Anda di halaman 1dari 7

BAB 6

GEREJA YANG BERSAKSI


A. Arti Bersaksi
Kata "kesaksian" merupakan terjemahan kata marturia atau martyfrein (bahasa
Yunani). Marturia berasal dari kata martus, artinya saksi. Dalam dunia Yunani
(kuno), kata martus secara khusus digunakan di dunia hukum, yakni saksi
solemnitas dan saksi prosesuil. Tugas saksi, terutama saksi prosesuil, adalah
memberi tahu hakim tentang peristiwa yang telah terjadi apa adanya tanpa
menambahkan atau mengurangi sesuatu.
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel bertindak sebagai saksi Allah. Peran Israel
sebagai saksi Allah tersebut berdasarkan panggilan, pemilihan, dan kelepasan,
yang dilakukan Allah terhadap umat-Nya.
Dalam Perjanjian Baru kata "marturia" atau nmartyrein khusus dipakai untuk
menyebut saksi - saksi Kristus, yakni para murid Yesus serta orang percaya.

B. Gereja yang Bersaksi


Gereja dipanggil untuk memberitakan Kabar Baik, menghadirkan Kerajaan Allah di
dunia dan menjadi mitra Allah atas inisiatif Allah sendiri.
Kesaksian gereja di masa kini seyogianya bertolok ukur pada Gereja Perdana.
Gereja Perdana tidak hanya bersaksi dengan cara memberitakan Injil ke luar, tapi
juga bersaksi dalam tindakan sehari - hari.
Orang Yahudi umumnya memberi tumpangan hanya pada hari-hari besar.
Sebaliknya, dalam Gereja Perdana segala kepunyaan mereka menjadi milik
bersama (Kis. 2:41-47).
Tantangan untuk gereja yang bersaksi datang dari internal dan eksternal.
Tantangan internal gereja antara lain faktor ekonomi-sosial jemaat. Misalnya, ada
yang datang ke gereja hanya saat Paskah dan Natal.
Tantangan eksternal bisa datang dari lingkungan sekitar, misalnya praktik
intoleransi dan pemahaman mengenai iman Kristen.
C. Bentuk-bentuk Kesaksian Gereja
Gereja diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus agar sanggup memberitakan Injil.
Gereja bersaksi dalam bentuk pengajaran melalui persekutuan ibadah,
Pemahaman Alkitab.
Gereja bersaksi melalui pelayanan terhadap jemaat seperti mengunjungi jemaat
yang sakit dan memberi beasiswa kepada anggota jemaat yang tidak mampu.
Gereja bersaksi keluar dengan cara melakukan kerja bakti, bakti sosial, diskusi
lintas agama, dll.

Panggilan bersaksi tidak hanya ditujukan bagi gereja, melainkan orang-orang yang
bersekutu di dalamnya. Gereja adalah jemaat.
Jadi, setiap orang percaya bertugas dan dipanggil bersaksi di mana saja dan kapan
saja.
Menolong sesama yang kesulitan, berbicara dengan sopan, bersikap tertib,
mengatur waktu dengan baik adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk
bersaksi. Melakukan hal-hal yang berdampak positif bagi sesama merupakan
kesaksian.

Kesimpulan: Kapan dan dimana pun itu, kita sebagai orang yang percaya harus
bersaksi tuk sesama. Karena Tuhan Yesus sendirilah yang mengamanatkan tugas
bersaksi sebelum Ia naik ke surga.
BAB 7
GEREJA YANG BERSEKUTU
A. Arti Bersekutu
Bersekutu dalam bahasa Yunani disebut koinonia. Koinonia memiliki arti yang
cukup luas. Dalam masyarakat Yunani istilah ini digunakan untuk menggambarkan
hubungan manusia dengan para dewa.
Gereja terbentuk dari persekutuan orang-orang percaya, yang senantiasa
beribadah bersama. Kisah Para Rasul menjelaskan persekutuan jemaat perdana.
Jemaat perdana bertekun dan sejati dalam Bait Allah. Mereka juga bersekutu
bersama di rumah masing-masing secara bergiliran untuk berdoa dan memuji
Tuhan dalam kesatuan hati (Kis. 2:41-47).

