani dan menghamba.
Dia adalah sang diakonos (pelayan) dan bahkan doulos (hamba). Dengan demikian
Gereja terpanggil untuk melayani dan bukan untuk berkuasa. Panggilan Gereja untuk
mewujudnyatakan diakonia sebagai suatu panggilan relasional agar saling menolong
dalam kesetikawanan. Suatu panggilan untuk memperjuangkan prinsip hidup
memberi dan bukan mengambil demi kepentingan, kepuasan dan kekenyangan
pribadi. Dalam perkembangan dan eksistensi Gereja dewasa ini, maka panggilan
untuk melaksanakan diakonia bukan hanya menjadi tugas para pemimpin saja,
melainkan juga dikembangkan di antara anggota Gereja Perdana. Semangat diakonia
itu terungkap dan terlaksana dalam persaudaraan sejati yang dibangun di antara
anggota umat. Hal itu amat jelas terwujud dalam tindakan berkumpul, menyatukan
diri dalam prinsip hidup bersama yakni “segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama. Dan selalu dari antara mereka yang menjual harta miliknya, lalu dibagi-
bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (bdk. Kis
2:44-45; 4:32-37). Dewasa ini panggilan dan semangat untuk melaksanakan diakonia
kemudian menjadi panggilan bagi semua umat beriman. Karena praksis diakonia
diarahkan demi pengabdian kepada kepentingan umat Allah. Maka secara tidak
langsung seluruh umat harus ikut mengambil bagian di dalam praksis diakonia ini.
Praksis diakonia harus dijalankan oleh semua umat beriman Kristiani, mulai dari
anak-anak, orang muda Katolik (pelajar dan juga mahasiswa-mahasiswi STP Dian
Mandala) serta orang dewasa dan lanjut usia.
II.2. Pengertian Diakonia dalam Alkitab
Secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau
pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam Kej. 2:18, 20;
Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani.
Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia
(pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan).7
Istilah diakonia sebenarnya, sudah terlihat sejak dari Perjanjian lama.
Dalam Kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu
dari yang tidak ada menjadi ada (Ex Nihilo) dan semua yang diciptakan Allah
sungguh amat baik (Kej. 1:10-31).8 Allah juga membuktikan pemeliharaan-Nya
secara khusus ditujukan kepada manusia yaitu sebagai pelayanan. Manusia
sebagai wakil Allah untuk melayani-Nya dalam mengurus bumi dan isinya. Inilah
panggilan pertama bagi manusia untuk melayani dan sebagai manusia ciptaan
Tuhan, seharusnya ia melayani. Pelayanan Allah bagi dunia terfokus kepada
bangsa Israel sebagai karya penyelamatan-Nya. Dalam keluhan bangsa-Nya,
Allah juga mendengarkan seruan mereka, Allah memperdulikan orang Israel dan
menyatakan keselamatan serta penebusan. Pembebasan ini bertujuan supaya
bangsa yang sudah dibebaskan melayani Allah dalam kebebasannya dan
menjawab kasih-Nya dengan belas kasih.
Dalam Perjanjian Baru, di samping kata-kata ini terdapat 5 kata lain untuk
melayani, masing-masing dengan nuansa dan arti tersendiri, yang dalam
terjemahan-terjemahan Alkitab kita pada umumnya diterjemahkan dengan kata
melayani yaitu:
7
A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 2.
8
W.S. Lassor, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 122.
dengan keadaan masyarakat pada masa itu. Di samping itu, kata ini juga
mendapat arti religius. Orang Kristen adalah budak Tuhan Allah atau hamba
Kristus Yesus (Rom. 1:1). Itu sesungguhnya merupakan suatu gelar
kehormatan. Seorang Kristen tidak melakukan keinginan dan rencananya
sendiri, tetapi keinginan dan rencana Tuhan Yesus yang telah
melepaskannya dari belenggu dosa dan dengan demikian sudah
membebaskannya.
2. Leitreuein,yaitu melayani untuk uang. Kata bendanya latreia (pelayanan
yang diupah) juga dipakai dalam pemujaan dewa-dewa. Dalam terjemahan
Yunani dalam PL, yaitu Septuaginta (LXX), kata ini terdapat kurang lebih
90 kali, pada umumnya untuk melayani Tuhan Allah dan pada khususnya
untuk pelayanan persembahan . Juga dalam Perjanjian Baru, kata ini
menunjukkan pelayanan untuk Tuhan Allah atau dewa-dewa, tidak pernah
untuk saling melayani manusia. Roma 12:1 menyebutkan logike latreia
(ibadah yang sejati). Melayani Tuhan dengan tubuh, yaitu dengan diri
sendiri dalam keberadaan yang sebenarnya adalah ibadah yang
sesungguhnya dalam hubungan baru antar Kristus dan manusia.
3. Leitourgeinyaitu dalam bahasa Yunani digunakan untuk pelayanan umum
bagi kesejahteraan rakyat dan negara. Dalam LXX arti sosial politik ini
terutama dipakai di lingkungan pelayanan di kuil-kuil. Dalam Perjanjian
Baru (khususnya surat Ibrani), kata ini menunjukkan kepada pekerjaan
Imam besar Yesus Kristus. Kemudian dalam Roma 15:27 dan 2 Kor. 9:12,
kata ini dipakai untuk kolekte dari orang Kristen asal kafir (suatu perbuatan
diakonal) untuk orang miskin di Yerusalem. Dari kata inilah berasal kata
liturgi, yaitu suatu kata ibadah dalam peretemuan jemaat.
4. Therapeueinyaitu menggarisbawahi kesiapan untuk melakukan pelayanan
ini sebaik mungkin. Kata ini juga di tempat lain, dipakai sebagai sinonim
dari menyembuhkan.
5. Hupereteinyaitu menunjukkan suatu hubungan kerja terutama relasi dengan
orang untuk siapa pekerjaan itu dilakukan. Kata ini berarti si pelaksana
memperhatikan instruksi si pemberi kerja.
Dari semua kata di atas yang artinya saling berkaitan, kelompok kata
diakonein mempunyai nuansa khusus, mengenai pelayanan antarsesama yang
sangat pribadi sifatnya. Kata-kata tersebut di atas di sana-sini menunjukkan arti
diakonal. Ada hubungan antara liturgi dan diakonia, sementara therapeuo dalam
arti perawatan orang sakit erat kaitannya dengan apa yang dimaksudkan dengan
diakonia.
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah
diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih
lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar
batas; kerap kali dalam bahaya maut.
2. DAULEO : Menghamba
9
https://hansontjung.com/2015/08/19/melayani/
YESUS menjadi HAMBA ( Fil. 2:7)
Fil. 2:1-4 mengajar kepada kita bahwa hidup tidak mementingkan diri
sendiri, melainkan hidup untuk orang lain. Jadi karena dalam Kristus ada nasihat,
ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain
lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
10
Serepina Sitanggang, Membangun Gereja yang Diakonal, Suatu Pengantar kepada Pemahaman
Alkitabiah tentang Diakonia, (Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 2004), 108.
mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-
murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yoh. 13:34-35).11 Bedasarkan
kasih inilah semua pelayanan gereja dilaksanakan. Oleh karena itu, semua
pelayanan haruslah menjadi suatu jawaban terhadap Allah yang lebih dahulu
mengasihi kita. Jadi, konsep diakonia ditentukan keseluruhannya oleh Yesus
Kristus melalui kehidupan, pekerjaan dan perkataan-Nya.
11
Darwin Lumban Tobing, Teologi di Pasar Bebas, (Pematang Siantar: L-SAPA, 2007), 382.
12
Gabriel Fackre, 2007, The Church: Signs of the Spirit and Signs of the Times. (Wm B. Eerdmans Publishing Co.:
Cambridge, U.K., 2007), 138.
Gereja dipanggil untuk menjadi sarana keselamatan, baik secara jasmani
maupun rohani. Bernhard Kieser, menegaskan bahwa, sejak jaman Leo XIII
ditegaskan bahwa Gereja didirikan melulu untuk menghantar manusia ke dalam
kesela-matan kekal (hidup kekal). Sumbangan Gereja dalam memajukan
kesejahteraan umat manusia sekarang ini dilihat sebagai konsekuensi yang mengalir
dari tugas itu.6
13
William R. Burrows, New Ministries. (Orbis Books: New York, 1981), 59.