B. Bersekutu dengan Tuhan dalam Persekutuan Jemaat


Dalam peribadahan jemaat memuji Tuhan, berkomunikasi dengan Tuhan melalui
doa dan refleksi pribadi. Jemaat diingatkan kembali tentang arti hidup di dalam
Tuhan, cara hidup menurut firman Allah agar mampu menjalani kehidupannya
yang penuh pergumulan dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagai umat pilihan-Nya. Melalui peribadahan jemaat membangun relasi dengan
sesama orang percaya. Jemaat dapat saling mengenal, memberi kekuatan dan
penghiburan satu sama lain, dan belajar saling memedulikan sebagai saudara di
dalam Tuhan sebagaimana Jemaat Perdana. Oleh sebab itulah, gereja tidak hanya
memberikan pengajaran tentang iman Kristen. Gereja juga harus memfasilitasi
pertumbuhan dan pembangunan jemaat. Ibadah yang monoton, kurang kreatif,
dan inovatif kadang membuat jemaat malam mengikuti persekutuan. Oleh sebab
itu, gereja perlu membarui pelayanan marturianya. Gereja juga dapat
menggerakkan anggota jemaat untuk berpartisipasi aktif "merangkul" anggota
jemaat yang lain. Menumbuhkan kesadaran jemaat adalah proses yang panjang.
Paulus sendiri harus terus-menerus mengingatkan jemaat di banyak tempat.
C. Bentuk-bentuk Persekutuan Jemaat
Persekutuan jemaat antara lain, ibadah keluarga, persekutuan doa, Kelompok
Tumbuh Bersama, Pemahaman Alkitab, dan retreat. Semua itu merupakan
persekutuan yang bersifat ibadah.

Kesimpulan: Kita harus bersekutu dengan Tuhan agar mampu melaksanakan


tugas dan tanggung jawab sebagai umat pilihan-Nya.
BAB 8
GEREJA YANG MENGAJAR
A. Arti Mengajar
Menurut KBBI, kata "mengajar" berarti memberi pelajaran. Kata dasar "ajar"
memiliki arti "petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau
dituruti". Dalam kegiatan ajar-mengajar ada orang yang bertindak sebagai
pemberi pelajaran atau petunjuk (guru/pengajar) dan ada orang yang menerima
pelajaran atau petunjuk (siswa/naradidik). Dalam bahasa Yunani, kata mengajar
disebut didaskein/ disaskalia.
Mengajar adalah bagian penting dan utama dalam mendidik. Peran seorang
pengajar dalam proses pembelajaran sangat penting. Naradidik harus mengalami
transformasi (perubahan) hidup: secara kognitif (kemampuan yang mencakup
kegiatan mental atau otak), afektif (kemampuan yang berkaitan dengan sikap dan
nilai), dan psikomotorik (kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan).
Proses pembelajaran harus membantu naradidik mencapai kompetensi sosial,
spiritual (kemampuan yang berkaitan dengan hal-hal rohani), pengetahuan, dan
keterampilan.
Proses pembelajaran diharapkan membawa transformasi diri yang holistik
(menyeluruh): dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tadinya tidak
mau menjadi mau dan dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Oleh sebab itu,
penting bagi seorang guru menyiapkan diri dalam berbagai kompetensi agar
dapat mengajar secara maksimal.
Di dalam Alkitab, Kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir mengungkapkan cara
Allah mengajar bangsa Israel agar benar-benar dapat menjadi bangsa pilihan
Allah, bangsa yang berkualitas, bangsa yang dapat menjadi contoh bagi bangsa-
bangsa lainnya. Allah tak jarang marah karena bangsa Israel degil. Berkali-kali
mereka memberontak, menggerutu, dan menolak mengikuti perintah-Nya.
Meskipun demikian, berkali-kali juga Allah bersabar dan mau mengampuni
mereka.
Contoh di atas menunjukkan bagaimana Allah mengajar seluruh umat-Nya
sehingga mereka mengenal karya-Nya, memahami apa arti hidup, dan dapat
menjalani kehidupan mereka.
Allah mengajar umat manusia agar manusia menyembah-Nya sebagai Allah
sumber kehidupan manusia. Allah mengajar manusia agar tahu bahwa Ia adalah
Allah yang baik dan mengasihi seluruh ciptaan-Nya.
Dalam Perjanjian Lama tertera bahwa mengajar merupakan kewajiban orangtua
Israel.

B. Yesus Mengajar
Perjanjian Baru mencatat bahwa sebagian besar kehidupan dan pelayanan Yesus
didominasi dengan kegiatan mengajar. Yesus memberikan tentang kasih Allah
kepada orang banyak di mana pun Ia berada: sinagoge, Bait Allah, tepi danau,
lapangan, bukit, dll (Mat. 4:23;7:29). Saat berusia 12 tahun, Yesus sudah mengajar
di Bait Allah (Luk. 2:41-47). Yesus membarui pandangan bahwa tidak hanya orang
dewasa yang mampu mengajar. Anak-anak pun ternyata dapat mengajarkan
banyak hal kepada orang dewasa. Yesus mengajarkan dengan cara yang
menyentuh hati orang yang ia ajar. Ia mempraktikkan ajaran-Nya. Oleh sebab itu,
Yesus sering menegur para ahli Taurat dan Farisi yang mengajar hanya dengan
perkataan. Namun, perbuatan mereka tidak mencerminkan ajaran mereka. Yesus
mengajarkan dengan mengandalkan kuasa dan hikmat Allah. Ia tidak asal
mengajar, tetapi mengajar dengan cara dan pemahaman yang benar. Hal ini
membuat orang Farisi, ahli Taurat dan orang-orang Yahudi sangat takjub
mendengar pengajaran Yesus. Setiap hari Yesus berjalan berkeliling dari desa ke
desa, dari kota ke kota sambil mengajar dan memberitahukan Injil Kerajaan Allah.
Dalam mengajarkan, Yesus menggunakan berbagai pendekatan dan metode
mengajar dengan membuat orang-orang mengerti apa yang Dia ajarkan. Yesus
juga sellau mengajar murid-murid-Nya. Selama tiga setengah tahun Yesus
mengajar murid-murid-Nya. Sebelum murid-murid pergi mengajar dan
memberitakan Injil, mereka sudah belajar segala hal dari Tuhan Yesus sebagai
Guru mereka.
C. Gereja yang Mengajar
Gereja mengajar warga jemaatnya melalui pewartaan (kerygma).
Pewartaan pada dasarnya merupakan tugas para pemimpin gereja. Akan tetapi,
mengingat gereja adalah jemaat, maka setiap orang percaya memiliki tanggung
jawab untuk mengajar.
Gereja yang mengajar dapat diwujudkan melalui banyak hal, seperti khotbah,
katekisasi, pelajaran agama Kristen, pendalaman Alkitab, dan bentuk-bentuk
pengajaran lainnya. Gereja juga sudah mulai memberikan pengajaran yang
bersifat umum, seperti kursus bahasa Inggris, pendalaman materi pelajaran bagi
sekolah dasar dan menengah, kursus menjahit, wirausaha, dll. Bahkan, saat ini,
gereja yang mengajar bukan hanya ditujukan bagi jemaat saja, melainkan bagi
masyarakat yang lebih luas lagi.
Gereja mulai bekerja sama dengan lembaga-lembaga sosial, seperti rumah
singgah bagi para tunawisma dan anak-anak jalanan. Gereja terlibat untuk
mengajarkan mereka untuk mengubah kehidupan mereka melalui pelatihan dan
pendidikan formal.
Gereja yang mengajar melalui pewartaan bertujuan agar iman percaya jemaat
bertumbuh dan menjadi manusia yang seutuhnya.

Kesimpulan: Kita harus taat dalam mengikuti ajaran-ajaran dari Tuhan Yesus dan
tidak degil seperti bangsa Israel. Kita juga harus bisa sabar dalam mengajar
seperti Tuhan Yesus saat Ia mengajarkan bangsa Israel tanpa perasaan kesal
meskipun bangsa Israel berkali-kali memberontak dan menggerutu.

Anda mungkin juga menyukai