II.6. Arti Simbol Diakonia
Diakonia memiliki simbol Salib yang artinya melayani Kristus dan mengasihi
manusia.14
Diakonia Karitatif berasal dari kata charity (Inggris) yang berarti belas
kasihan. Diakonia ini merupakan bentuk diakonia yang paling tua yang
dipraktekkan oleh gereja dan pekerja sosial.15 Diwujudkan dalam bentuk
pemberian makanan, pakaian untuk orang miskin, menghibur orang sakit dan
perbuatan amal kebajikan lainya. Model ini mendapat dukungan gereja, karena
dapat memberi manfaat yang dapat terlihat langsung, tidak ada resiko, sebab akan
didukung oleh penguasa, memberikan penampilan yang baik terhadap si pemberi,
memusatkan perhatian pada hubungan pribadi, misalnya merespon
beasiswa/bantuan uang untuk anak, menciptakan hubungan subjek-subjek
(ketergantungannya) dan status quo.16
Kata reformatif berasal dari kata Inggris yaitu Reform (membentuk ulang
atau membaharui). Dalam hal ini Diakonia berkaitan dengan usaha membentuk
kembali membaharui, atau memperbaiki situasi hidup dari kelompok yang hendak
ditolong sehingga ia bukan sekedar mendapat makanan tetapi lebih dari itu ia bisa
mandiri dalam mengusahakan kebutuhan hidupnya. Latar belakang diakonia
reformatif di mulai dalam mengurangi ketegangan Perang Dingin antara Blok
Timur dan Barat, anggota PBB sepakat atas perlunya memberikan perhatian
pembangunan di negara-negara yang baru merdeka. 19 Dengan pembangunan,
kemiskinan dan kelaparan di dunia diharapkan dapat diatasi melalui pertumbuhan
ekonomi. Ideologi pembangunan merupakan ideologi yang muncul di tengah
Perang Dingin ketika terjadi persaingan antara kapitalisme dan komunisme.
Ideologi pembangunan dapat dianggap sebagai ideologi untuk menghindari
semangat revolusi melawan kapitalisme dan kolonialisme di negara yang sedang
berkembang. Ideologi pembangunan ditawarkan sebagai ideologi alternatif untuk
mengurangi kemiskinan di Dunia Ketiga. Setelah berjalan kurang lebih dua
dekade, pembangunan tidak menghasilkan kesejahtraan dan keadilan, tetapi justru
yang sebaliknya yang terjadi. Jurang pemisah antara kaya dan miskin dirasakan di
kota dan di desa. Pembangunan sering diartikan sebagai modernisasi dan
westernisasi, di mana kesempatan kerja bagi rakyat kecil semakin sempit. Hasil
pembangunan selama dua dekade justru menghilangkan kesempatan pekerja
tradisional. Dalam suasana pembangunan inilah Gereja-Gereja ikut berpartisipasi
dalam pembangunan.
19
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 36.
Pembangunan yang terjadi selama lebih dari dua dekade tidak
menghasilkan kesejahteraan dan keadilan, melainkan permusuhan, kemiskinan
dan ketidakadilan. Pembangunan telah menjadi suatu ideologi untuk menekan hak
asasi dan martabat manusia pada saat itu. Demi pembangunan harus ada stabilitas.
Demi stabilitas segala bentuk kritik sosial harus ditiadakan. Demi pembangunan
tanah petani harus dikorbankan untuk proyek industri dan perumahan mewah.
Demi pembangunan dan stabilitas tuntutan gaji dan pemogokan harus ditiadakan.
Demi stabilitas, perlu tiadakan hukum darurat militer dan penahanan tanpa proses
pengadilan melalui undang-undang keamanan dalam negeri. Diakonia reformatif
yang lebih dikenal sebagai diakonia pembangunan muncul dalam era
pembangunan. Kesadaran baru dari gereja-gereja untuk melakukan diakonia
reformatif muncul seiring dengan kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pembangunan yaitu pada saat Sidang Raya Dewan Gereja se-Dunia (DGID) IV di
Upsalla, Swedia pada tahun 1967.20 Sidang Raya Unpaila mendesak agar negara-
negara kaya di Utara bersedia memberikan bantuan ekonomi dan teknologi bagi
negara-negara miskin di Selatan.
20
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 99.
21
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 109-112.
menyelesaikan kemiskinan rakyat, sebab ia hanya memberi perhatian pada
pertumbuhan ekonomi, bantuan modal, dan teknik, tetapi mengabaikan sumber
kemiskinan, yaitu ketidakadilan dan pemerataan.22
22
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 113.
23
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 113.
kemiskinan dan ketidakadilan struktural yang muncul di permukaan. Sejarah
lahirnya diakonia transformatif dipelopori oleh Gereja Amerika Latin mencari
jawaban atas kemiskinan yang sangat parah di sana. Asumsi yang mendasari
pelayanan ini adalah kalau ada orang lapar, tidak cukup diberi roti, sebab besok ia
akan datang kembali untuk meminta roti (menghapus mental ketergantungan);
juga tidak cukup, hanya diberi pancing atau pacul, karena masalahnya terletak
pada petyanyaan, di mana mereka dapat menggali dan mengolah tanah? Bila
tanah dan laut dikuasai kaum pemilik modal yang mempunyai kapital? Karena itu
berilah dia hak hidup melalui pendampingan dan perbedayaan bagi mereka. 24
Pendekatan yang dialukan adalah pola dengan pendekatan pengorganisasian
komunitas untuk dapat merancang dan merencanakan hidup mereka sendiri.
Secara teoritis diakonia adalah bagian dari tri tugas panggilan gereja yang
harus direncanakan dan dilaksanakan seimbang dengan tugas panggilan lainnya.
Tugas panggilan diakonia lebih cenderung melayani sesama dalam pergumulan
24
Widyatama, Diakonia Sebagai Misi Gereja, 109-112.
sosialnya. Dari ketiga model diakonia di atas, menurut penulis diakonia
transformatif-lah yang paling menyentuh akar permasalah, karena diakonia model
ini tidak membuat si miskin menjadi ketergantungan atau hanya sekedar dapat
bertahan hidup, di dalam situasi dan keadaan hidup yang penuh dengan
penderitaan dan ketidakadilan. Model ini dapat membantu gereja mengakomidir
masalah kemiskinan dan ketidakadilan yang terjadi, besar ataupun kecil dampak
yang dihasilkan. Sehingga mereka yang tertindas dan yang tidak mendapatkan
keadilan dapat bangkit untuk menata kehidupan kembali secara mandiri, dan
menentang segala praktek-praktek ketidakadilan dan penindasan yang diatur di
dalam sebuah sistem.
Diakonia merupakan salah satu tugas dari gereja yang harus diperhatikan. J.
C. Singkkel mengatakan bahwa gereja bisa hidup tanpa gedung, tetapi gereja tidak
bisa hidup tanpa diakonia. Gedung yang mewah tidak membuktikan bahwa gereja
hidup karena pada kenyataannya banyak gereja yang besar justru beralih fungsi
menjadi tempat-tempat hiburan. Gereja yang hidup adalah menjalankan tugasnya
dengan baik dan benar. Pemahaman gereja terhadap diakonia telah mengalami
penyempitan karena dilaksanakan dengan alakadarnya, pada hal sebenarnya diakonia
adalah pelayanan meja yang khusus yang disebut diakonis (diaken) dan gereja lebih
membuat anggaran kepada pembangunan gedung gereja dan penggajian personialia
dari pada untuk diakonia.
25
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/81-Article%20Text-136-1-10-20200706.pdf
Tiga tugas gereja yang harus berjalan seimbang diantaranya adalah Koinonia
(persekutuan), Diakonia (pelayanan) dan Marturia (kesaksian).. Persekutuan pada
dasarnya merupakan kebersamaan yang saling menerima, saling berpartisipasi, dan
yang menjadi dasar dari pada persekutuan adalah kasih Yesus Kristus yang tidak
membeda-bedakan manusia. Kesaksian menceritakan kasih karunia Yesus Kristus
kepada semua orang sebagaimana amanat Yesus Kristus di dalam Matius 28:18-20.
Sedangkan diakonia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelayanan.
Menurut Soedarmo diakonia pada umumnya dipakai bagi aktivitas gereja untuk
membantu anggota-anggota gereja yang lemah ekonominya. Secara harafiah kata
diakonia berarti memberikan pertolongan atau pelayanan. Diakonia di dalam
Perjanjian Lama, pemeliharaan Allah atas umat-Nya dipahami sebagai diakonia yaitu
Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir. Sedangkan di dalam
Perjanjian Baru, merupakan kabar baik atau berita kesukaan bagi orang-orang yang
lemah yang akan memperoleh kekuatan, bagi orang-orang yang lapar yang akan
menerima makanan, bagi orang-orang yang berduka yang akan dihibur, bagi orang-
orang yang sakit akan disembuhkan. Diakonia di dalam Perjanjian Baru yang telah
Yesus lakukan selama pelayanan-Nya di dunia ini, sehingga diakonia adalah tindakan
Allah melalui kasih-Nya dan disempurnakan melalui kehadiran Yesus Kristus. Gereja
pada umumnya sudah melakukan diakonia dengan terlibat dalam bantuan bantuan
sosial untuk menolong orang-orang yang membutuhkan, seperti memberikan uang
kepada orang sakit, membantu dengan memberikan uang kepada keluarga orang yang
sudah meninggal dan juga kepada orang-orang yang terkena bencana alam. Diakonia
juga terlihat dalam gereja pada saat ada kegiatan gereja seperti perayaan paskah dan
natal dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk memberikan makanan seperti
ke panti-panti asuhan, rumah sakit, kepada anak-anak jalanan dan penjara-penjara.
Tentunya hal ini tidak salah dan baik dilakukan karena gereja sudah menunjukan
diakonia yang harus diterapkan dalam gereja. Namun, diakonia tidak bisa dipersempit
pemahamannya hanya sebagai memberikan bantuan untuk orang-orang miskin.
Dalam surat 2 Korintus 8:1-5, rasul Paulus menjadikan jemaat-jemaat Makedonia
sebagai teladan dalam melakukan diakonia kepada jemaat Korintus. Jemaat-jemaat
Makedonia adalah jemaat yang miskin dan banyak mengalami penderitaan namun
mereka tetap melakukan diakonia. Diakonia yang diberikan jemaat-jemaat
Makedonia kepada jemaat Yerusalem pada saat itu adalah dengan membantu jemaat
Yerusalem karena jemaat Yerusalem adalah jemaat yang miskin yang di timpah
kelaparan (Kisah Para Rasul 11:28; Roma 15:25-26). Oleh sebab itu jemaat-jemaat
Makedonia mengambil bagian dalam membantu jemaat Yerusalem.
Menurut rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus,
diakonia bukan hanya sekedar memberikan uang. Seperti dengan jemaat-jemaat
Makedonia mereka tidak mungkin menjadi teladan bagi jemaat Korintus karena
mereka adalah jemaat yang miskin, seharusnya jika dilihat sekedar memberikan uang,
jemaat Korintuslah yang harus menjadi teladan karena jemaat Korintus adalah jemaat
yang kaya. Akan tetapi ada hal yang lain yang dapat dilakukan lebih dari pada
sekedar memberi uang. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menemukan
penjelasan tentang diakonia menurut pandangan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 8:1-
15. Sehingga diakonia bukan hanya sekedar memberikan uang saja melainkan ada hal
yang lebih yang akan diterima antara yang memberi dan menerima yang akan sama-
sama merasakan dampak dari diakonia.
26
http://seputargereja-smaga.blogspot.com/2007/09/tugas-gereja-pelayanan.html diakses pada tanggal, 04 Oktober
2022, pada pukul 14.21 WIB.
2. Melayani merupakan anugerah.
o Petrus menasehatkan bahwa kita dapat melayani karena mendapat kekuatan
yang di anugerahkan Allah. 1 Pet 4:11
o Melayani bukan saja mengacu pada hal-hal yang
mengenakkan/menyenangkan diri sendiri namun juga hal-hal yang tidak
kita suka Kis. 20:19
3. Melayani adalah salah satu ungkapan kasih kita kepada Allah.
Setiap kali kita datang beribadah kepada Tuhan pada hari minggu, artinya kita
datang untuk melayani Tuhan.
Jangan datang kehadirat Tuhan dengan tangan yang hampa. Bawalah seluruh
persembahan kita ke hadiratNya. Pelayanan yang kita berikan kepada Tuhan
dapat berbentuk : Nyanyian Pujian dan Penyembahan, Doa-doa, Ucapan
syukur, Persembahan –persembahan dan lain-lain.
o Oleh karena ibadah itu mengandung pengertian melayani, maka kita harus
mendedikasikan hidup kita dengan baik dan benar. Pelayanan yang
menyenangkan hati Tuhan adalah pelayanan yang dilakukan sebagai bentuk
atau ungkapan kasih kita kepadaNya. Kita memberi kasih kepada Tuhan
karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. 1 Yoh. 4:19 Kita mengasihi,
karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Pasal 75
Pengertian Pelayanan
1. Pelayanan adalah bagian dari misi GBKP yang diwujudkan oleh GBKP untuk
berperan serta menghadirkan damai sejahtera Allah
2. GBKP melaksanakannya melalui panggilan pertobatan dan usaha-usaha
perwujudan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
3. Pelayanan dilaksanakan oleh seluruh warga baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dalam konteks masyarakat, bangsa, dan negara di mana GBKP
ditempatkan dan dalam kerja sama dengan semua pihak dan semua golongan.
Pasal 76
Kegiatan Pelayanan
Pasal 78
Pelaksanaan
1. Warga
a. Warga, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, melakukan
pelayanan dalam kehidupan sehari-hari dan melalui profesinya.
b. Warga dapat melaksanakan pelayanan melalui gereja atau lembaga lain, baik di
dalam maupun di luar negeri.
2. Majelis
a. Majelis Runggun, Majelis Klasis, dan Majelis Sinode merencanakan dan
melaksanakan pelayanan secara menyeluruh.
b. Pelaksanaannya melibatkan warga dan unit-unit pelayanan serta dapat melalui
kerja sama dengan gereja lam, pemerintah dan kelompok-kelompok yang ada di
dalam masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri.27
BAB XL
UNIT PELAYANAN
Pasal 165
Pengertian Unit Pelayanan
Unit Pelayanan adalah wadah untuk melaksanakan misi gereja dengan . tefokus
dan terspesialisasi pada pelayanan tertentu secara berkesinambungan.
Pasal 166
Ketentuan Pokok Unit Pelayanan
27
Modramen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, ( Kaban Jahe: Kantor Modramen, 2015),91-92
1. Unit pelayanan melaksanakan pelayanannya dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan dalam Tata Gereja GBKP dan Peraturan Pemerintah
serta Undang-Undang yang berlaku.
2. Sesuai dengan kebutuhan dan dinamika perkembangan GBKP, unit
pelayanan dapat memiliki peraturan-peraturan tersendiri sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Tata Gereja GBKP dan
Peraturan Pemerintah serta Undang-Undang yang berlaku.
3. Pemilihan pengurus unit pelayanan dilakukan secara terbuka dengan
menggunakan metode uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test).
4. Anggota-anggota pengurus unit pelayanan harus memiliki komitmen,
karakter, dan kompetensi untuk melayani.
5. Pengalihan dan perubahan fungsi/pengelolaan unit pelayanan hanya dapat
dilakukan atas persetujuan Moderamen berdasarkan usul persidangan
gerejawi sesuai dengan wilayah pelayanannya.
6. Harta milik unit pelayanan yang telah dibubarkan harus diserahkan
geiuruhnya kepada Moderamen.
Pasal 167
Jenis Unit Pelayanan
28
Modramen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025, ( Kabanjahe: Kantor Modramen, 2015),148-149.
Yayasan Ate Keleng/ Perpem GBKP